Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Begitupun

sebaliknya, perilaku dan aktifitas manusia juga dapat mempengaruhi kondisi

lingkungan. Saling ketergantungan antara hidup manusia dengan lingkungan,

menjadikan manusia sebagai aktor utama yang dapat memanfaatkan sumber daya

alam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Manusia merupakan subyek utama dalam

kehidupan ini, membuat manusia kadang lupa diri dalam memanfaatkan sumber daya

yang ada di lingkungannya karena adanya dorongan untuk terus memenuhi kebutuhan

hidupnya. Banyaknya proses pembangunan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi

terkadang membuat manusia tidak berpikir panjang atau tidak mempertimbangkan

tindakannya untuk keberlanjutan hidup lingkungan sehingga akan mengakibatkan

kerusakan lingkungan yang terus berkelanjutan.

Degradasi lingkungan seringkali di akibatkan oleh proses pembangunan, selain

itu permasalahan lingkungan juga seringa diakibatkan oleh gaya hidup dan perilaku

konsumtif manusia yang tak dapat dikendalikan. Hasil kajian dari Intergovernmental

Panel on Climate Change (IPCC) yang dilaksanakan pada tahun 2007, adanya

peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer bumi selain oleh factor

alam, penyebab utamanya merupakan aktivitas manusia yang tidak ramah

lingkungan, yang pada akhirnya mengakibatkan adanya perubahan iklim dan

pemanasan global. Pembakaran hutan dan peternakan, penggunaan transportasi dan

1
energy merupakan beberapa contoh aktivitas manusia yang mengakibatkan adanya

masalah lingkungan.

Perilaku manusia yang seperti itu diakibatkan oleh karena semakin

meningkatnya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Keterkaitan permasalahan

lingkungan dan aktiitas manusia bukanlah hal yang cukup sederhana. Setiap orang

diharapkan dapat mempertanggung jawabkan terjadinya masalah lingkungan yang

diakibatkan oleh perilakunya. Setiap hari manusia dihadapkan dengan banyak pilihan

berperilaku baik dengan memanfaatkan lingkungan atau merusak lingkungan.

Kepedulian manusia terhadap lingkungan harus didukung dengan memberikan

pemahaman tentang kepentingan menjaga lingkungan dan melestarikannya.

Kehidupan manusia dipengaruhi oleh lingkungan baik secara langsung

maupun tidak langsung, kebutuhan-kebutuhan hidup manusia tersedia di lingkungan

hidupnya begitupun sebaliknya, ketersediaan sumber daya alam yang memadai

menentukan kualitas hidup manusia karena manusia sangat bergantung pada

ketersediaan sumber daya alam. Selalu ada interaksi timbal balik antara manusia dan

lingkungan, lingkungan dibentuk oleh manusia dan manusia juga dibentuk oleh

lingkungan. Lingkungan memiliki peran yang sangat pentik dalam perkembangan

kebudayaan manusia, baik manusia primitive ataupun modern. Sejak lama persoalan

lingkungan seringkali menjadi topik utama dunia, dampak yang semakin luas sudah

mulai semakin dirasakan oleh manusia, seperti banyaknya bencana alam. Oleh karena

itu kondisi ini menjadi mimpi buruk yang harus diselesaikan bersama-sama oleh

semua manusia dibumi. Salah satu masalah lingkungan yang sangat penting dan

mendapat perhatian serius saat ini adalah terumbu karang.

2
Sejak diberlakukannya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,

maka masyarakat lokal memiliki kesempatan untuk medapapatkan hak dalam

pengelolaan sumberdaya alam di wilayahnya, dalam hal ini sumberdaya alam menjadi

semakin besar. Masyarakat lokal dan pemerintah setempat harus memiliki tanggung

jawab atas peluang pengelolaan sumber daya alam yang diberikan.

Terumbu karang yang ada di Indonesia terus-terusn mengalami degradasi. Jika

pelestarian terumbu karang tidak cepat-cepat dilaksanakan, maka masalah ini akan

terus berlanjut. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia

terkenal sebagai salah satu Negara yang memiliki pusat keanekaragaman hayati laut

dengan memiliki kekayaan terumbu karang yang luas.

Karena olah manusia yang tidak memiliki etika lingkungan dan juga

diakibatkan oleh faktor perubahan alam seperti iklim, mengakibatkan kekayaan

terumbu karang di Indonesia terancam rusak. Indonesia memiliki total terumbu

karang seluas 85.200 km2 yang merupakan 65% dari luas terumbu karang dikawasan

Coral Triangle, bahkan 18% dari luas terumbu karan diseluruh dunia. Coral Triangle

sendiri meliputi beberapa Negara di Asia Tenggara, yaitu Papua Nugini, Kepulauan

Salomon, Malaysia, Timor Leste, Indonesia, Filipina. Disebut sebagai Coral triangle

kerena jika garis batas yang melingkupi area terumbu karang ditarik maka akan

membentuk segitiga yang memiliki terumbu karang seluas sekitar 75.000 km2.

Nusa Penida, Bunaken, Pulau Komodo, Pulau Wakatobi, Teluk Cendrawasih

dan Pulau derawan merupakan beberapa kepulauan di Indonesia yang memiliki

beberapa jenis terumbu karang yang cukup beragam dan tinggi. Selain itu pulau

Madura juga memiliki terumbu karang yang cukup luas di beberapa wilayah, salah

3
satunya wilayah Kabupaten Sumenep. Kabupaten Sumenep dengan potensi terumbu

karang dan jumlah pulau terbesar di Jawa Timur merupakan daerah yang mempunyai

sumberdaya alam sangat potensial untuk dimanfaatkan, Kabupaten Sumenep

memiliki luas terumbu karang 73.911 ha. Jumlah pulau ada 106 pulau, dengan jumlah

pulau yang berpenghuni mencapai 48 pulau dan 78 pulau tidak berpenghuni.

Salah satu pulau di Kabupaten Sumenep yang saat ini yang menjadi daya tarik

wisata adalah Pulau Gili labak. Pulau Gili Labak memiliki luas terumbu karang 66

ha, jenis karang Stylophora (Branching) adalah karang yang paling dominan di Pulau

Gili Labak dengan luas terumbu karang 29,27 ha. (Muhsoni, 2015).

Pulau Gili Labak memiliki potensi untuk mengembangkan wisata selam,

wisata snorkeling dan wisata pantai. Dalam pengukuran lapangan Pulau Gili labak

memiliki jenis ikan karang 20-75 jenis, disemua lokasi pengukuran perairan Pulau

Gili Labak memiliki kecerahan 100%, ditemukan 10 jenis life-form, tutupan

komunitas karang mencapai 41,9%, dan memiliki suhu perairan mencapai 30,9-31,2

0C , salinitas mencapai antara 30-32%, kedalam perairan di pulau Gili Labak rata-rata

1-10 m dan kecepatan arus di pulau ini antara 5,8-15,2 cm/dt. Pulau Gili Labak

merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Sumenep yang mewarkan

pemandangan pantai dan terumbu karang yang indah. Pulau Gili Labak di huni oleh

37 kepala keluarga yang mata pencaharian utamanya adalah nelayan.

Nelayan merupakan profesi seseorang yang bekerja sebagai penangkap ikan

baik menangkap ikan secara tradional maupun secara modern, mereka melakukan

penangkapan ikan biaanya diperairan umum seperti di laut lepas atau didanau.

Nelayan-nelayan di pulau Gili Labak termasuk nelayan tradisional dan melakukan

4
penangkapan ikan dilaut lepas diarea pulau itu, biasanya mereka menangkap ikan teri,

ikan cakalan atau tongkol dan ikan doran, karena ikan-ikan tersebut yang banyak

ditemui di perairan lepas Pulau Gili Labak.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana kesadaran lingkungan nelayan dalam melestarikan terumbu karang

di kawasan pariwisata pulau Gili Labak?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kesadaran lingkungan nelayan dalam melestarikan terumbu

karang di kawasan pulau Gili Labak.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna dan memberi manfaat bagi peneliti dan orang

lain baik secara teoritis maupun praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pengembangan

pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep terutama dalam kaitannya dengan

teori yang berhubungan dengan kesadaran lingkungan nelayan terhadap pelestarian

terumbu karang. Dan juga diharapkan dapat dimanfaatkan oleh peneliti lainnya

sebagai bahan rujukan atau bahan referensi.

5
1.4.2 Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Akademis

Penelitian ini diharapkan menjadi refensi bagi penelitian yang akan

datang dengan tema yang sama serta menambah wawasan untuk

mahasiswa dan dosen.

b. Manfaat bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pandangan terkait

pentingnya mereka menyadari betapa kepentingan menjaga lingkunga

terutama menjaga terumbu karang sebagai habitat ikan. Serta sebagai

pedoman bagi para nelayan untuk selalu menjaga terumbu karang.

c. Manfaat bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat nebjadi sumbangan pemikiran bagi

pemecah masalah terkait kerusakan terumbu karang yang terjadi dan

untuk selalu memberi arahan bagi masyarakat awam agar selalu menjaga

kelestarian terumbu karang kedepannya.

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Kesadaran Lingkungan

Menurun Neolka (2008) kesadaran adalah keadaan seseorang yang memiliki

pengetahuan yang mendalam dan dapat terlihat perilaku dan sikapnya. Sedangkan

lingkungan adalah semua yang mempengaruhi manusia atau hewan (KBBI, 2008)

Jadi kesadaran lingkungan adalah keadaan seseorang yang memiliki pengetahuan

yang mendalam tentang hal yang mempengaruhi manusia atau hewan dan dapat

6
terlihat dari perilaku dan sikapnya. Dengan demikian, seseorang yang memiliki

kesadaran lingkungan akan terlihat dari pengetahuan yang dia miliki, cara menyikapi

lingkungan, serta perilakunya terhadap lingkungan.

Kesadaran lingkungan adalah pengertian yang mendalam pada diri seorang

atau sekelompok orang yang terwujud dalam pemikiran, sikap, dan tingkah laku yang

mendukung pembangunan lingkungan, sehingga indivisu tersebut akan menjaga dan

melestarikan lingkungan tempat mereka berada atau tempat mereka tinggal.

1.5.2 Nelayan

Menurut Undang-undang No.45 tahun 2009 tentang perikanan nelayan adalah

orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan merupaka

seseorang yang memiliki mata pencaharian dengan cara menangkap ikan diperairan

umum, atau seseorang yang bekerja secara aktif mengumpulkan ikan diperairan

umum seperti laut, sungai dan danau. Terdapat tiga kelompok yang membedakan

nelayan, yang pertama yaitu nelayan buruh yaitu nelayan yang bekerja untuk orang

lain, adapun perlengkapan nelayannya juga milik dari orang lain. Kedua, nelayan

juragan yaitu nelayan yang memiliki alat tangkap ikan dan diperkerjakan kepada

nelayan buruh. Yang jetiga, nelayan perorangan yaitu nelayan yang memiliki alat

tangkap sendiri dan juga mengerjakan aktifitas nelayan juga sendiri. (Subri, 2005).

1.5.3 Pelestarian

Pelestarian secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau

kegiatanuntuk merawat, melindungi dan mengembangkan objek pelestarian yang

memilikinilai guna untuk dilestarikan. Pelestarian dalam Kamus Bahasa Indonesia

7
berasal dari kata lestari, yang artinya adalah tetap selama-lamanya tidak berubah.

Kemudian dalam penggunaan bahasa Indonesia, penggunaan awalan pe- dan akhiran

–an artinya digunakan untuk menggambarkan sebuah proses atau upaya (kata kerja).

(Endarmoko, 2006). Pelestarian merupakan kecenderungan melestarikan nilai budaya

pada masa yang telah dilewati namun nilai budaya tersebut masih dianggap memliki

nilai penting bagi penerusnya. Namun kenyataan sebenarnya membuat tindakan

pelestarian mejadi komples yang berbeda.

1.5.4 Terumbu Karang

Terumbu karang adalah ekosistem dilaut yang terbentuk oleh biota laut

penghasil kapur, teruma jenis-jenis batu karang dan alga berkapur, bersama dengan

biota lain yang hidup dibawah laut. Terumbu karang adalah ekosistem di laut yang

terbentuk oleh biota luat penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan alaga

berkapur, bersama dengan biota lain yang hidup di dasar lautan. Terumbu karang

merupakan ekosistem dinamis dengan kekayaan biodiversitanya serta produktivitas

tinggi, karena itu terumbu karang mempunyai peran yang signifikan. Secara ekologis,

terumbu karang merupakan tempat organisme hewan maupun tumbuhan mencari

makan dan berlindung. Secara fisik menjadi pelindung pantai dan kehidupan

ekosistem perairan dangkal dari abrasi laut (Suryanti dkk., 2011).

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup bertujuan untuk memberikan batasan terhadap penelitian yang

dilakukan agar tidak melebar, ruang lingkup penelitian ini adalah:

8
a. Kesadaran lingkungan nelayan terhadap terumbu karang

b. Proses pelestarian terumbu karang

1.7 Metode Penilitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dan ditempuh

oleh peneliti dengan tujuan dapat mengumpulkan informasi dan data serta melakukan

pengecekan terhadap data-data yang sudah diperoleh. Menurut Haris Hardiansyah

(2010:17) metode penelitian merupakan serangkaian hukum, aturan, dan tata cara

tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam

menyelenggarakan suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang hasilnya

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun metode penelitian yang

digunakan meliputi:

1.7.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa,

interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu. Dalam penelitian ini peneliti

berusaha untuk memahami dan menafsirkan tentang bagaimana Kesadaran

Lingkungan Nelayan Terhadap Pelestarian Terumbu Karang di Kawasan Wisata

Pulau Gili Labak, sehingga dapat terungkap kebenaran yang terjadi dalam penelitian

ini.

9
1.7.2 Jenis Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif, dimana

metode yang digunakan menekankan pada proses penelusuran data atau informasi

hingga dirasakan telah cukup digunakan untuk membuat suatu interpretasi. Dengan

menggunakan pendekatan deskriptif peneliti dapat dengan mudah menggambarkan

sesuai dengan fakta yang ada tentang permasalahan yang berkaitan tentang Kesadaran

Nelayan Terhadap Pelestarian Terumbu Karang di Kawasan Wisata Pulau Gili Labak

Sumenep.

1.7.3 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Pulau Gili Labak, Desa Kombang,

Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian ini karena

pulau tersebut memiliki terumbu karang yang luas dan masyarakat disana juga

berpofesi sebagai nelayan, selain itu peneliti juga ingin tau mengenai kesadaran dan

proses pelestarian terumbu karang disana. Peneliti mengambil wilaya bagian barat

Pulau Gili Labak karena disanalah pusat wisata dan terumbu karang. Peneliti

melakukan penelitian dengan pokok materi “Kesadaran Lingkungan Nelayan

Terhadap Pelestarian Terumbu Karang di Kawasan Pulau Gili Labak”.

1.7.4 Subyek Penelitian

Untuk mendapatkan jawaban dari penelitian yang akan dilakukan, maka dalam

penentuan subyek dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive

sampling yaitu untuk dapat menjarig sebanyak mungkin informasi dari berbagai

10
subyek (Lexy J. Moleong, 2005: 224). Purposive sampling juga disebut teknik non-

probability sampling yang dipilih berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki subyek yang

pilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

Adapun informan yang yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah: Subyek

yang sudah lama tinggal di Pulau Gili Labak dan juga berprofesi sebagai nelayan

lokal Pulau Gili Labak.

1.7.5 Sumber Data

Pada dasarnya data adalah kumpulan informasi atau keterangan-keterangan dari

suatu hal yang diperoleh melalui pengamatan atau pencarian ke sumber–sumber

tertentu. Data adalah kenyataan, keterangan, atau bahan dasar yang digunakan untuk

menyusun hipotesis atau segala sesuatu yang akan diteliti. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu data primer dan data

skunder.

a. Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber

asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek

(orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda

(fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Peneliti melakukan

pengumpulan data melalui observasi dan melakukan wawancara terkait

kesadaran lingkungan nelayan terhadap pelestarian terumbu karang dikawasan

wisata pulau gili labak.

11
b. Skunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang

telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang

tidak dipublikasikan.

1.7.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah bagian penting dalam proses penelitian.

Dalam penelitian dibutuhkan metode pengumpulan data yaitu cara yang digunakan

untuk memperoleh data dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah mengamati dan mendengar, dalam rangka

memahami, mencari bukti, terhadap fenomena dampak negatif (perilaku,

kejadian-kejadian, keadaan, benda dan simbol tertentu) selama beberapa

waktu tanpa mempengaruhi fenomena tersebut guna menemukan data dan

analisis. Menurut Cartwringht observasi merupakan suatu proses melihat,

mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk

tujuan tertentu. Obserasi merupakan pengumpulan data yang bersumber dari

foto, dokumen atupun artikel-artikel atupun wawancara mengenai pelestarian

terumbu karang di kawasan wisata Pulau Gili Labak, Kabupaten Sumenep.

12
b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, yang

melibatkan seseorang yang ingin mendapatkan informasi dari seseorang

yang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan

tertentu. Menurut Stewart & Cash (2008), wawancara diartikan sebagai sebuah

interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran atau berbagai aturan, tanggung

jawab, perasaan, kepercayaan, motof dan informasi. Peneliti akan melakukan

Tanya jawab secara terbuka dengan nelayan-nelayan terkait kesadaran mereka

terhadap pelestarian terumbu karang di kawasan wisata Pulau Gili Labak,

Kabupaten Sumenep.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara

mendalam. Wawancara mendalam ini bersifat luwes, artinya susunan

pertanyaan dan susunan kata-kata dapat diubah saat wawancara

berlangsung. Sebelum wawancara ini dilaksanakan, terlebih dahulu

disiapkan pedoman wawancara yang berhubungan dengan keterangan yang

ingin digali. Adapun hal yang akan diwawancarai adalah seputar

kepedulian nelayan terhadap pelestarian terumbu karang di kawasan wisata

Pulau Gili Labak, Kabupaten Sumenep.

Dalam melakukan wawancara peneliti juga harus memperhatikan

beberapa kaidah yang harus menjadi acuan dalam melakukan wawancara, yaitu:

1. Peran sebagai pewawancara. Dalam melakukan wawancara mendalam

diperlukan keahlian dan peran yang aktif untuk melancarkan

berlangsungnya wawancara dan agar tidak membosankan bagi informan.

13
Peneliti juga harus memperhatikan pertanyaan wawancara agar tidak

menyinggung informan.

2. Tujuan wawancara. Sebagai pewawancara harusnya memiliki tujuan

wawancara yang jelas agar tidak menanyakan hal yang tidak berkaitan

dengan penelitian.

3. Peran informan. Dalam melakukan wawancara informan merupakan

seseorang yang penting untuk mendapatkan iformasi terkait penelitian

yang dilakukan, maka dari itu sebagai pewawancara harusnya tetap

menjaga peran informan.

4. Cara wawancara. Wawancara mendalam dapat dilakukan dengan cara

menyamar ataupun terbuka.

Dalam penelitian juga penting memiliki catatan harian kecil untuk

mencatat hasil penelitian. Dalam penelitian ini banyak menggunakan

wawancara non-formal yang tidak terstruktur, terbuka dan fleksibel, penelitian

ini juga menggunakan wawancara yang terstruktur agar pembicaraannya

terfokus dengan jelas dan terarah untuk menghindarai pembicaraan yang tidak

bermanfaat.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan propses pelestarian terumbu karang

yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

data-data, dokumentasi yang terhimpun dalam arsip berkenaan dengan

14
gambaran umum tentang pelestarian terumbu karang di kawasa wisata Pulau

Gili Labak, Desa Kombang, Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep.

1.7.7 Teknik Analisa Data

Data yang terkumpul disederhanakan agar dapat mudah dibaca dan dimengerti.

Dalam melakukan analisa data peneliti menggunakan model interaktif seperti apa

yang dikatakan oleh Miles dan Huberman model ini memiliki empat hal paling

utama, yaitu:

a. Pengumpulan data

Data-data yang sudah didapatkan selama pengumpulan data seperti

melalui observasi, wawancara dan dokumentasi dicatat dalam buku cacatatan

lapangan yang didalamnya berisi hasil-hasil temuan dilokasi penelitian, baik

dengan cara melihat, mendengar atau menyaksikannya sendiri, serta semua

hasil temuan selama melakukan penelitian.

b. Reduksi data

Setelah data-data tersebut ditulis dalam buku catatan, yaitu dilakukan

reduksi ulang pada data-data tersebut atau melakukan pemilihan data lalu

kemudian disederhnakan dari data kasar yang diperoleh dari tempat penelitian.

Dilakukan reduksi data ini dimaksudkan untuk mempertajam, diarahkan dan

dikelola, membuang data-data yang tidak diperlukan dan mengelola data dari

yang tidak diperlukan menjadi diperlukan.

15
c. Penyajian data

Penyajian data merupakan informasi yang berhasil dikumpulkan dengan

tersusun rapi guna memberikan adanya kemunkinan pengambilan tindakan dan

penarikan kesimpulan. Penyajian data cenderung mengarah pada

penyederhanaan data sehingga mudah dipahami (Miles dan Huberman, 2009:

17).

d. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah menggambarkan makna data-data yang sudah

ditampilkan. Peneliti mencari makna dari data-data yang sudah dikumpulakn dan

dihasilkan peneliti, kemudian data tersebut dianalisis dan dibuat kesimpulan,

penelititi harus mencari pola, persamaan hubungan untuk kemudian disimpulkan

dengan detail. Dalam proses penyimpulan data merupakan proses yang

membutuhkan suatu pertimbangan yang benar-benar di pertanggungjawabkan.

1.5.8 Teknik Uji Keabsaha data

Keabsaha data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, diuji menggunakan

teknik triangulsi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan atau senagai

pembanding data itu. teknik tringulasi yang paling banyak digunakan adalah

pemeriksaan melalui sumber lain.

Jenis triangulasi yang digunaan dalam penelitian ini adalah, triangulasi

dengan memanfaatkan penggunaan sumber dan metode. Triangulasi dengan sumber,

16
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.

Tringulasi dengan sumber dalam penelitian ini dicapai dengan jalan,

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara yang dilakukan

terhadap informan. Teknik triangulasi dengan metode dalam penelitian ini

menggunakan dua dtrategi, yaitu:

1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil peneletian beberapa teknik

pengumpulan data, dengan jalan mencari informasi yang sama menggunakan

teknik yang berbeda, yaitu dengan membandingkan data hasil observasi dan

wawancara.

2) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang

sama.

Triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan

kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan

data. Peneliti mengecek kembali temuannya dengan jalan membandingkankannya

dengan berbagai sumber atau metode menggunakan teknik triangulasi (Laxy J

Moleong, 20120:38).

17

Anda mungkin juga menyukai