Disusun Oleh:
Offering G/ Kelompok 1
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan
adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap (Undang-Undang RI Nomor 41
Tahun 1999).
Taman Nasional Baluran memiliki lebih dari satu ekosistem alami yang
memberikan kekayaan dan cirri khas tersendiri. Hutan evergreen merupakan salah
satu ekosistem yang terdapat di Taman Nasional Baluran dan termasuk ke dalam
hutan hujan pegunungan. Hutan ini memilki keunikan yaitu selalu hijau sepanjang
tahun. Tumbuhan bawah atau semai pada suatu ekosistem berfungsi sebagai
penahan pukulan air hujan dan aliran permukaan sehingga meminimalkan bahaya
erosi. Sedangkan keberadaan tumbuhan pohon tidak hanya memberikan fungsi
secara ekologis melainkan memberikan nilai ekonomi bagi Negara (Lathifah,
2015).
1.2 Tujuan
1. Mengetahui nilai Ineks Nilai Penting vegetasi di hutan pantai Taman
Nasional Baluran menggunakan metode line intercept.
2. Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap Indeks Nilai Penting
vegetasi di hutan pantai Taman Nasional Baluran metode line intercept.
1.3 Manfaat Penelitian
a. Bagi Mahasiwa :
1. Mahasiswa dapat mengetahui nilai Indeks Nilai Penting vegetasi di hutan
pantai Taman Nasional Baluran menggunakan metode line intercept.
2. Mahasiswa dapat Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap Indeks Nilai
Penting vegetasi di hutan pantai Taman Nasional Baluran
b. Bagi Masyarakat :
1. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai Indeks Nilai
Penting vegetasi di hutan pantai Taman Nasional Baluran
2. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kondisi
lingkungan di Hutan Taman Nasional Baluran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Taman Nasional Baluran
Taman Nasional Baluran memiliki lebih dari satu ekosistem alami yang
memberikan kekayaan dan cirri khas tersendiri. Hutan evergreen merupakan salah
satu ekosistem yang terdapat di Taman Nasional Baluran dan termasuk ke dalam
hutan hujan pegunungan. Hutan ini memilki keunikan yaitu selalu hijau sepanjang
tahun. Tumbuhan bawah atau semai pada suatu ekosistem berfungsi sebagai
penahan pukulan air hujan dan aliran permukaan sehingga meminimalkan bahaya
erosi. Sedangkan keberadaan tumbuhan pohon tidak hanya memberikan fungsi
secara ekologis melainkan memberikan nilai ekonomi bagi Negara (Lathifah,
2015).
Taman Nasional Baluran memiliki beberapa obyek dan daya tarik wisata
alam yang cukup beragam, terdiri dari kombinasi berbagai bentang alam mulai
dari ekosistem laut hingga pegunungan, savana, dan keanekaragaman jenis satwa
dan tumbuhan. Beberapa daerah di Taman Nasional Baluran yang sering
dikunjungi wisatawan dan masyarakat untuk berbagai keperluan terutama yang
dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata antara lain: Gua Jepang, Curah Tangis,
Sumur Tua, Evergreen Forest, Bekol, Bama, Manting, Dermaga, Kramat, Kajang,
Balanan, Lempuyang, Talpat, Kacip, Bilik, Sejileh, Teluk Air Tawar, Batu
Numpuk, Pandean, dan Candi Bang. Adapun wisatawan yang berkunjung ke
Taman Nasional Baluran meliputi wisatawan domestik dan wisatawan
mancanegara. Dari berbagai obyek wisata yang ada di Taman Nasional Baluran
sebagian telah dikembangkan menjadi produk wisata, antara lain Gua Jepang,
Curah Tangis, Visitor Centre, Candi Bang, Savana Semiang, Savana Bekol,
Evergreen ForestBekol, dan Pantai Bama (Balai Taman Nasional, 2007).
Metode line intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari
komunitas padang rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik
sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100
m. Tebal garis transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu kemudian dibuat
segmen-segmen yang panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m. Dalam metode ini garis-
garis. Metode transek kuadrat dilakukan dengan cara menarik garis tegak lurus,
kemudian di atas garis tersebut ditempatkan kuadrat ukuran 10 X 10 m, jarak
antar kuadrat ditetapkan secara sistematis terutama berdasarkan perbedaan
struktur vegetasi. Selanjutnya mencatat, menghitung dan mengukur panjang
penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen tersebut. Cara
mengukur panjang penutupan adalah memproyeksikan tegak lurus bagian basal
atau arial coverage yang terpotong garis transek ke tanah (Anwar ,1995).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan praktikum dilakukan di Hutan Taman Nasional Baluran pada hari
Sabtu tanggal 20 Oktober 2018
Dipilih titik awal plot yang akan digunakan untuk analisis vegetasi metode
Line Intercept
Ditentukan pohon yang tersentuh, diatas atau dibawah garis intercept kemudian
dihitung keliling pohon, panjang intercept, lebar maksimum kanopi pohon dan
dicari nilai sudutnya.
1 2 3 4 5 6 7 Rerata
Kelembapan Tanah dry dry dry dry dry dry dry dry
pH Tanah 7 7 7 7 7 7 7 7
Kesuburan Tanah To To To To To To To To
little little little little little little little little
∑
Lebar Densitas Dominasi Frekuensi
Nama Spesies jarak 1/M Densitas Dominasi INP
Kanopi relatif Relatif relatif
(m)
Streblus asper 7,17 23 0,043 0,12463 12,46 0,27283511 27,28 30 69,75
Cannarium
7,93 12,7 0,078 0,225709 22,57 0,15065243 15,07 15 52,64
littorale
Xanthophyllum
5,17 9,5 0,105 0,301737 30,17 0,11269276 11,27 15 56,44
sp
Terminalia
5,66 27,3 0,03663004 0,105 10,50 0,32384342 32,38 25 57,88
cattapa
Schleichera
6,43 11,8 0,08474576 0,242924 24,29 0,13997628 14,00 15 53,29
olesa
0,34885738 1
Tabel 4.3. Rangking Spesies
Streblus asper 1
Cannarium littorale 5
Xanthophyllum sp. 3
Terminalia cattapa 2
Schleichera olesa 4