Anda di halaman 1dari 27

PERKEMBANGAN KEHIDUPAN BERDASARKAN WAKTU

DAN FILOGENI

Diajukan sebagai tugas mata kuliah Evolusi

Dosen Pengampu : Azza Nuzullah Putri, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

YESI NOVIRA ARFIKA 160384205043

NINI PURWANTI 160384205045

SELFIYA RUSDIANTI 160384205061

LENI SAFITRI 160384205072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah Swt,


yang telah memberikan kesempatan, kesehatan kepada penyusun sehingga
dapat menyelesaikan makalah tentang “Perkembangan Kehidupan
Berdasarkan Waktu dan Fiologeni” yang merupakan salah satu tugas yang
diberikan kepada mahasiswa untuk melengkapi penilaian dalam mengikuti
mata kuliah Evolusi.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Azza Nuzullah
Putri, S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Evolusi atas
bimbingan dan materi yang telah diberikan kepada penyusun dalam
kegiatan pekuliahan.
Andai kata dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dapat memperbaiki penyusunan makalah yang akan
datang.

Tanjungpinang, 01 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................1

1.3 Tujuan .............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................4

2.1 Bagian-bagian waktu geologi berdasarkan perkembangan hidup ...................................4

2.1.1 Pengertian waktu geologi .......................................................................................4

2.1.2 Bagian-bagian waktu geologi .................................................................................4

2.2.3 Metode pentarikhan………..................................................................................10

2.2 Filogeni .........................................................................................................................12

2.2.1 Definisi Filogen ....................................................................................................12

2.2.2 Pelacakan filogeni dengan catatan fosil dan karakteristik morfologi ..................13

2.2.3 Karakter dalam konsep filogeni……… ...............................................................15

2.2.4 Metode dalam penyususnan filogeni ....................................................................16

2.2.5 Pohon Filogeni .....................................................................................................17

BAB III PENUTUP ................................................................................................................22

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................22

3.2 Saran ..............................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evolusi merupakan bangunan ilmu terbesar, dan perkembangannya sangat
luas. Meliputi pokok bahasan yang beragam dan terdapat bagian-bagian yang
agak ditakutkan. Para ahli biologi evolusi sekarang meneliti evolusi dari
berbagai disiplin ilmu, seperti genetika molekuler, morfologi dan embriologi.
Evolusi adalah proses gradual, suatu organisme yang memungkinkan
spesies sederhana menjadi lebih komplek melalui akumulasi perubahan dari
beberapa generasi. Keturunan akan mempunyai beberapa perbedaan dari
nenek moyangnya karena berubah dalam sebuah evolusi. Semakin bervariasi,
semakin beranekaragam spesies yang dihasilkan, dalam arti semakin banyak
spesies baru yang bermunculan. Spesiasi tidak hanya akan mempengaruhi
terbentuknya spesies baru saja, bisa terbentuknya genus atau bahkan takson
yang baru. Hal ini termasuk dalam makroevolusi.
Makroevolusi adalah kriteria yang mengisahkan peristiwa-peristiwa utama
dalam sejarah kehidupan sebagaimana diperlihatkan oleh catatan fosil. Evolusi
pada skala yang sangat besar ini mencakup asal mula rancangan baru, seperti
rahang vertebrata, postur tegak pada manusia, peningkatan ukuran otak pada
mamalia, ledakan diversifikasi kelompok organisme tertentu setelah beberapa
terobosan evolusi, dan kepunahan massal. Untuk mempelajari urutan-urutan
perkembangan yang ada, para ilmuan biologi melakukan penelusuran terhadap
filogeni makhluk hidup yang ada saat ini dan saling berkerabat dekat.
Dalam sejarah perkembangan terbentuknya permukaan bumi, waktu
geologi bumi disusun menjadi beberapa unit menurut peristiwa yang terjadi
pada tiap periode, yaitu periode Paleozoikum, Mesozoikum, dan Senozoikum.
Oleh karena itu periode-periode tersebut memiliki kurun waktu tersendiri.
Periode Paleozoikum adalah era geologi pertama dari tiga era pada eon
Fanerozoikum, yang dimulai dari 542–251 juta tahun yang lalu.Pada zaman
ini juga disebut sebagai zaman primer karena pada masa ini mulai ada tanda-
tanda kehidupan dibumi. Setelah berakhirnya masa Paleozikum maka periode

1
selanjutnya adalah Mesozoikum atau sering pula disebut sebagai zaman
sekunder atau zaman hidup pertengahan berlangsung kurang lebih selama 180
juta tahun, antara 251 hingga 65 juta tahun yang lalu. Senozoikum ini
berlangsung selama 65,5 juta tahun sampai sekarang, setelah peristiwa
kepunahan massal Kapur-Tersier pada akhir periode kapur yang menandai
punahnya dinosaurus tanpa bulu dan berakhirnya era Mesozoikum.
Filogeni adalah sejarah evolusi kelompok organisme yang saling terkait.
Filogeni diwakili oleh pohon filogenetik yang menunjukkan bagaimana
mereka terkait. Filogenetika diartikan sebagai model untuk merepresentasikan
sekitar hubungan nenek moyang organisme, sekuen molekul atau keduanya.
Salah satu tujuan dari penyusunan filogenetika adalah untuk mengkonstruksi
dengan tepat hubungan antara organisme dan mengestimasi perbedaan yang
terjadi dari satu nenek moyang kepada keturunannya. Konstruksi pohon
filogenetika adalah hal yang terpenting dan menarik dalam studi evolusi.
Pohon filogenetik adalah pendekatan logis untuk menunjukkan hubungan
evolusi antar organisme. Filogenetika dapat menganalisis perubahan yang
terjadi dalam evolusi organisme yang berbeda. Berdasarkan analisis, yang
mempunyai kedekatan dapat diidentifikasi dengan menempati cabang yang
bertetangga pada pohon. hubungan filogenetika diantara gen dapat
memprediksikan kemungkinan yang satu mempunyai fungsi yang ekuivalen.
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dibahas makalah evolusi yang
berjudul filogeni sehingga kita dapat mengetahui filogeni secara jelas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja bagian-bagian waktu geologi berdasrakan perkembangan hidup?


2. Apa yang dimaksud dengan filogeni?
3. Bagaimana metode pelacakan filogeni dengan catatan fosil dan
karakteristik morfologi?
4. Bagaimana karakter dalam konsep filogeni?
5. Bagaimana metode pelacakan filogeni?
6. Bagaimana konsep pohon filogeni?

2
1.3 Tujuan

1. Agar mahasiswa/i memahami bagian-bagian waktu geologi berdasarkan


perkembangan hidup.
2. Mahasiswa dapat mengetahui definisi filogeni.
3. Mahasiswa dapat mengetahui metode pelacakan filogeni dengan catatan
fosil dan karakteristik morfologi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui karakter dalam konsep filogeni.
5. Mahasiswa dapat mengetahui metode pelacakan filogeni.
6. Mahasiswa dapat mengetahui konsep pohon filogeni.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bagian-bagian waktu geologi berdasarkan perkembangan hidup


2.1.1 Pengertian Waktu Geologi
Waktu geologi adalah skala waktu yang meliputi seluruh sejarah
geologi bumi dari mulai terbentuknya hingga saat ini. Sebelum
perkembangan dari skala waktu geologi pada abad ke-19, para ahli sejarah
mengetahui bahwa bumi memiliki sejarah yang panjang, namun skala
waktu yang digunakan sekarang dikembangkan sejak 200 tahun terakhir
dan terus-menerus diperbaiki. Skala waktu geologi membantu para
ilmuwan memahami sejarah bumi dalam bagian-bagian waktu yang
teratur.
Sebelum adanya pentarikhan radiometri, yang mengukur
kandungan unsur radioaktif dalam suatu objek untuk menentukan
umurnya, para ilmuwan memperkirakan umur bumi berkisar dari 4,000
tahun hingga ratusan juta tahun. Saat ini, diketahui bahwa umur bumi
adalah sekitar 4.6 milyar tahun.
Skala waktu geologi saat ini dibuat berdasarkan pada pentarikhan
radiometri dan rekaman kehidupan purba yang terawetkan di dalam
lapisan batuan. Sebagian besar batas pada skala waktu geologi sekarang
berhubungan dengan periode kepunahan dan kemunculan spesies baru.

2.1.2 Bagian-Bagian Waktu Geologi


Pada dasarnya bumi selalu mengalami perubahan secara konstan
dan seluruh perubahan yang terjadi di permukaan bumi tidak ada yang
bersifat permanen. Perubahan yang terjadi pada makhluk hidup yang
terdapat di dalamnya. Perubahan pada lingkungannya mendorong makhluk
hidup untuk beradaptasi sehingga dalam jangka panjang menimbulkan
terjadinya evolusi yang memunculkan berbagai spesies baru. Ahli geologi
menggunakan ilmu stratigrafi dan paleontologi dalam menyusun suatu
pembagian waktu dari awal bumi terbentuk hingga saat ini. Perubahan

4
waktu ditunjukkan oleh fosil yang ditemukan pada berbagai lapisan
batuan.
Waktu geologi merupakan rentangan waktu yang meliputi seluruh
sejarah geologi bumi dari mulai terbentuknya hingga saat ini. Skala waktu
geologi digunakan oleh para ahli geologi dan ilmuwan untuk menjelaskan
waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah bumi.
Sebelum perkembangan dari skala waktu geologi pada abad ke-19, para
ahli sejarahh mengetahui bahwa bumi memiliki sejarah yang panjang,
namun skala waktu yang digunakan sekarang dikembangkan sejak 200
tahun terakhir dan terus-menerus diperbaiki. Skala waktu geologi
membantu para ilmuwan memahami sejarah bumi dalam bagian-bagian
waktu yang teratur. Waktu geologi mengenal dua macam pembagian yang
didasarkan pada dua macam penentuan, sebagai berikut :
1. Penentuan umur relatif yang menghasilkan skala waktu relatif
(relative age)
Skala waktu relatif, yaitu skala yang ditentukan berdasarkan
atas urutan pelapisan batuan serta evolusi kehidupan organisme di
masa yang lalu. Sebelum para ahli geologi dapat menentukan umur
bebatuan menggunakan radioaktif, mereka mengembangkan skala
waktu geologi secara relatif. Skala waktu relatif dikembangkan
pertama kalinya di Eropa sejak abad ke 18 hingga abad ke 19 dengan
berdasarkan pada posisi batuan atau fosil relative terhadap posisi
batuan atau fosil di sekitarnya. Dalam penentuan umur relatif lapisan
batuan, ilmuwan menggunakan tiga prinsip sederhana.
1. Hukum Superposisi, yang menyatakan bahwa pada perlapisan batuan
yang tidak tergangggu, lapisan batuan yang lebih muda akan berada di
atas lapisan batuan yang lebih tua.
2. Hukum Hubungan Potong Memotong, yang menyatakan bahwa setiap
kenampakan batuan atau struktur yang memotong dan mengganggu
lapisan batuan selalu lebih muda daripada lapisan batuan yang
dipotong tersebut.

5
3. Suksesi fosil, berhubungan dengan fosil yang terekam di dalam batuan
sedimen. Pemetaan mendalam di seluruh dunia menunjukkan bahwa
batuan yang terbentuk pada interval waktu tertentu mengandung
kombinasi fosil tertentu pula. Batuan Paleozoikum mengandung fosil
Trilobita dan Graptolit, batuan Mesozoikum mengandung fosil sisa-
sisa Dinosaurus dan Ammonite, batuan Kenozoikum mengandung fosil
sisa-sisa tumbuhan bunga dan banyak fosil di dalam sekuen batuan,
meskipun berbeda letak geografis, ahli paleontologi dapat
menyimpulkan bahwa sekuen batuan yang mengandung jenis fosil
yang sama kemungkinan juga memiliki umur yang sama. Keiga
metode ini digunakan untuk penentuan umur relatif pada batuan,
namun tidak menunjukkan umur absolut batuan tersebut.
2. Penentuan umur absolut yang menghasilkan skala umur pasti
(absolute age)
Skala waktu absolut, yaitu suatu skala waktu geologi yang
ditentukan berdasarkan unsur radioaktif yang terdapat pada batuan tersebut
dengan mengukur waktu paruhnya. Skala waktu ini berasal dari ilmu
pengetahuan fisika yang diterapkan untuk menjawab permasalahan-
permasalahan yang timbul dalam bidang geologi. Metode yang digunakan
untuk menentukan umur sebenarnya dari suatu lapisan batuan adalah
metode pentarikhan radiometri, yang menggunakan sifat peluruhan unsur
radioaktif dalam batuan. Unsur radioaktif meluruh untuk membentuk
isotope (atom unsur yang memiliki massa yang berbeda namun memiliki
sifat-sifat kimiawi yang sama). Waktu paruh unsur adalah waktu yang
diperlukan untuk meluruhkan separuh dari atom unsur tersbut. Unsur yang
berbeda memiliki waktu paruh yang berbeda pula. Setalah dilakukan
pentarikhan radiometri, para ahli geologi dapat mengetahui bahwa :
1. Bumi telah berumur sekitar 4,6 milyar tahun,
2. Fosil yang tertua yang diketahui berasal dari batuan yang
diendapkan kurang lebih 3,5 milyar tahun lalu,

6
3. Fosil yang memiliki cangkang dengan jumlah yang berlimpah
diketahui bahwa pertama kali muncul pada batuan-batuan yang
berumur 570 tahun yang lalu, dan
4. Umur gunung es yang terakhir terbentuk 10.000 tahun yang
lalu.
Skala waktu geologi yang ditetapkan oleh International Union Of Geological
Sciences (IUGCS) pada tahun 2009 membagi sejarah bumi ke dalam beberapa
interval waktu yang berbeda-beda panjangnya dan terukur dalam satuan tahun
kalender. Skala waktu internasional yang dipergunakan untuk satuan waktu
dalam kolom waktu geologi adalah :
a. Kurun (Eon)
b. Masa (Era)
c. Zaman (Period)
d. Kala (Epoch)
Berdasarkan perkembangan kehidupan dengan menggunakan
waktu geologi, maka pada sedimen tertentu telah diketemukan batuan
yang sama sekali tidak mengandung fosil. Masa ini disebut Azoikum.
Diatas lapisan ini menyusul lapisan batuan yang hanya mengandung
bekas-bekas bentuk hidup yang sangat sederhana terutama tumbuhan
tingkat rendah. Masa pembentukan sedimen disebut Proterozoikum.
Satuan waktu (Masa atau Era) yang berikutnya sudah banyak mengandung
fosil sebab dari bentuk hidup yang khusus misalnya (Crustacea, Ikan,
Amphibia, Reptilia dan seterusnya). Semua binatang itu, demikian juga
tumbuh-tumbuhan, kini terdapat lagi dalam bentuk hidup, karena bentuk-
bentuk tadi telah punah. Satuan waktu ini dinamai Paleozoikum.
Sesudah itu dating satuan waktu yang mempunyai tumbuhan dan
binatang yang erat hubungan kekerabatannya dengan yang ada sekarang,
meskipun sejumlah besar keluarga, kerabat dan jenis dari masa itu kini
telah punah. Masa ini yang antara lain mempunyai bentuk raksasa seperti
suatu masa dengan sisa-sisa fosil yang menunjukkan permulaan
pembentukan flora dan fauna yang sekarang. Dalam masa ini terjadi
kebanyakan jenis binatang menyusui dan binatang lunak yang kini masih

7
hidup. Masa ini dinamakan Kenozoikum. Waktu adanya manusia di dunia
yaitu pada bagian Kenozoikum yang terakhir. Waktu adanya manusia di
dunia yaitu pada bagian Kenozoikum yang terakhir. Masa ini dinamakan
Psikozoikum.
Setiap masa itu dibagi lagi menjadi beberapa zaman. Pemberian
nama kepada Zaman didasarkan atas berbagai cara. Beberapa diantaranya
berasal dari wilayah tipe (misalnya Devon, Perm, Jura dan seterusnya);
yang lain menurut suku yang bertempat tinggal di tempat-tempat yang
batu-batuannya dari zaman itu (misalnya Kambrium, Silur, dan
seterusnya). Yang lain lagi menurut sifat batuan yang mula-mula
digolongkan ke dalam zaman itu (misalnya Karbon, Kapur, dan
seterusnya), atau yang berasal dari pembagian yang semula (misalnya
Trias). Pembagian Kenozoikum berdasarkan banyaknya jasad yang ada
sekarang (seperti Paleogen, Neogen dan seterusnya). Setiap zaman terbagi
diatas Kala. Kala-kala itu pun terbentuk dari wilayah tipe, menurut sifat-
sifatnya tertentu.
Jadi jelas bahwa yang menjadi dasar untuk definisi Zaman dan
Kala bukan fosil yang terkandung di dalamnya, tetapi terdapatnya suatu
formasi tertentu di suatu tempat tertentu; jadi pada hakekatnya ialah dasar
mencukupi dalam pemakaiannya, maka lambat laun untuk setiap Zaman
dan Kala ditetapkan fosil atau kelompok fosil atau kelompok fosil tertentu
yang menentukan pembagian waktu itu.
Skala waktu geologi yang ditetapkan oleh International Union of
Geological Sciences (IUGS) pada tahun 2004 membagi sejarah bumi ke
dalam beberapa interval waktu yang berbeda-beda panjangnya dan terukur
dalam satuan tahun kalender. Interval terpanjang adalah Kurun. Setiap
Kurun terbagi menjadi beberapa Masa. Setiap Masa terdiri dari beberapa
Zaman, dan Zaman terbagi menjadi beberapa Kala.
Ada tiga Kurun: Arkaikum, Proterozoikum dan Fanerozoikum.
Kurun Arkaikum adalah kurun pertama, dimulai sekitar 3.8 milyar hingga
2.5 milyar tahun yang lalu. Kurun sebelum Arkaikum, dikenal sebagai
Pra-Arkaikum, ditandai oleh pembentukan planet bumi. Kurun

8
Proterozoikum dimulai sekitar 2.5 milyar tahun yang lalu hingga 542 juta
tahun yang lalu. Kurun Arkaikum dan Proterozoikum juga disebut Pra-
Kambrium. Kemunculan besar-besaran dari hewan invertebrata menandai
akhir dari Proterozoikum dan dimulainya Kurun Fanerozoikum.
1. Kurun Fanerozoikum dimulai sekitar 542 juta tahun yang lalu dan
berlanjut hingga sekarang. Terbagi menjadi tiga Masa: Paleozoikum
(542 – 251 juta tahun yang lalu), Mesozoikum (251 – 65 juta tahun
yang lalu) dan Kenozoikum (65 juta tahun yang lalu hingga sekarang).
2. Masa Paleozoikum terbagi menjadi enam Zaman. Dari yang tertua
hingga termuda adalah Kambrium (542 – 488 juta tahun yang lalu),
Ordovisium (488 – 444 juta tahun yang lalu), Silurium (444 – 416 juta
tahun yang lalu), Devonium (416 – 359 juta tahun yang lalu), Karbon
(359 – 299 juta tahun yang lalu), dan Permium (299 – 251 juta tahun
yang lalu). Masa Paleozoikum diawali dengan kemunculan banyak
bentuk kehidupan yang berbeda-beda, yang terawetkan sebagai
kumpulan fosil dalam sikuen batuan di seluruh dunia. Masa ini
berakhir dengan kepunahan massal lebih dari 90 persen organisme
pada akhir Zaman Permium. Penyebab kepunahan pada akhir Permium
ini belum diketahui pasti hingga saat ini.
3. Masa Mesozoikum terbagi menjadi Zaman Trias (251 – 200 juta tahun
yang lalu), Zaman Jura (200 – 145 juta tahun yang lalu), dan Zaman
Kapur (145 – 65 juta tahun yang lalu). Masa Mesozoikum dimulai
dengan kemunculan banyak jenis hewan baru, termasuk dinosaurus
dan ammonite, atau cumi-cumi purba. Masa Mesozoikum berakhir
dengan kepunahan massal yang memusnahkan sekitar 80 persen
organisme saat itu. Kepunahan ini kemungkinan disebabkan oleh
tabrakan asteroid ke bumi yang sekarang kawah bekas tabrakan
ditemukan di sebelah utara Semenanjung Yucatan, Meksiko.
4. Masa Kenozoikum terbagi menjadi dua Zaman, Paleogen (65 – 23 juta
tahun yang lalu) dan Neogen (mulai dari 23 juta tahun yang lalu
hingga sekarang). Zaman Paleogen terdiri dari tiga Kala: Kala
Paleosen (65 – 56 juta tahun yang lalu), Kala Eosen (56 – 34 juta tahun

9
yang lalu) dan Oligosen (34 – 23 juta tahun yang lalu). Zaman Neogen
terbagi menjadi empat Kala: Kala Miosen (23 – 5.3 juta tahun yang
lalu), Pliosen (5.3 – 1.8 juta tahun yang lalu), Pleistosen (1.8 juta –
11,500 tahun yang lalu) dan Holosen (dimulai dari 11,500 tahun yang
lalu hingga sekarang). Kala Holosen ditandai oleh penyusutan yang
cepat dari benua es di Eropa dan Amerika Utara, kenaikan yang cepat
dari muka air laut, perubahan iklim, dan ekspansi kehidupan manusia
ke segala penjuru dunia.
2.1.3 Metode Pentarikhan
Ahli geologi dapat menentukan umur lapisan batuan dalam bentuk
umur absolut atau umur relatif. Dalam penentuan umur relatif lapisan
batuan, ilmuwan menggunakan tiga prinsip sederhana. Prinsip pertama
adalah Hukum Superposisi, yang menyatakan bahwa pada perlapisan
batuan yang tidak terganggu, lapisan batuan yang lebih muda akan berada
di atas lapisan batuan yang lebih tua. Prinsip kedua adalah Hukum
Hubungan Potong-memotong, yang menyatakan bahwa setiap
kenampakan batuan atau struktur yang memotong dan mengganggu
lapisan batuan selalu lebih muda daripada lapisan batuan yang dipotong
tersebut.
Prinsip ketiga, yaitu suksesi fosil, berhubungan dengan fosil yang
terekam di dalam batuan sedimen. Pemetaan mendalam di seluruh dunia
menunjukkan bahwa batuan yang terbentuk pada interval waktu tertentu
mengandung kombinasi fosil yang tertentu pula. Batuan Paleozoikum
mengandung fosil trilobita dan graptolit, batuan Mesozoikum mengandung
fosil sisa-sisa dinosaurus dan ammonite, batuan Kenozoikum mengandung
fosil sisa-sisa tumbuhan bunga dan banyak fosil mamalia. Dengan
menggunakan petunjuk kandungan fosil di dalam sikuen batuan, meskipun
berbeda letak geografis, ahli paleontologi dapat menyimpulkan bahwa
sikuen batuan yang mengandung jenis fosil yang sama kemungkinan juga
memiliki umur yang sama. Ketiga metode ini digunakan untuk penentuan
umur relatif pada batuan, namun tidak menunjukkan umur absolut batuan
tersebut.

10
Ahli geologi juga memiliki beberapa metode untuk menentukan
umur sebenarnya dari suatu lapisan batuan. Yang paling penting adalah
metode pentarikhan radiometri, yang menggunakan sifat peluruhan unsur
radioaktif dalam batuan untuk menentukan umurnya. Unsur radioaktif
meluruh untuk membentuk isotop unsur (atom unsur yang memiliki massa
yang berbeda namun memiliki sifat-sifat kimiawi yang sama). Waktu-
paruh unsur adalah waktu yang diperlukan untuk meluruhkan separuh dari
atom unsur tersebut. Unsur yang berbeda memiliki waktu-paruh yang
berbeda pula.
Dua macam peluruhan radioaktif yang paling banyak digunakan
oleh ahli geologi adalah peluruhan Karbon-14 menjadi Nitrogen-14 dan
peluruhan Potasium-40 menjadi Argon-40. Karbon-14, atau radiokarbon,
digunakan pada penentuan umur material organik yang umurnya kurang
dari 50,000 tahun yang lalu. Ahli geologi mengukur banyaknya kandungan
Karbon-14 dan Nitrogen-14 pada kayu, arang, kertas, fosil benih dan sisa
serangga, cangkang, bahkan pada air yang mengandung karbon terlarut.
Rasio Karbon-14 dan Nitrogen-14 menyediakan estimasi yang bagus
untuk penentuan umur dari sampel tersebut.
Ahli geologi juga dapat menggunakan Potasium-Argon untuk
menentukan umur batuan yang berkisar dari 100,000 tahun yang lalu
hingga setua umur bumi itu sendiri. Rasio dari Potasium-40 menjadi
Argon-40 menyediakan estimasi yang bagus untuk menentukan umur
batuan selama batuan tersebut tidak terpanaskan oleh temperatur di atas
125°C (257°F). Panas akan menyebabkan Argon menguap dan membuat
umur batuan akan tampak lebih tua daripada sebenarnya.
Beberapa teknik non-radiometri, seperti analisis varve,
dendrokronologi dan paleomagnetisme, juga dapat digunakan untuk
penentuan umur absolut. Varve adalah lapisan sedimen yang terendapkan
setiap tahun pada danau glasial. Lapisan tebal dari sedimen berukuran
kasar terendapkan selama musim semi oleh aliran air permukaan, dan
lapisan sedimen halus yang lebih tipis terendapkan selama musim dingin,
keduanya membentuk lapisan yang disebut varve. Para ahli kebumian akan

11
mengekstrak inti sedimen dari danau glasial ini dan menghitung berapa
banyak varve pada sedimen tersebut. setiap satu varve menunjukkan umur
satu tahun.
Dendrokronologi adalah teknik yang menggunakan lingkaran
tahunan pada batang pohon pada iklim yang hangat untuk menentukan
umur batang pohon tersebut. beberapa pohon dapat hidup hingga ribuan
tahun, sehingga teknik ini berguna untuk menentukan umur pohon yang
berkisar antara 3,000 hingga 4,000 tahun yang lalu. Namum, teknik ini
juga digunakan pada fosil pohon dari Kala Holosen.
Paleomagnetisme melibatkan pengukuran sudut molekul magnetik
pada batuan. Ketika lava masih panas, mineral magnetik di dalamnya
berorientasi kepada medan magnetik bumi. Ketika lava mendingin hingga
pada titik tertentu, mineral magnetik ini akan tekunci ditempatnya dalam
batuan. Karena medan magnetik bumi selalu berubah orientasinya
beberapa waktu sepanjang sejarah bumi, orientasi magnetik dari batuan
yang membeku selama waktu yang berbeda juga akan berbeda. Ilmuwan
mengetahui waktu pembalikan magnetik, sehingga orientasi magnetik dari
sampel batuan dapat menunjukkan estimasi umur batuan tersebut.
2.2 Filogeni
2.2.1 Definisi Filogeni
Filogeni atau filogenesis adalah kajian mengenai hubungan di antara
kelompok-kelompok organisme yang dikaitkan dengan
proses evolusi yang dianggap mendasarinya. Istilah “filogeni” berasal
dari bahasa Belanda fylogenie, yang berasal dari gabungan kata bahasa
Yunani Kuno yang berarti “asal-usul suku, ras”. Hubungan tersebut
ditentukan berdasarkan morfologi hingga DNA. Filogeni sangat
diperlukan dalam mempelajari proses evolusi dan penyusunan taksonomi.
Evolusi sendiri dapat diartikan sebagai perubahan yang berangsur-angsur
dari suatu organisme menuju kepada kesesuaian dengan waktu dan tempat.
Jadi evolusi sendiri merupakan proses adaptasi dari suatu organisme
terhadap lingkungannya.

12
Filogeni adalah sejarah evolusi kelompok organisme yang saling
terkait. Hal ini diwakili oleh pohon filogenetik yang menunjukkan
bagaimana spesies terkait satu sama lain melalui nenek moyang yang
sama. Pohon filogenetik atau pohon evolusi adalah genealogi (silsilah)
kemungkinan hubungan evolusioner di antara kelompok-kelompok
taksonomik, atau dapat dikatakan sebagai diagram percabangan atau
“pohon” yang menunjukan hubungan evolusi antara berbagai spesies
makhluk hidup berdasarkan kemiripan dan perbedaan karakteristik fisik
dan/ atau genetik mereka, sebab pohon filogenetika ini dapat diaplikasikan
untuk membuat sistematika biologi, seperti pohon kehidupan. Selain itu
pohon ini dapat digunakan untuk mencari fungsi dari suatu gen atau
protein, riset, medis dll.
Para ahli sistematika menggunakan bukti-bukti yang diperoleh dari
catatan fosil dan organisme yang masih ada untuk merekonstruksi filogeni.
Karena susunan genetik dan penampakan fenotipe organisme yang hidup
saat ini mencerminkan episode makroevolusi masa lalu, para ahli
sistematika mendapatkan informasi filogenetik dengan cara
membandingkan spesies modern. Di dalam pohon filogenetik menunjukan
jenjang taksonomi yang dibuat sesuai dengan sejarah evolusi, dalam
filogenetik jangka pendek, struktur anatomis membutuhkan waktu terlalu
lama untuk berubah.
Klasifikasi sistem filogenetik adalah suatu sistem klasifikasi untuk
mencerminkan gambaran urutan perkembangan makhluk hidup menurut
sejarah filogenetiknya, serta jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara
takson yang satu dengan takson yang lain, sesuai sejarah evolusi.
Sistematioka ini memiliki tujuan lebih dari sekedar organisasi sederhana,
agar klasifikasi menunjukan kedekatan evolusioner spesies.
2.2.2 Pelacakan Filogeni dengan Catatan Fosil dan Karakteristik
Morfologi
Catatan fosil merupakan susunan teratur di mana fosil mengendap
dalam lapisan, atau strata, pada batuan sedimen yang menandai berlalunya
waktu geologis. Para ahli paleontology mengumpulkan dan

13
menterpretasikan fosil tersebut untuk menentukan umurnya dan
konstribusinya dalam filogeni (Campbell dkk., 2003). Fosil terbentuk dari
organisme mati yang terkubur dalam sedimen. Bahan organik dari
organisme mati, umumnya terurai dengan cepat. Namun bagian yang keras
dan kaya akan mineral seperti cangkang vertebrata dan protista bisa tetap
bertahan sebagai fosil.
Fosil juga dapat terbentuk sebagai lapisan tipis yang tertekan di antara
lapisan-lapisan batu pasir dan serpihan. Contohnya, fosil daun tumbuhan
berumur jutaan tahun dan masih tetap hijau karena mengandung klorofil.
Dalam banyak penggalian, fosil juga ditemukan dalam bentuk bebatuan
yang membentuk replika organisme tersebut. Para ahli juga banyak
menemukan bentuk perilaku yang terfosilisasi, seperti fosil jejak kaki, dan
sarang lubang hewan. Selain itu, organisme yang mati pada tempat di
mana bakteri dan jamur tidak dapat menguraikannya, maka tubuhnya bisa
terawetkan membentuk fosil. Contohnya, fosil kalajengking yang terjerat
dalam resin dan berumur 30 juta tahun. Penemuan-penemuan fosil
sedimen di atas, selanjutnya dijadikan dasar oleh para ilmuwan untuk
merekonstruksi sejarah kehidupan.
Menurut Kimball (1999), berdasarkan catatan fosil yang ada teori
evolusi memberikan gagasan bahwa semua organisme yang hidup
sekarang ini pada suatu periode dalam sejarahnya mempunyai moyang
sama. Secara tidak langsung hal itu menyatakan bahwa pada waktu yang
lampau terdapat lebih sedikit jenis makhluk hidup, dan bahwa makhluk ini
bersifat lebih sederhana. Salah satu bukti yang mendukung hal ini, adalah
susunan lapisan batuan sedimen di Grand Canyon, di mana semakin
dalam menuruni lembah galian maka berkurang jenis fosil. Begitu pula
pada tingkat kompleksitas fosil organisme yang ditemukan, semakin ke
dalam semakin sederhana.
Menurut Campbell, dkk. (2003) penemuan fosil adalah puncak dari
serangkaian kebetulan yang tidak mungkin terjadi secara bersamaan.
Organisme harus mati pada tempat yang tepat pada waktu yang tepat
sehingga memungkinkan terbentuknya fosil. Sebagian besar dari spesies

14
yang pernah hidup mungkin tidak meninggalkan fosil, atau sebagian besar
fosil telah hancur dan hanya sedikit yang ditemukan. Namun demikian,
dalam ketidaklengkapannya catatan fosil tetap merupakan suatu dokumen
yang detail mengenai filogeni dan mencakup waktu geologis yang begitu
panjang. Urutan strata sedimen merekam urutan perubahan biologis, dan
metode penentuan umur memberikan perkiraan masa perjadinya
perubahan itu. Dengan demikian, yang terekam dalam batuan adalah
kronologi perubahan lingkungan yang berkaitan dengan perubahan-
perubahan akibat evolusi organisme.
Evolusi memiliki dimensi dalam ruang dan dalam waktu. Sejarah bumi
telah membantu menjelaskan sebaran geografis spesies saat ini.
Contohnya, munculnya pulau-pulau vulkanik seperti Galapagos membuka
lingkungan baru bagi makhluk hidup dan penyebaran adaptif untuk
mengisi relung yang tersedia. Di samping itu, benua mengalami
pergeseran pada sepanjang waktu. Pergeseran seperti yang terjadi antara
Erofa dan Amerika yang saling menjauhi menyebabkan banyak spesies
yang telah berkembang dalam keadaan terisolasi bertemu dengan yang lain
dan bersaing satu sama lain. Seiring dengan pemisahan benua, masing-
masing daerah menjadi tempat evolusi yang terpisah, dan flora serta fauna
dari alam biogeografis yang berbeda mulai menyebar. Hal ini dapat
dicontohkan dengan penemuan fosil reptilian masa Trias di Ghana yang
persis sama dengan yang diketemukan di Brazil. Padahal kedua daratan
saat ini terpisah dengan jarak 3000 km, namun diperkirakan menyatu
sebagai daratan pada awal zaman Mesozoikum.
2.2.3 Karakter dalam konsep filogeni
Karakter adalah penampakan atau fenotip yang dapat berupa
morfologi,anatomi, histology, fisiologi maupun molekuler yang dimiliki
oleh suatu individu yang pada umumnya dapat diinderai, dan merupakan
ekspresi dari gen yangdipengaruhi oleh lingkunganya. Karakter
merupakan subyek pertama yang diperlukan untuk identifikasi suatu
spesies sehingga bisa didapatkan nama dan tingkatan takson spesies
tersebut. Semakin banyak persamaan karakternya semakin dekat hubungan

15
kekerabatannya, sebaliknya semakin banyak perbedaanya semakin jauh
hubungan kekerabatannya.
Seperti contoh dalam penyusunan filogeni tumbuhan yang terbagi
menjadi dua karakter dalam konsep filogeni yaitu, hal yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah menyusun tabel karakter apomorfi dari
semua kelompok tumbuhan yang akan dibuat filogeninya. Selain tabel
karakter, juga harus dibuat tabel karakter numerik, kemudian dilanjutkan
dengan pembuatan kladogram yang disusun berdasarkan tabel kesamaan
karakter apomorfi.
Dari kedua karakter tersebut kita bisa ketahui perbedaannya dalam
konsep filogeni karena karakter apomorfi itu lebih ke karakter keturunan,
penentuan apakah karakter tersebut maju ataukah primitif dilakukan oleh
pendukung kladistik dan sedangkan karakter numerik adalah untuk
menentukan hubungan kekerabatan antar spesies tersebut dalam konsep
filogeni.
2.2.4 Metode dalam penyusunan filogeni
Phenetic sistem yaitu pengelompokan organisme berdasarkan
kesamaan (fisik dan kimia) karakteristik. Pengelompokan Phenetic
mungkin atau tidak mungkin berkorelasi dengan hubungan evolusi.
Kladistik atau Filogenetik sistem yaitu pengelompokan organisme
didasarkan pada kesamaan warisan evolusi. Teknik sekuensing DNA dan
RNA dianggap memberikan filogeni paling berarti.
Biologi molekuler memandang proses perkembangan organisme
yang ada saat ini adalah merupakan hasil perkembangan makhluk hidup
sebelumnya. Keragaman organisme yang ada pada saat ini dipandang
sebagai perubahan organisme yang dimulai dari struktur DNA dimana
mekanisme perubahan tersebut dimulai dari tingkat molekul DNA
(penyandi program kehidupan) sehingga memungkinkan adanya
keragaman organisasi makhluk hidup. Dari kajian bidang molekuler
muncul banyak konsep penting adanya gen yang tidak berubah selama
proses evolusi.

16
Gen-gen tersebut memiliki tingkah homologi (kesamaan) struktur
antara spesies dalam skala luas dan ekspresi fungsional protein yang
dihasilkannya tidak berbeda satu dengan yang lainnya.Gen-gen ini disebut
gen-gen yang mengalami konservasi. Berdasarkan konsep biologi
molekuler bahwa kajian asal usul organisme sangat diuntungkan oleh
keberadaan mitokondria karena dalam kedua organela tersebut diketahui
adanya DNA yang berbeda dengan DNA kromosom.Selain itu telah
terbukti bahwa DNA mitokondria hanya berasal dari ibu.Sehingga untuk
menelaah asal usul manusia, hewan dan tanaman tingkat tinggi. Banyak
dilakukan dengan analisis DNA mitokondria.
2.2.5 Pohon Filogeni
Dalam pembuatan pohon Filogenetik, terdapat sebuah konsep yang
perlu dipegang terlebih dahulu. Konsep itu mengenai bagaimana
sekelompok makhluk hidup membagai sifat yang dimilikinya satu dengan
yang lainnya. Dalam ilmu Biologi, pembagian sifat ini mempunyai
istilahnya sendiri. Beberapa istilah tersebut adalah:
1. Symplesiomorphy
Merupakan sifat yang dibagi oleh dua atau lebih taksa tapi juga
ditemukan pada taksa nenek moyang yang sebelumnya. Misalnya pada
monyet dan tikus ditemukan terdapat 5 kubu jari, hal ini juga ditemukan
pada kadal. Namun, kedua kelompok ini terdapat pada taksa yang
berbeda.
2. Homoplasy
Merupakan sifat yang dibagi oleh dua atau lebih taksa tetapi tidak
dimiliki oleh nenek moyang yang paling terakhir yang dimilki. Misalnya
saja pada mamalia dan aves. Keduanya berdarah panas, tetapi pada nenek
moyang terakhir sebelum keduanya terpisah sifat ini tidak ditemukan.
3. Synapomorphy
Merupakan sifat yang dibagi oleh satu atau dua taksa yang
mempunyai nenek moyang terakhir yang sama. Misalnya saja pada
kelompok mamalia, semua mamalia membagi sifat mempunyai rambut
dan berdarah panas.

17
Pohon filogeni atau filogenetik merupakan genealogi (silsilah) atau
diagram yang melacak kemungkinan hubungan evolusioner di antara
kelompok-kelompok taksonomik. Pola percabangan suatu pohon
filogenetik menunjukkan jenjang taksonomik. Dimana posisi cabang
pohon menandakan umur devergensi evolusioner, dengan demikian
spesies taksa yang paling terakhir diturunkan, berada pada cabang
paling atas. Dalam membangun pohon filogeni digunakan catatan fosil
dan anatomi perbandingan. Akan tetapi dapat pula digunakan metode
lain yakni membandingkan DNA dan protein spesies-spesies yang
akan dibuatkan silsilah.
Dalam penentuan taksa, diperlukan pengelompokan spesies kedalam
taksa yang lebih spesifik seperti ;
1. Monofiletik yaitu jika nenek moyang tunggalnya hanya menghasilkan
semua spesies turunan dalam takson tersebut dan bukan spesies pada
takson lain.
2. Polifiletik yaitu jika anggotanya diturunkan dari dua atau lebih bentuk
nenek moyang yang tidak sama bagi semua anggotanya.
3. Parafiletik yaitu jika takson itu tidak meliputi spesies yang memiliki
nenek moyang yang sama yang menurunkan spesies yang termasuk
dalam takson tersebut.

Monofiletik, polifiletik dan parafiletik di ilustrasikan dalam bagan diatas :


a. Monofiletik
Takson 1 yang terdiri dari tujuh spesies (B-H), memenuhi kualifikasi
sebagai suatu pengelompokan monofiletik, yang merupakan bentuk ideal

18
dalam taksonomi. Takson tersebut meliputi semua spesies terutama dan
juga nenek moyang bersama yang paling dekat (spesies B).
b. Polifiletik
Takson 2 suatu subkelompok di dalam takson 1 adalah polifiletik
(spesies E dan G) diturunkan dari dua nenek moyang yang paling dekat
(spesies C dan F).
c. Parafiletik
Takson 3 adalah parafiletik, spesies A dimasukan tanpa
menggabungkan semua keturunan dari nenek moyang tersebut.
Contoh lain adalah pengelompokkan berbagai monofiletik, terdapat
kelompok besar dikotil yang monofiletik yang dinamai, sebagai contoh
misalnya : Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), dan Musa paradisiaca.
Kelompok semacam itu dikatakan sebagai kelompok monofiletik, yang
dapat digambarkan. Kajian di atas membuktikan bahwa monokots adalah
monofiletik dan dikot adalah parafiletik. Satu contoh lain adalah zaitun
(Olea europaea).
Ada juga tumbuhan runjung atau Pinophyta, atau lebih dikenal dengan
nama konifer (Coniferae), merupakan sekelompok tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermae) dengan ciri yang paling jelas yaitu memiliki runjung ("cone")
sebagai pembawa biji. Kelompok ini dulu dalam klasifikasi berada pada takson
"kelas" namun sekarang menjadi divisio tersendiri setelah diketahui bahwa
pemisahan Gymnospermae dan Angiospermae secara kladistik adalah polifiletik.
Contoh pohon filogeni
1. Gambar pohon filogeni dari Hewan Reptil

19
2. Gambar pohon
filogeni dari
Hewan

Karnivora

20
Hubungan antar klasifikasi dan filogeni, pohon filogeni atau pohon evolusi
yang bercabang-cabang menunjukan pengaturan jenjang taksa, pohon filogenetik
(silsilah) ini menyatakan kemungkinan kedekatan genealogis di antara beberapa
taksa yang berada di bawah ordo Carnivora, yang merupakan cabang dari kelas
mamalia. Dimana posisi cabang pohon itu juga menandakan umur relative
divergensi evolusioner dengan demikian spesies taksa yang paling terakhir di
turunkan, berada pada cabang paling atas pohon ini. Dan para ahli sistematika
menggunakan catatan fosil dan anatomi perbandingan untuk membantu
membangun pohon filogenetik tetapi dapat juga menggunakan metode lain,
seperti membandingkan DNA dan protein dari spesies-spesies tersebut.
Ketika silsilah membelah (spesiasi), itu direpresentasikan sebagai
percabangan pada filogeni. Ketika peristiwa spesiasi terjadi, garis keturunan
leluhur tunggal menimbulkan dua atau lebih garis keturunan. Filogeni melacak
pola keturunan dari garis keturunan. Setiap garis keturunan memiliki bagian dari
sejarah yang unik dan bagian yang dibagi dengan garis keturunan lainnya.
Demikian pula, setiap keturunan memiliki nenek moyang yang unik
dengan garis keturunan dan nenek moyang yang dibagi dengan garis keturunan
lain (common ancestors). Clade adalah pengelompokan yang mencakup satu
nenek moyang dan semua keturunan (hidup dan punah) leluhur itu. Menggunakan
filogeni, mudah untuk mengetahui apakah kelompok garis keturunan membentuk
clade.
Ujung filogeni merupakan garis keturunan. Tetapi hal itu tergantung pada
berapa banyak cabang pohon. Namun, keturunan di ujung mungkin populasi yang
berbeda dari spesies, spesies yang berbeda, clades yang berbeda, atau masing-
masing terdiri dari banyak spesies.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Filogeni atau filogenesis adalah kajian mengenai hubungan di


antara kelompok-kelompok organisme yang dikaitkan dengan
proses evolusi yang dianggap mendasarinya. Filogeni sangat
diperlukan dalam mempelajari proses evolusi dan penyusunan
taksonomi. Evolusi sendiri dapat diartikan sebagai perubahan yang
berangsur-angsur dari suatu organisme menuju kepada kesesuaian
dengan waktu dan tempat. Jadi evolusi sendiri merupakan proses
adaptasi dari suatu organisme terhadap lingkungannya.
3.2 Saran
Pada penyajian makalah ini mungkin tidak menampilkan
penjelasan secara mendalam/detail. Oleh karena itu, diharapkan kepada
pembaca dan penulis selanjutnya dapat melengkapi makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

BUKU EVOLUSI

http://yudi81.wordpress.com/2011/05/07/skala waktu geologi/

23
24

Anda mungkin juga menyukai