Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“MENGEMBANGKAN KURIKULUM SEKOLAH KE LINGKUNGAN ALAM


SEKITAR”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Kapita Selekta Pembelajaran
Dosen Pengampu:
Dra. Hj. Ike Hananik, M. Pd
Ari Hidayat, M. Pd

Disusun Oleh:
Kelas 7D PGSD Kelompok 9

Mohammad Fatham Akbar 1910125110061


Elsa Rahmayanti 1910125220009
Noor Liana 1910125220064
Noor Halifah Rizqi 1910125220074
Muhammad Arsyad Jalalludin 1910125310054
Siti Nurhalisa 1910125320049

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Mengembangkan Kurikulum Sekolah ke Lingkungan Alam Sekitar”.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Hj. Ike Hananik, M. Pd. dan Bapak Ari Hidayat, M. Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Kapita Selekta Pembelajaran.
2. Rekan-rekan Mahasiswa Kelas 7D S1 PGSD Universitas Lambung Mangkurat.

Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini ada memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat oleh siapapun yang membacanya
dan dapat menambah ilmu kita khususnya pada mata kuliah Kapita Selekta
Pembelajaran.

Banjarmasin, 25 Februari 2022

Penyusun,

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Konsep Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber dan Media Belajar .............................. 3
B. Aktifitas Belajar di Lingkungan Alam Sekitar ............................................................ 4
C. Guru Menjadi Pemimpin Kegiatan di Lingkungan Alam Sekitar ............................... 7
D. Kesempatan Baik Untuk Mengajar PIAS.................................................................... 8
E. Kegiatan Belajar Mengajar dengan PIAS yang Sesuai dengan Kurikulum Sekolah
Dasar 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 11
A. Kesimpulan................................................................................................................ 11
B. Saran .......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Pantiwati dalam Yuni (2015:27) Pada dasarnya lingkungan dapat
digunakan secara optimal dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini selama kegiatan
tersebut relevan dengan keterampilan dasar dan hasil belajar anak, yang meliputi alam,
sosial, budaya atau lingkungan buatan. Ketika lingkungan pendidikan bervariasi faktor
yang mempengaruhi pendidikan atau berbagai lingkungan dimana proses pendidikan
berlangsung. Jadi lingkungan sekolah adalah sebuah institusi pendidikan formal yang
menawarkan mempengaruhi pembentukan karakter dan keterampilan anak.

Pendidikan sebagai wirausaha sosial akan lebih mudah dan lebih banyak lagi
untuk dapat menjalankan tugasnya dan mendapatkan simpatinya masyarakat, jika
mereka dapat menjalin hubungan yang erat dan harmonis dengan seluruh masyarakat
dan lingkungan, melalui manajemen mengembangkan hubungan antara sekolah dan
masyarakat. Kontak sekolah dengan masyarakat pada dasarnya adalah jalan ini
memainkan peran yang sangat penting dalam mempromosikan dan mengembangkan
pertumbuhan siswa lajang di sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai suatu sistem
bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, ini adalah perusahaan. Sekolah dan
masyarakat memiliki hubungan yang kuat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau
pendidikan efektivitas dan efisiensi. Di sisi lain, sekolah juga harus mendukung hasil
tersebut tujuan atau memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan
pendidikan.

Lingkungan dapat berperan sebagai lingkungan belajar. Penggunaan ekologis


sebagai sumber belajar tidak selalu membawa anak keluar kelas. Bahan dari lingkungan
dapat diperkenalkan di kelas atau melalui pertunjukan gambar dan video pelatihan.
Belajar dengan menerapkan pendekatan lingkungan alam lingkungan, bertujuan untuk
mendekatkan peserta didik dengan aspek kehidupan masyarakat dimana para siswa
tinggal. Ada banyak cara untuk melakukan ini belajar dengan memanfaatkan
lingkungan alam. Satu dari pendekatan ekologi yang digunakan dalam pembelajaran
adalah pendekatan sains-teknologi-masyarakat (STM).

Dengan memanfaatkan lingkungan di sekitar siswa diharapkan lebih


bersemangat dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Untuk itu guru
diharapkan mampu memahami konsep pembelajaran tersebut terlebih dahulu. Maka
1
dari itu pada makalah ini akan dibahas lebih rinci kegiatan belajar mengajar yang
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai salah satu sumber belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan konsep lingkungan sekitar yang menjadi sumber dan media pembelajaran?
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa di lingkungan alam sekitar?
3. Bagaimana keterlibatan guru sebagai pemimpin kegiatan di lingkungan alam
sekitar?
4. Bagimana kesempatan baik mengajar PIAS?
5. Jelaskan kegiatan belajar mengajar dengan PIAS yang sesuai dengan kurikulum
sekolah dasar?

C. Tujuan
1. Menjelaskan konsep lingkungan sekitar sebagai sumber dan media pembelajaran.
2. Menjelaskan aktivitas belajar siswa di lingkungan alam sekitar.
3. Menjelaskan keterlibatan guru sebagai pemimpin kegiatan di lingkungan alam
sekitar.
4. Menjelaskan kesempatan baik mengajar PIAS.
5. Menjelaskan kegiatan belajar mengajar dengan PIAS yang sesuai dengan
kurikulum sekolah dasar.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber dan Media Belajar
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat merangsang pikiran dan
keterampilan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
Lingkungan merupakan salah satu media pembelajaran, karena lingkungan
dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang optimal untuk mewujudkan proses
belajar dan hasil belajar, karena siswa dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya
secara langsung, dan pembelajaran dapat lebih menarik, sehingga pembelajaran
menjadi lebih menarik. proses tidak membosankan. Belajar dapat berlangsung di
lingkungan sekolah atau di luar sekolah, dan juga dapat belajar dari peristiwa alam yang
dialami oleh masyarakat, dll.
Ada beberapa lingkungan yang dapat digunakan sebagai media dan sarana
belajar, yaitu lingkungan masyarakat atau lingkungan sosial yang mempelajari interaksi
antar kehidupan sosial seperti kebiasaan yang ada dalam masyarakat, sistem nilai,
perubahan sosial, dan lain-lain. Ada juga lingkungan alam yang mempelajari sumber
daya alam, tumbuhan, hewan, dll. Dan yang terakhir adalah lingkungan buatan,
termasuk bendungan, kebun, irigasi, dan lain-lain.
Contoh pembelajaran yang dapat menggunakan media dan sumber belajar
berbasis masyarakat atau lingkungan sosial adalah pembelajaran sosiologi, karena
dalam pembelajaran sosiologi terdapat materi tentang masyarakat, meliputi interaksi
sosial, perubahan sosial, fenomena sosial, konflik sosial, norma sosial, budaya, adat
istiadat, kebiasaan yang ada dalam suatu masyarakat.
Proses kegiatan pembelajaran pemanfaatan lingkungan sosial dicapai melalui
praktik langsung atau langsung ke masyarakat, seperti mengamati, bertanya atau
melakukan wawancara. Latihan lapangan ini memudahkan siswa dalam memahami
atau menguasai materi, karena siswa dapat langsung mengetahui keadaan yang
sebenarnya di masyarakat, dan siswa dapat menambah pengalaman, dengan
pengalaman siswa dapat lebih mudah mengingat materi yang dipelajari.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar dengan menggunakan lingkungan
sosial adalah siswa benar-benar belajar, pembelajaran lebih menarik dan tidak
membosankan, siswa dapat menambah pengalaman dan teman baru serta membantu
memecahkan masalah sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu,

3
pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sosial sebagai pendukung dan sumber
belajar sangat efektif dalam mata kuliah sosiologi.

B. Aktifitas Belajar di Lingkungan Alam Sekitar


Pada bagian pertama pembahasan ini, kita tidak akan membahas terlalu detail
tentang kegiatan belajar anak. Untuk memberikan gambaran yang komprehensif
tentang kegiatan terkait kurikulum, pada bagian berikut, beberapa pemikiran tentang
pengembangan bahan ajar untuk kegiatan pembelajaran di lingkungan alam akan dirinci
dalam bentuk konten dan tema yang lebih spesifik. Dengan demikian, guru diharapkan
dapat memahami dan memahami modus-modus kegiatan pembelajaran di lingkungan
alam yang memadukan refleksi atas topik-topik yang telah terkotak-kotak, menjadi
suatu sistem pembelajaran terpadu yang semuanya dapat dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran di lingkungan alam sekitarnya.

1. Mengembangkan kepekaan indera.


Kunjungan lapangan dalam meter persegi (M2). Halaman sekolah atau tempat
perkemahan adalah tempat terbaik untuk mengajak anak-anak melakukan
kunjungan lapangan. Anak-anak didorong untuk menemukan tempat yang mereka
sukai, biasanya dengan berbagai atau beberapa jenis survei dengan fitur unik.
Menggunakan tongkat pengukur atau pita pengukur, guru harus menandai satu
meter persegi di lantai. Siswa kemudian memiliki waktu untuk menyelidiki atau
menemukan lokasi. Mereka bertanggung jawab untuk mencatat semua informasi
atau data yang diperoleh dari tempat tersebut, misalnya jenis tanaman (rumput,
semak, pohon, bunga, dll), jenis tanah (pasir, tanah liat, tanah liat, dll). ) , jenis
hewan (semut dan serangga lainnya), bau, warna objek yang diamati, jumlah
tumbuhan yang ada, jumlah dan jenis hewan yang ada, dan jenis batuan yang
ditemukan.
Setelah siswa melakukan kegiatan dengan temuan mereka, mereka mungkin
dapat menulis puisi tentang meter persegi yang mereka amati, grafik jumlah data
yang dikumpulkan, atau melakukan pencarian sederhana untuk menemukan nama-
nama tumbuhan dan hewan yang ditemukan di dalamnya. meter persegi. meter
persegi.Mereka dapat menggunakan model tempat menggunakan simbol untuk
ditunjukkan kepada penghuni tempat itu. Informasi tentang simbol yang dapat
mereka siapkan di bagian bawah kartu yang mereka buat.

4
2. Peran guru dalam kegiatan
Guru diperlukan untuk memperkenalkan kegiatan dan menjelaskan konteks
anak melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan yang dilakukan harus berupa satuan
pembelajaran, dapat dikaitkan dengan pengertian eksploratif. Atau sekedar latihan
untuk mengembangkan kemampuan mengamati, mengumpulkan data, saling
melengkapi informasi. Guru diperlukan untuk menentukan perubahan perilaku
yang diharapkan dan mendorong minat belajar anak. Untuk membangkitkan minat
anak dalam kegiatan eksplorasi habitat kecil, misalnya: guru dapat mengajukan
pertanyaan seperti: Prediksi apa yang mungkin kita temukan? Apakah data
pengamatan Anda akan sama untuk setiap meter persegi yang Anda periksa? Mari
kita lihat berapa banyak data berbeda yang dapat ditemukan di grup kita?
Guru harus dapat memastikan bahwa setiap anak siap untuk kegiatan, seperti
sepatu, jas hujan selama musim hujan, dll. Segala perlengkapan penunjang kegiatan
harus dipersiapkan dengan matang dan lengkap agar berhasil dalam melaksanakan
kegiatan. Guru merupakan fasilitator dalam kegiatan belajar anak. Siswa adalah
pembelajar yang siap belajar. Cara belajar yang mengajak anak ke dalam proses
menemukan sesuatu yang baru dan menyenangkan adalah cara menuju proses
belajar mengajar yang sukses.
a. Cari huruf ABC.
Berburu huruf adalah kombinasi keterampilan pengamatan yang
berfokus pada hal-hal yang sudah dikenal anak-anak. Dengan pengetahuan
tentang bahasa, ejaan dan penggunaan kata, siswa mungkin dapat bekerja secara
individu atau kelompok untuk kegiatan ini. Mereka diminta untuk menulis
huruf-huruf alfabet pada secarik kertas. Untuk setiap huruf, mintalah mereka
untuk mencoba menemukan objek terkait di alam dan menulis nama objek di
sebelah huruf alfabet, misalnya:
1) Ayam, Anjing, Anoa, Angsa,
2) batu, botol, besi
3) Cacing, cicak, camar
4) Daun, cabang, dll.
5) Elang dll

Jika anak memasukkan benda-benda yang bukan bagian dari lingkungan,


misalnya botol, boleh digunakan dalam percakapan selanjutnya. Pembahasan

5
hendaknya fokus pada masalah “bagaimana kualitas keindahan lingkungan
dipengaruhi oleh pembuangan sisa sampah seperti kaleng, plastik dan botol”.
Oleh karena itu, meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan harus menjadi isu
penting

b. Hiking dan pelatihan sensorik


Hiking untuk pelatihan sensorik dapat dilakukan dengan cara yang
berbeda dan di tempat yang berbeda. Alasan kegiatan ini adalah untuk
memfokuskan siswa pada indera seperti pendengaran, penglihatan, sentuhan
dan penciuman (mencicipi lidah tidak diperbolehkan dalam kegiatan ini). Siswa
harus berdiri atau duduk dan tetap di tempat sambil menutup mata dengan kain
atau sapu tangan, atau anak juga bisa disuruh memejamkan mata. Hal ini terjadi
karena "ketika salah satu indera dinonaktifkan, fungsinya meningkatkan fungsi
dan kepekaan indera lainnya". Kegiatan ini akan membantu siswa menemukan
banyak suara berbeda yang dapat mereka dengar. Yang perlu diingat oleh guru
adalah bahwa dalam kegiatan ini tidak terlalu penting untuk mengidentifikasi
masing-masing suara tersebut, yang terpenting adalah anak dapat membuat
gambaran umum dari suara-suara tersebut. Misalnya kicau burung sudah cukup,
namun nantinya anak-anak bisa mencoba menyelidiki burung mana saja yang
ada di daerah tersebut melalui kegiatan lain. Ide utama dari kegiatan ini adalah
anak-anak dapat mengenali berbagai suara. Suara mana yang paling kamu suka?
Suara apa yang paling tidak Anda sukai? Bagaimana Anda bisa membedakan
antara suara dan suara? Untuk menguji sentuhan, anak-anak dapat melakukan
ini dengan berjalan dengan mata tertutup. Anak-anak dapat dibagi menjadi dua
kelompok, dengan masing-masing anak mengenakan penutup mata dan
dibimbing atau dibimbing oleh seorang siswa yang tidak buta. Setiap orang
dipandu menuju suatu objek atau lokasi kemudian diberikan waktu untuk
menjelajahinya. Misalnya, seorang anak yang ditutup matanya dituntun ke
sebuah pohon dan diminta untuk mencium, menyentuh, dan merasakan kulit
luar pohon. Selanjutnya, ia diminta secara cermat dan seksama untuk mencari
ciri-ciri lain seperti ukuran batang, bentuk atau jenis cabang, bentuk daun, dan
anak diminta untuk menjelaskan atau menggambarkan pohon saat ia
membuatnya. kegiatan eksplorasi yang dilakukan.
c. Apa sebenarnya yang terjadi pada masing-masing contoh di atas?

6
Dalam kegiatan pembelajaran seperti yang dicontohkan di atas, guru
pada hakekatnya bertindak sebagai fasilitator, memberikan jalan bagi siswa
untuk belajar. Di sana terlihat, anak-anak mengenal dan mengembangkan
kemampuan observasinya. Dengan kata lain, proses belajar mengajar benar-
benar berlangsung dalam kegiatan di lingkungan alam, anak berperan aktif
dalam proses pencarian informasi, sehingga memungkinkan mereka untuk
memiliki pengalaman langsung dari apa yang mereka pelajari.
Hampir semua bidang pengajaran kurikulum dapat dilaksanakan secara
komprehensif melalui pengalaman belajar di laboratorium lingkungan alam.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut dapat berlangsung di halaman
sekolah dan kebun atau tempat-tempat lain, seperti tempat rekreasi, yang
jaraknya tidak terlalu jauh dari lingkungan sekolah. Dengan kegiatan tersebut
memungkinkan anak-anak memiliki pengalaman belajar di lingkungan alam
sesuai dengan kurikulum. Kegiatan ini menjadi lebih baik ketika mereka
terorganisir dan terorganisir dengan baik. Hal ini erat kaitannya dengan
pertimbangan efektivitas, efisiensi dan keamanan mahasiswa. Rencana kegiatan
belajar mengajar dengan pendekatan lingkungan alam pada umumnya
ditentukan oleh guru. Perencanaan tersebut meliputi alokasi waktu yang
tersedia, lokasi yang digunakan dan tujuan kegiatan yang akan diuji
keberhasilannya.

C. Guru Menjadi Pemimpin Kegiatan di Lingkungan Alam Sekitar


Banyak teknik yang dipergunakan oleh guru di dalam proses belajar mengajar
sehari-hari pada kelas yg bisa diadaptasikan dan cocok untuk digunakan di dalam
aktivitas belajar di lingkungan alam sekitar. pengajar tidak perlu berkecil hati dengan
keterbatasan pengetahuan yang dipunyainya, serta sudah merupakan kewajiban
pengajar untuk terus belajar jika pengetahuannya belum cukup.

Pengajar yg bisa merubah atau mengarahkan pertanyaan-pertanyaan anak kembali


pada mereka, dapat mendorong anak-anak untuk meneliti kembali problem perkara
yang ditanyakannya, mengujinya lebih teliti lagi, dan mengumpulkan lebih banyak
data. Keadaan tadi, secara tidak langsung dapat mengembangkan serta menaikkan
kemampuannya untuk mengobservasi. menggunakan aktivitas di lingkungan alam
sekitar, memungkinkan bagi seorang pengajar untuk mengajar dengan bermacam-
macam cara. namun perlu diingat, bahwa aktivitas belajar yang dilaksanakan di

7
lingkungan alam sekitar usahakan tidak sepenuhnya disamakan menjadi “aktivitas
bertamasya ke hutan atau ke kebun binatang”.

Fungsi pengajar dapat dikembangkan lebih jauh lagi berasal hanya menjadi
petunjuk jalan atau pemberi tanda jalan mirip dalam aktivitas menjelajah. karena pada
aktivitas tadi, bukan semata-mata ditujukan untuk menerima jawaban yg “sahih”, tetapi
yg paling penting merupakan guru merangsang siswa untuk mencoba serta melatih diri
pada pada proses problem solving berdasarkan fakta-fakta yang mereka temukan
selama aktivitas. dengan kata lain, misi utama guru adalah membimbing anak belajar
perihal bagaimana cara belajar (learn how to learn). artinya bahwa pengajar mungkin
akan lebih banyak berfungsi sebagai partner peserta didik pada belajar, dan sama-sama
melakukan proses belajar sebagaimana halnya anak-anak.

D. Kesempatan Baik Untuk Mengajar PIAS


Meskipun kegiatan pembelajaran dengan pendekatan lingkungan alam
direncanakan dengan matang, namun peristiwa unik dan menyenangkan sering terjadi
di luar kegiatan yang direncanakan pada hari itu. Misalnya, saat menjelajahi area kolam,
anak-anak atau guru secara tidak sengaja melihat kumpulan benda hitam di air kolam.
Setelah diamati dengan seksama, ternyata kumpulan benda hitam tersebut menyerupai
butiran dengan berudu atau katak di dalamnya. Guru dengan bijak meminta salah satu
anak untuk memasukkan beberapa telur katak ke dalam toples agar semua anak bisa
bergiliran melihatnya. Ketika telur mulai menetas, katak muda (berudu) akan berusaha
keluar dari lendir yang membungkusnya dan akhirnya melepaskannya, bebas berenang
di air. Setelah menyaksikan kecebong kecil, anak-anak bisa menyaksikan fenomena
alam yang seru dan menarik saat kecebong menetas dari telur katak. Dengan hati-hati,
anak-anak diminta untuk mengembalikan berudu ke habitat aslinya dan mengamati
perilakunya di alam liar, sebelum kembali ke aktivitas yang direncanakan sebelumnya.
Drama di tepi kolam renang adalah "kesempatan belajar". Meski tidak direncanakan,
ini adalah hari yang spesial dan sangat berkesan bagi anak-anak. Kesempatan mengajar
juga dapat muncul ketika anak-anak terlibat dalam serangkaian kegiatan pemecahan
masalah, mengembangkan rasa ingin tahu tentang bidang yang mereka pelajari.
Misalnya, banyak anak menggunakan aktivitas di alam untuk memecahkan masalah
matematika. Mereka sudah tidak asing lagi dengan kata “masalah” yang sering muncul
di buku-buku pelajaran. Namun dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan

8
lingkungan alam, mereka memecahkan masalah, dapat melihat ruang dan jarak secara
nyata.

Dari kejadian-kejadian yang terdapat pada lingkungan sekitar pada saat kita
sebagai guru mengajak siswa untuk melakukan pengamatan di lingkungan sekitar dapat
menjadi suatu kesempatan besar bagi kita seorang guru untuk mengajarkan
pembelajaran dengan kejadian langsung yang mereka lihat. Dengan hal tersebut maka
semakin besar pula siswa untuk mampu memahami pembelajaran yang kita sampaikan.
Guru pula harus pandai dan juga harus dengan matang menyiapkan materi yang akan
di sampaikan pada saat kegiatan pembelajaran di lingkungan sekitar dilakukan agar
siswa mudah memahami serta tidak asik sendiri pada saat proses pembelajaram di
lingkungan sekitar dilakukan.

E. Kegiatan Belajar Mengajar dengan PIAS yang Sesuai dengan Kurikulum


Sekolah Dasar
Membaca melibatkan segala aspek kehidupan sebab membaca mempunyai
peranan berarti dalam kehidupan. Dengan membaca anak tidak hendak tertipu oleh
ketidak benaran yang diutarakan oleh netizen. Bagi Farida Rahim dalam Oktavidola
(2020: 19- 27). Menyatakan kalau anak yang gemar membaca akan mempunyai
pengetahuan serta pengetahuan yang luas kemudian membaca pula jadi tuntutan dalam
keahlian membaca.
Pendidikan jadi lebih maksimal dan berguna sebab anak dihadapkan dengan
suasana serta keadaan yang menjadikan anak tumbuh dengan baik. Materi pendidikan
yang dipelajari lengkap serta banyak shingga kebenarannya dapat teruji. Banyak sekali
macam Kegiatan pendidikan yang cenderung banyak melakukkan inetraksi di area
sosial ataupun area buatan serta lainnya ialah, ialah mengamati, bertanya atau
wawancara, meyakinkan atau mendemonstrasikan, dan menguji kenyataan.
Dengan kehidupan di sekitarnya, dan bisa memupuk rasa cinta hendak
lingkungan sehingga sumber belajar jadi lebih kaya. Membentuk individu yang tidak
asing sebab anak dapat menafsirkan serta mencerna aspek- aspek kehidupan yang ada
di lingkungannya.
Bersumber pada hasil pengamatan yang dicoba (Oktavidola, 2020: 20) anak
yang kerap melamun dikelas teruji anak yang kerap terlambat dalam mengerjakan
tugasnya dibandingkan sahabatnya. Anak sangat pemalu serta apabila bicara cuma
seperlunya saja, anak jadi lebih banyak diam serta kilat bosan dalam belajar, apabila

9
telah bosan dalam belajar maka anak tidak ingin mengerjakan apa yang diperintahkan
oleh guru. Dikala proses pendidikan, media yang digunakan oleh guru kurang
bervariatif cenderung memakai tata cara style lama. Guru cuma memakai novel
pelajaran, papan tulis serta spidol.
Banyak upaya yang dapat dicoba supaya anak bisa membaca, salah satu antara
lain merupakan pemanfaatan area sekolah. Selaku proses belajar mengajar ada banyak
khasiat yang sudah dilansir dalam Oktavidola (2020: 20) bisa diambil ialah antara lain,
pendidikan jadi lebih menarik dan tidak membosankan, membuat motivasi belajar anak
jadi bertambah.
Untuk mempersiapkan belajar membaca, konsep pengenalan huruf anak harus
dikuasai. Jika konsep pengenalan huruf anak belum matang, ketika dihadapkan pada
bacaan yang berbeda, anak tidak dapat membacanya meskipun kesulitan membaca
sebanding. Pembelajaran membaca dengan metode terstruktur juga berlaku untuk siswa
dengan kesulitan belajar. Sedangkan anak tunagrahita cenderung menghafal bacaan
tanpa mengenal huruf karena kurang mampu melakukan analisis dan sintesis.
I Gusti Ayu., dkk (2014: 4) menjelaskan “Kartu abjad salah satu media
pembelajarannya berupa lembar kartu segi empat yang masing-masing membaca
lambang atau huruf dan merupakan alat bantu bagi anak dalam belajar membaca.
Menurut Nurul A dan Sri Setyowati (2014) “Kartu abjad adalah gambar dari huruf yang
dicetak pada karton berbentuk kartu yang agak besar. Berisi huruf-huruf yang ditulis
dengan huruf kecil untuk menunjukkan bahwa anak amati huruf-huruf yang tertulis
tahun pada kartu itu. Menurut Soeparno tahun Prasetiani dan L. Diner (2014: 17)
menyatakan bahwa “Dukungan kartu alfabet memvisualisasikan dukungan untuk kartu
yang tidak diproyeksikan Aplikasi menggunakan dukungan kartu alfabet, yaitu peneliti
kali pertama memberikan pengantar dan penjelasan tentang alat yang digunakan,
khususnya tag surat. Kemudian, peneliti memberikan contoh kepada anak tentang cara
bermain kartu alfabet yang benar. Peneliti memberikan kesempatan kepada anak untuk
mempraktekkannya di depan kelas, untuk memotivasi dan memberikan penghargaan
kepada anak yang berprestasi baik pada pekerjaan rumah. Tindakan dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode latihan langsung dengan kartu alfabet
sebanyak untuk meningkatkan kemampuan membaca anak sebanyak kata. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (2002:
95) praktek langsung adalah proses belajar yang dilakukan oleh anak berdasarkan

10
pengalamannya sendiri dengan prosedural. Dengan pengamatan, menganalisis,
membuktikan, dan menarik kesimpulan bahwa mempelajari materi (Sura, 2019: 37-40).
Di sekolah pembelajaran, sekolah harus menyediakan fasilitas belajar yang
memadai untuk memudahkan proses belajar anak. Secara khusus, meningkatkan
kemampuan membaca kata pada anak-anak. Sebagai pendidik, terikat untuk
memanfaatkan kemajuan teknologi, salah satunya menggunakan media audiovisual.
Dalam proses penerapan teknik tersebut, pendidik terlebih dahulu menjelaskan alat
yang digunakan dan proses penggunaan alat bantu tersebut serta memberikan
contohnya. Dalam teknik ini, sekolah menyediakan proyektor (infocus) seperti
audiovisual pendukung. Setelah anak melihat dan mendengar, anak harus menuliskan
kata-kata yang telah dilihat dan didengar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, terlihat bahwa anak meningkatkan keterampilannya dengan membaca kata
kemampuan dalam anak dengan keterlambatan belajar (x) setelah intervensi melalui
sarana audio-visual. Namun, peneliti mengakui bahwa ada kekurangan dan
keterbatasan dalam penelitian ini, misalnya mengenai prosedur penelitian ini, hanya
memberikan beberapa kata untuk anak-anak (meja, bola, buku, pulpen, dan kaca) media
audiovisual waktu terbatas peneliti melakukan penelitian pada istirahat dan sepulang
sekolah, sehingga anak kurang istirahat, (Herlinda, 2014: 59-61).
Lebih dari kegiatan belajar siswa meningkatkan kesempatan untuk
menggunakan cara atau metode belajar yang berbeda seperti mengamati proses,
mengajukan pertanyaan, membuktikan sesuatu, melakukan sesuatu dll. Inilah yang
disebut pemanfaatan lingkungan belajar secara optimal. Penggunaan metode atau
metode yang berbeda merupakan persyaratan dan kebutuhan harus dipenuhi dalam
pembelajaran siswa sekolah dasar. Dari pembelajar bahasa Indonesia terdapat
keterampilan membaca, membaca adalah komunikasi efektif dimana pendengar lebih
memahami apa yang disampaikan.
Saat ini masih banyak anak yang mengalami kesulitan membaca, hal ini
disebabkan kemampuan mereka yang berbeda. Ada anak yang belajar cepat, ada juga
anak yang lambat. Melihat potensi ini seorang pendidik dapat membimbing dan
menafkahi anak sesuai dengan kemampuannya. Dengan penerapan metode
pembelajaran dengan menggunakan lingkungan belajar, diharapkan siswa dapat lebih
mudah memahami pembelajaran. Untuk itu, sekolah sebagai fasilitator mampu
memfasilitasi media pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sekolah.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses
belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan beserta staf pengajarnya. Landasan kurikulum digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum, diantaranya yaitu landasan filsafat pendidikan, psikologi
pendidikan, masyarakat dan budaya, serta orientasi ke masa depan.
Prinsip pengembangan kurikulum terdiri dari prinsip relevansi, penddidikan dan
tuntutan dunia kerja, efektivitas dan efisiensi, kesinambungan, fleksibilitas, orientasi
pada tujuan, pendidikan seumur hidup, serta model pengembangan kurikulum.
Pendekatan kurikulum meliputi pendekatan bidang studi, interdisipliner,
rekonstruksionisme, humanistic, accountability dan pembangunan nasional.

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA
https://smkn1kragilan.sch.id/2020/04/10/pemanfaatan-lingkungan-sebagai-media-dan-
sumber-pembelajaran/

https://id.scribd.com/doc/61495941/29-Kapita-Selekta

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2007, Kapita


Selekta Pembelajaran

Diana, Destira Rahma & Intan Agustina. 2020. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah
Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kata Bagi Anak Kesulitan Belajar.
Jurnal BELAINDIKA, 1 (1), 10-18.

12

Anda mungkin juga menyukai