Anda di halaman 1dari 37

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN

IPA MATERI GAYA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM


BASED LEARNING (PBL) DI KELAS IV SD NEGERI LAWANATA

PROPOSAL PENELITIAN

NAVA ABDULLAH
031801194

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2021

I
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
DAFTAR ISI....... ............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Batasan Masalah .................................................................................. 7
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 9
A. Kajian Teori ......................................................................................... 9
1. Hasil Belajar Siswa......................................................................... 9
2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar............................................... 11
3. Model Problem Based Learning (PBL).......................................... 14
4. Materi Tentang Gaya...................................................................... 19
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 22
C. Kerangka Berfikir ................................................................................ 23
D. Hipotesis Tindakan .............................................................................. 24
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 25
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 25
B. Setting Penelitian ................................................................................. 25
C. Subjek Penelitian ................................................................................. 25
D. Faktor yang Diteliti .............................................................................. 25
E. Prosedur Penelitian............................................................................... 26
F. Data dan Sumber Data ......................................................................... 27
G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data...................................... 28
H. Indikator kerja ...................................................................................... 30
Daftar Pustaka.......................................................................................... 31
Lampiran.................................................................................................... 33

1
2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gaya otot..............................................................................................20


Gambar 2.2 Gaya listrik...........................................................................................21
Gambar 2.3 Gaya magnet........................................................................................21
Gambar 2.4 Gaya gesek...........................................................................................21
Gambar 2.5 Gaya gravitasi......................................................................................22
Gambar 2.6 Kerangka Berpikir................................................................................23
Gambar 3.1 Bagan penelitian Tindakan kelas.........................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dalam arti luas dapat diartikan sebagai faktor yang sangat penting
yang dapat menunjang kemajuan bangsa, karena melalui pendidikan maka
Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas dapat tercipta, yang
nantinya akan membangun dan membuat bangsa tersebut menjadi bangsa yang
maju. Menurut Putra (2016) menyatakan bahwa pendidikan yang merupakan
cermin negara adalah pendidikan yang bermutu. Dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan, aspek utama yang menentukan adalah kualitas guru. Untuk itu upaya
awal yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas guru yaitu, perlunya
peningkatan mutu profesi seorang guru baik secara formal maupun informal.
Dalam bidang profesi seorang guru profesional berfungsi untuk mengajar,
mendidik, melatih dan melaksanakan penelitian masalah-masalah pendidikan.
Sedangkan pendidikan juga tidak terlepas dari aktivitas yang disebut dengan
belajar. Perbaikan kualitas pembelajaran tidak terlepas dari peran guru dalam
memilih model pembelajaran yang sesuai untuk terciptanya suasana belajar yang
kondusif, sehingga dapat memecahkan masalah siswa dalam belajar, yang pada
akhirnya berdampak pada peningkatan mutu pendidikan (Setiawati et al., 2019).
Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang
lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan
perkembangan intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi nilai
dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar
sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan
penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi
anak adalah mata pelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan
yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya (Susanti, 2018).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

4
5

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,


masyarakat, bangsa dan negara menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, sehingga
dengan demikian tujuan merupakan salah satu hal yang penting dalam kegiatan
pendidikan, karena tidak akan memberikan arah ke mana harus menuju, tetapi
juga memberikan ketentuan yang pasti dalam memilih materi (isi), metode, alat
evaluasi dalam kegiatan yang dilakukan. Secara umum tujuan pendidikan dapat
dikatakan membawa anak kearah tingkat kedewasaan. Artinya membawa anak
didik agar dapat berdiri sendiri (mandiri) didalam hidupnya ditengah-tengah
masyrakat.
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam menjadikan manusia
yang berilmu, berbudaya, bertaqwa serta mampu menghadapi tantangan dimasa
mendatang. Dengan pendidikan tersebut juga akan melahirkan peserta didik yang
cerdas serta mempunyai kompetensi dan skil untuk dikembangkan ditengah-
tengah masyrakat. Untuk mewujudkan hal demikian tidak terlepas dari faktor
penentu dalam keberhasilan peserta didik dalam pendidikan. Salah satu faktor
utamanya adalah kemampuan guru menggunakan metode dalam proses
pembelajaran (Ayu, 2018).
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (pasal 17 ayat 1), “Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah”. Oleh karena itu guru Sekolah Dasar
hendaknya mampu melaksanakan pembelajaran yang bermakna agar siswa
mempunyai bekal pengetahuan yang kuat untuk jenjang selanjutnya.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah tercantum bahwa, tujuan Pembelajaran IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
6

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan-


perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam
pendidikan. Akibat pengaruh ini pendidikan semakin mengalami kemajuan.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan disekolah-sekolah
telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi
karena terdorong karena adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam
pengajaran pun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang
dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa (Ayu, 2018).
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru
sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan
pemengang peran yang sangat penting. Guru bukan sekedar penyampai materi
saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang
mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu
guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik,
sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang
dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Seorang guru di sekolah bukan hanya sekedar berperan sebagai penyampai
materi pelajaran (transfer of knowledge), namun juga harus mampu memerankan
dirinya sebagai petugas sosial, pelajar dan ilmuwan, orang tua, pencari teladan,
dan pencari keamanan Usman (2002). Guru mempunyai tanggung jawab dari segi
profesionalnya. Menurut Aeni (2015) untuk menjalankan peran-peran tersebut
maka guru selayaknya menempatkan dirinya sebagai seorang pendidik
profesional. Dalam pelaksanaannya IPA memiliki enam prinsip sesuai bahan ajar
PLPG diantaranya prinsip motivasi, latar, prinsip menemukan, prinsip belajar
sambil melakukan, belajar sambil bermail, serta adanya prinsip sosial. Prinsip
motivasi merupakan dorongan yang diberikan guru kepada siswa baik berupa
nasihat atau dukungan agar siswa memiliki minat belajar, prinsip latar dalam
pembelajaran IPA perlu diperhatikan, hal tersebut terkait dengan pengetahuan
awal yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya. Selain itu prinsip menemukan
7

merupakan hal yang sangat penting karena pada dasarnya setiap individu memiliki
rasa ingin tahu yang besar. Prinsip keempat yaitu prinsip belajar sambil
melakukan, dimana seseorang akan lebih mudah memahami apa yang mereka
dapat dengan cara melakukan kegiatan. Dalam pembelajaran guru harus
menguasai keterampilan dasar mengajar, setidaknya guru harus memahami
karakter siswa karena dalam pembelajaran IPA prinsip belajar sambil bermain
dimana karakter siswa SD masih senang bermain dan berusaha menciptakan
suasana pembelajaran menyenangkan harus diperhatikan. Pembelajaran dilakukan
adanya interaksi antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa, dalam
pembelajaran IPA prinsip sosial perlu diperhatikan mengingat manusia
merupakan mahkluk sosial. Oleh karena itu dalam pembelajaran IPA perlu
diciptakan kegiatan yang melibatkan banyak orang misalnya diskusi kelompok
(Aeni et al., 2017) .
Menurut Dahar dalam (Tias, 2017) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai
bagian dari pendidikan di SD dapat dipandang sebagai tahap awal dalam upaya
formal untuk memberikan bekal kepada murid. Lebih lanjut disebutkan bahwa
betapa pentingnya pendidikan IPA di SD yang akan menjadi dasar bagi
perkembangan anak-anak selanjutnya, dan sebagian dari mereka merupakan satu-
satunya pendidikan formal yang akan mereka peroleh selama hidupnya.
Pembelajaran IPA di SD merupakan disiplin ilmu dan penerapannya dalam
masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Pendidikan IPA di SD
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya dalam kehidupannya sehari–hari. Proses pembelajaran IPA harus
menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung oleh peserta didik
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar,
yang pada akhirnya mereka menemukan sendiri konsep materi pelajaran yang
sedang dipelajarinya. Selain itu pembelajaran IPA diarahkan untuk memberi
pengalaman langsung sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam untuk alam sekitar (Nupita, 2013)
8

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima


pengalaman belajar (Sudjana, 2012:22). Sedangkan seseorang dapat dikatakan
telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukan adanya perubahan dalam
dirinya. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya kemampuan berpikir,
keterampilan, dan sikap terhadap suatu objek.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti melalui wawancara
dengan salah satu guru kelas IV SD Negeri 4 Batalaiworu, ibu Wa Ode Hervina
S.Pd, mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran siswa masih terlihat kurang
aktif, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang juga masih kurang
khususnya pada mata pelajaran IPA yang dikarenakan guru lebih cenderung
menggunakan pembelajaran konvensional seperti metode ceramah, tanya jawab,
dan pemberian tugas pada setiap akhir pembelajaran berlangsung. Hal ini yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dimana nilai KKM yang telah
ditetapkan pada pembelajaran IPA yakni 70 dan ketuntasan klasikal harus
mencapai 75, dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 20 orang siswa, hanya 8
orang siswa (40%) yang mencapai ketuntasan dan 12 lainya dibawah nilai KKM
(60%). Dari data nilai rata-rata hasil belajar individual siswa dalam pembelajaran
IPA di kelas IV SD Negeri 4 Batalaiworu ini, terlihat masih dibawah standar yang
diharapkan dan belum mencapai ketuntasan belajar. Selain itu, melalui hasil
observasi terlihat pula bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas IV
SD Negeri 4 Batalaiworu masih berpusat pada guru, sedangkan siswa hanya
menerima apa yang disampaikan oleh guru, sehingga proses pembelajaran yang
dilaksanakan menjadi kurang efektif dan efesien.
Beliau juga mengatakan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung selama
ini lebih menekankan siswa mencatat isi buku, kemudian guru menjelaskan
mengenai materi tersebut dan siswa mendengarkan apa yang disampaikan oleh
guru. Hal ini membuat siswa merasa bosan dan tidak aktif dalam belajar, sehingga
suasana kelas menjadi kurang menarik dalam mengikuti pembelajaran. Untuk
mengatasi hal tersebut maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA materi Gaya di kelas IV SD Negeri 4 Batalaiworu
dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif. Salah satu model
9

pembelajaran yang inovatif adalah model Problem Based Learning. Model


pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran inovatif
yang dapat memberikan kondisi belajar aktif dan melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa
dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut serta
sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Sumantri, 2016).
Menurut Pierce dan Jones dalam penerapan Problem Based Learning (PBL)
ada proses yang harus dimunculkan seperti: keterlibatan (engagement),
penyelidikan dan investigasi, performance, tanya jawab dan diskusi. Engagement
bertujuan untuk mempersiapkan siswa berperan sebagai pemecah masalah (self
directioned problem solver) yang dapat bekerja sama dengan pihak lain,
menghadapakan siswa pada situasi yang dapat mendorong untuk dapat
menemukan masalah, menyelidiki, dan menyelesaikannya. Kegiatan penyelidikan
dan investigasi termasuk mengeksplorasi cara-cara menjelaskan dan implikasi,
serta kegiatan mengumpulkan dan mendistribusikan informasi. Performa
bertujuan untuk mempresentasikan temuan yang diperoleh. Tanya jawab dan
diskusi yaitu menguji ketepatan solusi dan merefleksikan pemecahan masalah
yang dilakukan (Herfina et al., 2020).
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini muncul
dari konsep bahwa siswa akan lebih mampu menggali kemampuan berpikir
kritisnya apabila dilibatkan secara aktif untuk memecahkan suatu permasalahan
kaitannya dengan mata pelajaran IPA pada materi Gaya. Guru dapat membantu
proses ini, dengan memberikan umpan balik kepada siswa untuk bekerjasama
menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya dalam menganalisis dan
memecahkan suatu permasalahan.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka peneliti
bermaksud untuk melakukan penelitian, berupa penelitian tindakan kelas (PTK)
tentang “Meningkatkan Hasil belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Materi
Gaya dengan menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) di kelas
IV SD Negeri Lawanata”.
10

B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, agar penelitian lebih terarah maka
peneliti lebih memfokuskan permasalahan dan membatasi masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Meingkatkan hasil belajar yang dimaksud dengan penelitian ini yaitu
berkenaan dengan dampak model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) yang digunakan terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran IPA
materi Gaya.
2. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini.
3. Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri 4 Lawanata.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Apakah penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Materi Gaya di kelas
IV SD 4 Lawanata?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini yaitu: “Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA Materi Gaya di kelas IV SD Lawanata”

E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini, diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah
serta peneliti. Adapun manfaat yang diharapkan adalah:
1. Bagi siswa, penerapan Model Problem Based Learning (PBL)
merupakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Materi Gaya.
2. Bagi guru, menjadi sumber informasi tentang penggunaan Model
Problem Based Learning (PBL) dan diharapkan nantinya guru dapat
11

mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan yang bervariasi dalam


rangka memperbaiki kualitas pembelajaran bagi siswanya.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
konstribusi positif untuk meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri
Lawanata.
4. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman melalui
penelitian dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian teori
1. Hasil belajar siswa
a. Pengertian Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, pengertian
yang luas mencakup bidang kognitif, efektif dan psikomotor. Hasil belajar
merupakan kemampuan yang diperoleh anak didik setelah kegiatan belajar.
Bunyamin Bloom secara garis besar mengklasifikasikan hasil belajar
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
a) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.
b) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari
penerimaan, jawaban, reaksi dan organisasi.
c) Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak individu yang terdiri dari lima aspek, yakni gerakan
refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan keharmonisan atau
ketetapan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif (Rasma,
2016).
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan
pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha
sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang
positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses
belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Menurut sudjana hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajar (Sudjana, 2010). Menurut Warsito dalam (Depdiknas,

12
13

2006) hasil belajar adalah hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya
perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri pelajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sebagai perubahan
perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan tersebut mencakup aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan perubahan tersebut dapat
diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dibandingkan dengan sebelumnya. Hasil belajar dapat diketahui dengan
melakukan penilaian-penilaian tertentu yang menunjukkan sejauh mana
kriteria-kriteria penilaian telah tercapai.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibagi menjadi
dua bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu.
a) Faktor Internal
1. Faktor Biologis
Keadaan jasmani yang harus diperhatikan, pertama kondisi fisik
yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan
sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus
meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama
intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang
berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang.
Kedua adalah kemauan dan ketiga adalah bakat. Bakat bukan
menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang,
melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya
kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
14

b) Faktor Eksternal
1. Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan
utama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang.
2. Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa. Hal ini yang paling mempengaruhi
keberhasilan belajar para siswa di sekolah mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengansiswa, pelajaran waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang
ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
3. Faktor lingkungan masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat
yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Lingkungan yang
dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya lembaga-
lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa a sing,
bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain (Rasma, 2016).
2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
a. Pengertian Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Menurut (Samatowa, 2018) sains berasal dari kata Science yaitu istilah
yang mengacu pada masalah-masalah kealaman (Nature). Secara
sederhana sains didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang gejala-gejala alam. Sains juga merupakan bagian
dari ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan teori-teori yang merupakan produk dari proses
ilmiah.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Menurut
15

Bundu (2006) IPA adalah proses kegiatan yang dilakukan para saintis
dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap proses
kegiatan tersebut. Dalam proses pembelajaran IPA diharapkan agar guru
berperan sebagai fasilitator, membantu peserta didik dalam proses
pengkonstruksian pengetahuan agar pengetahuan yang dibangun peserta
didik bertahan lebih lama dalam ingatannya (Maharusu et al., 2019).
Menurut Wahab Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang
sangat penting karena dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan
memuat materi pembelajaran yang sering ditemukan dalam lingkungan
peserta didik. Samatowa juga menyatakan bahwa pembelajaran IPA di
(SD) hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu
siswa secara alamiah. Hal tersebut akan membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan bertanya, cara berpikir ilmiah, dan mencari
jawaban berdasarkan bukti. Fokus pengajaran IPA di SD hendaknya
ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan siswa yang sesuai
dengan kehidupan siswa itu sendiri
IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu
mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau
kejadian dan hubungan sebab-akibatnya. Ada dua hal berkaitan yang
tidak dapat dipisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk,
pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah
(Wisudawati & Sulistyowati, 2014: 22) dalam (Hasibuan, 2018).
b. Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah
Dasar
Pada hakikatnya pendidikan IPA di Indonesia bertujuan untuk
1) Memberi pengetahuan tentang alam sekitarnya.
2) Memberi bekal pengetahuan praktis dalam menghadapi
kehidupannya.
3) Menanamkan sikap hidup yang ilmiah.
16

4) Memberikan keterampilan untuk pemecahan masalah, banyak


berjasa bagi kesejahteraan dunia dan manusia.
5) Menanamkan kesadaran dan rasa cinta terhadap alam sekitarnya
(Gunawan, 2015).
c. Karakteristik Pembelajaran IPA
Karakteristik sains menurut Mc Comas, Almarzoa, dan Claougii (1998)
adalah sebagai berikut:
1) Para ilmuwan/saintis bisa jadi membuat penafsiran yang berbeda-
beda terhadap pengamatan pada peristiwa yang sama.
2) Teori-teori ilmiah yang didasarkan pada percobaan atau
eksperimen yang tepat tidak akan pernah berubah.
3) Teori-teori ilmiah sebenarnya telah ada di alam raya ini dan teori-
teori tersebut diungkap melalui penyelidikan ilmiah.
4) Penelitian ilmiah tidak dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan
budaya karena ilmuwan/saintis dilatih untuk melaksanakan
penelitian murni yang tidak dibiaskan oleh faktor sosial dan
budaya.
5) Para ilmuwan/saintis menggunakan imajinasi dan kreativitasnya
ketika mereka menganalisis dan menafsirkan data.
6) Percobaan atau eksperimen bukanlah satu-satunya cara untuk
mengembangkan pengetahuan ilmiah.
7) Ilmu pengetahuan merupakan percobaan untuk menjelaskan gejala
alam.
8) Pengetahuan baru harus dilaporkan dengan jelas dan terbuka.
9) Ilmuwan membutuhkan catatan pengamatan yang akurat, ulasan
dan tinjauan yang tajam.
10) Ilmu pengetahuan dan teknologi saling memberikan pengaruh yang
kuat satu sama lain.
11) Ilmu pengetahuan itu bersifat sementara.
12) Tidak ada tingkatan antara hipotesis, teori, dan hukum.
17

13) Ilmu pengetahuan menyatu dari kehidupan sosial dan budaya


(Hamid, 2018).
Sedangkan menurut Harlen (2007) dalam (Rafika, 2013) ada tiga
karakteristik utama sains yaitu :
1) Memandang bahwa setiap orang mempunyai kewenangan untuk
menguji validitas (kesahihan) prinsip dan teori ilmiah. Meskipun
kelihatannya logis dan dapat dijelaskan secara hipotetis, teori dan
prinsip hanya berguna jika sesuai dengan kenyataan yang ada.
2) Memberi pengertian adanya hubungan antara fakta-fakta yang
diobservasi yang memungkinkan penyusunan prediksi sebelum
sampai pada kesimpulan. Teori yang disusun harus didukung oleh
fakta- fakta dan data yang teruji kebenarannya.
3) Memberi pengertian adanya hubungan antara fakta-fakta yang
diobservasi yang memungkinkan penyusunan prediksi sebelum
sampai pada kesimpulan. Teori yang disusun harus didukung oleh
fakta-fakta dan data yang teruji kebenarannya.
3. Model Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dikenal sejak zaman
John Dewey. Menurut Arends (2008), Problem Based Learning (PBL)
merupakan model pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi
bermasalah yang autentik dan bermakna kepada peserta didik, yang dapat
berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. PBL
membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis
dan keterampilan menyelesaikan masalah.
Menurut Trianto (2010), model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada
banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni
penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan
yang nyata.
Sama halnya menurut Riyanto (2009), model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang dapat
18

membantu peserta didik untuk aktif dan mandiri dalam mengembangkan


kemampuan berpikir memecahkan masalah melalui pencarian data sehingga
diperoleh solusi dengan rasional dan autentik (Rahmadani, 2019).
Pada Problem Based Learning guru lebih berperan sebagai pembimbing
dan fasilitator sehingga siswa belajar berpikir dan memecahkan masalah
mereka sendiri. Belajar berbasis masalah menemukan akar intelektualnya
pada penelitian John Dewey. Pedagogi John Dewey menganjurkan guru
untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek atau tugas yang berorientasi
masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah tersebut.
Pembelajaran yang berdayaguna atau berpusat pada masalah digerakkan
oleh keinginan bawaan siswa untuk menyelidiki secara pribadi situasi yang
bermakna merupakan hubungan Problem Based Learning dengan psikologi
Dewey. Selain Dewey, ahli psikologi Eropa Jean Pieget tokoh pengembang
konsep konstruktivisme telah memberikan dukungannya. Pandangan
konstruktivisme kognitif yang didasari atas teori Pieget menyatakan bahwa
siswa dalam segala usianya secara aktif terlibat dalam proses perolehan
informasi dan membangun pengetahuannya sendiri (Suarni, 2017).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran
yang menggunakan masalah nyata (kongkrit) yang diambil dari pengalaman
sehari-hari siswa untuk memacu berfikiri tingkat tinggi siswa dan
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, serta membangun
pengetahuan baru.
a. Karateristik Problem Based Learning.
Menurut Arends, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
berdasarkan masalah memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan
masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar masalah sosial yang
penting bagi peserta didik. Peserta didik dihadapkan pada situasi
kehidupan nyata, mencoba membuat pertanyaan terkait masalah dan
19

memungkinkan munculnya berbagai solusi untuk menyelesaikan


permasalahan.
b) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Meskipun pembelajaran
berdasarkan masalah berpusat pada pelajaran tertentu (ilmu alam,
matematika, dan ilmu sosial), namun permasalahan yang diteliti
benar-benar nyata untuk dipecahkan. Peserta didik meninjau
permasalahan itu dari berbagai mata pelajaran.
c) Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah
mengharuskan peserta didik untuk melakukan penyelidikan autentik
untuk menemukan solusi nyata untuk masalah nyata. Peserta didik
harus menganalisis dan menetapkan masalah, kemudian
mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, melaksanakan percobaan (bila diperlukan),
dan menarik kesimpulan.
d) Menghasilkan produk dan mempublikasikan. Pembelajaran
berdasarkan masalah menuntut peserta didik untuk menghasilkan
produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau peragaan yang dapat
mewakili penyelesaian masalah yang mereka temukan.
e) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah ditandai oleh peserta
didik yang saling bekerja sama, paling sering membentuk pasangan
dalam kelompok-kelompok kecil. Bekerja sama memberi motivasi
untuk secara berkelanjutan dalam penugasan yang lebih kompleks dan
meningkatkan pengembangan keterampilan social (Rahmadani, 2019).
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL)
Menurut (Habibu, 2019) Langkah-langkah model pembelajaran
problem baased learning adalah sebagai berikut:
1) Tahap 1 orientasi peserta didik pada masalah.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
dibutuhkan, mengajukan fenomena, demonstrasi atau cerita untuk
20

memunculkan masalah, dan memotivasi peserta didik untuk melibatkan


dalam pemecahan masalah yang dipilih.
2) Tahap 2 mengorganisasi peserta didik untuk belajar.
Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
3) Tahap 3 membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
4) Tahap 4 mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyikapi
karya yang sesuai seperti laporan, video dan model, serta membantu
mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.
5) Tahap 5 menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
c. Tujuan model Problem Based Learning
Penggunaan model ini memiliki tujuan agar siswa dapat memberdayakan,
mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara
berkesinambungan. Serta siswa didorong untuk dapat mengembangkan
pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, dengan model ini diharapkan
siswa dapat:
a) Menyelesaikan masalah dengan seluruh pengetahuan dan ketrampilan
mereka dari berbagai sumber yang dapat diperoleh.
b) Memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan
berfikirnya secara berkesinambungan.
Sedangkan Ibrahim dan Nur, mengemukakan tujuan model Problem
Based Learning (PBL) secara lebih rinci yaitu:
a) Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan mencerna
masalah.
21

b) Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam


pengalaman nyata.
c) Menjadi para siswa yang otonom atau mandiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, tujuan model Problem
Based Learning (PBL) adalah mengasah kemampuan berfikir siswa dalam
memecahkan masalah. Hal ini agar siswa membuktikan sendiri materi yang
sedang dipelajarinya sesuai atau tidak dengan teori yang ada dan terlatihnya
siswa dalam berfikir ilmiah (Najma, 2017: 29-30) dalam (Jayanti, 2019).
d. Kelebihan dan kelemahan Model Problem Based Learning.
Menurut Aris Shoimin (2014: 132) dalam (Jayanti, 2019) ada 8 kelebihan
model pembelajaran PBL yaitu sebagai berikut:
1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah
dalam situasi nyata.
2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri
melalui aktivitas belajar.
3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada
hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi
beban siswa dengan mengahafal atau menyimpan informasi.
4) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari
perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi.
6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.
7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah
dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
8) Kesulitan belajar siswa secara individu dapat diatasi melalui kerja
kelompok dalam bentuk peer teaching.
Kelemahan model Problem Based Learning (PBL) antara lain:
1) Sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang sesuai
dengan tingkat berfikir para siswa.
2) Memerlukan waktu yang lebih banyak.
22

3) Sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari


yang semula belajar dengan mendengar, mencatat dan menghafal
informasi yang disampaikan guru, menjadi belajar dengan cara mencari
permasalahan dan memecahkannya sendiri (Yulia, 2018).
4. Materi Tentang Gaya
a. Pengertian gaya
Menurut ilmu pengetahuan alam, gaya diartikan sebagai tarikan
atau dorongan. Tarikan atau dorongan akan mempengaruhi perubahan
gerak benda atau bentuk benda. Tarikan atau dorongan ini biasanya
kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti menarik tuas,
mendorong meja, itulah yang disebut sebagai gaya. Gaya dapat
menyebabkan sebuah benda berubah bentuk, berubah posisi, berubah
kecepatan, berubah panjang atau volume, dan juga berubah arah.
Sebuah gaya disimbolkan dengan huru F singkatan dari Force.
Satuan gaya dalam dalam Satuan Internasional (SI) adalah Newton
(N) yang merupakan penghormatan bagi seorang ilmuan fisika Inggris
bernama Sir Isaac Newton, alat untuk mengukur gaya adalah neraca
pegas atau dinamometer (Jayanti, 2019).
1. Sifat- sifat Gaya
Adapun sifat- sifat gaya sebagai berikut:
a) Gaya dapat memengaruhi gerak benda
Di antara kamu tentu ada yang pernah bermain bola. Bola
tersebut akan bergerak jika dilempar atau ditendang. Akan
tetapi, bola dapat berhenti bergerak jika bola yang dilemparkan
seorang pemain ditangkap oleh pemain lain. Peristiwa tersebut
menunjukkan bola dapat bergerak atau berhenti jika diberi
gaya.
b) Gaya dapat mengubah bentuk benda
Pernahkah kamu membantu ibu membuat roti? Bentuk roti
bermacam-macam tergantung cara membentuknya. Adonan
tersebut dapat kita bentuk bulat. Apabila kita tekan, adonan
23

berbentuk bulat tersebut menjadi pipih. Apabila kita


menginginkan bentuk roti yang memanjang, kita dapat menarik
adonan roti itu.
2. Jenis-jenis gaya
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan gaya
dengan jenis yang berbeda satu dan yang lainnya. Gaya tarik,
gaya dorong, dan gaya gesek merupakan beberapa gaya yang
dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, setiap gaya
yang dilakukan memerlukan tenaga. Berdasarkan sumber tenaga
yang diperlukan, gaya dibedakan menjadi beberapa diantaranya
sebagai berikut: (Jayanti, 2019).
1) Gaya otot
Gaya otot adalah gaya yang dilakukan oleh otot-otot tubuh kita.
Gaya otot sering dilakukan pada saat kita menarik dan mendorong
barang, mengangkat barang, ataupun saat kita berolahraga.

Gambar 2.1. Gaya otot (Iskandar, 2017)


2) Gaya listrik
Gaya listrik merupakan gaya yang terjadi karena aliran muatan
listrik. Aliran muatan listrik ini ditimbulkan oleh sumber energi
listrik. Contoh gaya listrik adalah bergeraknya kipas angin karena
dihubungkan dengan sumber energi listrik. Muatan listrik dari
sumber energi listrik mengalir ke kipas angin. Sehingga, kipas
angin dapat bergerak.

Gambar 2.2. Gaya listrik (Jayanti, 2019)


24

3) Gaya magnet
Gaya magnet adalah gaya yang dihasilkan oleh magnet. Hanya
benda yang mengandung unsur besi atau baja yang akan menempel
ke magnet. Benda yang terbuat dari plastik atau kertas tidak akan
tertarik dan menempel ke magnet.

Gambar 2.3. Gaya magnet (Iskandar, 2017)


4) Gaya gesek
Gaya gesek timbul karena gesekan dua benda. Misalnya saat
berlari, sepatu akan bergesekan dengan jalan, sehingga kita akan
berlari dengan aman.

Gambar 2.4. gaya gesek (Iskandar, 2017)


5) Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan bumi.
Contoh gaya gravitasi adalah jatuhnya buah dari atas pohon dengan
sendirinya. Semua benda yang dilempar ke atas akan tetap kembali ke
bawah karena pengaruh gravitasi bumi.
25

Gambar 2.5 gaya gravitasi (Jayanti, 2019)


B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
yag menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Adapun
penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Chika Okta Jayanti (2019) dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gaya Melalui Model Problem
Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas IV Mi Ma’arif Tingkir Lor Kota
Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019” hasil penelitian pada siklus 1 hasil
belajar siswa 73% dengan nilai rata-rata 68,13 sedangkan pada siklus II
91% dengan nilai rata-rata 81,81. Maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Farles Derawati (2013) dengan judul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Pokok
Bahasan Gaya Magnet dengan Menggunakan Model Problem Based
Learning di Kelas V SD Negeri 25 Bengkulu Selatan”. Hasil penelitian
pada siklus I hasil belajar siswa mencapai 53,8 %, dengan nilai rata-rata
76,9 sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa mencapai 92,3%. Dengan
nilai rata-rata 87,6. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dengan
penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktivan
siswa dan guru serta hasil belajar siswa pada proses pembelajaran.
26

C. Kerangka Berpikir
Dari hasil belajar yang diperoleh siswa kelas IV SD Negeri 4 Batalaiworu,
khususnya pada mata pelajara IPA, nilai siswa masih dibawah nilai KKM 70.
Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil observasi dan wawancara di
sekolah tersebut. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh guru, yang
masi menerapkan model pembelajaran konvensional dimana guru tidak
menerapkan model pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa cenderung
bosan.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti memberi solusi
dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL), sebagai salah
satu langka dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah
tersebut agar menarik minat hasil belajar siswa untuk aktif dalam mengikuti
pembelajaran IPA di kelas, sehingga dapat keberhasilan sehingga melampui
nilai KKM 70.
Gambar 2.6: Kerangka Berpikir

Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Batalaiworu Tahun


Ajaran 2020/2021 Rendah.

Aspek guru Aspek siswa

 Guru lebih aktif dalam pembelajaran  Siswa cenderung kurang aktif


dibandingkan siswa. dalam proses pembelajaran.
 Guru kurang menggunakan model  Siswa mudah bosan dalam
pembelajaran yang menarik. proses pembelajaran.
 Guru kurang menyediakan media
pembelajaran.

Penerapan Model Problem Based Learning

Hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Batalaiworu


Pembelajaran IPA Materi Gaya Meningkat.
27

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir yang di kemukan di atas, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan Model Problem Based Learning
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Gaya di tema 7 Indahnya
Keragaman Negeriku di kelas IV SD Negeri Lawanata meningkat.
28

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau class
room action research. PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara
lebih profesional. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu jenis penelitian yang
dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran dikelasnya
(Daryanto, 2018).

B. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021
bertempat di kelas IV SDN Lawanata. Jl. Lumba-lumba No.90 Kabupaten
Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara.

C. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Lawanata tahun
ajaran 2020/2021 dengan jumalah siswa sebayak 20 orang, yang terdiri dari 9
laki-laki dan 11 perempuan.

D. Faktor yang Diteliti


1. Faktor Siswa, untuk melihat apakah hasil belajar siswa mengalami
peningkatan selama proses pembelajaran dengan menggunakan Model
Problem Based Learning (PBL).
2. Faktor guru, untuk melihat kemampuan dan penguasaan guru dalam
menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran
IPA materi gaya.
3. Faktor hasil belajar, yaitu dengan melihat hasil belajar pada setiap siklus
akhir tindakan.
29

E. Prosedur Penelitian
Perencanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan beberapa siklus, tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai untuk melihat
sejauh mana pemahaman siswa tentang materi pembelajaran. Dengan mengacu
pada prosedur penelitian, maka tindakan untuk tiap siklus meliputi: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) refleksi
yang diadakan pada setiap siklusnya. Dapat menjelaskan hal ini sebagai berikut:
1. Perencanaan.
Adapun yang dilakukan pada tahap ini yaitu:
a. Membuat skenario pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model Problem Based
Learning (PBL).
b. Membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang akan dibagikan ke
setiap kelompok.
c. Membuat lembar observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar
siswa menggunakan langkah-langkah model Problem Based Learning
selama pelaksanaan proses pembelajaran.
d. Mendesain alat evaluasi yang digunakan sebagai tes tindakan disetiap
siklus.
2. Pelaksanaan Tindakan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan yaitu
melaksanakan pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL).
3. Observasi/Evaluasi.
Kegiatan observasi dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan guru
kelas. Pada tahap ini peneliti mengamati proses pembelajaran dari awal
sampai akhir dengan menggunakan lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui aktivitas siswa pada saat proses kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan model Problem Based Learnig (PBL).
4. Refleksi.
30

Pada tahap ini peneliti melaksanakan diskusi dengan guru tentang hasil
yang dicapai dalam tahap observasi dan evaluasi. Untuk melihat apakah
kegiatan yang dilaksanakan telah meningkatkan pada aktivitas dan hasil
belajar siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan berikut ini:

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, dkk, 2017)

F. Data dan Sumber Data


1. Data
Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif dimaksudkan untuk melihat proses pembelajaran yang dilakukkan
oleh guru, ketika menggunakan model pembelajaran kontekstual pada mata
pelajaran IPA Materi Gaya Kelas IV SD Negeri Lawanata. Sedangkan data
kuantitatif untuk melihat hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Materi
31

Gaya Kelas IV SD Negeri Lawanata ketika guru menggunakan model


pembelajaran kontekstual.

2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang terdiri dari
9 laki-laki dan 11 perempuan, serta guru kelas IV Negeri Lawanata.

G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Data kualitatif diperoleh melalui observasi menggunakan lembar
observasi dan wawancara. Sedangkan data kuantitatif melalui tes pada
setiap akhir siklus.
a) Observasi
Data penilitian dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi,
yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap suatu objek yang ditiliti dalam suatu pengkodean
tentang hal-hal tertentu atau aspek-aspek yang diamati. Observasi ini
dilakukan selama peneliti melakukan penelitian di SDN Lawanata.
b) Dokumentasi
Penelitian ini juga menggunakan teknik dokumentasi yang
dilakukan dengan cara mengambil foto siswa, selama proses
kegiatan pembelajaran berlangsung. Dokumentasi dilakukan oleh
teman sejawat dengan cara mengambil foto siswa pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang didokumentasikan yaitu:
kegiatan siswa saat berkelompok, melakukan pengamatan,
berdiskusi, presentasi di depan kelas, serta saat dilakukannya tes.
Dokumentasi ini digunakan untuk memeperkuat data yang diperoleh
sekaligus sebagai bukti fisik kegiatan penelitian.
c) Tes
Tes merupakan seperangkat rangsangan yang diberikan seseorang
dengan maksud mendapatkan jawaban yang dijadikan penetapan
32

skor. Sehingga peneliti ini menggunakan tes untuk mengumpulkan


data dalam penelitian ini. Tujuan dari tes dalam penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi peningkatan pemahaman konsep siswa pada
materi gaya.
2. Teknik Analisis Data.
Teknik analisis data yang dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Teknik Analisis Data Kualitatif
Data tentang proses pelaksanaan pembelajaran dianalisis secara
deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan
hasil observasi aktivitas siswa.
2. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Data Kuantitatif berupa nilai yang diperoleh siswa pada tes setiap
akhir siklusnya yang disajikan dalam tabel serta grafik. Data tersebut
akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
1) Untuk menentukan nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam tes
siklus digunakan rumus:

Σx
X=
n
Keterangan:
X = Nilai rata-rata
𝛴x = jumlah nilai seluruh siswa
n = Jumlah siswa
2) Untuk menentukan hasil tes pemahaman konsep siswa dapat
digunakan rumus:
skor yang diperloeh
Nilai akhir x 100 %
skor ideal
Sumber : (Hendawati & Kurniati, 2014)
3) Untuk menentukan persentasi ketuntasan lembar observasi guru
dan lembar observasi siswa digunakan rumus:
33

skor yang diperloeh


% Tuntas = x 100 %
skor maksimum
Kategori:
80-100% = Sangat Efektif
65-79,9% = Efektif
50-64,9% = Kurang Efektif
<50% = Tidak Efektif
Sumber : (Hendawati & Kurniati, 2014)

H. Indikator kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini terdiri dari indikator
keterlaksanaan skenario pembelajaran dan indikator peningkatan hasil belajar
siswa. Adapun persentase dari kedua indikator yaitu siswa dinyatan tuntas apabila
minimal ≥ 75% siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal ≥ 70
berdasarkan KKM di sekolah.
34

DAFTAR PUSTAKA

Aeni, N. N., Sujana, A., & Sunaengsih, C. (2017). Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning pada Materi Gaya untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa. Jurnal Pena Ilmiah, 2(1), 471–480.
https://doi.org/10.17509/jpi.v2i1.10683
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2017). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Ayu, P. (2018). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
IPA Materi Gaya Magnet Melalui Metode Pembelajaran Demonstrasi di
Kelas V MIS T.I Al-Musthafawiyah. Universitas Islam Negeri.
Daryanto. (2018). Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah
Beserta Contoh-contohnya. Malang: Gava Media.
Depdiknas. (2006). Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran.
Jakarta: Depdiknas.
Gunawan. (2015). Model Pembelajaran Sains Berbasis ICT (A. Sukri & L.
Herayanti (eds.); 1st ed.). Mataram: FKIP Universtas Mataram.
Habibu, R. (2019). Model-Model Pembelajaran Anak Usia Dini Teori dan
Implementasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hamid, R. (2018). Katalisme dalam Pembelajaran Sains. Makasar: CV. Nas
Media Pustaka.
Hasibuan, S. A. (2018). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Talking Stick pada Mata Pelajaran IPA
Materi Gaya di Kelas V Min Medan Maimun Kelurahan Timbang Deli
Kecamatan Medan. [Universitas Islam Negeri].
https://doi.org/10.1063/1.4914609
Hendawati, Y., & Kurniati, C. (2014). Penerapan Metode Eksperimen Terhadap
Pemahaman Konsep Siswa Kelas V pada Materi Gaya dan Pemanfatannya.
15–25.
Herfina, B, A., & Kaimudin, L. O. (2020). Penerapan Model Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Tema Peristiwa
dalam Kehidupan di Kelas V SDN 17 Kendari. Jurnal Ilmiah Pembelajaran
Sekolah Dasar, 2(2), 10. https://doi.org/10.36709/jipsd.v2i2.13881
Iskandar, H. (2017). Aktif Begerak. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Anak
Usia Dini dan pendidikan Masyarakat.
Jayanti, C. O. (2019). Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gaya Melalui Model
Problem Based Learning (PBL) pada Siswa Kelas IV Mi Ma’arif Tingkir Lor
Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019. Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
Maharusu, Muliddin, & Hamid, R. (2019). Keefektifan Model Pembelajaran
35

Berbasis Masalah Terhadap Pemahaman Konsep pada Materi Getaran,


Gelombang dan Bunyi Ditinjau Dari Penalaran Logis Peserta Didik. Jurnal
Biofiskim, 1(1), 51–59.
Nupita, E. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Pemecahan Masalah IPA
pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. JPGSD, 1, 1–9.
Rafika. (2013). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya dengan
Menggunakan Metode Eksperimen Siswa Kelas IV SDN 1 Siwalempu.
Jurnal Kreatif Tadulako Online, 4(2), 10–25.
Rahmadani. (2019). Metode Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). Lantanida Journal, 7(1), 1–100.
https://doi.org/10.22373/lj.v7i1.4440
Rasma, M. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) pada Materi Asam Basa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI MAS
Darul Ihsan. Universitas Islam Negeri Banda Aceh.
Samatowa, U. (2018). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Setiawati, G. A. M. I., Wibawa, M. C., & Japa, I. G. N. (2019). Pengaruh Model
Pembelajaran Probing Prompting Berbantuan Media Video Terhadap Hasil
Belajar IPA. Journal for Lesson and Learning Studies, 2(3), 378–386.
Suarni, D. A. K. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 1(3),
206–214. https://doi.org/10.23887/jisd.v1i3.11997
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sukardi. (2011). Evaluasi Pendidikan : Prinsip dan Opersasionalnya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sumantri. (2016). Strategi Pembelajaran, Teori dan Praktik di Tingkat
Pendidikan Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Susanti, N. (2018). Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada
Pembelajaran IPA Materi Gaya Magnet Melalui Penerapan Metode
Demontrasi. Jurnal Pendidikan Sosial, Sains, Dan Humaniora (SG-JPSSH,
4(3), 753–765. https://media.neliti.com/media/publications/123014-ID-
penerapan-metode-demonstrasi-pada-materi.pdf
Tias, I. W. U. (2017). Penerapan Model Penemuan Terbimbing untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar. DWIJACENDEKIA
Jurnal Riset Pedagogik, 1(1), 50–60. https://doi.org/10.20961/jdc.v1i1.13060
Yulia. (2018). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Problem
Based Learning dengan Media Gambar di Kelas V-Amin 6 Aceh Timur.
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
36

Anda mungkin juga menyukai