Anda di halaman 1dari 5

Spiritual Parenting

Kiat Mempengaruhi Jiwa dan Akal Anak


Oleh : Jumadi Subur
Ummu Al-Fadhl bercerita: Suatu ketika aku menimang seorang bayi.
Rasul kemudian mengambil bayi itu lalu menggendongnya. Tiba-tiba
sang bayi pipis dan membasahi pakaian Rasul. Segera saja kurenggut
secara kasar bayi itu dari gendongan Rasul. Rasul pun menegurku:
“Pakaian yang basah ini dapat dibersihkan oleh air, tetapi apa yang
dapat menghilangkan kekeruhan dalam jiwa anak akibat renggutanmu
yang kasar itu?”
Jean Piaget, seorang ahli psikologi di abad 19, memaparkan empat tahap
perkembangan mental anak. Pertama, adalah tahap sensor motorik. Tahap ini terjadi
sejak anak baru lahir hingga berusia 2 tahun. Perilaku anak pada tahap ini masih
berkutat pada engenalan terhadap gerak, kontrol dan fungsi tubuh. Kedua, tahap pra
operasional, usia 2-7 tahun. Perilaku anak mulai pada tahap belajar bicara,
mengidentifikasi dan berpikir secara intuisi. Ketiga, usia 7-12 tahun tahap operasional
kongkrit, dimana anak sudah merambah kemampuan menemukan konsep secara abstrak,
berhitung dan menjalin hubungan dengan ornag lain. Keempat, tahap operasional formal,
usia 12-15 dimana anak bisa berpikir secara logis dan sistematis.
Dengan kenyataan ini kita mestinya kita mendekontruksi pemikiran yang
memisahkan antara anak dan orangtua. Anggapan yang menempatkan anak sebagai
obyek, tidak sebagai subyek. Dan anak selalu difokuskan pada kewajiban-kewajiban
tidak pada hak-haknya.
Karena itu sudah saatnya kita melakukan pemberdayaan dunia anak dengan
mengoptimalkan potensi yang mereka miliki agar kelak menjadi generasi emas bagi
zaman yang akan dilaluinya.
9 Jenis Kecerdasan
Dr. Howard Gardner, peneliti dari Harvard, pencetus teori Multiple Intelligence
mengajukan 8 jenis kecerdasan yang meliputi (saya memasukkan kecerdasan Spiritual):
Cerdas Bahasa (cerdas dalam mengolah kata), Cerdas Gambar (memiliki imajinasi
tinggi), Cerdas Musik (cerdas musik, peka terhadap suara dan irama), Cerdas Tubuh
(trampil dalam mengolah tubuh dan gerak), Cerdas Matematika dan Logika (cerdas
dalam sains dan berhitung), Cerdas Sosial (kemampuan tinggi dalam membaca pikiran
dan perasaan orang lain), Cerdas Diri (menyadari kekuatan dan kelemahan diri), Cerdas
Alam (peka terhadap alam sekitar), Cerdas Spiritual (menyadari makna eksistensi diri
dalam hubungannya dengan pencipta alam semesta).
Membangun seluruh kecerdasan anak adalah ibarat membangun sebuah tenda
yang mempunyai beberapa tongkat sebagai penyangganya. Semakin sama tinggi
tongkat-tongkat penyangganya, semakin kokoh pulalah tenda itu berdiri.
Yang pertama kali dilihat oleh anak dalam hal ini adalah rumah dan
lingkungannya. Tergambar dalam benaknya, kehidupan pertama yang dilihat dari sekitar
mereka serta berbagai cara kehidupan mereka. Jiwanya yang masih lentur siap
menerima segala yang memberikan pengaruh terhadapnya sesuai dengan lingkungan
pertamanya.
Seminar Spiritual Parenting ( 1 )
SDIT Ulul Albab Kota Pekalongan @ 2008
Imam Al Ghazali mengatakan, “Anak merupakan amanah bagi kedua orangtuanya.
Hatinya yang masih suci merupakan mutiara yang masih polos tanpa ukiran dan gambar.
Ia siap diukir dan cenderung kepada apa saja yang mempengaruhinya. Jika ia dibiasakan
dan diajarkan untuk berbuat kebaikan, ia akan tumbuh menjadi anak yang baik. Dengan
begitu, kedua orangtuanya akan berbahagia di dunia dan akhirat. Demikian juga guru dan
pendidiknya. Sedangkan apabila ia dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja
seperti membiarkan piaraan mereka, maka ia akan sengsara dan binasa. Dosanya pun
akan dipikul orang yang bertanggungjawab mengurusnya dan walinya.”
Rasulullah bersabda,”Setiap anak sebenarnya dilahirkan di atas fitrah (Islam).
Kedua orangtuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Majusi dan Nasrani. ”
Spiritual Parenting
Konsep spiritual
parenting dipaparkan Mimi Doe dan Marsha Walch dalam bukunya 10 Prinsip Spiritual
Parenting. Menurut Doe dan Walch, secara bebas spiritual parenting bisa berarti proses
penyelenggaraan kehidupan rumahtangga berdasarkan aturan-aturan yang agung dan
mulia. "Intinya bagaimana orangtua mengajarkan sesuatu yang berkaitan dengan
kemampuan membangkitkan semangat, moral, jiwa dan sukma kehidupan yang luhur dan
agung," kata mereka.
Menurut Lendo Novo, pengajar Sekolah Alam Indonesia yang menerapkan konsep
ini, spiritual parenting bisa diajarkan lewat cerita dan sejarah keteladan tokoh yang ada.
Keteladan sifat nabi bisa menjadi contoh suri teladan. Ia mencontohkan dalam agama
Islam dikenal model teladan Rasulullah. "Ini merupakan model psikologi perkembangan
berbasis sejarah kehidupan Rasulullah SAW yang bisa diterapkan sebagai prinsip dasar
spiritual parenting."
Lendo meyakini dengan model Rasulullah dan metode belajar alam semesta maka
setiap anak di mana pun di dunia, pasti memiliki cara belajar yang sama, yaitu "meniru"
dalam bahasa perilaku, yang juga disebut sebagai "meneladani". Dengan cara ini metode
belajar spiritual yang berlaku secara universal adalah "teladan".

Pentingnya Mendidik Anak


Semua orang mengetahui bahwa anak laki-laki akan menjadi seorang bapak di
masa yang akan datang dan anak perempuan juga akan menjadi ibu pada masanya, jika
Allah menghendaki. Karena itu untuk membentuk “ayah dan ibu masa depan” agar
mereka menjadi orangtua yang kita perlu memberikan pendidikan, pengarahan,
perlindungan, cinta dan kasih sayang. Ayah dan ibu masa depan ini akan tumbuh dengan
sempurna jika mendapat pengarahan dan petunjuk yang baik sejak kanak-kanak.
Terutama pengarahan yang bernuansa Islami (religius) dan berlandaskan pendidikan
Islam (yang berasas pada pesan-pesan Al Quran dan sunah Rasulullah Saw).
Anak-anak juga salah satu bagian dari universalitas dakwah Islam, karena agama
ini merupakan rahmatan lil alamin, sedangkan anak-anak termasuk bagian dari al alamin
ini. Dengan demikian risalah Islam ini juga berlaku untuk seluruh umat manusia, baik
orang Arab maupun non Arab, orang dewasa-remaja,tua-anak-anak, kulit hitam maupun
putih. Karena itu perhatian kepada anak-anak merupakan salah satu bagian tidak
terpisahkan dari dakwah Islam, sebagaimana perhatian terhadap orangtuanya.
Mendidik anak juga merupakan tanggungjawab utama orangtua sekaligus tujuan
utama dibangunnya rumah tangga muslim. Sesungguhnya Rasulullah membanggakan

Seminar Spiritual Parenting ( 2 )


SDIT Ulul Albab Kota Pekalongan @ 2008
jumlah umatnya yang banyak di hari akhir nanti. Allah menegaskan dalam surat At-
Tahrim (7) : “Lindungilah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
Mendidik Anak Sejak Dini
Tanggungjawab orangtua dalam mendidik anak dimulai sejak orangtuanya belum
menikah. Tugas pertama yang harus dilakukan adalah memahami tanggungjawab
orangtua kepada anak dan mencarikan calon ayah/ibu bagi anaknya yaitu mencari
pasangan yang salih dan mengetahui tugas serta tanggungjawab ini dengan baik. Tata
cara dalam proses pernikahan (menurut Fauzil Adhim) juga sangat mempengaruhi
perkembangan anak nantinya.
Kemudian dalam pergaulan suami istri, saat hamil, ketika melahirkan dan seluruh
hak-hak anak yang ditunaikan terkait dengan kelahiran, menyusui hingga siap disapih.
Semuanya membutuhkan perhatian serius dari para orangtua, sehingga nilai-nilai
spiritual dapat tertanam sejak awal. Pembahasan lebih detail mengenai fase ini mudah-
mudahan bisa dibahas dalam kesempatan lain.

Pembinaan Kepribadian Anak, Fase Pendidikan Anak hingga Baligh


Kepribadian yang seimbang mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan
individu dan jamaah (sosial). Kepribadian ini tidak bisa sempurna kecuali diarahkan,
dibina dan dibimbing dari segala aspeknya. Pembinaan kepribadian ini meliputi:
1. Pembinaan Aqidah, yaitu melalui pengenalan kalimat tauhid, mengajarkan anak
mencintai Allah, merasa diawasi oleh-Nya, Memohon pertolongan kepada-
Nya serta beriman pada Qadha dan Qadar. Anak-anak juga diajarkan
mencintai Nabi dan keluarga beliau, diajarkan Al Quran dan mendidik
keteguhan aqidah anak sekaligus siap berkorban karenanya.
2. Pembinaan Ibadah, ini adalah penyempurna dari pembinaan aqidah. Dilakukan
dengan mengajarkan sholat, membiasakan anak dekat dengan masjid,
membiasakan puasa, mengenalkan ibadah haji dan berzakat.
3. Pembinaan Kemasyarakatan, dengan cara mengajak anak menghadiri majelis
orang dewasa, menyuruhnya melaksanakan tugas rumah, membiasakan
mengucapkan salam, menjenguk anak sakit, memilih teman yang baik, melatih
berdagang, menghadiri acara atau perayaan yang disyariatkan, bermalam di
rumah famili yang shalih dan aktivitas lainnya dengan mencontoh Rasulullah
ketika beraktivitas sosial bersama anak-anak.
4. Pembinaan Moral (Akhlaq), yaitu mengajarkan adab (sopan santun), melatih
kejujuran, menjaga rahasia, menanamkan nilai amanah, mengajarkan anak
untuk berlapang dada dan tidak mendengki. Semuanya bisa dilakukan dengan
senantiasa berkaca pada Rasulullah dengan akhlak beliau kepada anak-anak.
5. Pembinaan Perasaan, berusaha untuk selalu memberikan kecupan dan kasih
sayang kepada anak, bermain dan bercanda dengan anak, memberikan hadiah
dan bonus, membelai kepalanya, menyambut dengan baik saat dia datang,
mencari tahu keadaan anak dan menanyakannya, selalu bersikap adil dalam
mencintai anak. Rasulullah bahkan memberikan perhatian khusus kepada anak
perempuan dan anak yatim.
6. Pembinaan Jasmani, misalnya dengan mengajarkan berenang, memanah, naik
kuda. Membuat perlombaan olahraga antaranak, permainan orang dewasa
bersama anak-anak atau bermain bersama teman sebaya.
Seminar Spiritual Parenting ( 3 )
SDIT Ulul Albab Kota Pekalongan @ 2008
7. Pembinaan Intelektual, yakni menanamkan kecintaan kepada ilmu dan adab-
adabnya, memberikan tugas hafalan sebagian ayat Al Quran dan Hadits,
Memilihkan guru dan sekolah yang baik, mengajarkan bahasa asing khususnya
Arab, membimbing anak sesuai dengan kecondongan ilmiahnya dan
membuatkan perpustakaan di rumah.
8. Pembinaan Kesehatan, membiasakan melakukan aktifitas jasmani, bersiwak,
menjaga kebersihan, adab dalam makan, minum, tidur, belajar dan melakukan
pengobatan cara Nabi.
9. Pembinaan Seksual (Tarbiyah Jinsiyah), misalkan dengan membiasakan
meminta ijin ketika hendak masuk ke kamar orangtua, membiasakan anak
memelihara pandangan dan menutup aurat, memisahkan tempat tidur anak
dengan saudaranya, adab tidur yang baik, menghindarkan ikhtilat (pembauran
dengan lawan jenis), mengajarkan kewajiban mandi dan sunah-sunahnya,
mengenali tanda-tanda baligh, menjelaskan bagian awal surat An-Nuur,
pendidikan seks bagi yang sudah dewasa dan larangan berbuat keji dan
menganjurkan pernikahan dini.
Metode Nabi dalam Mendidik Anak
1) Teladan yang baik
2) Memilih waktu yang tepat untuk Memberikan Bimbingan
3) Bersikap Adil dan sama terhadap Sesama Anak
4) Memenuhi hak-hak Anak
5) Mendoakan Anak
6) Membelikan Mainan
7) Membantu Anak untuk Berbuat Baik dan Patuh
8) Jangan Mencela !

Mempengaruhi Akal dan Pemikiran Anak


Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Metode pemikiran yang berpengaruh terhadap akal anak adalah:
1) Membawakan kisah, misalnya kisah para Nabi, sahabat atau kisah-kisah lain
yang ada dalam Al Quran dan Hadits.
2) Berbicara langsung, sebagaimana yang dilakukan Luqman kepada anaknya.
3) Berbicara kepada anak sesuai kapasitas akalnya
4) Dialog
5) Metode pengalaman praktis
6) Mengajarkan kepribadian Nabi

Metode Kejiwaan yang Berpengaruh Terhadap Mental Anak


Seminar Spiritual Parenting ( 4 )
SDIT Ulul Albab Kota Pekalongan @ 2008
Syaikh Muhammad Khadar Husain, dalam As-Sa’adah Al-Uzhma (Muhammad
Suwaid, h. 511) mengatakan, “Sesungguhnya ruhani akan tumbuh dengan pendidikan
yang lembut sebagaiman jasmani akan tumbuh dengan makanan yang sehat. Tumbuhnya
jasmani mempunyai batas tertentu dan target yang tidak bisa dilampaui; jika tujuannya
sudah terraih (masa tua), maka ia akan mulai mundur ke belakang. Berbeda halnya
dengan ruhani. Ia akan terus berkembang sepanjang hidup manusia dan tidak akan
pernah berhenti kecuali jika nafasnya sudah terhenti dan meninggalkan ‘sekolah’ dunia
yang besar ini.”
Metode yang dicontohkan Nabi dan para sahabat dalam mempengaruhi jiwa dan
mental anak adalah:
1) Menemani anak
2) Menanamkan keceriaan dan kebahagiaan dalam jiwa anak
3) Menanamkan jiwa kompetisi yang konstruktif antar sesama anak dan
memberikan hadiah bagi yang menang
4) Memotivasi anak
5) Pujian dan sanjungan
6) Bermain dengan anak dan bertingkah seperti mereka saat bermain
7) Menumbuhkan rasa percaya diri anak
8) Targhib dan tarhib (memotivasi dan menakut-nakuti/dengan hukuman sesuai
syariat)
9) Memenuhi keinginan dan memuaskan anak
10) Pengaruh pengulangan dalam jiwa anak
11) Bertahap dalam melangkah
12) Panggilan yang baik

Disamping semua metode tersebut, satu hal yang diajarkan juga adalah tatacara
memberikan pelajaran (hukuman), karena pemberian pelajaran adalah sebagian dari
keharusan dalam mendidik anak. Rasulullah sendiri mengajarkan untuk memukul anak
setelah umur sepuluh tahun tetap tidak mau sholat. Tentu saja pelajaran ini dilakukan
untuk meluruskan anak agar terjaga akidahnya. Dan dalam pelaksanaannya juga harus
bertahap, misalkan dengan hanya memperlihatkan cemeti, memukul bagian tertentu dan
persyaratan lainnya yang sama sekali tidak untuk menyakiti anak.
Semoga Allah memberikan kepada kita keturunan yang shalih.
Bacaan yang dianjurkan:
1. Mendidik Anak Bersama Nabi (Muhammad Nur Suwaid)
2. Spiritual Quotion for Children (Dr. Hamdan Rajih)
3. Salahnya Kodok, Bahagia Mendidik Anak bagi Ummahat (M. Fauzil Adhim)
4. Rumah, Pilar Utama Pendidikan Anak (Khalid Ahmad Asy Syantut)
5. 25 Kiat Mempengaruhi Akal dan Jiwa Anak
6. Spiritual Parenting (Doe & Walch), dll

Seminar Spiritual Parenting ( 5 )


SDIT Ulul Albab Kota Pekalongan @ 2008

Anda mungkin juga menyukai