Anda di halaman 1dari 5

FIRA FITRIA JIHANS

160342606248
GHIL
ANALISIS KRITIS JURNAL EVOLUSI

I. IDENTITAS ANALISIS KRITIS

Nama artikel : Identifikasi Jenis Fosil Pollen Berdasarkan


Morfologi Lingkungan Pengendapan Daerah
Sukomoro Dan Sekitarnya
Nama penulis : Fira Fitria Jihans
Tempat dan waktu : Malang, 4 Mei 2019

II. ISI ANALISIS KRITIS


a. Bibliografi
 Nama pengarang : Elisabet D. Mayasari , Idarwati, Stevanus
Nalendra
 Tahun publikasi : 2017
 Nama jurnal : Jurnal Geomine
 Judul artikel : Identifikasi Jenis Fosil Pollen Berdasarkan
Morfologi Lingkungan Pengendapan Daerah
Sukomoro Dan Sekitarnya
 Sumber artikel : http://jurnal.teknologiindustriumi.ac.id
 Volume :5
 Nomor :3
 Halaman : 1-6
b. Tujuan penulis
1. Untuk mengetahui karakteristik indikasi lingkungan pengendapan
daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui jenis fosil pollen berdasarkan morfologi yang ada di
daerah sukomoro dan sekitarnya sebagai indikasilingkungan
pengendapan darat sampai transisi.
c. Fakta-fakta unik
1. Sumberdaya alam yang memungkinkan terbentuknya batubara dan migas
(minyak dan gas) adalah batuan sedimen.
2. Pada lapisan batuan sedimentersebut dapat mempreservasi fosil, baik fosil
foraminifera yang mengindikasi lingkungan pengendapan transisi sampai
dengan laut, maupun fosil pollen yang mengindikasi lingkungan
pengendapan darat sampai dengan transisi.
3. Sampel yang diambil adalah sampel dengan litologi halus dan berwarna
gelap
4. Warna gelap pada sampel tersebut menunjukkan keterdapatan material
organik yang tinggi, sedangkan litologi halus menyebabkan fosil pollen
dapat terpreservasi dengan baik.
5. Penelitian ini menggunakan metode analitis-deskriptif, yaitu melakukan
penelitian dengan menganalisa sampel yang dijumpai kemudia obyek
penelitian tersebut dideskripsi.
6. Tahap pengumpulan data-data studi pustaka dan pengumpulan data dari
peneliti terdahulu yang membahas mengenai Cekungan Sumatera Selatan.
7. Berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti
menunjukan adanya indikasi lingkungan pengendapan transisi yang
ditunjukkan oleh kehadiran amber dan batugamping dengan jarak yang
relatif dekat (± 1km).
8. Batugamping yang terdapat pada lokasi penelitian tersebut setelah
dilakukan uji laboratorium tidak menunjukkan adanya kehadiran fosil
foraminifera sebagai indikasi lingkungan pengendapan laut.
9. Amber merupakan jejak tumbuhan pada masa lampau.
10. Ukuran butir yang halus mengindikasikan proses pengendapan
berlangsung lambat sehingga dapat mempreservasi sisa-sisa makhluk
hidup dengan baik.
11. Warna gelap pada batuan tersebut mengindikasikan kelimpahan material
organik, dalam hal ini adalah kelimpahan fosil pollen.
12. Fosil pollen yang berukuran sangat kecil dapat terpreservasi dengan baik
pada litologi yang berukuran halus.
13. Hasil dari pengamatan lapangan menunjukkan bahwa litologi dengan
ukuran butir halus dan berwana gelap ditunjukkan pada litologi shale
(serpih).
14. lingkungan pengendapan untuk daerah tropis di wilayah Indonesia
tenrbagi menjadi 8 kelompok berdasarkan asosiasi takson-takson
pencirinya, yaitu: Hinterland, Flood Plain & Alluvial Plain, Sandy Beach
& Barrier Island, Lagoon, Delta & Estuarin, Mangrove & Back
Mangroove, Coastal Plain, dan Marin.
15. Berdasarkan keterdapatan amber dan batugamping pada lokasi penelitian,
maka lingkungan pengendapan lokasi penelitian terletak pada zona transisi
atau pada Alluvial Plain sampai Shallow Marine.
16. hasil analisa pollen atau serbuk sari menunjukkanbahwa lingkungan
pengendapan lokasi penelitian adalah intertidal/transisi
17. Keberadaan fosil mangrove (tumbuhan penciri daerah rawa),
gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka hadir pada lingkungan darat),
angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup hadir pada lingkungan darat) dan
pteridopytha (tumbuhan paku-pakuan hadir pada lingkungan darat yang
berair) pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa lokasi penelitian
merupakan daerah dengan keragaman jenis tumbuhan.
18. Kondisi lingkungan pengendapan yang memungkinkan bagi kehadiran
fosil-fosil tumbuhan tersebut adalah daerah transisi yang menunjukkan
bahwa tumbuhan darat (gymnospermae, angiospermae dan pteridopytha)
dapat dijumpai bersamaan dengan tumbuhan yang hanya hidup di daerah
berair (mangrove).
19. Fosil pollen yang ditemukan pada lokasi penelitian yang ditunjukkan oleh
fosil indes adalah Dacrydiumitess sp. , Meyeripollis naharkotensis,
Discoidites borneensis, Avicennia yang termasuk dalam tumbuhan
mangrove, Dacrydiumites spp. yang termasuk dalam tumbuhan
gymnospermae, Canthiumidites reticulatus yang termasuk dalam
tumbuhan mangrove, Crassoretitriletes vanraadshooveni yang termasuk
dalam tumbuhan pteridopytha.
20. Fosil Dacrydiumitess spp. yang termasuk dalam gymnosperma, memiliki
ciri bentuk tubuh seperti perahu sehingga aperturenya berada bagian
tengah tubuh fosil pollen.
21. Discoidites borneensis yang termasuk dalam tumbuhan angiospermae,
fosil ini memiliki 3 aperture di bagian tepi kamar pollennya.
22. Avicennia yang termasuk dalam tumbuhan mangrove, fosil ini memiliki
hiasan seperti selaput pada tepi tubuh pollennya yang disebut sebagai
Pilate.
23. Dacrydiumites spp. yang termasuk dalam tumbuhan gymnospermae, fosil
ini memiliki hiasan seperti jala pada tepi tubuh pollennya yang disebut
sebagai Echinate.
24. Canthiumidites reticulatus yang termasuk dalam tumbuhan mangrove,
fosil ini memiliki bentuk triangular (segitiga) sehingga memiliki aperture
di bagian tengah kamar.
25. Crassoretitriletes vanraadshooveni yang termasuk dalam tumbuhan
pteridopytha, fosil ini memiliki bentuk triangular(segitiga) sehingga
memiliki aperture di bagian tengah kamar.
26. Daerah penelitian menunjukkan indikasi lingkungan pengendapan transisi
(zona pasang surut air laut) melalui kehadiran amber dan batugamping.
27. Lingkungan pengendapan daerah penelitian termasuk dalam lingkungan
pengendapan Intertidal menurut model lingkungan pengendapan milik
Henrich (2007).
d. Pertanyaan – pertanyaan
1. Bagaimana keadaan lingkungan yang ada di daerah Sukomoro Dan
sekitarnya saat ini ?
2. Mengapa peneliti memililih daerah Sukomoro, Kabupaten Musi
Banyuasin, Sumatera Selatan ?
3. Berdasarkan hasil penelitian daerah penelitian menunjukkan indikasi
lingkungan pengendapan transisi (zona pasang surut air laut), apakah
dengan ditemukannya hal tersebut dapat dikembangkan teknologi
terbaru untuk mendukung SDA yang ada sekarang ini?
e. Hubungan konsep dari jurnal dengan konsep yang di pelajari
Penemuan-penemuan fosil sebagai bukti paleontologi setidaknya telah
menjelaskan mata rantai kehidupan yang pernah ada di bumi. Dalam lapisan
segmentasi yang telah terbentuk jutaan tahun yang lalu tersimpan banyak kisah
nyata kehidupan yang telah punah maupun yang masih ada hingga sekarang.
Terbukti dalam struktur batuan sedimen sejak periode pre-kambium yang antara
lain di dalamnya ditemukan fosil mikroba sampai pada lapisan resen yang
merupakan lapisan bumi teratas sekarang ini menunjukkan tingkat
keanekaragaman hayati yang ada di bumi. Misalnya pernah ditemukannya fosil
mammout di Siberia.

Dengan identifikasi fosil kita dapat memperkirakan kehidupan


sebelumnya, seperti umur fosil sehingga dapat mengetahui hewan dan tumbuhan
apa saja yang hidup pada jaman tersebut dan keadaan geologi nya. Sehingga dapat
dibandngkan dengan keadaan geologi pada waktu sekarang.

Anda mungkin juga menyukai