“ MAKROEVOLUSI ”
Disusun Oleh :
IFATRIZAH ( 176511065 )
iii
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah Evolusi ini dengan baik.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
Bab II PEMBAHASAN......................................................................................................3
3.1 Kesimpulan............................................................................................................15
3.2. Saran.....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
untuk menghubungkan mata rantai kejadian evolusi dapat dijelaskan secara terinci
(Campbell, 1999). Salah satu topik yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
mengenai makroevolusi
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan
dalam makalah ini adalah:
1. Mengetahui prinsip-prinsip makroevolusi sebagai salah satu pendekatan
untuk mempelajari evolusi.
2. Menganalisis contoh-contoh atau bukti yang terkait dengan makroevolusi.
iii
BAB II
PEMBAHASAN
iii
dideskripsikan sebagai perubahan pada frekuensi gen atau kromosom) dalam
suatu spesies ataupun populasi. Makroevolusi pertama-tama menyangkut suatu
penyimpangan adaptif/pergeseran adaptif suatu spesies karena suatu spesies
turunan tersebut masuk ke dalam lingkungan dengan keadaan ekologi yang tidak
identik dengan lingkungan spesies induk. Agar suatu populasi dapat menjadi
mantap di dalam suatu lingkungan baru, maka harus ada keadaan yang
menguntungkan terjadi bersamaan.
Pertama, tidak akan ada pergeseran jika individu yang masuk dalam
lingkungan baru dapat hidup. Ini berarti bahwa perbedaan ekologi antara
lingkungan leluhur dengan lingkungan baru itu tidak boleh besar atau jika
perbedaan itu besar seperti dalam transisi dari air ke darat, hewan baru tersebut
harus sudah mengembangkan ciri-ciri yang diperlukan dalam habitat baru, seperti
paru-paru pada vertebrata dalam transisi air-darat. Hewan yang baru masuk
tersebut memerlukan sedikit pre-adaptasi.
Kedua, pergeseran tidak akan berhasil, bahkan pada spesies yang sudah
preadaptif, jika habitat yang akan dihuni spesies baru tersebut tidak mempunyai
makanan atau sumber lain yang belum dimanfaatkan sepenuhnya dalam periode
ketika banyak spesies yang hidup dalam habitat tersebut menjadi penuh (Stearns,
2003).
Jika perbedaan lingkungan itu besar, maka populasi yang tergeser harus
mempunyai pre-adaptasi dan habitat yang akan dihuni spesies baru juga harus
mempunyai sumber-sumber yang belum dimanfaatkan sebelumnya.
Makroevolusi umumnya mengacu pada evolusi di atas tingkat spesies. Jadi
makroevolusi tidak terfokus pada individu spesies, makroevolusi mengharuskan
kita melihat lebih jauh ke pohon kehidupan, untuk memahami keragaman seluruh
kumbang dan posisinya di cladogram (lihat Gambar 2.1)
iii
Gambar 2.1. Makroevolusi menggambarkan kumpulan evolusi yang lebih luas dari satu
spesies (sumber: http://evolution. berkeley.edu/evolibrary/article/0_0_0/evo
a) Statis
Banyak garis keturunan pada pohon kehidupan menunjukkan pola yang
tetap, yang berarti bahwa mereka tidak banyak berubah dalam waktu yang lama,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.
iii
tampak sangat mirip dengan fosil nenek moyangnya. Oleh karena itu, garis
keturunan ikan Coelacanth memperlihatkan perubahan yang stasis pada
morfologinya sekitar 80 juta tahun lamanya.
b) Perubahan Karakteristik
Garis keturunan dapat berubah dengan cepat atau lambat. Perubahan
karakteristik dapat terjadi dalam satu arah, seperti adanya segmen tambahan, atau
bisa mengalami kemuduran melalui tambahan segmen baru atau kehilangan
segmen yang didapat sebelumnya. Perubahan dapat terjadi pada satu garis
keturunan atau pada beberapa garis keturunan. Gambar 2.4 menunjukkan
keturunan A berubah dengan cepat tetapi arahnya tidak beraturan. Garis
keturunan B menunjukkan perubahan arah yang lebih lambat.
iii
Trilobita, hewan yang terletak pada kladogram yang sama seperti serangga
dan udang modern, hidup lebih dari 300 juta tahun yang lalu. Seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.5, catatan fosil jelas menunjukkan bahwa beberapa garis
keturunan mengalami penambahan segmen selama jutaan tahun
Gambar 2.5. Perubahan jumlah segmen pada delapan garis keturunan Trilobita (Sumber:
http://evolution.berkeley.edu/evolibrary/ article/0_0_0/evo_49)
iii
Gambar 2.6. Mutasi pada kompleks Hox invertebrata dan cikal
bakal berkembangnya vertebrata pertama (Campbell, dkk. 2003)
iii
Gambar 2.7. Pola terpisahnya garis keturunan (spesiasi) makroevolusi. (Sumber:
http://evolution.berkeley.edu/evolibrary/ article/0_0_0/evo_49).
Gambar 2.8. Hubungan filogenetik Cetacea berdasarkan bukti paleontologis dan molekuler
yang menunjukkan akuisisi berurutan dari spesialisasi air yang diturunkan di dalam
kelompok. (Sumber : McGowen et al., 2014)
iii
d) Kepunahan
Punahnya suatu spesies sangat penting dalam sejarah kehidupan. Peristiwa
ini bisa menjadi peristiwa yang jarang terjadi bahkan sering dalam garis
keturunan, atau dapat terjadi secara bersamaan di banyak garis keturunan
(kepunahan massal). Setiap garis keturunan memiliki beberapa kemungkinan
untuk punah, dan pada akhirnya, lebih dari 99% spesies yang pernah hidup di
bumi akan mengalami kepunahan. Gambar 2.7 menunjukkan kepunahan masal
secara singkat memperpendek waktu hidup banyak spesies, dan hanya tiga spesies
yang berhasil bertahan hidup.
Kepunahan masal telah terjadi 5 kali dalam 500 juta tahun terakhir. Dalam
setiap kepunahan masal tersebut, 50% dari spesies yang hidup punah. Kepunahan
masal era Permian yang terjadi sekitar 250 juta tahun yang lalu dan menjadi batas
era Paleozoik dan Mesozoik, sebanyak 96% spesies hewan laut punah dan
memusnahkan hampir seluruh kehidupan terastrial. Akhir zaman Cretaceous,
sekitar 65 juta tahun yang lalu, terjadi kepunahan masal kembali. Lebih dari 50%
hewan laut punah dan hilangnya garis keturunan hewan dan tumbuhan terastrial.
Sebelumnya, dinosaurus telah mendominasi daratan dan pterosaurus mendominasi
angkasa selama 150 juta tahun. Setelah kepunahan era Cretaceous, hampir semua
dinosaurus punah, hanya menyisakan satu keturunan, yaitu burung (Campbell,
dkk. 2012)
iii
2.2.2 Sifat Makroevolusi
Perubahan evolusi jangka panjang dapat berlangsung dengan berbagai cara.
Suatu spesies yang hidup dalam lingkungan yang sedang berubah dapat
mengalami seleksi yang secara perlahan-lahan menggeser nilai rata-rata dan
kisaran variasi spesies tersebut kearah gradien lingkungan. Hal ini disebut spesiasi
filetik. Populasi pada awal dan akhir urutan ini cukup berbeda sehingga ahli
biologi membenarkan mengangapnya sebagai spesies yang berlainan, meskipun
menarik garis pemisah antara spesies tersebut merupakan masalah, kerana
generasi tersebut tumpang tindih dalam morfologi dan mungkin juga dalam
reproduksi jadi spesies filetik tidak sama dengan spesies di atas, dimana
divergensi terjadi agak cepat pada populasi kecil yang semiterisolasi oleh
perkembangan isolasi reproduksi
Analisis dari kelompok yang tercatat dengan baik dalam laporan fosil
menggambarkan bahwa spesies baru timbul agak lebih cepat (secara geologi)
daripada jika dengan cara spesiasi normal. Sekali terbentuk spesies baru, maka
spesies tersebut tetap tidak berubah selama jutaan tahun dan kemudian seringkali
menjadi punah. Sebelum punah, spesies turunan bercabang-cabang ke arah yang
berbeda-beda. Pola spesies yang timbul dan tengggelam tiba-tiba ini disebut
ekuilibria yang tepat. Arah kemana percabangan ini diutamakan atau dimana
terjadi kepunahan ditentukan oleh keberhasilan adaptasi pada lingkungan atau
oleh faktor yang mempengaruhi laju spesiasi, yang tidak semunya adaptif; tekanan
mutasi; pola distribusi; cara reproduksi yang mempengaruhi mudahnya suatu
spesies terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil yang semiterisolasi dan
kesuburan (Panjaitan, 2008).
Gambar 3.0. Menunjukkan bahwa peristiwa evolusi tidak selalu berorientasi pada
hasil
iii
Makroevolusi proses yang terjadi selama beberapa ribu tahun dan
menjelaskan bagaimana manusia berevolusi dari primata dan reptil kemudian
berubah menjadi burung. Mikroevolusi menyebabkan perubahan kecil dalam
spesies yang sama sedangkan makroevolusi mengarah pada penciptaan spesies
baru dari spesies induk. Perubahan kutilang dipisahkan dari kutilang lain, diamati
oleh Darwin di Kepulauan Galapagos yang terkenal dengan benar sebagai
gambaran mikroevolusi oleh Darwin. Dia mengatakan bahwa burungburung telah
berevolusi dalam waktu tertentu, arti sempit istilah tersebut. Mempelajari urutan-
urutan fosil dalam strata dari berbagai lokasi dapat membawa kita melacak
makroevolusi, kejadian utama dalam sejarah evolusi kehidupan di bumi (Fried,
2006).
Bukti lain terjadinya makroevolusi adalah studi embriologi perbandingan,
morfologi divergensi, biokimia comparative, skema klasifikasi, identifikasi
spesies, rekontruksi sejarah evolusi, skema lima kingdom. Perubahan yang
menyebabkan perbedaan yang lebih besar dan nyata diantara golongan taksonomi
diatas spesies. Hal ini timbul dari serangkaian panjang kejadian spesies yang
masing-masing membawa spesies keturunan makin jauh dari bentuk leluhur asli.
Makroevolusi pertama-tama menyangkut :
1. Suatu penyimpangan adaptif/pergeseran adaptif suatu spesies karena suatu
spesies turunan tersebut masuk ke dalam lingkungan dengan keadaan ekologi
yang tidak identik dengan lingkungan spesies induk. Agar suatu populasi dapat
menjadi mantap di dalam suatu lingkungan baru, maka harus ada keadaan yang
menguntungkan terjadi bersamaan.
2. Jika perbedaan lingkungan itu besar, maka populasi yang tergeser harus
mempunyai peradaptasi dan habitat yang akan dihuni spesies baru juga harus
mempunyai sumbersumber yang belum dimanfaatkan sebelumnya
iii
semua peringkat taksonomi, Species, Genus datang dan pergi, demikian pula
halnya Familia, Ordo dan Classis yang mengandung spesies itu. Semakin besar
kelompok semakin inklusif kelompok tersebut, tetapi pola bagi semua kelompok
sama saja. Kemudian ada kepunahan masal, dimana beberapa kelompok besar
punah pada waktu yang kurang lebih sama. Kita juga dapat melihat
kecenderungan evolusi, menurut garis silsilah, dimana anggota-anggota garis
silsilah tersebut berevolusi secara berkesinambungan pada arah yang sama,
melalui banyak spesies dan selama waktu yang panjang. Seperti itulah gejala
evolusi makro.
Paleontologi, biologi perkembangan evolusioner, genomika perbandingan,
dan filostratigrafi genomik berkontribusi terhadap kebanyakan bukti-bukti akan
pola-pola dan proses-proses alam yang dapat diklasifikasikan sebagai
makroevolusi. Sebagai contoh makroevolusi adalah kemunculan bulu selama
evolusi burung dari dinosaurus teropoda. Kehidupan di bumi berevolusi dengan
cara bereaksi terhadap perubahan kondisi geologis. Seperti yang dikatakan oleh
seorang ahli paleontologi terkenal, Alfred Roman, alam telah menghasilkan
sejumlah model eksperimental yang dapat menyesuaikan diri dengan bumi yang
selalu berubah. Pada kenyataannya ahli ilmu buni membagi waktu geologis
dengan jalan mengkhususkan interval waktu tertentu terhadap bentuk kehidupan
yang dominan.
Tidak seperti planet-planet lain pada sistem matahari, bumi terus aktif
secara geologis. Sesudah pengendapan dari pengumpulan debu kosmis 4,6 milyar
tahun yang lalu, bahan-bahan dari planet mulai mengatur dirinya menjadi unit-
unit yang terus berinteraksi satu sama lain secara dinamis. Pengumpulan partikel
tekanan menyebabkan bumi memanas sebagai akibat dari friksi (benturan) dan
aktivitas radioaktif. Perkiraan temperatur pada tahap permulaan bumi
menunjukkan sekitar 1.000oC. Panas dalam bumi tetap menjadi sumber energi
untuk proses diferensiasi proto bumi yang homogen, untuk dijadikan komponen
yang tetap. Tahap mula dari diferensial adalah mencairnya besi dan pengerasan
sesudahnya dari elemen ini menjadi core/inti yang berdiameter lebih dari 10.000
kilometer.
iii
Ketika pemanasan terus berlangsung, elemen yang lebih ringan naik dan
elemen yang lebih berat tenggelam ke inti bumi. Sementara itu yang mengelilingi
inti bumi, namun berada tepat di bawah lapisan terluar adalah “matel” (selimut).
Lapisan terluar di atas matel terdiri dari atmosfer, litosfer dan crust/debu-debu
halus. Karena perbedaan temperatur diantara lapisan-lapisan, termo “arus
convention” membentuk apa saja yang seperti yang dilakukan dalam atosfer.
Pergeseran dari arus-arus batu ini merupakan kunci untuk mengerti mengapa
lapisan terluar bumi selalu mengatur kembali dirinya melalui pergeseran benua,
vulkanisme dan daerah-daerah/zona-zona subduction. Fenomena ini merupakan
salah satu bagian dari plate tecnonics. Piringan tektonik merupakan hal penting
untuk mengetahui biostratigrafi bumi. Jika ingin menelusuri sejarah kehidupan
bumi, maka harus kerap kembali pada pembicaraan mengenai piringan tektonis
(Fried,2006) .
iii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Makroevolusi merupakan serangkaian mikroevolusi yang terjadi secara
berulang – ulang dalam periode waktu yang panjang sehingga mengarah
kepada pembentukan spesies yang baru hingga membentuk suatu populasi.
Makroevolusi terjadi ketika suatu spesies beradaptasi terhadap lingkungan
yang tidak identik dengan lingkungan induknya. Makroevolusi tidak hanya
fokus pada satu spesies, melainkan terfokus pada kumpulan dari evolusi –
evolusi yang menyebabkan munculnya spesies tersebut. Perubahan –
perubahan yang menyebabkan terjadinya evolusi seperti kepunahan,
terpisahnya garis keturunan atau garis keturunan yang statis serta perubahan
karakteristik disebut pola makroevolusi. Bukti dari terjadinya makroevolusi
adalah fossil. Hanya dari fossil, peneliti dapat mengetahui arah
perkembangannya sehingga menghasilkan spesies yang dikenal sekarang.
2. Contoh makroevolusi adalah ditemukannya Coelacanth yang dianggap
punah 80 juta tahun yang lalu sebagai hasil dari evolusi yang statis. Fosil
dari nenek moyang Coelacanth sangat mirip dengan Coelacanth yang hidup
saat ini membuktikan bahwa telah terjadi evolusi yang statis. Contoh
lainnya adalah makroevolusi nenekmoyang burung yang berhasil bertahan
dari kepunahan masal dan beradaptasi terhadap lingkungan barunya dengan
tumbuhnya bulu. Contoh terakhir adalah ditemukannya banyak gen Hox
pada vertebrata pada lokasi kromosom yang hampir sama diseluruh
vertebrata. Hal tersebut memunculkan hipotesis dikalangan peneliti bahwa
makroevolusi invertebrata menghasilkan vertebrata pertama
3.2. Saran
Dalam mempelajari kebenaran evolusi, hendaknya sadar bahwa kajian
ilmiah adalah berdasarkan bukti empiris (misalnya fosil), bukan berdasarkan
dogma atau isu – isu lainnya tanpa bukti yang kuat. Sebagai peneliti muda,
iii
hendaknya menghindari sikap mempercayai sesuatu tanpa adanya bukti ataupun
teori – teori yang samasekali tidak mendukung.
iii
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A., J. B. Reece & L.G. Mitchell. 1999. Biology, Fifth Edition. New
York: Addison Wesley Longman, Inc.
Campbell, N. A., Reece, J. B. & Mitchell, L. G. 2003. Biologi : Edisi Kelima Jilid
Dua. Erlangga : Jakarta.
Campbell, N. A., Reece, J. B., Taylor, M. R., & Dickey, J. L. 2012. Biology,
Concepts & Connections. Pearson : USA
https://id.scribd.com/search?content_type=documents&page=1&query=makalah
%20makroevolusi&language=84
https://www.academia.edu/9939795/makro_evolusi
iii