Tahun 1999 Forest stewardship council menciptakan standar pengelolaan hutan yang
berkelanjutan.
HCVF Toolkit merupakan pengembangan dari prinsip ke 9 Standar tersebut.
Sasaran awal untuk pengelolaan hutan produksi.
Berkembang dipakai disemua sektor termasuk pemerintahan untuk menjamin adanya
perlindungan terhadap kualitas lingkungan (Sosial,budaya,ekologis dan
keanekaragaman hayati).
Tahun 2001 Proforest menerbitkan dokumen panduan global dengan saran perlu
dibuat panduan lebih detail untuk kepentingan nasional.
Tahun 2003 Rainforest Alliance dan Proforest menerbitkan Draft I Toolkit yang
merupakan panduan pelaksanaan identifikasi.
Draft masi terlalu sulit diaplikasikan karena:
- Tujuan awal adalah sertifikasi hutan alam.
- Tidak konsisten dalam menilai cakupan dan skala ruang.
- Proses penerjemahan dari Toolkit global titik tidak sempurna.
Selama dapat menjamin keberadaan, pemeliharaan dan peningkatan atribut nilai konservasi
tinggi maka kegiatan tetap dapat berjalan.
Melakukan identifikasi terhadap areal didalam unit pengelolaan (uni manajemen) dan
sekitarnya jika terdapat unsur/komponen nilai ekologis dan sosial budaya yang sangat
penting.
Menjalankan sistem pengelolaan dan pemantauan untuk menjamin
pemeliharaan/kelestarian.
Tujuan
Sasaran Panduan
Isi Keppres 32/1990 : Kawasan cagar budaya mencakup kawasan hutan lindung kawasan
bergambut dan kawasan resapan air, Cagar budaya termasuk didalamnya suaka alam, suaka
alam laut dan perairan nya ,pantai berhutan bakau, taman nasional taman hutan raya taman
wisata alam serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Keanekaragaman hayati
Jasa lingkungan
Sosial dan budaya
NKT 1,2,3
NKT4
NKT 5,6
Tujuan NKT 4
Menjamin kelangsungan penyediaan berbagai jasa lingkungan alami yang sangat
penting(key environmental sevices) yang secara logis dapat dipengaruhi oleh
pemanfaatan lahan dalam sebuah lansekap.
Tujuan : menentukan keberadaan spesies atau sub-spesies yang masuk dalam kriteria
hampir punah (critically endangered- CR)
Semua kegiatan harus dilakukan agar spesies dalam kriteria hampir punah bisa
bertahan hidup.
NKT 1.3 : Kawasan yang merupakan habitat bagi populasi species yang terancam,
penyebaran terbatas atau dilindungi yang mampu hidup.
Tujuan : Mengidentifikasi habitat yang berkait dengan spesies hampir punah (NKT
1.2) terancam (endangered) rentan (vulnerable) atau dilindungi.
Menentukan kemampuan populasi untuk bertahan hidup melalui pertimbangan jumlah
individu dan daya dukung kawasan (carrying capacity).
NKT 1.4 : Kawasan yang merupakan habitat dari species atau sekumpulan species yang
digunakan secara temporer.
NKT 2 : Kawasan bentang alam yang penting bagi dinamika ekologi secara alami
NKT 2.1 : Kawasan bentang alam luas yang memiliki kapasitas untuk menjaga proses
dan dinamika ekologi secara alami
NKT 2.2 : Kawasan alam yang berisi dua atau lebih ekosistem dengan garis batas yang
tidak terputus (berkesinambungan)
NKT 2.3 : Kawasan yang mengandung populasi dari perwakilan species alami
Tujuan :
- Mengidentifikasi lansekap dengan potensi istimewa yang dapat menjaga
kelangsungan hidup populasi perwakilan alami.
- Menjamin bahwa kegiatan dalam unit pengelolaan dapat memelihara dan
meningkatkan potensi tersebut.
NKT 3 : Kawasan yang mempunyai ekosistem yang langka atau terancam punah
NKT 4.1 : Kawasan atau ekosistem yang penting sebagai penyedia air dan pengendalian
banjir bagi masyarakat hilir
Prinsip : Dalam kondisi alami, laju erosi sebanding dengan laju pelapukan dan
pembentukan tanah.
NKT 4.3 : Kawasan yang berfungsi sebagai sekat alam untuk mencegah meluas nya
kebakaran hutan atau lahan
Berbagai ekosistem hutan alam memiliki potensi tinggi sebagai sekat alam
Termasuk daerah tidak berhutan seperti gambut basah , rawa , pusat
NKT 5 : Kawasan alam yang mempunyai fungsi penting untuk pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat lokal
Unsur : Pangan, air, sandang bahan untuk rumah dan peralatan kayu bakar obat-
obatan
NKT 6 : Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk identitas budaya tradisional
komunitas lokal
Tujuan
Pembahasan