Oleh :
Muhamad nur Yasin
2019010048
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan karya ilmiah ini dapat
terselesaikan pada waktunya.
Karya ilmiah yang berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama
Islam Dengan Menerapkan Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa Kelas VII ini, disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah PTK.
Dalam penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada: Bu Sri Jumini S.Pd., M.Pd. CIQnr. Selaku dosen mata kuliah PTK di
kelas B semester 6 ini.
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan
penelitian ini dan demi penelitian yang akan datang.
Peneliti
2
DAFTAR ISI
A. Model PAKEM.........................................................................10
B. Pembahasan .............................................................................33
B. Saran ........................................................................................35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
4
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang
memiliki tujuan. Guru dan peserta didik yang menjalankannya. Interaksi yang memiliki
tujuan itu disebabkan salah satunya karena guru yang memanfaatkannya dengan
menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan peserta didik dalam
belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi peserta didik, dengan
baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang
Ketika sedang berlangsung kegiatan belajar, guru harus dengan ikhlas dalam
bersikap dan bertindak, serta mau memahami peserta didiknya dengan segala
konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi serta dapat menjadi penghambat jalannya
kegiatan belajar mengajar, baik yang bersumber dari perilaku peserta didik maupun yang
bersumber dari luar anak didik, guru harus hilangkan, dan tidak membiarkannya. Karena
keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan
bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan peserta didik. Pandangan guru
terhadap peserta didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu
mempunyai pandangan yang sama dalam menilai peserta didik. Hal ini akan
Guru yang memandang peserta didik sebagai pribadi yang berbeda dengan peserta
didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang peserta didik sebagai makhluk
yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka sangatlah penting meluruskan
pandangan yang keliru dalam menilai peserta didik. Sebaiknya guru memandang peserta
5
didik sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan
Metode PAKEM. Interaksi belajar mengajarnya menuntut anak didik untuk aktif, kreatif
dan senang yang melibatkan secara optimal mental dan fisik mereka. Tingkat keaktifan,
kreatifitas, dan kesenangan mereka dalam belajar merupakan rentangan kontinum dari
yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Tetapi idealnya pada kontinum yang
tertinggi baik pelibatan aspek mental maupun fisik peserta didik. Oleh karena itu, interaksi
(1) Berbuat
Pola interaksi tersebut yang mampu mengemas dan dapat mengubah paradigma
menjadikan hasil belajar sebagai referensi refleksi kritis tentang dampak ilmu
hati nurani, dan bertanggungjawab terhadap karirnya kelak. Kemampuan ini dimiliki anak
didik, karena dengan pola interaksi pembelajaran tersebut, dapat membuat anak didik aktif
pembelajaran lingking (link and math atau life skill) dan delinking (pemutusan lingkungan
6
negatif), diversifikasi kurikulum, pembelajaran kontekstual, kurikulum berbasis
kompetensi, dan otonomi pendidikan pada tingkat sekolah taman kanak-kanak dengan
mengembangkan anak untuk memiliki kemampuan yang utuh yang disebut: Pendidikan
peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup
bangsa tersebut. Secara langsung maupun tidak langsung pendidikan adalah suatu usaha
bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Tentunya
hal ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, anggota masyarakat dan
orang tua. Untuk mencapai keberhasilan ini perlu dukungan dan partisipasi aktif yang
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional
yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta
sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta
terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial.
pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan
faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung
Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara
7
maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru mampu menyampaikan semua
mata pelajaran yang tercantum dalam proses pembelajaran secara tepat dan sesuai dengan
Dengan menyadari kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis
mengambil judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dengan Menerapkan Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa kelas VII Tahun Pelajaran
2009-2010.
B. Identifikasi Masalah
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
Model pembelajaran yang bertumpu pada empat prinsip yaitu: aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan.
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkat laku
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam
diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu.
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah
C. Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas VII tahun pelajaran 2009-2010
2. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan kisah nabi Ibrahim a.s, dan nabi
Ismail a.s.
8
D. Rumusan Masalah
diterapkannya model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas VII. Tahun pelajaran
2009-2010 ?
Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas VII. Tahun pelajaran 2009-2010.
E. Manfaat Penelitian
sebagai:
Islam.
2. Sumbangan pemikiran bagi guru Pendidikan Agama Islam dalam mengajar dan
5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
F. Tujuan Penelitian
9
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah
diterapkannya model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas VII tahun pelajaran
2009-2010.
model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas VII tahun pelajaran 2009-2010.
meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas VII tahun pelajaran 2009-2010.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model PAKEM
Model PAKEM adalah model pembelajaran yang bertumpu pada empat prinsip,
yaitu: aktif, efektif, dan menyenangkan. Model pembelajaran ini sangat cocok untuk
kurikulum 2013 berbasis kompetensi yang senantiasa berorientasi pada aktivitas siswa
(student centered learning). Model ini dapat dikembangkan secara sederhana oleh guru
Model PAKEM berorientasi pada proses dan tujuan. Orientasi proses dalam model
jawab dibina sejak awal. Kebersamaan dan bekerja sama untuk mengasah emosional.
Persaingan yang sehat ditumbuhkan dengan saling menghargai satu sama lain serta
menumbuhkan sikap kepemimpinan. Orientasi tujuannya adalah agar anak belajar lebih
mendalam, anak lebih kritis dan kreatif, suasana belajar menjadi bervariasi serta
10
Tampaknya untuk memaknai aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan masih
terlalu abstrak. Beberapa pendidik masih kabur dengan makna ini. Meskipun untuk
memaknai istilah tersebut pernah didiskusikan oleh para pendidik, namun bukan
berarti makna ini sudah paten. Makna tersebut masih perlu dikembangkan lagi sesuai
dengan kondisi yang sesungguhnya. Dalam diskusi itu, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a. Aktif
- Selalu mencoba
b. Kreatif
- Tidak mudah puas dengan hasil kerjanya dan selalu ingin berbuat terus
c. Efektif
11
d. Menyenangkan
A. Persiapan
Perubahan paradigma pembelajaran sangat terasa saat ini. Dulu guru lebih
Persiapan bagi seorang guru merupakan hal yang mutlak harus dikerjakan.
Skenario merupakan salah satu dari persiapan yang harus dibuat oleh guru.
12
dengan siswa. Bukan hanya sekedar format, melainkan guru sudah mendesain
pola pembelajaran yang ideal dengan karakter materi yang sedang diajarkan.
Asas fleksibilitas, artinya lebih lentur dalam memahami kondisi yang akan
dihadapi. Seorang guru tidak bisa kaku dalam menerapkan pola pembelajaran
guru tidak hanya terpaku pada satu metode yang ada. Jika hal itu sudah
sudah dipersiapkan cara pelayanannya. Seorang guru tidak bisa membuat anak
sama seperti gerigi sisir, tetapi disesuaikan dengan karakter dan kepribadian
yang khas yang dimiliki anak. Sebagaimana berbagai teori sudah disepakati
oleh para pakar pendidikan bahwa setiap anak mempunyai modalitas belajar
atau gaya belajar yang berbeda. Modalitas belajar yang dimiliki anak ada tiga,
Modalitas belajar anak cenderung pada karakter alamiah yang dimiliki. Anak
yang mempunyai gaya belajar visual, cenderung senang dengan cara melihat,
baik itu gambar maupun bagan. Anak yang mempunyai gaya belajar auditoria,
menyentuh.
Jika selama ini orang lebih banyak membicarakan teori yang dikembangkan
13
oleh ahli psikologi, Alfred Bine, yaitu intelgensi tunggal yang sering disebut
intelligence quotient (IQ). Saat ini muncul teori intekgensi majemuk yang
sering disebut multiple intelligences. Teori ini dirumuskan oleh Prof. Howard
kekurangan sendiri, jelas tidak bijak bagi guru (terutama orang tua) untuk
memaksa anak yang tidak ingin pada bidang-bidang tertentu. Orang tua atau
sendiri. Teori Gardner juga mengingatkan kita agar sejak pendidikan usia
muda, guru dan orang tua menyediakan berbagai pengalaman belajar yang
pendekatan yang terbaik. Guru serta orang tua dapat mendampingi anak di
kegembiraan.
Setiap anak mempunyai karakter dan keinginan yang berbeda untuk itu apa
Sumber belajar yang harus dimiliki oleh guru adalah dari sumber tangan
pertama dan tangan kedua. Sumber belajar tangan pertama, artinya sumber
14
belajar yang langsung dialami oleh siswa, seperti pengalaman kunjungan
belajar, peristiwa yang dialami atau dilihat, situs bersejarah, nara sumber, dan
belajar yang sudah dihasilkan oleh orang lain, misalnya: buku paket atau
Seorang guru dalam model PAKEM tidak boleh selaku menganggap buku
sumber belajar yang dihasilkan oleh siswa dan segala yang ada di sekitar.
seorang guru bisa menggali potensi yang ada pada siswa dengan memberikan
Agar anak lebih berwawasan luas, pertanyaan yang diberikan oleh guru
15
Kebiasaan anak-anak mempertanyakan segala hal harus dapat direspon dengan
baik oleh guru. Pertanyaan yang timbul dari anak itu didorong oleh kebutuhan
anak seperti ini, seorang guru harus memberikan umpan balik seketika.
Dengan demikian, akan muncul keingintahuan yang lebih besar. Dalam kondisi
Sesuatu yang sangat berarti bagi seorang anak adalah ketika apa yang
Mungkin karena tidak ada tempat atau mungkin dianggap kurang layak untuk
diberikan penghargaan. Agar anak tumbuh motivasi yang lebih besar, hasil
Persaingan dan kerja sama perlu diciptakan sejak dini. Persaingan dalam hal
yang ada pada dirinya dan guru sangat berperan untuk menggali dan
mengembangkan potensi ini. Di sisi lain harus diciptakan kerja sama yang
baik. Perbedaan yang satu dengan yang lain mampu mewujudkan rasa saling
16
- Mengamati, mengukur dan mendiskripsikan
sosial, belajar harus menyenangkan, belajar harus selalu aktif, dan belajar tak
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
17
tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah
2000:28).
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan
2. Macam-macam Motivasi
a. Motivasi Intrinsik
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
18
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994:105) ada beberapa strategi dalam
berikut:
pokok
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan
motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya
maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya
seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat
kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif
19
1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara
prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
2) Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal kegiatan
TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk
3) Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin
jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar
dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan
bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi,
bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa
giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka
yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari
luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain
sebagainya.
20
D. Prestasi Belajar
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan
ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik.
Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini prestasi
belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai
oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu
melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan
mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana
siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru
dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di
sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar PAI
adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi
yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk
Menurut Sukidin dkk (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu:
Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk.
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat
berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama
Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan
22
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan.
Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah
berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau
pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai
1. Tempat Penelitian
untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMP Alfa Ali
2. Waktu Penelitian
ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei semester genap.
3. Subyek Penelitian
pokok bahasan kisah nabi Ibrahim a.s, dan nabi Ismail a.s.
B. Rancangan Penelitian
terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan
pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002:82). Ciri atau karakteristik
utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti
dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan
masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif
yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
23
Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai
berikut:
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata
dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan
2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat
4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari
tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian
memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu. (Arikunto,
Suharsimi, 2002:82-83).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam
Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang
perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
24
C. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya
adalah: (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang
diberikan dalam waktu tertentu, (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai,
dan (3) untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan
dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual maupun
dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada bagian
mana TPK yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan maka juga
digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk
mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
D. Analisis Data
Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat
analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kualitatif. Cara
penghitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar
sebagai berikut.
2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing siswa
dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku
petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika
mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas belajar jika
jumlah siswa yang tuntas secara individu mencapai 85% yang telah mencapai daya
3. Menganalisa hasil observasi yang dilakukan oleh guru sendiri selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
25
BAB IV
Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara klasikal jika
siswa yang mendapat nilai 65 lebih dari atau sama dengan 85%, sedangkan seorang siswa
dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
tanggal 19 Mei 2022 di Kelas VII jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai
berikut.
26
Tabel Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
model PAKEM diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,00 dan
ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa dari 22 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal
siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya
sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum
c. Refleksi
tujuan pembelajaran
d. Refisi
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam
27
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
tanggal 11 April 2005 di Kelas VII dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini
kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun
28
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah
77,73 dan ketuntasan belajar mencapai 79,01% atau ada 17 siswa dari 22 siswa
sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan
belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I.
Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan
bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai
c. Refleksi
1) Memotivasi siswa
3) Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan
kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara
lain:
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam
kesimpulan/menemukan konsep.
29
4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan
5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal
latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
3. Siklus III
a. Tahap perencanaan
dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
tanggal 18 April 2009 di Kelas VII dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini
pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga
kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.
mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun
30
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 82,73
dan dari 22 siswa telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum mencapai
ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai
sebesar 86,36% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus
III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan
pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi
c. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun
yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan
pembelajaran model PAKEM. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan
sebagai berikut:
dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses
belajar berlangsung.
d. Revisi Pelaksanaan
dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan
proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi
31
terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada
B. Pembahasan
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat
dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing
68,18%, 79,01%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal
telah tercapai.
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa
yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pad setiap siklus
PAI pada pokok bahasan kisah nabi Ibrahim a.s, dan nabi Ismail a.s dengan model
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat
32
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan
konstekstual model pengajaran berbasis masalah dengan baik. Hal ini terlihat dari
aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa
BAB V
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil
seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap
pertanyaan.
33
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar
PAI lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan
matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-
benar bisa diterapkan dengan pembelajaran model PAKEM dalam proses belajar
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering
melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana,
dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan
yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan
34
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa
Cipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha
Nasional.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka
Ilmu.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Hasibuan K.K. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press. Univesitas
Negeri Surabaya.
35
Lampiran 1
Nilai Tes Formatif Pada Siklus I
Keterangan Keterangan
No. Urut Skor No. Urut Skor
T TT T TT
1 100 12 80
2 60 13 50
3 80 14 70
4 60 15 70
5 70 16 80
6 80 17 70
7 70 18 50
8 50 19 60
9 70 20 100
10 40 21 70
11 90 22 70
Jumlah 770 7 4 Jumlah 770 8 3
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 15
Jumlah Siswa yang tidak tuntas : 7
Skor Maksimal Ideal : 2200
Skor Tercapai : 1540
Rata-rata Skor Tercapai : 70,00
Prosentase Ketuntasan : 68,18
36
Lampiran 2
Nilai Tes Formatif Pada Siklus III
Keterangan Keterangan
No. Urut Skor No. Urut Skor
T TT T TT
1 100 12 90
2 70 13 70
3 90 14 90
4 80 15 90
5 80 16 90
6 90 17 80
7 90 18 60
8 60 19 80
9 90 20 100
10 60 21 80
11 100 22 80
Jumlah 910 9 2 Jumlah 910 10 1
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 19
Jumlah Siswa yang tidak tuntas : 3
Skor Maksimal Ideal : 2200
Skor Tercapai : 1820
Rata-rata Skor Tercapai : 82,73
Prosentase Ketuntasan : 86,36
37