Anda di halaman 1dari 26

Ana Saniatur Rohmah (180341617525)

Ayu Dewi Pratiwi (180341617593)


Gracia Filia Mulyono (180341617552)
Makroevolusi adalah skala analisis evolusi yang dipisahkan
dari gen pool. Dalam genetika populasi, gene pool adalah
populasi yang menampung berbagai alel yang mungkin
tersedia dalam suatu spesies. Populasi menjadi gen pool
apabila di dalamnya terdapat keunikan akibat proses saling
kawin di dalamnya terjadi secara tertutup (terisolasi), terpisah
dari populasi lain. Kajian makroevolusi berfokus pada
perubahan yang terjadi pada tingkatan spesies atau populasi.
Individu dengan tingkat adaptasi tinggi akan mampu bertahan pada lingkungan
baru. Adanya penyimpangan adaptif pada spesies tertentu membuat suatu spesies
berkemungkinan untuk masuk ke lingkungan dengan keadaan ekologi yang berbeda
dengan lingkungan spesies induk.
Spesies yang berada dalam lingkungan yang sedang berubah dapat mengalami
seleksi.
Terjadinya spesiasi filatelik, pada spesies filetik populasi awal dan akhir berbeda.
Misalnya pada kuda yang kita kenal sekarang genus Equus, berkembang dari leluhurnya
yang hidup dikala Eosen, Eohippus (Hyracotherium) yang ukurannya hanya sebesar
rubah.
Ketika terbentuk spesies baru, spesies tersebut tidak akan berubah dalam kurun
waktu lama dan kemudian punah (spesies turunan akan bercabang-cabang).
Turunan spesies tersebut disebabkan oleh faktor mutasi, laju respirasi, pola
distribusi, reproduksi, migrasi dan kemampuan adaptasi.
Semua perubahan, adanya keanekaragaman dan kepunahan
yang terjadi dalam sejarah kehidupan merupakan pola
makroevolusi. Menurut Humphries, dkk (2001), pola
makroevolusi meliputi anagenesis (perubahan filetik),
kladogenesis, stasis (stasigenesis; keseimbangan), dan
kepunahan yang semuanya terkait dengan mekanisme dan
pola evolusi filetik.
Anagenesis berasal dari kata Yunani yang berarti
cabang yang sama adalah perubahan bertahap
pada suatu garis keturunan sehingga pada
akhirnya keturunannya sangat berbeda dengan
nenek moyangnya.

Sumber: Campbell & Reece (2003)


Kladogenesis merupakan satu garis keturunan
menghasilkan dua atau lebih garis keturunan.
Populasi-populasi kecil yang muncul dari garis
keturunan itu dapat berada pada posisi yang
memadai untuk menghasilkan kelompok-
kelompok baru.

Sumber: Campbell & Reece (2003)


Sumber: Understanding Evolution (2015)

Pola statis merupakan pola yang menunjukkan pola tetap, yang berarti mereka tidak
banyak berubah dalam waktu yang lama, seperti yang terjadi pada Ikan Coelacanth
(Latimeria menadoensis) yang di Indonesia disebut ikan Raja, Sampai tahun 1938,
para ilmuwan berpikir bahwa ikan Coelacanth punah pada 80 juta tahun yang lalu.
Namun pada tahun 1938, para ilmuwan menemukan ikan Coelacanth hidup di
Samudera Hindia yang tampak sangat mirip dengan fosil nenek moyangnya. Oleh
karena itu, garis keturunan ikan Coelacanth memperlihatkan perubahan yang stasis
pada morfologinya sekitar 80 juta tahun lamanya
Peristiwa punahnya suatu spesies bisa menjadi peristiwa yang jarang
terjadi bahkan sering dalam garis keturunan, atau dapat terjadi
secara bersamaan di banyak garis keturunan (kepunahan massal).
Setiap garis keturunan memiliki beberapa kemungkinan untuk punah,
dan pada akhirnya, lebih dari 99% spesies yang pernah hidup di
bumi akan mengalami kepunahan. Lingkungan yang berubah
membuat organisme yang tidak dapat beradaptasi dengan
lingkungan yang baru dapat terancam punah.
Bukti atau petunjuk terjadinya makroevolusi sangat luas dan
beragam, pada pembahasan ini akan diulas bukti-bukti
makroevolusi yang terdiri dari kepunahan, radiasi adaptif,
evolusi konvergen, koevolusi, serta perubahan dalam
perkembangan gen (change in developmental gene)
Diketahui lebih dari 99% spesies yang pernah hidup telah mengalami
kepunahan. Spesies saling berkompetisi untuk memperoleh sumber
makanan dan menemukan cara bertahan hidup terhadap perubahan
lingkungan. Beberapa spesies yang tidak mampu beradaptasi pada
akhirnya akan mati dan punah, peristiwa ini disebut sebagai
mekanisme seleksi alam. Dalam sejarahnya, terjadi beberapa kali
kepunahan massal di bumi yang menyebabkan kepunahan seluruh
ekosistem. Para ahli menyatakan bahwa banyak spesies mengalami
kepunahan lebih-lebih sebagai akibat dari rusaknya lingkungan atau
ekosistem tempat tinggal mereka dibandingkan sebagai akibat
karena ketidakmampuan bertahan hidup. Pernyataan ini sekaligus
mematahkan teori sebelumnya dengan menyatakan bahwa
kepunahan tidak selalu berkaitan dengan seleksi alam biasa
Para ilmuwan selanjutnya meneliti lebih dalam mengenai penyebab
utama terjadinya setiap kepunahan masal. Salah satunya yaitu
hipotesis yang menyatakan bahwa pada akhir periode Cretaceous
hantaman suatu asteroid raksasa menyapu bersih dinosaurus serta
banyak organisme lainnya. Bukti ilmiah menyatakan bahwa
asteroid memang mengantam bumi pada waktu itu, mengakibatkan
banyak partikel debu dan air berhamburan di atmosfer dan
memungkinkan terjadinya perubahan iklim global. Selama
beberapa kepunahan massal, banyak terjadi erupsi gunung api,
pergerakan benua, serta perubahan permukaan laut. Para ilmuwan
masih belum dapat memastikan penyebab pasti terjadinya
kepunahan massal
Setiap kepunahan spesies meninggalkan habitat yang
terbuka, sehingga menyediakan peluang ekologis bagi
organisme yang selamat. Hal ini seringkali menghasilkan
ledakan evolusi yang memunculkan banyak spesies baru.
Kepunahan dinosaurus misalnya, membuka jalan terhadap
dimulainya evolusi mamalia modern dan burung sehingga
dapat terjadi seperti yang dapat kita lihat saat ini
Radiasi adaptif didefinisikan sebagai divergensi evolusi suatu
kelompok leluhur menjadi suatu takson dengan cara hidup
atau ekologi yang berbeda, tetapi menunjukkan hubungan
kekerabatan yang erat.
Radiasi adaptif dapat mengakibatkan efek evolusi yang
menarik, dimana dapat dihasilkan suatu organisme yang tidak
terkait (unrelated organism) tetapi terlihat sangat mirip satu
sama lain. Mekanisme evolusi dimana organisme yang tidak
terkait menjadi mirip satu sama lain inilah yang disebut
sebagai evolusi konvergen.
Fox Arctic Ptarmigan
Terkadang beberapa organisme yang memiliki hubungan
kekerabatan dekat oleh interaksi ekologis berevolusi bersama.
Misalnya pada tumbuh-tumbuhan berbunga yang dapat
bereproduksi hanya apabila bentuk, warna, serta aroma
bunganya menarik terhadap suatu jenis polinator spesifik saja,
yang mana hubungan ini dapat saja mengalami perubahan
seiring dengan berubahnya waktu. Perubahan evolusioner
suatu organisme dapat juga diikuti oleh perubahan yang sesuai
pada organisme lain. Proses dimana dua spesies berevolusi
sebagai respon terhadap perubahan satu sama lain dari waktu
ke waktu disebut sebagai koevolusi
Perubahan genetik dapat menghasilkan transformasi dalam
makroevolusi. Perubahan kecil dalam aktivitas gen kontrol dapat
mempengaruhi banyak gen lain menyebabkan perubahan besar
pada hewan dewasa. Apabila suatu gen ‘tanpa sayap’ diaktifkan,
maka tidak akan dihasilkan sayap pada segmen dimana gen
tersebut diaktifkan. Hal ini dapat diamati pada serangga purba
seperti pada gambar yang memiliki struktur menyerupai sayap
pada setiap segmen tubuhnya, sementara itu serangga modern
(masa kini) memiliki sayap hanya pada satu atau dua segmen
saja. Perubahan dalam aktivasi gen memungkinkan nenek
moyang serangga bersayap banyak berevolusi menjadi hanya
bersayap empat atau bersayap dua saja.
Terimakasih Apakah ada
 pertanyaan??

Anda mungkin juga menyukai