Anda di halaman 1dari 28

PEMBELAJARAN BIOLOGI DI LUAR KELAS (OUTDOOR

LEARNING)
”Makalah Ini Disusun Untuk memenuhi mata kuliah Perangkat Pembelajaran Biologi”

Dosen Pengampu:
Dr. Widya Andayani,SS,M.Hum

Disusun Oleh Kelompok 3:

Dina Fitriyani Saragih


M. Akram Sya’rawi
Devi Arisanti Lubis
Dian Nelsri Ompusunggu
Johanese Sahat Martua S

Pendidikan Biologi B 2017


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Perangkat
Pembelajaran Biologi dengan judul “Pembelajaran Biologi Di Luar Kelas”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Dosen Pengampu mata kuliah Perangkat Pembelajran Biologi yang telah membimbing
dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima
kasih.

Medan, 07 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1


1.2 Tujuan ...........................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.4 Tujuan............................................................................................................1
1.5 Manfaat..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2

2.1. Pengertian Pembelajaran Biologi...................................................................2


2.2. Tujuan Belajar di Luar Ruangan...................................................................6
2.3. Karakteristik Belajar di Luar Ruangan........................................................7
2.4. Prinsip-prinsip Belajar di Luar Ruangan.....................................................7
2.5. Nilai-nilai dalam Belajar di Luar Ruangan...................................................7
2.6. Aktivitas Pendidikan Luar Kelas...................................................................8
2.7. Tempat yang Digunakan untuk Belajar di Luar Ruangan..........................8
2.8. Strategi Khusus untuk Pengajaran di Luar Kelas.......................................9
2.9. Kelebihan dan Kekurangan Belajar di Luar Ruangan.............................10
2.10. Macam-macam Bentuk Belajar di Luar Ruangan.....................................11
2.11. Implementasi Pembelajaran dengan Outdoor Activities.............................16
2.12. Prinsip-prinsip Pembuatan Media yang Memanfaatkan Lingkungan . . .19
2.13. Langkah dan Prosedur Penggunaan Lingkungan sebagai Media dan
Sumber Belajar.............................................................................................20
BAB III PENUTUP.......................................................................................................23
3.1. Kesimpulan..................................................................................................23
3.2. Saran............................................................................................................23
Daftar Isi.........................................................................................................................24
Lampiran........................................................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembelajaran Biologi merupakan pembelajaran yang memiliki fungsi yang
penting dalam pengembangan kemampuan berfikir kreatif, kritis, serta inovatif, agar
tercapainya kemampuan siswa untuk berfikir secara kreatif, kritis, serta inovatif dalam
menghadapi perkembangan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
berkembang maka diperlukan berbagai macam strategi pembelajaran dalam
penyampaian materi atau ilmu kepada siswa, dimana Strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai sebuah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
disusun sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Penggunaan suatu strategi
pembelajaran sangat mampu untuk membantu kelancaran, efektifitas, dan efisiensi
dalam pencapaian tujuan pendidikan salah satunya dengan pembelajaran kooperatif,
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang didalamnya terdapat
kerjasama dan antar siswa saling membantu serta siswa akan aktif karena terlibat
langsung pada masalah yang diterimanya, pada proses pembelajaran.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka perumusan masalahnya adalah :
 Apakah melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar
dapat meningkatkan hasil belajar siswa...?
 Apkah manfaat pembelajaran bilogi diluar kelas bagi siswa...?
 Apakah pembelajaran biologi diluar kelas sangat efektif untuk peserta didik..?
1.2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitan ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah
sebagai sumber belajar.
1.3. Manfaat
Menambah pengetahuan baru bahwa melalui pemanfaatan lingkungan sekitar
sekolah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penulis mengetahui pengalaman untuk
memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang dapat diterapkan
nantinya dalam kegiatan pembelajaran biologi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pembelajaran Biologi

Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang
menentukan perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Manusia dalam lingkungan hidup memiliki peran yang utama dalam memelihara
maupun mengubah lingkungan, bahkan manusia sendiri yang dapat merusak
lingkungannya. Manusia mempengaruhi lingkungannya dengan jalan memelihara dan
memanfaatkan lingkungan untuk menunjang kehidupannya agar terus berkelanjutan,
bahkan tidak sedikit manusia yang lupa akan pentingnya lingkungan. Pentingnya dalam
memelihara lingkungan bukan hanya untuk diri sendiri melainkan untuk kesinambungan
manusia itu sendiri dengan keturunannya.

Pentingnya lingkungan untuk pendidikan adalah sebagai bukti bahwa di


permukaan bumi terjadi interkasi baik manusia dengan manusia, manusia dengan alam,
maupun alam dengan alam. Adanya interaksi tersebut dapat dilihat hasilnya sebagai
media pengajaran, sehingga pengajaran tidak hanya bukti-bukti yang berada di dalam
buku pelajaran atau bukti pengalaman pengganti berupa alat peraga saja, melainkan
bukti langsung yang ada di sekitar siswa atau siswa bahkan harus di bawa ke luar kelas
dengan jalan karya wisata. Lingkungan sebagai sumber pembelajran yang dapat
dimanfaatkan oleh beberapa mata pelajran baik di SD, SMP, SMA, bahkan kuliah.

Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang
menentukan perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Manusia dalam lingkungan hidup memiliki peran yang utama dalam memelihara
maupun mengubah lingkungan, bahkan manusia sendiri yang dapat merusak
lingkungannya. Manusia mempengaruhi lingkungannya dengan jalan memelihara dan
memanfaatkan lingkungan untuk menunjang kehidupannya agar terus berkelanjutan,
bahkan tidak sedikit manusia yang lupa akan pentingnya lingkungan. Pentingnya dalam
memelihara lingkungan bukan hanya untuk diri sendiri melainkan untuk kesinambungan

2
manusia itu sendiri dengan keturunannya. Belajar di luar kelas adalah kampanye global
untuk merayakan dan mendorong aktifitas belajar sambil bermain di luar kelas ( Juliet
Robetson,2014 ).

Belajar di luar ruangan kelas memberikan konteks dunia nyata untuk


pembelajaran anak – anak di sains melalui penggunaan studi-alam, hubungan
antara pengalaman luar di alam dan kurikulum sains yang diamanatkan
negara. Guru dalam studi kasus ini adalah didukung dalam karyanya oleh
keyakinan kuat berdasarkan narasi pribadi dan kehidupan pengalaman yang
perlu dijelajahi semua anak dan belajar di luar ruangan ( Charles J. Eick,2012).
Pembelajaran sains di indonesia mayoritas menggunakan metode pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher centered). Pembelajaran sains yang ada belum memberikan
kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk menemukan dan memecahkan
sendiri permasalahan yang mereka temukan dan memahami materi yang dipelajari
( Median Agus Preadi dkk,2012).

Pentingnya lingkungan untuk pendidikan adalah sebagai bukti bahwa di


permukaan bumi terjadi interkasi baik manusia dengan manusia, manusia dengan alam,
maupun alam dengan alam. Adanya interaksi tersebut dapat dilihat hasilnya sebagai
media pengajaran, sehingga pengajaran tidak hanya bukti-bukti yang berada di dalam
buku pelajaran atau bukti pengalaman pengganti berupa alat peraga saja, melainkan
bukti langsung yang ada di sekitar siswa atau siswa bahkan harus di bawa ke luar kelas
dengan jalan karya wisata. Lingkungan sebagai sumber pembelajran yang dapat
dimanfaatkan oleh beberapa mata pelajran baik di SD, SMP, SMA, bahkan kuliah.

Pembelajaran biologi tidak cukup hanya membekali peserta didik dengan


penguasaan materi saja, tetapi perlu dibekali dengan keterampilan ilmiah sebagaimana
meniru kegiatan ilmuan dalam menemukan konsep – konsep (Yatin Mulyono,2012).
Sementara banyak sains dipelajari di ruang kelas melalui guru mendatang, membaca
buku teks, percobaan laboratorium, dan diskusi interaktif, ini bukan cukup untuk
mengembangkan pemahaman konseptual yang mendalam. Penerapan lingkungan
konsep sains dalam pengalaman, konteks bidang kehidupan nyata sangat berharga.
Perancah pembelajaran dari ruang kelas ke lapangan dan kemudian kembali ke ruang
kelas(Joan K. James1,2016).

3
Menurut Anonim (2008) tidak selamanya pembelajran di kelas itu efektif tanpa
adanya alat peraga sebagai pengalaman pengganti yang dapat memperkuat pemehaman
siswa terhadap suatu materi pelajaran yang diberikan, dengan minimalnya alat peraga
tersebut, guru seharusnya mampu menanamkan materi melalui lingkungan di sekitar
yang cukup memiliki potensial dijadikan media pembelajaran sebagai pengalaman
langsung tidak begitu saja dilupakan siswa, karena lingkungan tersebut mudah untuk
diketahui oleh setiap siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Suleiman (1981) dalam
Pasya (2010):

“Tidak seperti pengalaman dengan kata-kata, pengalaman nyata sangat efektif


untuk mendapatkan suatu pengertian, karena pengalaman nyata itu mengikut
sertakan semua indera dan akal. Pengalaman nyata itu adalah cara yang wajar
dan memuaskan dalam proses belajar. Kalau semua orang bias mendapatkan
pengalaman nyata dan mempunyai kecerdasan yang dapat menyerap pengertian
yang menyeluruh dari segala segi tentang semua pengalaman itu, maka ia akan
sanggup mengembangkan pengertian yang sebaik-baiknya tentang semua yang
dialaminya itu”.
Ada beberapa pengertian belajar di luar ruangan menurut para ahli, yaitu sebagai
berikut.
1. Belajar di luar ruang adalah meningkatkan prestasi secara terorganisir,
pendekatan yang kuat karena menekankan pada pentingnya pengalaman
langsung. Dan ini bukan hanya tentang apa yang kita pelajari, namun yang
penting bagaimana dan di mana siswa itu belajar (Revels, 2006).
2. Belajar di luar ruang merupakan belajar dengan mendapatkan pengalaman
langsung dari alam, dengan tujuan agar siswa peduli terhadap lingkungan di
sekitarnya (Kimbro, 2006).
3. Belajar di luar ruangan ialah memperoleh pengalaman langsung dari alam dan
lebih memberikan pemahaman materi yang mendalam terhadap diri siswa Pasya
(2010).
Dari ketiga pernyataan mengenai pengertian belajar di luar ruang, dapat disimpulkan

4
bahwa belajar di ruang ialah siswa memperoleh pengalaman atau materi yang berasal
dari lingkungan luar kelas dengan dampak siswa lebih memahami materi tersebut dan
dapat meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar .

Pembelajaran luar kelas (outdoor) merupakan satu jalan bagaimana kita


meningkatkan kapasitas belajar anak. Anak dapat belajar secara lebih mendalam melalui
objek-objek yang dihadapi dari pada jika belajar di dalam kelas yang memiliki banyak
keterbatasan. Lebih lanjut, belajar di luar kelas dapat menolong anak untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki. Selain itu, pembelajaran di luar kelas lebih
menantang bagi siswa dan menjembatani antara teori di dalam buku dan kenyataan yang
ada di lapangan. Kualitas pembelajaran dalam situasi yang nyata akan memberikan
peningkatan kapasitas pencapaian belajar melalui objek yang dipelajari serta dapat
membangun ketrampilan sosial dan personal yang lebih baik. Pembelajaran outdoor
dapat dilakukan kapanpun sesuai dengan rancangan program yanhg dibuat oleh guru.
Pembelajaran outdoor dapat dilakukan waktu pembelajaran normal, sebelum kegiatan
pembelajaran disekolah atau sesudahnya, dan saat-saat liburan sekolah.

Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai tanaman
padi, dengan memanfaatkan lingkungan persawahan, anak akan dapat memperoleh
pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat
membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam
terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di
dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti
halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan. Artinya belajar tidak
hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini
lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
fisik, keterampilan sosial, budaya, perkembangan emosional serta intelektual. Anakanak
belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Lingkungan
menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-konsep
seperti warna, angka, bentuk dan ukuran. Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya
adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui
dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru
mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada
lingkungan sekitar (Eko, 2009). Menurut Abulraihan (2008) lingkungan bisa lingkungan

5
sekolah dan luar sekolah, yang terpenting bahwa aktivitas pembelajaran di luar kelas
yang dilakukan siswa, guru harus pandai-pandai memilih model atau jenis pembelajaran
yang tepat sesuai situasi lingkungan, memperhatikan faktor keamanan karena di alam
bebas mempunyai tingkat keriskanan yang tinggi terhadap keselamatan siswa. Lahirnya
konsep pendidikan di alam adalah manifestasi dari pendidikan di luar ruangan. Alam
sebagai media belajar merupakan solusi ketika terjadi kejenuhan atas metodologi
pendidikan di dalam kelas. Dari pemikiran inilah Walt Whitmant mencoba
memperbaharuhi metodologi itu dengan penekanan pada proses aktivitas di luar kelas.
Pendidikan dan latihan di luar kelas dapat menggantikan proses pendidikan
konvensional (kelas/ ruangan) yang selama ini dilakukan secara masif. Akibatnya model
pendidikan tersebut lebih berorientasi pada nilai-nilai kuantitatif , bukan pada proses
pengenalan lebih dalam pada sumber-sumber pengetahuan (Herry, 2008).

Berbagai lokasi dapat digunakan untuk pembelajaran outdoor antara lain:

1. Lingkungan didalam sekolah Lingkungan didalam sekolah merupakan tempat yang


kaya akan sumber belajar, menawarkan peluang belajar secara formal dan informal.
selain itu, berbagai aktivitas sehari-hari di sekolah merupakan sumber belajar yang baik.

2. Lingkungan di luar sekolah Lingkungan di sekitar sekolah menawarkan peluang


untuk dijadikan sumber belajar. Lingkungan sekitar memperkaya kurikulum. Berbagai
lingkungan yang dapat digunakan untuk sumber belajar antara lain persawahan, taman,
kebun binatang, museum, kerja proyek, dsb. Secara umum pembelajaran outdoor untuk
siswa-siswa SD, SMP, dan SMA dapat dibedakan dalam 3 tipe yaitu:

1. Studi lapangan atau kunjungan lapangan

2. Pendidikan menjelajah lingkungan.

3. Sekolah proyek komunitas.

2.2. Tujuan Belajar di Luar Ruangan

Kegiatan pembelajaran di luar kelas dapat dilaksanakan oleh siswa dan guru
ketika materi yang akan disampaikan cocok dengan situasi dan kondisi untuk di lakukan
di luar ruangan. Menurut Lutfiyah (2014) ada beberapa tujuan mengapa proses
pembelajaran di luar kelas harus dilaksanakan, sebagai berikut.

6
1. Memberikan pemahaman materi kepada siswa secara mendalam dengan pengalaman
langsung dari lingkungan luar kelas.
2. Memberikan pengertian bahwa penting peduli dan merawat lingkungan di
lingkungan sekitar atau alam.
3. Meningkatkan kepercayaan diri siswa.
4. Meningkatkan kerjasama antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok.
5. Memberikan keterampilan hidup untuk mengatasi masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh lingkungan.
6. Meningkatkan kebugaran jasmani.

2.3. Karakteristik Belajar di Luar Ruangan


Menurut Rickinson et all (2004), karakteristik belajar di luar ruangan yaitu sebagai
berikut.
1. Di lakukan di luar kelas.
2. Lebih mementingkan pengalaman dan pendalaman materi.
3. Siswa aktif dan guru sebagai motivator dan fasilitator.

2.4. Prinsip-prinsip Belajar di Luar Ruangan


Menurut Mulya (2011), belajar di luar ruangan memiliki beberapa prinsip, yaitu
menyangkut prinsip-prinsip yaitu sebagai berikut.
1. Tantangan
2. Waktu Luang
3. Sukarela
4. Serius dan bertujuan
5. Fleksibel

2.5. Nilai-nilai dalam Belajar di Luar Ruangan


Menurut Mulya (2011) belajar di luar ruangan mencakup beberapa nilai-nilai
penting, yaitu sebagai berikut.
1. Kerjasama
2. Kepribadian
3. Kebugaran Jasmani
4. Cinta Lingkungan

2.6. Aktivitas Pendidikan Luar Kelas


1. Kegiatan dengan tali,
2. Penjelajahan,
3. Berkemah,
4. Mendaki gunung,
5. Pengembaraan,
6. Menyelam,

7
7. Menelusiri gua, dll

2.7. Tempat yang Digunakan untuk Belajar di Luar Ruangan


1. Lingkungan sekolah
Daerah ini kaya fasilitas. Mereka menawarkan kesempatan yang sangat baik untuk
pembelajaran formal dan informal dan bermain. Bangunan sekolah juga dapat
menyediakan sumber daya yang berguna untuk belajar tentang penggunaan energi
dan limbah misalnya.
1. Lingkungan lokal
Siswa dapat mengembangkan keterampilan untuk mengeksplorasi lingkungan lokal
mereka. Lingkungan ini dapat berlaku pada semua bidang mata pelajaran, misalnya
situs kepentingan ilmiah khusus.
2. Tempat yang jauh
Di sini lebih menekankan pada tempat-tempat yang kontras dengan lingkungannya
sendiri misalnya pergi ke hutan, ke perkotaan, ke pedesaan, kebun raya, pusat-pusat
studi.

2.8. Strategi Khusus untuk Pengajaran di Luar Kelas


Menurut Foran (2010) Strategi yang dapat diterapkan untuk pengajaran di luar
kelas memiliki beberapa aspek, diantaranya adalah ajarkan di tempat-tempat di luar
yang otentik dengan pelajaran tersebut. Peserta memiliki antusias untuk mengikuti
kegiatan, dan tidak melupakan sarana untuk belajar otentik. Alam adalah kelas alami
yang mana proses belajar mengajar dapat berbeda daripada di kelas dalam ruangan.
Mengambil langkah-langkah untuk melestarikan ruang instruksional untuk pelajaran di
masa depan. Kegiatan ini dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik
dan juga tantangan yang memicu keaktifan dari peserta didik.
Pembelajaran di luar ruangan membutuhkan pendidik yang profesional yang
memiliki pengetahuan, informasi, dan penuh perhatian atau antusiasme selama proses
pembelajaran berlangsung (Foran, 2010). Mengembangkan rasa kebersamaan, aman,
menyenangkan, peduli terhadap lingkungan untuk belajar dan berlatih keterampilan
yang baru. Pendidik harus psndai memindahkan okus peserta didik dari aspek
kompetitif untuk unjuk kebolehan, fokus pada perkembangan dengan dukungan positif
dengan memberikan umpan balik yang konstruktif, sehingga pendidik mengetahui hasil
dari proses pembelajaran tersebut. Hal ini akan menjadikan pendidik mengetahui atau
mendeteksi suatu kesalahan (apa yang tidak benar) dan koreksi (penyesuaian

8
keterampilan untuk meningkatkan kinerja) dalam proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Pendidik harus menyiapkan bahan atau materi yang akan disampaikan
untuk setiap pelajaran. Keterlibatan peserta didik sangat penting, menciptakan suasana
yang menyenangkan tetapi tetap dalam format yang terstruktur untuk memaksimalkan
waktu belajar di luar kelas.

2.9. Kelebihan dan Kekurangan Belajar di Luar Ruangan


a. Kelebihan dari belajar di luar ruanagan sebagai berikut.
1. Pembelajaran di luar kelas akan meningkatkan pencapaian pembelajaran melalui
kemampuan mengorganisasi, pendekatan yang lebih baik karena belajar dari obyek
langsung merupakan satu hal yang utama. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran
di luar kelas kita tidak hanya memikirkan apa yang kita pelajari, tetapi juga
memikirkan bagaimana dan kapan kita belajar.
2. Pembelajaran di lapangan dapat meningkatkan sikap ke arah lingkungan yang lebih
baik.
3. Keterlibatan dari setiap peserta lebih tinggi jika dibandingkan pembelajaran secara
klasikal.
4. Materi/informasi yang diperoleh akan lebih lama diingat.
5. Dapat belajar secara lebih mendalam melalui objek-objek yang dihadapi daripada
jika belajar di dalam kelas yang memiliki banyak keterbatasan. Lebih lanjut, belajar
di luar kelas dapat menolong anak untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
dimiliki. Selain itu, pembelajaran di luar kelas lebih menantang bagi siswa dan
menjembatani antara teori di dalam buku dan kenyataan yang ada di lapangan.
6. Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan.
7. Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti listrik.
8. Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit,
tidak verbalistik. - Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka
benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini
juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning).
9. Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi belajar yang diperoleh siswa melalui
media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung, karena
siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya
sehari-hari.
10. Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan media
lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau
peristiwa sesungguhnya secara alamiah.

9
11. Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa
biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang dikemas
(didesain).
Dengan memahami berbagai keuntungan tersebut, seharusnya kita dapat tergugah
untuk memanfaatkan semaksimal mungkin lingkungan di sekitar kita untuk menunjang
kegiatan pembelajaran kita. Lingkungan kita menyimpan berbagai jenis sumber dan
media belajar yang hampir tak terbatas. Lingkungan dapat kita manfaatkan sebagai
sumber belajar untuk berbagai mata pelajaran. Kita tinggal memilihnya berdasarkan
prinsip-prinsip atau kriteria pemilihan media dan menyesuaikannya dengan tujuan,
karakteristik siswa dan topik pelajaran yang akan kita ajarkan. Kriteria pemilihan media
itu telah kita bahas pada bagian sebelumnya.

b. Kekurangan belajar di luar ruangan yaitu sebagai berikut.


1. Tidak semua materi dapat menerapkan metode ini.
2. Kebanyakan guru masih menyukai pembelajaran di dalam kelas, Guru seperti mati
langkah apabila tidak kebagian jatah ruangan/kelas. Padahal sesungguhnya proses
pembelajaran dapat dilakukan di mana saja termasuk di luar ruangan/ alam bebas.
Lingkungan sekitar dapat dijadikan sebagai alternatif lain untuk menyiasati
keterbatasan ruang kelas.
3. Volume dan kekuatan suara harus lebih besar, agar dapat ditangkap oleh audiens. Di
luar ruangan guru tentunya mau tidak mau harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk
dapat lebih membesarkan volume suaranya. Hal ini karena gelombang bunyi akan
terus menyebar, di mana tidak ada batas ruang. Selain itu, banyak terdapat gangguan
bunyi-bunyi lain yang ikut mengacaukan suara guru. Kondisi ini juga ikut
mempengaruhi besaran volume suara yang dapat diterima siswa.
4. Guru harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk memusatkan perhatian siswa. Di luar
kelas banyak pemecah konsentrasi yang tidak terduga, sehingga guru harus pandai
menerapkan strategi pembelajaran.
5. Sangat tergantung cuaca. Cuaca memegang kendali yang cukup besar dalam
pembelajaran berbasis alam. Ada hal-hal yang sebaiknya menjadi perhatian guru.
Apabila pembelajaran dilakukan di sekitar sekolah tentunya tidak banyak yang harus
dipersiapkan, tetapi kalau pembelajaran dilakukan di luar lingkungan sekolah tentu
lebih banyak yang harus dipersiapkan. Di samping itu guru juga harus mengantisipasi
kondisi cuaca, apakah cerah atau hujan, karena tentunya kita tidak dapat membiarkan

10
anak-anak basah kuyup terkena air hujan. Demikian pula ketik a panas terik, anak-
anak biasanya tidak mau berpanas-panasan di bawah terik matahari.
6. Konsentrasi siswa kurang, seperti kita ketahui bersama bahwa di luar kelas banyak
faktor pemecah konsentrasi, antara lain dari segi pendengaran maupun pandangan.
Dari segi suara misalnya, deru kendaraan bermotor apabila pembelajaran dilakukan
di tengah hiruk pikuk padatnya kota. Apabila pembelajaran dilakukan di kebun atau
di sawah hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh.
Dari segi pandangan konsentrasi akan terpecah apabila pembelajaran dilakukan
di sekitar sekolah atau kampus sementara banyak lalu-lalang siswa atau mahasiswa lain.
Namun demikian semua itu dapat diatasi, asalkan pembelajaran dilakukan dengan
perencanaan yang matang dan tepat.

2.10. Macam-macam Bentuk Belajar di Luar Ruangan


Menurut Anonim (2008) Secara umum pembelajaran outdoor untuk siswa-siswa
SD, SMP, dan SMA dapat dibedakan dalam 3 tipe yaitu sebagai berikut.
a. Studi lapangan atau kunjungan lapangan
Studi lapangan merupakan salah satu bentuk pembelajaran outdoor di mana
terjadi kegiatan observasi untuk mengungkap fakta–fakta guna memperoleh data dengan
cara terjun langsung ke lapangan. Studi lapangan merupakan cara ilmiah yang dilakukan
dengan rancangan operasional sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat. Dalam
kegiatan studi lapangan, siswa diajak mengunjungi ke tempat dimana objek-objek
biologi yang akan dipelajari tersedia di sana. Berbagai lokasi yang dapat digunakan
untuk studi lapangan sangat beragam mulai dari lingkungan disekitar sekolah, daerah
asli habitat hewan atau tumbuhan tertentu, dan daerah wisata yang memiliki objek
biologi.

b. Pendidikan menjelajah lingkungan.


Cara mempelajari Biologi melalui eksplorasi alam sekitar, disebut sebagai
cara/pendekatan jelajah lingkungan. Pembelajaran demikian disebut jelajah alam sekitar
atau JAS. Lebih lanjut dinyatakan bahwa alam sekitar siswa ialah lingkungan di sekitar
siswa, dapat berupa lingkungan alam, sosial, budaya, agama, dan sebagainya. Dalam
proses pembelajaran yang dirancang dengan menerapkan pendekatan JAS, kegiatan
belajar dilaksanakan dengan mengajak siswa untuk mengenal obyek, mengenal gejala
dan permasalahannya, serta menelaah dan menemukan kesimpulan atau konsep tentang

11
hal yang dipelajari. Kegiatan belajar semacam itu akan mendorong siswa untuk
melakukan berbagai tidakan yang akan memberikan pengalaman langsung dan konkrit
bagi mereka.

c. Sekolah proyek komunitas.


Sekolah proyek komunitas atau pembelajaran berbasis proyek (project-based
learning) adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang
menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus
pembelajaran ini terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin
studi, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas
bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom mengkonstruk
pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata.
Proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja) (performance),
yang secara umum siswa melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar
kelompok mereka, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan
mensintesis informasi. Pendidikan sebaiknya disesuaikan dengan keadaan alam sekitar
(Hamalik, 2001). Alam sekitar siswa merupakan lingkungan sekitar kehidupan siswa
yang dapat berupa lingkungan alam, sosial, dan buatan.

Jenis Lingkungan Belajar


 Lingkungan Alam,
Dalam hal ini, dipandang sebagai sebuah laboratorium yang sangat besar.
Laboratorium alam ini menyediakan sumber belajar yang melimpah ruah, sehingga akan
sayang kalau sumber belajar ini tersia-siakan (Amin, 2008). Pengalaman yang harus
dimiliki siswa ialah pengalaman lingkungan fisik yang menyangkut fisik secara mikro
yaitu dirinya sendiri maupun secara makro (alam semesta). Pemahaman siswa yang
benar terhadap dirinya dan alam semesta, akan menumbuhkan kesadaran yang tinggi
untuk senantiasa, meningkatkan serta memanfaatkan sumberdaya manusia dan
sumberdaya alam bagi kepentingan manusia pada umumnya (Suherli, 2009). Menurut
Sudjana & Rivai (2010) lingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yang
sifatnya alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, curah hujan, flora
(tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (air, hutan , tanah, batu-batuan dan lain-

12
lain). Aspek-aspek lingkungan alam di atas dapat dipelajari secara langsung oleh siswa.
Mengingat sifat-sifat dari gejala alam relatif tetap tidak seperti dalam lingkungan sosial,
maka akan mudah dipelajari para siswa. Siswa dapat mengamati dan mencatatnya
secara pasti, dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi termasuk termasuk
prosesnya dan sebagainya. Gejala lain yang dapat dipelajari adalah kerusakan-kerusakan
lingkungan alam termasuk faktor-faktor penyebabnya seperti erosi, penggundulan
hutan, pencemaran air tanah, udara dan sebagainya. Dengan mempelajari lingkungan
alam diharapkan para siswa dapat lebih memahami materi pelajaran di sekolah serta
dapat menumbuhkan cinta alam, kesadaran untuk menjaga dan memelihara lingkungan,
turut serta dalam menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan serta tetap
menjaga kelestarian kemampuan sumberdaya alam bagi kehidupan manusia. Sebagai
contoh: dalam rangka mempelajari IPA, siswa diminta mencatat dan mempelajari
lingkungan alam di sekitarnya. Siswa diminta mencatat dan mempelajari suhu udara,
jenis tumbuhan, hewan, batu-batuan, kerusakan lingkungan, pencemaran dan lain-lain.
Baik secara individual maupun kelompok para siswa akan melakukan kegiatan belajar
seperti mengamati, bertanya kepada orang lain, membuktikan sendiri atau mencobanya.
Ia akan memperoleh sesuatu yang berharga dari kegiatan belajarnya yang mungkin tidak
ditemukan dari pengalaman belajar di sekolah sehari-hari.
 Lingkungan Sosial
Menurut Supriatna (2011) masalah-masalah sosial sehari-hari yang dihadapi
oleh para siswa merupakan pengalaman belajar sekaligus sebagai sumber belajar. Dalam
kurikulum terdahulu, masalah-masalah sosial tersebut sangat jarang dibawa oleh guru
ke ruang kelas sebagai bahan pelajaran. Masalah-masalah sosial tersebut sangat erat
kaitannya dengan tuntutan kurikuler pada pelajaran serta terkait pula dengan kehidupan
siswa sehari-hari. Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi
manusia dengan kehidupan masyarakat, seperti organisasi sosial, adat dan kebiasaan,
mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan,
agama dan sistem nilai. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-
ilmu sosial dan kemanusiaan. Dalam praktek pembelajaran, penggunaan lingkungan
sosial sebagai media dan sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang
paling dekat, seperti keluarga, tetangga, rukun tetangga, rukun warga, kampung, desa,
kecamatanm dan seterusnya. Hal ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan

13
tingkat perkembangan anak didik (Sudjana & Rivai, 2010). Menurut Suherli (2009)
lingkungan sosial dijadikan media pembelajaran agar siswa memiliki bekal hidup dalam
sosial atau dalam masyarakat. Dengan bekal pengetahuan ini, siswa setelah lulus atau
tamat sekolah siap hidup bermayarakat. Siswa akan dengan cepat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya di mana ia tinggal. Selain itu siswa juga harus dibekali dengan
pengalaman budaya. Dengan bekal ini, siswa diharapkan memahami, mencintai,
menghargai, dan menikmati serta memilih budaya yang menguntungkan dirinya sendiri
maupun orang lain sehingga siswa tidak akan terjerumus dalam budaya yang
menyesatkan. Melalui kegiatan belajar seperti itu, siswa lebih aktif dan lebih produktif
sebab ia mengarahkan usahanya untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari
sumbersumber yang nyata dan faktual.
 Lingkungan Buatan
Di samping lingkungan alam dan lingkungan sosial yang sifatnya alami, ada
juga yang disebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau
dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Lingkungan buatan antara lain irigasi atau pengairan, bendungan, pertamanan,
kebun binatang, perkebunan, penghijauan, dan pembangkit tenaga listrik. Menurut
Sudjana & Rivai (2010) siswa dapat mempelajari lingkungan buata dari berbagai aspek
seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya, serta
aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan
masyarakat pada umumnya. Lingkungan buatan dapat dikaitkan dengan kepentingan
berbagai bidang studi yang diberikan di sekolah.

b. Jenis-jenis Sumber Belajar yang Ada di Lingkungan


Pada bagian sebelumnya, kita telah mengenal adanya dua jenis sumber belajar,
yaitu sumber belajar yang dirancang (by design resources) dan sumber belajar yang
dimanfaatkan ( by utility resources). Berbagai benda yang terdapat di lingkungan kita
dapat kita kategorikan ke dalam jenis sumber belajar yang dimanfaatkan (by design
resources) ini. Dibanding dengan dengan jenis sumber belajar yang dirancang, jenis
sumber belajar yang dimanfaatkan ini jumlah dan macamnya jauh lebih banyak. Oleh
karena itu, sangat dianjurkan setiap guru mampu mendayagunakan sumber belajar yang
ada di lingkungan ini. Pengertian lingkungan dalam hal ini adalah segala sesuatu baik

14
yang berupa benda hidup maupun benda mati yang terdapat di sekitar kita (di sekitar
tempat tinggal maupun sekolah). Sebagai guru, kita dapat memilih berbagai benda yang
terdapat di lingkungan untuk kita jadikan media dan sumber belajar bagi siswa di
sekolah. Bentuk dan jenis lingkungan ini bermacam macam, misalnya: sawah, hutan,
pabrik, lahan pertanian, gunung, danau, peninggalan sejarah, musium, dan sebagainya.
Media di lingkungan juga bisa berupa benda-benda sederhana yang dapat dibawa ke
ruang kelas, misalnya : batuan, tumbuh-tumbuhan, binatang, peralatan rumah tangga,
hasil kerajinan , dan masih banyak lagi contoh yang lain. Semua benda itu dapat kita
kumpulkan dari sekitar kita dan dapat kita pergunakan sebagai media pembelajaran di
kelas. Benda-benda tersebut dapat kita perloeh dengan mudah di lingkungan kita sehari-
hari. Jika mungkin, guru dapat menugaskan para siswa untuk mengumpulkan benda-
benda tertentu sebagai sumber belajar untuk topik tertentu. Benda-benda tersebut juga
dapat kita simpan untuk dapat kita pergunakan sewaktu-waktu diperlukan.

2.11.Implementasi Pembelajaran dengan Outdoor Activities


Penyampaian suatu pesan pendidikan melalui sebuah pengalaman langsung
cepat meresap ke daya tangkap pikiran manusia. Dan dalam menggunakan lingkungan
sebagai media dan sumber belajar di dalam proses pembelajaran memerlukan persiapan
dan perencanaan yang seksama dari guru. Tanpa perencanaan yang matang kegiatan
belajar siswa bisa tidak terkendali, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dan
siswa tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan. Adapun prosedur untuk
mempersiapkan pembelajaran dengan belajar di luar ruangan (experiental learning),
menurut Oemar Hamalik (2003) dalam Foran (2010) adalah sebagai berikut:
1. Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang direncanakan untuk
memperoleh hasil yang potensial atau memiliki alternatif hasil.
2. Menentukan bentuk kegiatan yang akan dipakai, kegiatan outdoor activities ini
dapat divariasi sendiri oleh guru. Misalnya: dalam satu materi dapat dilakukan
dengan berbagai bentuk, seperti dalam tema yang lain seperti lingkungan.
3. Guru berusaha menyajikan pengalaman yang bersifat menantang dan memotivasi.
4. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan. Kegiatan outdoor activities ini dapat
dilaksanakan dalam pembelajaran atau dapat juga dilaksanakan di luar jam
pelajaran.

15
5. Menentukan rute perjalanan belajar di luar ruangan, dapat dilakukan satu kelas
bersamasama. belajar di luar ruangan dapat menggunakan rute di sekitar sekolahan
atau di lingkungan warga sekitar.
6. Siswa dapat bekerja secara individual dan dapat bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil.
7. Para siswa secara aktif berperan serta dalam pembentukan pengalaman.
8. Setelah semua persiapan selesai maka tahap selanjutnya pelaksanaan kegiatan
belajar di luar ruangan yaitu guru menjelaskan tentang aturan dalam pembelajaran
dengan belajar di luar ruangan.
Pembelajaran berdasarkan pengalaman ini menyediakan suatu alternatif
pengalaman belajar bagi siswa yang lebih luas dari pada pendekatan yang diarahkan
oleh guru kelas. Strategi ini menyediakan banyak kesempatan belajar secara aktif,
personalisasi dan kegiatan-kegiatan belajar yang lainnya bagi para siswa untuk semua
tingkat usia. Pembelajaran di luar ruangan dilaksanakan melalui empat tahapan sebagai
berikut.
1. Adanya suatu aktivitas, para peserta terlibat secara fisik, intelektual, maupun
emosional dalam upaya memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang
diperlukan.
2. Adanya proses diskusi, para peserta tidak hanya belajar secara individual, tapi juga
bisa belajar kelompok sehingga akan lebih memperkaya dan menambah aspek
kedalaman pemahaman aspek yang sedang dipelajari.
3. Adanya proses perenungan, secara individual, para peserta didorong untuk
menginternalisasikan konsep, pengetahuan, dan keterampilan yang baru saja
diperoleh dalam kegiatan mereka sehari-hari.
4. Adanya proses rancangan tindak lanjut/penerapan, proses ini berguna untuk melatih
dan menyempurnakan proses belajar berbagai keahlian yang baru saja didapatkan
para peserta.
Sebelum melaksanakan pembelajaran di luar ruangan guru harus merumuskan
pengalaman belajar yang akan direncanakan, menyajikan/ mengajak siswa dengan
pengalaman yangbersifat memotivasi, menentukan waktu perjalanan, dan rute
perjalanan serta menjelaskan aturan kegiatan pembelajaran luar kelas. Dapat
disimpulkan langkah-langkah pembelajaran dalam menggunakan pembelajaran
di luar ruangan yaitu sebagai berikut.

Tahap-tahap pembelajaran di luar kelas

16
No Tahap pelaksanaaan Kegiatan

1. Perencanaan  Guru merumuskan dan mengembangkan


indikator yang akan dicapai oleh siswa nanti
 Guru menyajikan pengalaman belajar yang
bersifat memotivasi
 Guru mempersiapkan perlengkapan belajar
yang diperlukan
 Guru merencanakan membagi kelompok
kelompok siswa
 Guru menetapkan tujuan objek serta
lamanya waktu observasi
2. Pendahuluan  Salam pembuka dan doa
 Guru mempersiapkan siswa secara fisik dan
psikis.
 Guru melakukan apersepsi.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai siswa.
 Guru menyampaikan materi yang akan
dibahas pada hari itu.
 Guru memberikan pretest

2. Pendahuluan  Salam pembuka dan doa


 Guru mempersiapkan siswa secara fisik dan
psikis.
 Guru melakukan apersepsi.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai siswa.
 Guru menyampaikan materi yang akan
dibahas pada hari itu.
 Guru memberikan pretest

17
3. Pelaksanaan  Guru menjelaskan keadaan lokasi objek
secara global
 Guru menetapkan teknik mempelajari objek
 Guru membahas pembagian kelompok
kelompok siswa
 Guru mengajak siswa menuju lokasi
pengamatan
 Siswa Observasi
 Kerjasama kelompok
 Guru dan siswa melakukan tanya jawab
 Guru mengajak siswa masuk ke dalam kelas
 Siswa mendiskusikan hasil pengamatan di
kelas yang dipandu oleh guru
 Guru dan siswa melakukan pembahasan
hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok Guru
menciptakan suasana belajar tanpa tekanan
dan suasana menyenangkan.

4. Kegiatan akhir  Kesimpulan


 Evaluasi hasil belajar siswa
 Pemantapan dengan cara para siswa
didorong untuk menginternalisasikan
konsep, pengetahuan, dan keterampilan
yang baru saja diperoleh dalam kegiatan
mereka sehari – hari.

2.12. Prinsip-prinsip Pembuatan Media yang Memanfaatkan Lingkungan

Media-media yang terdapat di lingkungan sekitar, ada yang berupa benda-benda


atau peristiwa yang langsung dapat kita pergunakan sebagai sumber belajar. Selain itu,
ada pula benda-benda tertentu yang harus kita buat terlebih dulu sebelum dapat kita
pergunakan dalam pembelajaran. Media yang perlu kita buat itu biasanya berupa alat
peraga sederhana dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan kita.
Jika kita harus membuat media belajar semacam itu, maka ada beberapa prinsip
pembuatan yang perlu kita perhatikan, yaitu :

18
- Media yang dibuat harus sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya

. - Dapat membantu memberikan pemahaman terhadap suatu konsep tertentu, terutama


konsep yang abstrak.

- Dapat mendorong kreatifitas siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk


bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri).

- Media yang dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan, tidak mengandung


unsur yang membahayakan siswa

. - Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal.

- Usahakan memenuhi unsur kebenaran substansial dan kemenarikan

- Media belajar hendaknya mudah dipergunakan baik oleh guru maupun siswa

- Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat hendaknya dipilih agar mudah


diperoleh di lingkungan sekitar dengan biaya yang relatif murah

- Jenis media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan sasaran
didik.

2.13. Langkah dan Prosedur Penggunaan Lingkungan sebagai Media dan Sumber
Belajar

Menurut Sudjana & Rivai (2010) menggunakan lingkungan sebagai media dan
sumber belajar dalam proses pembelajaran memerlukan persiapan dan perencanaan
yang seksama dari para guru. Tanpa perencanaan yang matang kegiatan belajar siswa
bisa tidak terkendali, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dan siswa tidak
melakukan kegiatan belajar yang diharapkan. Ada beberapa langkah yang harus
ditempuh dalam menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber belajar, yakni
langkah persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.

1. Langkah Persiapan Ada beberapa prosedur yang harus ditempuh pada langkah
persiapan ini, antara lain:

1) Dalam hubungannya dengan pembahasan bidang studi tertentu, guru dan siswa
menentukan tujuan belajar yang diharapkan diperoleh para siswa berkaitan dengan
penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar. Misalnya siswa dapat

19
menjelaskan proses kerja pembangkit listrik tenaga air atau siswa dapat menjelaskan
struktur pemerintahan tingkat kecamatan. Siswa dapat mengidentifikasi berbagai jenis
tumbuhan dan hewan di daerahnya.

2) Tentukan objek yang harus dipelajari atau dikunjungi. Dalam menetapkan objek
kunjungan tersebut hendaknya diperhatikan relevansi dengan tujuan belajar, kemudahan
menjangkaunya misalnya cukup dekat dan murah perjalanannya, tidak memerlukan
waktu yang lama, tersedianya sumbersumber belajar, keamanan bagi siswa dalam
mempelajarinya serta memungkinkan untuk dikunjungi dan dipelajari siswa.

3) Menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan. Misalnya, mencatat
apa yang terjadi, mengamati suatu proses, bertanya atau wawancara dengan petugas dan
apa yang harus ditanyakannya, melukiskan atau menggambarkan situasi baik berupa
peta, sketsa dan lain-lain, kalau mungkin mencobanya dan kegiatan lain yang diangap
perlu. Di samping itu, ada baiknya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap
kelompok diberi tugas khusus dalam kegiatan belajarnya.

4) Guru dan siswa mempersiapkan perizinan jika diperlukan. Misalnya membuat dan
mengirimkan surat permohonan untuk mengunjungi objek tersebut agar mereka dapat
mempersiapkannya. Dalam surat tersebut dapat dijelaskan kegiatab belajar dan tujuan
yag diharapkan dari kunjungan tersebut. Hal ini penting agar petugas di sana
mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan.

5) Persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar, seperti tata tertib
diperjalanan dan ditempat tujuan, perlengkapan belajar yang harus dibawa, menyusun
pertanyaan yang akan diajukan, kalau ada kamera untuk mengambil foto, handycam,
transportasi yang digunakan, biaya, makanan atau perbekalan, dan perlengkapan P3K.
Persiapan tersebut dibuat guru bersama siswa pada waktu belajar bidang studi yang
bersangkutan, atau dalam program akhir semester.

2. Langkah Pelaksanaan Pada langkah ini adalah melakukan kegiatan belajar di tempat
tujuan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Biasanya kegiatan belajar diawali
dengan penjelasan petugas mengenai objek yang dikunjungi sesuai dengan permintaan
yang telah disampaikan sebelumnya. Dalam penjelasan tersebut, para siswa bisa
mengajukan beberapa pertanyaan melalui kelompoknya masing-masing supaya

20
waktunya bisa lebih cermat. Catatlah semua informasi yang diperoleh dari penjelasan
tersebut. Setelah informasi diberikan oleh petugas, para siswa dengan bimbingan
petugas melihat dan mengamati objek yang dipelajari. Siswa bisa bertanya atau juga
mempraktekkan jika dimungkinkan serta mencatatnya. Berikutnya para siswa dalam
kelompoknya mendiskusikan hasil-hasil belajarnya, untuk lebih melengkapi dan
memahami materi yang dipelajarinya. Akhir kunjungan dengan ucapan terima kasih
kepada petugas dan pimpinan objek/wahana yang dikunjungi. Hal yang perlu menjadi
catatan, apabila objek kunjungan sifatnya bebas dan tak perlu ada petugas yang
mendampinginya, seperti kemah, mempelajari lingkungan sosial, belajar di kebun dan
taman, belajar di halaman sekolah, atau belajar di alam terbuka lainnya, maka para
siswa langsung mempelajari objek studi atau melakukan aktivitas sesuai yang diarahkan
oleh guru (yang sudah pula tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran/RPP).

3. Langkah Tindak Lanjut Tindak lanjut dari kegiatan belajar di atas adalah kegiatan
belajar di kelas untuk membahas dan mendiskukusikan hasil belajar dari lingkungan.
Setiap kelompok diminta melaporkan hasil-hasilnya untuk dibahas bersama. Guru dapat
meminta kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar tersebut, di samping
menyimpulkan materi yang diperoleh dan dihubungkan dengan bahan pengajaran
bidang studinya. Di lain pihak guru juga memberikan penilaian terhadap kegiatan
belajar siswa dan hasil-hasil yang dicapainya. Tugas lanjutan dari kegiatan belajar
tersebut dapat diberikan sebagai pekerjaan rumah, misalnya menyusun laporan yang
lebih lengkap, membuat pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan hasil kunjungan, atau
membuat karangan berkenaan dengan kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan
belajarnya.

21
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pentingnya lingkungan untuk pendidikan adalah sebagai bukti bahwa di


permukaan bumi terjadi interkasi baik manusia dengan manusia, manusia dengan alam,
maupun alam dengan alam. Adanya interaksi tersebut dapat dilihat hasilnya sebagai
media pengajaran, sehingga pengajaran tidak hanya bukti-bukti yang berada di dalam
buku pelajaran atau bukti pengalaman pengganti berupa alat peraga saja, melainkan
bukti langsung yang ada di sekitar siswa atau siswa bahkan harus di bawa ke luar kelas
dengan jalan karya wisata. Lingkungan sebagai sumber pembelajran yang dapat
dimanfaatkan oleh beberapa mata pelajran baik di SD, SMP, SMA, bahkan kuliah.

3.2. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan baru bahwa
melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Penulis mengetahui pengalaman untuk memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah
sebagai sumber belajar yang dapat diterapkan nantinya dalam kegiatan pembelajaran
biologi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Efektivitas Pembelajaran di Luar Kelas, (Online),


(repository.library.uksw.edu), diakses 20 September 2014.

Foran, Andrew. 2010. Tips for Teaching in the Outdoors, (Online)


(www.humankinetics.com), diakses 23 September 2014.

Kimbro, Creig C. 2006. Developing an Outdoor Classroom to Provide Education


Naturally. USA: The University of Tennessee.

Luthfiyya, Farah Nabila. 2014. Pendidikan di Luar Kelas, (Online),


(www.scribd.com), diakses 20 September 2014.

Mulya, Lara Asih. 2011. Belajar Menyenangkan di Luar Kelas. (Online) (laraasih.com),
diakses 20 September 2014.

Pasya, Gurniwan Kamil. 2010. Lingkungan sebagai Sumber Belajar, (Online),


(file.upi.edu), diakses 20 September 2014.

Revels, Richard. 2006. Learning Outside the Classroom. Nottingham: Published by


the Department for Education and Skills.

Rickinson, Mark, Justin Dillon, Kelly Teamey, Marian Morris, Mee Young Choi,

Dawn Sanders, & Pauline Benefield. 2004. Learning Outdoor, (Online),


(www.field-studies-council.org), diakses 20 September 2014.
Preadi, Agus Median.2012. Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Problem Based
Learning Melalui Metode Eksperimen Laboratorium Dan Lapangan Ditinjau Dari
Keberagaman Kemampuan Berpikir Analitis Dan Sikap Peduli Lingkungan. Jurnal Inkuiri.
Vol.1. No 3
Mulyono, Yatin.dkk. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dengan
Pendekatan
Scientific Skill Teknologi Fermentasi Berbasis Masalah
Lingkungan. Journal Unnes. Vol. 41. No. 1.

23
Eick, Charles .2012. Use of the Outdoor Classroom and Nature-Study to Support
Science and Literacy Learning: A Narrative Case Study of a Third-Grade Classroom. J
Sci Teacher Educ. DOI 10.1007/s10972-011-9236-1
James1. Joan K.2012. School-Based Experiential Outdoor Education: A Neglected
Necessity. Journal of Experiential Education.Vol.40(1). DOI:
10.1177/1053825916676190
Airlanda, Gamaliel Septian.2016. Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi
Berbasis Hsps Dipadukan Blended Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses
Sains Siswa Xi Ipa Sma Kristen Petra Malang. Jurnal Pendidikan Sains. Vol 4. No 1

24
LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai