Disusun Oleh:
Kelas 7D PGSD Kelompok 9
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Mengembangkan Kurikulum Sekolah ke Lingkungan Alam Sekitar”.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Ike Hananik, M. Pd. dan Bapak Ari Hidayat, M. Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Kapita Selekta Pembelajaran.
2. Rekan-rekan Mahasiswa Kelas 7D S1 PGSD Universitas Lambung Mangkurat.
Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini ada memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat oleh siapapun yang membacanya
dan dapat menambah ilmu kita khususnya pada mata kuliah Kapita Selekta
Pembelajaran.
Penyusun,
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Pantiwati dalam Yuni (2015:27) Pada dasarnya lingkungan dapat
digunakan secara optimal dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini selama kegiatan
tersebut relevan dengan keterampilan dasar dan hasil belajar anak, yang meliputi alam,
sosial, budaya atau lingkungan buatan. Ketika lingkungan pendidikan bervariasi faktor
yang mempengaruhi pendidikan atau berbagai lingkungan dimana proses pendidikan
berlangsung. Jadi lingkungan sekolah adalah sebuah institusi pendidikan formal yang
menawarkan mempengaruhi pembentukan karakter dan keterampilan anak.
Pendidikan sebagai wirausaha sosial akan lebih mudah dan lebih banyak lagi
untuk dapat menjalankan tugasnya dan mendapatkan simpatinya masyarakat, jika
mereka dapat menjalin hubungan yang erat dan harmonis dengan seluruh masyarakat
dan lingkungan, melalui manajemen mengembangkan hubungan antara sekolah dan
masyarakat. Kontak sekolah dengan masyarakat pada dasarnya adalah jalan ini
memainkan peran yang sangat penting dalam mempromosikan dan mengembangkan
pertumbuhan siswa lajang di sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai suatu sistem
bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, ini adalah perusahaan. Sekolah dan
masyarakat memiliki hubungan yang kuat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau
pendidikan efektivitas dan efisiensi. Di sisi lain, sekolah juga harus mendukung hasil
tersebut tujuan atau memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan konsep lingkungan sekitar yang menjadi sumber dan media pembelajaran?
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa di lingkungan alam sekitar?
3. Bagaimana keterlibatan guru sebagai pemimpin kegiatan di lingkungan alam
sekitar?
4. Bagimana kesempatan baik mengajar PIAS?
5. Jelaskan kegiatan belajar mengajar dengan PIAS yang sesuai dengan kurikulum
sekolah dasar?
C. Tujuan
1. Menjelaskan konsep lingkungan sekitar sebagai sumber dan media pembelajaran.
2. Menjelaskan aktivitas belajar siswa di lingkungan alam sekitar.
3. Menjelaskan keterlibatan guru sebagai pemimpin kegiatan di lingkungan alam
sekitar.
4. Menjelaskan kesempatan baik mengajar PIAS.
5. Menjelaskan kegiatan belajar mengajar dengan PIAS yang sesuai dengan
kurikulum sekolah dasar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber dan Media Belajar
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat merangsang pikiran dan
keterampilan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
Lingkungan merupakan salah satu media pembelajaran, karena lingkungan
dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang optimal untuk mewujudkan proses
belajar dan hasil belajar, karena siswa dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya
secara langsung, dan pembelajaran dapat lebih menarik, sehingga pembelajaran
menjadi lebih menarik. proses tidak membosankan. Belajar dapat berlangsung di
lingkungan sekolah atau di luar sekolah, dan juga dapat belajar dari peristiwa alam yang
dialami oleh masyarakat, dll.
Ada beberapa lingkungan yang dapat digunakan sebagai media dan sarana
belajar, yaitu lingkungan masyarakat atau lingkungan sosial yang mempelajari interaksi
antar kehidupan sosial seperti kebiasaan yang ada dalam masyarakat, sistem nilai,
perubahan sosial, dan lain-lain. Ada juga lingkungan alam yang mempelajari sumber
daya alam, tumbuhan, hewan, dll. Dan yang terakhir adalah lingkungan buatan,
termasuk bendungan, kebun, irigasi, dan lain-lain.
Contoh pembelajaran yang dapat menggunakan media dan sumber belajar
berbasis masyarakat atau lingkungan sosial adalah pembelajaran sosiologi, karena
dalam pembelajaran sosiologi terdapat materi tentang masyarakat, meliputi interaksi
sosial, perubahan sosial, fenomena sosial, konflik sosial, norma sosial, budaya, adat
istiadat, kebiasaan yang ada dalam suatu masyarakat.
Proses kegiatan pembelajaran pemanfaatan lingkungan sosial dicapai melalui
praktik langsung atau langsung ke masyarakat, seperti mengamati, bertanya atau
melakukan wawancara. Latihan lapangan ini memudahkan siswa dalam memahami
atau menguasai materi, karena siswa dapat langsung mengetahui keadaan yang
sebenarnya di masyarakat, dan siswa dapat menambah pengalaman, dengan
pengalaman siswa dapat lebih mudah mengingat materi yang dipelajari.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar dengan menggunakan lingkungan
sosial adalah siswa benar-benar belajar, pembelajaran lebih menarik dan tidak
membosankan, siswa dapat menambah pengalaman dan teman baru serta membantu
memecahkan masalah sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu,
3
pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sosial sebagai pendukung dan sumber
belajar sangat efektif dalam mata kuliah sosiologi.
4
2. Peran guru dalam kegiatan
Guru diperlukan untuk memperkenalkan kegiatan dan menjelaskan konteks
anak melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan yang dilakukan harus berupa satuan
pembelajaran, dapat dikaitkan dengan pengertian eksploratif. Atau sekedar latihan
untuk mengembangkan kemampuan mengamati, mengumpulkan data, saling
melengkapi informasi. Guru diperlukan untuk menentukan perubahan perilaku
yang diharapkan dan mendorong minat belajar anak. Untuk membangkitkan minat
anak dalam kegiatan eksplorasi habitat kecil, misalnya: guru dapat mengajukan
pertanyaan seperti: Prediksi apa yang mungkin kita temukan? Apakah data
pengamatan Anda akan sama untuk setiap meter persegi yang Anda periksa? Mari
kita lihat berapa banyak data berbeda yang dapat ditemukan di grup kita?
Guru harus dapat memastikan bahwa setiap anak siap untuk kegiatan, seperti
sepatu, jas hujan selama musim hujan, dll. Segala perlengkapan penunjang kegiatan
harus dipersiapkan dengan matang dan lengkap agar berhasil dalam melaksanakan
kegiatan. Guru merupakan fasilitator dalam kegiatan belajar anak. Siswa adalah
pembelajar yang siap belajar. Cara belajar yang mengajak anak ke dalam proses
menemukan sesuatu yang baru dan menyenangkan adalah cara menuju proses
belajar mengajar yang sukses.
a. Cari huruf ABC.
Berburu huruf adalah kombinasi keterampilan pengamatan yang
berfokus pada hal-hal yang sudah dikenal anak-anak. Dengan pengetahuan
tentang bahasa, ejaan dan penggunaan kata, siswa mungkin dapat bekerja secara
individu atau kelompok untuk kegiatan ini. Mereka diminta untuk menulis
huruf-huruf alfabet pada secarik kertas. Untuk setiap huruf, mintalah mereka
untuk mencoba menemukan objek terkait di alam dan menulis nama objek di
sebelah huruf alfabet, misalnya:
1) Ayam, Anjing, Anoa, Angsa,
2) batu, botol, besi
3) Cacing, cicak, camar
4) Daun, cabang, dll.
5) Elang dll
5
hendaknya fokus pada masalah “bagaimana kualitas keindahan lingkungan
dipengaruhi oleh pembuangan sisa sampah seperti kaleng, plastik dan botol”.
Oleh karena itu, meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan harus menjadi isu
penting
6
Dalam kegiatan pembelajaran seperti yang dicontohkan di atas, guru
pada hakekatnya bertindak sebagai fasilitator, memberikan jalan bagi siswa
untuk belajar. Di sana terlihat, anak-anak mengenal dan mengembangkan
kemampuan observasinya. Dengan kata lain, proses belajar mengajar benar-
benar berlangsung dalam kegiatan di lingkungan alam, anak berperan aktif
dalam proses pencarian informasi, sehingga memungkinkan mereka untuk
memiliki pengalaman langsung dari apa yang mereka pelajari.
Hampir semua bidang pengajaran kurikulum dapat dilaksanakan secara
komprehensif melalui pengalaman belajar di laboratorium lingkungan alam.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut dapat berlangsung di halaman
sekolah dan kebun atau tempat-tempat lain, seperti tempat rekreasi, yang
jaraknya tidak terlalu jauh dari lingkungan sekolah. Dengan kegiatan tersebut
memungkinkan anak-anak memiliki pengalaman belajar di lingkungan alam
sesuai dengan kurikulum. Kegiatan ini menjadi lebih baik ketika mereka
terorganisir dan terorganisir dengan baik. Hal ini erat kaitannya dengan
pertimbangan efektivitas, efisiensi dan keamanan mahasiswa. Rencana kegiatan
belajar mengajar dengan pendekatan lingkungan alam pada umumnya
ditentukan oleh guru. Perencanaan tersebut meliputi alokasi waktu yang
tersedia, lokasi yang digunakan dan tujuan kegiatan yang akan diuji
keberhasilannya.
7
lingkungan alam sekitar usahakan tidak sepenuhnya disamakan menjadi “aktivitas
bertamasya ke hutan atau ke kebun binatang”.
Fungsi pengajar dapat dikembangkan lebih jauh lagi berasal hanya menjadi
petunjuk jalan atau pemberi tanda jalan mirip dalam aktivitas menjelajah. karena pada
aktivitas tadi, bukan semata-mata ditujukan untuk menerima jawaban yg “sahih”, tetapi
yg paling penting merupakan guru merangsang siswa untuk mencoba serta melatih diri
pada pada proses problem solving berdasarkan fakta-fakta yang mereka temukan
selama aktivitas. dengan kata lain, misi utama guru adalah membimbing anak belajar
perihal bagaimana cara belajar (learn how to learn). artinya bahwa pengajar mungkin
akan lebih banyak berfungsi sebagai partner peserta didik pada belajar, dan sama-sama
melakukan proses belajar sebagaimana halnya anak-anak.
8
lingkungan alam, mereka memecahkan masalah, dapat melihat ruang dan jarak secara
nyata.
Dari kejadian-kejadian yang terdapat pada lingkungan sekitar pada saat kita
sebagai guru mengajak siswa untuk melakukan pengamatan di lingkungan sekitar dapat
menjadi suatu kesempatan besar bagi kita seorang guru untuk mengajarkan
pembelajaran dengan kejadian langsung yang mereka lihat. Dengan hal tersebut maka
semakin besar pula siswa untuk mampu memahami pembelajaran yang kita sampaikan.
Guru pula harus pandai dan juga harus dengan matang menyiapkan materi yang akan
di sampaikan pada saat kegiatan pembelajaran di lingkungan sekitar dilakukan agar
siswa mudah memahami serta tidak asik sendiri pada saat proses pembelajaram di
lingkungan sekitar dilakukan.
9
telah bosan dalam belajar maka anak tidak ingin mengerjakan apa yang diperintahkan
oleh guru. Dikala proses pendidikan, media yang digunakan oleh guru kurang
bervariatif cenderung memakai tata cara style lama. Guru cuma memakai novel
pelajaran, papan tulis serta spidol.
Banyak upaya yang dapat dicoba supaya anak bisa membaca, salah satu antara
lain merupakan pemanfaatan area sekolah. Selaku proses belajar mengajar ada banyak
khasiat yang sudah dilansir dalam Oktavidola (2020: 20) bisa diambil ialah antara lain,
pendidikan jadi lebih menarik dan tidak membosankan, membuat motivasi belajar anak
jadi bertambah.
Untuk mempersiapkan belajar membaca, konsep pengenalan huruf anak harus
dikuasai. Jika konsep pengenalan huruf anak belum matang, ketika dihadapkan pada
bacaan yang berbeda, anak tidak dapat membacanya meskipun kesulitan membaca
sebanding. Pembelajaran membaca dengan metode terstruktur juga berlaku untuk siswa
dengan kesulitan belajar. Sedangkan anak tunagrahita cenderung menghafal bacaan
tanpa mengenal huruf karena kurang mampu melakukan analisis dan sintesis.
I Gusti Ayu., dkk (2014: 4) menjelaskan “Kartu abjad salah satu media
pembelajarannya berupa lembar kartu segi empat yang masing-masing membaca
lambang atau huruf dan merupakan alat bantu bagi anak dalam belajar membaca.
Menurut Nurul A dan Sri Setyowati (2014) “Kartu abjad adalah gambar dari huruf yang
dicetak pada karton berbentuk kartu yang agak besar. Berisi huruf-huruf yang ditulis
dengan huruf kecil untuk menunjukkan bahwa anak amati huruf-huruf yang tertulis
tahun pada kartu itu. Menurut Soeparno tahun Prasetiani dan L. Diner (2014: 17)
menyatakan bahwa “Dukungan kartu alfabet memvisualisasikan dukungan untuk kartu
yang tidak diproyeksikan Aplikasi menggunakan dukungan kartu alfabet, yaitu peneliti
kali pertama memberikan pengantar dan penjelasan tentang alat yang digunakan,
khususnya tag surat. Kemudian, peneliti memberikan contoh kepada anak tentang cara
bermain kartu alfabet yang benar. Peneliti memberikan kesempatan kepada anak untuk
mempraktekkannya di depan kelas, untuk memotivasi dan memberikan penghargaan
kepada anak yang berprestasi baik pada pekerjaan rumah. Tindakan dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode latihan langsung dengan kartu alfabet
sebanyak untuk meningkatkan kemampuan membaca anak sebanyak kata. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (2002:
95) praktek langsung adalah proses belajar yang dilakukan oleh anak berdasarkan
10
pengalamannya sendiri dengan prosedural. Dengan pengamatan, menganalisis,
membuktikan, dan menarik kesimpulan bahwa mempelajari materi (Sura, 2019: 37-40).
Di sekolah pembelajaran, sekolah harus menyediakan fasilitas belajar yang
memadai untuk memudahkan proses belajar anak. Secara khusus, meningkatkan
kemampuan membaca kata pada anak-anak. Sebagai pendidik, terikat untuk
memanfaatkan kemajuan teknologi, salah satunya menggunakan media audiovisual.
Dalam proses penerapan teknik tersebut, pendidik terlebih dahulu menjelaskan alat
yang digunakan dan proses penggunaan alat bantu tersebut serta memberikan
contohnya. Dalam teknik ini, sekolah menyediakan proyektor (infocus) seperti
audiovisual pendukung. Setelah anak melihat dan mendengar, anak harus menuliskan
kata-kata yang telah dilihat dan didengar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, terlihat bahwa anak meningkatkan keterampilannya dengan membaca kata
kemampuan dalam anak dengan keterlambatan belajar (x) setelah intervensi melalui
sarana audio-visual. Namun, peneliti mengakui bahwa ada kekurangan dan
keterbatasan dalam penelitian ini, misalnya mengenai prosedur penelitian ini, hanya
memberikan beberapa kata untuk anak-anak (meja, bola, buku, pulpen, dan kaca) media
audiovisual waktu terbatas peneliti melakukan penelitian pada istirahat dan sepulang
sekolah, sehingga anak kurang istirahat, (Herlinda, 2014: 59-61).
Lebih dari kegiatan belajar siswa meningkatkan kesempatan untuk
menggunakan cara atau metode belajar yang berbeda seperti mengamati proses,
mengajukan pertanyaan, membuktikan sesuatu, melakukan sesuatu dll. Inilah yang
disebut pemanfaatan lingkungan belajar secara optimal. Penggunaan metode atau
metode yang berbeda merupakan persyaratan dan kebutuhan harus dipenuhi dalam
pembelajaran siswa sekolah dasar. Dari pembelajar bahasa Indonesia terdapat
keterampilan membaca, membaca adalah komunikasi efektif dimana pendengar lebih
memahami apa yang disampaikan.
Saat ini masih banyak anak yang mengalami kesulitan membaca, hal ini
disebabkan kemampuan mereka yang berbeda. Ada anak yang belajar cepat, ada juga
anak yang lambat. Melihat potensi ini seorang pendidik dapat membimbing dan
menafkahi anak sesuai dengan kemampuannya. Dengan penerapan metode
pembelajaran dengan menggunakan lingkungan belajar, diharapkan siswa dapat lebih
mudah memahami pembelajaran. Untuk itu, sekolah sebagai fasilitator mampu
memfasilitasi media pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sekolah.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses
belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan beserta staf pengajarnya. Landasan kurikulum digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum, diantaranya yaitu landasan filsafat pendidikan, psikologi
pendidikan, masyarakat dan budaya, serta orientasi ke masa depan.
Prinsip pengembangan kurikulum terdiri dari prinsip relevansi, penddidikan dan
tuntutan dunia kerja, efektivitas dan efisiensi, kesinambungan, fleksibilitas, orientasi
pada tujuan, pendidikan seumur hidup, serta model pengembangan kurikulum.
Pendekatan kurikulum meliputi pendekatan bidang studi, interdisipliner,
rekonstruksionisme, humanistic, accountability dan pembangunan nasional.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://smkn1kragilan.sch.id/2020/04/10/pemanfaatan-lingkungan-sebagai-media-dan-
sumber-pembelajaran/
https://id.scribd.com/doc/61495941/29-Kapita-Selekta
Diana, Destira Rahma & Intan Agustina. 2020. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah
Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kata Bagi Anak Kesulitan Belajar.
Jurnal BELAINDIKA, 1 (1), 10-18.
12