Anda di halaman 1dari 12

Pengelolaan Ekosistem Padang Lamun dan Terumbu Karang untuk

Kesejahteraan Masyarakat Pesisir

Dosen Pengampuh :

Dr. Ir. Angelinus Vincentius, M. Si


FIKP
Guido Roberto Jerun Parera, S. Pi UNIPA
Ekosistem Lamun dan Terumbu karang

Ekosistem Lamun dan Terumbu karang mempunyai nilai dan arti


yang sangat penting dari segi sosial ekonomi dan budaya, karena
hampir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di daerah
pesisir menggantungkan hidupnya dari perikanan laut dangkal.
Ekosistem Lamun dan Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi
yang antara lain : Sebagai gudang keanekaragaman hayati biota-
biota laut, tempat tinggal sementara atau tetap, tempat mencari
makan, berpijah, daerah asuhan dan tempat berlindung bagi hewan
laut lainnya. Terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya siklus biologi, kimiawi dan fisika secara global yang
mempunyai tingkat produktivitas yang sangat tinggi. Ekosistem
lamun dan Terumbu karang merupakan sumber bahan makanan
langsung maupun tidak langsung dan sumber obat-obatan.
Terumbu karang sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak
dan sumber utama bahan-bahan kontruksi.
Berdasarkan nilai produktivitas padang lamun dan terumbu karang, asosiasi
organisme, uraian tentang biota dan sumberdaya hayati laut dan tujuannya
menempati atau mengunjungi padang lamun dan terumbu karang, maka dapat
disimpulkan bahwa pada ekosistem padang lamun dan terumbu karang
terdapat tiga-tipe rantai makanan, yaitu :

1. Rantai Makanan Detritus (Detritus Food Chain), karena sebagian besar biota
yang hidup pada ekosistem padang lamun menanfaatkan serasah lamun
sebagai makanan (sumber energi).
2. Rantai Makanan Merumput (Grazing Food Chain), karena sejumlah fauna
laut termasuk reptilia dan mamalia laut menggunakan padang lamun
sebagai padang penggembalaan.
3. Rantai makanan plankton (Plankton Food Chain). Ketiga rantai makanan
tersebut membentuk jala makanan pada ekosistem padang lamun.
Dampak Pemanfaaatan Sumberdaya Padang Lamun dan Terumbu Karang

Ekosistem lamun dan terumbu karang merupakan salah satu ekosistem di


perairan yang cukup rentan terhadap perubahan yang terjadi. Sehingga
mudah mengalami kerusakan. Kerusakan lamun dan terumbu karang juga
dapat disebabkan oleh natural stress dan anthrogenik stress. Diantaranya :

 Perubahan fungsi pantai untuk pelabuhan atau dermaga.


 Eutrofikasi (Blooming mikro alga dapat menutupi lamun dan terumbu
karang dalam memperoleh sinar matahari).
 Aquakultur (pembabatan dari hutan mangrove untuk memupuk tambak).
 Water polution (logam berat dan minyak).
 Over fishing (pengambilan ikan yang berlebihan dan cara penangkapannya
yang merusak).
Strategi Pengelolaan Sumberdaya Padang Lamun dan Terumbu Karang

Pelestarian ekosistem padang lamun dan terumbu karang merupakan suatu


usaha yang sangat kompleks untuk dilaksanakan, karena kegitan tersebut
sangat membutuhkan sifat akomodatif terhadap segenap pihak baik yang
berada sekitar kawasan maupun di luar kawasan.

Salah satu strategi penting yang saat ini sedang banyak dibicarakan orang
dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam, termasuk ekosistem padang
lamun dan terumbu karang adalah pengelolaan berbasis masyakarakat
(Community Based Management) tapi tidak mengesampingkan pengelolaan
berwawasan lingkungan (perencanaan pembangunan pada suatu sistem
ekologi pesisir dan laut) Perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam
pesisir dan laut perlu dipertimbangkan secara cermat dan terpadu dalam
setiap perencanaan pembangunan, agar dapat dicapai suatu pengembangan
lingkungan hidup di pesisir dan laut dalam lingkungan pembangunan.
Pengelolaan Berbasis Masyarakat
Pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat (community-base
management) dapat didefinisikan sebagai proses pemberian wewenang,
tanggung jawab, dan kesempatan kepada masyarakat untuk mengelola
sumberdaya lautnya, dengan terlebih dahulu mendefinisikan kebutuhan,
keinginan, dan tujuan serta aspirasinya (Nikijuluw, 2002; Dahuri, 2003).
Pengelolaan berbasis masyarakat yang dimaksudkan di sini adalah
comanagement (pengelolaan bersama), yakni pengelolaan yang dilakukan
oleh masyarakat bersama-sama dengan pemerintah setempat, yang
bertujuan untuk melibatkan masyarakat lokal secara aktif dalam kegiatan
perencanaan dan pelaksanaan suatu pengelolaan.

Menurut Dahuri (2003) mengatakan bahwa ada dua komponen penting


keberhasilan pengelolaan berbasis masyarakat, yaitu: (1) konsensus yang
jelas dari tiga pelaku utama, yaitu pemerintah, masyarakat pesisir, dan
peneliti (sosial, ekonomi, dan sumberdaya), dan (2) pemahaman yang
mendalam dari masing-masing pelaku utama akan peran dan tanggung
jawabnya dalam mengimplementasikan program pengelolaan berbasis
masyarakat.
Kegagalan pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun dan terumbu
karang ini, pada umumnya disebabkan oleh masyarakat pesisir tidak pernah
dilibatkan, mereka cenderung hanya dijadikan sebagai obyek dan tidak pernah
sebagai subyek dalam program-program pembangunan di wilayahnya. Sebagai
akibatnya mereka cenderung menjadi masa bodoh atau kesadaran dan
partisipasi mereka terhadap permasalahan lingkungan di sekitarnya menjadi
sangat rendah. Agar pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun dan
terumbu karang ini tidak mengalami kegagalan, maka masyarakat pesisir harus
dilibatkan.
Pengelolaan berbasis masyarakat harus mampu memecahkan dua persoalan
utama, yaitu: (1) masalah sumberdaya hayati (misalnya, tangkap lebih,
penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, kerusakan ekosistem
dan konflik antara nelayan tradisional dan industri perikanan modern), dan (2)
masalah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan sumberdaya hayati laut
(misalnya, berkurangnya daerah padang lamun dan terumbu karang sebagai
daerah pembesaran sumberdaya perikanan, penurunan kualitas air,
pencemaran).
Pendekatan Kebijakan

Perumusan kebijaksanaan pengelolaan ekosistem padang lamun dan


terumbu karang memerlukan suatu pendekatan yang dapat diterapkan
secara optimal dan berkelanjutan melalui pendekatan keterpaduan.
Pendekatan kebijakan ini mengacu kepada pendekatan pengelolaan wilayah
pesisir dan lautan secara terpadu, yaitu pengelolaan pemanfaatan
sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang ada di wilayah pesisir. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara penilaian menyeluruh, menentukan tujuan
dan sasaran pemanfaatan, serta merencanakan kegiatan pembangunan.
Pengelolaan ekosistem padang lamun dan terumbu karang secara terpadu
mencakup empat aspek, yaitu: (1) keterpaduan wilayah/ekologis; (2)
keterpaduan sektoral; (3) keterpaduan disiplin ilmu; dan (4) keterpaduan
stakeholders (pemakai).
Rehabilitasi Padang Lamun dan Terumbu Karang

Merujuk pada kenyataan bahwa padang lamun mendapat tekanan


gangguaun utama dari aktivitas manusia maka untuk merehabilitasinya
dapat dilakukan melalui dua pendekatan: yakni ; 1) rehabilitasi keras (Hard
Rehabilitation), dan 2 ) Rehabiltasi lunak (soft Rehabilitation)
1. Rehabiltasi keras menyangkut kegiatan langsung perbaikan
lingkungan dilapangan. Ini dapat dilaksanakan misalnya dengan
rehabilitasi lingkungan atau dengan transplantasi lamun dan
terumbu karang dilingkungan yang perlu direhabilitasi. Kegiatan
transplantasi di Indonesia belum berkembang luas. Berbagai
percobaan transplantasi lamun dan terumbu karang telah
dilaksanakanoleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang masih dalam
taraf awal namun Pengembangan transplantasi lamun telah
dilaksanakan diluar negeri dengan berbagai tingkat keberhasilan,
(Himnasurai Untama, 2012)
2. Rehabilitasi lunak
Rehabilitasi   lunak   lebih menekankan pada pengendalian perilaku manusia.
Rehabilitasi lunak mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Kebijakan  dan strategi pengelolaan.  Dalam pengelolaan lingkungan


diperlukan kebijakan dan strategi yan jelas untuk menjadi acuan
pelaksanaan oleh para pemangku kepentingan ( stake holdes).
2. Penyadaran masyarakat (Public  awareness). Penyadaran masyarakat
dapat dilaksanakan dengan berbagai pendekatan.
3. Pendidikan. Pendidikan mengenai lingkungan termasuk pentingnya
melestarikan lingkungan padang lamun dan terumbu karang. Pendidikan
dapat disampaikan lewat jalan pendidikan formal dan non-formal.
4. Pengembangan riset. Riset diperlukan untuk mendapatkan informasi yang
akurat untuk mendasari pengambilan Keputusan dalam pengelolaan
lingkungan.
5. Mata pencaharian yang alternatif. Perlu dikembangkan berbagai kegiatan
untuk mengembangkan mata pencarian alternatif yang ramah lingkungan
yang  dapat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat
yang sejahtera akan lebih mudah diajak untuk menghargai dan melindungi
lingkungan.
6. Pengikut      sertaan            masyarakat. Pertisipasi masyrakat dalam
berbagai kegiatan lingkungan apat memberi motivasi yang lebih kuat dan
lebih menjamin keberlanjutanya. Kegiaan bersih pantai dan pengelolaan
sampah misalnya merupakan bagian dari kegiatan ini.
7. Pengembangan   Daerah   Pelindungan   Padang   Lamun dan terumbu
karang berbasis masyarakat. Daerah perlidungan padang lamun dan
terumbu karang merupakan bank sumberdaya yang dapat lebih menjamin
ketersediaan sumberdaya ikan dalam jangka panjang. 
8. Peraturan perundangan.Pengembangan peraturan perundangan perlu
dikembangkan dan dilaksanakan dengan tidak meninggalkan kepentingan
masyarakat luas.Keberadaan hukum adat, serta kebiasaan masyarakat lokal
perlu dihargai dan dikembangkan.
9. Penegakan huku secara konsisten. Segala peraturan perundangan tidak
akan ada dimankan bila tidak ada ditegakan secara konsisten. Lembaga-
lembaga yang terkait dengan penegakan hukum perlu diperkuat, termasuk
lembaga-lembaga adat.

Anda mungkin juga menyukai