Oleh :
Kelompok 10
Wilda Rizkita L1C016019
Reza Nurilahi F. L1C017006
Rais Fikri A. L1C017025
Nindya Kania O. L1C017051
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
kasih kepada dosen pembimbing dalam mata kuliah ini dan juga semua
makalah ini dapat memberi ilmu yang bermanfaat dan juga memberi
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
komunitas biologi yang kompleks, dan dalam tiap spesies terdapat pula
humida, terumbu karang, hutan tua di daerah iklim sejuk (temperate old-
spesies dan jutaan populasi yang unik diduga akan punah dalam
beberapa dekade ke depan (Lawton dan May, 1995 dalam Indrawan et al.,
2007).
karang yang baik menjadi habitat bagi beberapa jenis ikan untuk tumbuh,
berkurang seiring jalannya waktu. Oleh karena itu penting bagi kita
biota penghasil kapur (terutama karang) bersama biota lain yang hidup di
dasar dan di kolom air (Hadi et al., 2018). Peranan biofisik ekosistem
pengaruh lingkungan, baik yang bersifat fisik (dinamika perairan laut dan
Muhlis, 2011).
Sawyer (1993) dan Cesar (1996) dalam Muhlis (2011), manfaat terumbu
tempat budi daya berbagai hasil laut dan sebagai tempat perlindungan
biota-biota langka.
tinggi di dunia. Stehli dan Wells (1971) menyatakan bahwa kawasan Indo
Pasifik adalah salah satu pusat keragaman karang dunia. Karena letaknya
antara dua kawasan karang utama (Filipina dan Australia), jumlah jenis
coral reef) yang mencakup sekitar 53% terumbu karang dunia. Kawasan
yang disebut dengan segi tiga terumbu karang mencakup kawasan yang
luas di perairan tengah dan timur Indonesia. Segi tiga terumbu karang ini
laut yang tinggi, yang juga disebut “Amazon of the Seas”. Di beberapa areal
segi tiga terumbu karang seperti di perairan Raja Ampat dan Maluku
Utara terdapat sekitar 600 spesies koral atau lebih dari 75% spesies yang
19.540 km2 terumbu cincin (atol), 14.542 km 2 terumbu tepi, dan 1.402 km2
Oceanic platform reef (Tomascik et al., 1997 dalam Kordi, 2010). Luas
terumbu karang Indonesia mewakili 18% dari total luas terumbu karang
yang ada di dunia (Dahuri, 2003 dalam Kordi, 2010), sedangkan terumbu
Juwana, 2001 dalam Kordi, 2010). Dari luas tersebut, diperkirakan hanya
dalam kondisi baik, 46% rusak, dan 15% lainnya sudah kritis (Kordi,
2010). Menurut English et al. (1997) dalam Zewanto et al., (2017) bahwa
rataan terumbu (reef flat) dengan substrat dasar lunak jenis koral yang
2010).
karang tidak merata oleh karena adanya faktor pembatas atau faktor yang
a) Suhu
Karang dapat hidup pada suhu perairan di atas 18℃. Suhu ideal
b) Cahaya Matahari
proses fotosintesis. Oleh karena itu, karang sulit tumbuh dan berkembang
c) Salinitas
Salinitas ideal bagi pertumbuhan adalah berkisar antara 30-36‰. Air
tawar dengan salinitas rendah dapat membunuh karang. Oleh karena itu
lama bisa menyebabkan kematian karang. Oleh karena itu, karang tidak
e) Kualitas Perairan
dari laut lepas. Selain itu, arus dan sirkulasi air juga berperan dalam
polip karang. Tempat dengan arus dan ombak yang tidak terlalu besar
Substrat yang labil, seperti pasir akan sulit bagi planula untuk menempel.
Menururt Hadi et al., (2018) total 1067 site, terumbu kategori jelek
sebanyak 386 site (36.18%), terumbu kategori cukup sebanyak 366 site
(34.3%), terumbu kategori baik sebanyak 245 site (22.96%) dan kategori
sangat baik sebesar 70 site (6.56%) hal ini dapat dilihat di bawah ini :
sebagai berikut :
terakhir terjadi pada tahun 2015 dan 2016. Meskipun demikian, tidak
semua wilayah Indonesia terkena bleaching yang parah (Hadi et al,. 2018).
oleh kabupaten ini sekitar 750 jenis. Pada tahun 2003 survei yang
dilakukan oleh REA, kondisi karang yang ada masih bernilai baik, namun
mulai dari 27% sampai yang tertinggi di angka 44%(Hindayati et at., 2011).
Di daerah Biak pun mengalami hal yang tidak jauh berbeda dari
saat mencari ikan. Pada tahun 2006, kondisi perairan di biak cenderung
3.1.2