Anda di halaman 1dari 88

SEMINAR ARSITEKTUR

OSEANARIUM BIOTA LAUT DI KOTA PALANGKA RAYA


(Oceanarium of Marine life in Palangka Raya City)

Di susun Oleh :
Threesia Agustina
NIM. DBB 117 057
Dosen Pembimbing :
I Kadek Mardika, S.T., M.Sc
(NIP. 197303152005011001)

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
TAHUN 2021

i
ABSTRAK
Lautan saat ini mengalami penurunan kualitas lingkungan yang mengganggu
rantai sistem (Giyanto, 2017, hal 16). Potensi biota laut di Indonesia telah masuk
dalam Red List of Threatned Species, yang terjadi akibat ulah manusia yang
merusak lingkungan (Meikalista, 2016).Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan dan menganalisis potensi oseanarium biota laut di Kota
Palangka Raya sebagai kawasan wisata edukasi dan konservasi ex-situ. Potensi
oseanarium dikaji menurut jurnal ilmiah Nisrina Nadya (Konservasi Biota Laut
sebagai Bentuk Dasar Perancangan Oseanarium di Pangandaran, 2018).
Penelitian menggunakan metode dekskriptif-kualitatif guna menggambarkan dan
mendeskripsikan tiap point pembahasan secara jelas. Hasil dari laporan ini
menunjukan bahwa ada beberapa aspek seperti pemilihan lokasi harus dekat
dengan sumber mata air, jenis biota yang bisa dikonservasi dan sebagai objek
pamer untuk wisata edukasi, bentuk akuarium yang menyesuaikan dengan
kenyamanan thermal biota, serta utilitas dan pengadaan air laut di lokasi yang jauh
dari laut menentukan keberhasilan konservasi biota laut di Kota Palangka Raya.
Kata Kunci : Biota laut, konservasi ex-situ, oseanarium, Palangka Raya.

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan kasih-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Seminar Arsitektur
Jurusan Teknik Arsitektur, dengan judul “OSEANARIUM BIOTA LAUT DI
KOTA PALANGKA RAYA”. Sebagai persyaratan mata kuliah Seminar di
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Palangka Raya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas
bimbingan dan masukkan serta saran-saran yang membantu terselesaikannya
laporan seminar ini, yaitu kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Indrabakti Sangalang, ST., MT, selaku dosen koordinator Mata
Kuliah Seminar dan Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Palangka Raya.
2. Bapak I Kadek Mardika, S.T., M.Sc selaku dosen pembimbing yang tela
membantu memberikan arahan dan masukan dalam penulisan proposal
Seminar ini.
3. Ibunda ratu, Elismanore Ahini dan Lelo Kaharati selaku keluarga saya yang
telah memberikan doa serta dukungan dalam segi material maupun sosial untuk
memotivasi saya agar tidak menyerah dalam proses perjuangan meraih gelar
S.Ars.
4. Teman-teman Arsitektur angkatan 2017 yang telah menyemangati dan
memberikan masukan untuk penulisan proposal ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporasn
Seminar ini dikarenakan keterbatasan ilmu yang penulis miliki untuk membuat
tugas akhir ini jauh dari kata sempurna.
Selanjutnya penulis berharap semoga Laporan Seminar ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan bagi penulis pribadi dapat dijadikan sebagai
penambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat dikembangkan untuk
memperlancar dalam melaksanakan tugas.
Palangka Raya, 12 Juli 2021
Penulis,

Threesia Agustina

iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diperkirakan 50% - 80% dari seluruh kehidupan di bumi dapat ditemukan di
bawah permukaan laut. Lautan saja memiliki 99% ruang hidup di planet ini,
sedangkan manusia telah menjelajahi kurang dari 10% ruang kehidupan bawah
laut. Hal ini disebabkan dengan 85% dari luas dan 90% dari volume lautan adalah
lingkungan gelap dan dingin yang kita sebut sebagai laut dalam. Kedalaman laut
rata-rata adalah 7395 meter dan ketinggian rata-rata daratan adalah 840 meter
(Ganda, 2019, hal. 1).
Pada data di atas, ikan terbesar berada di belahan bumi selatan karena
sebagian besar air tidak digunakan oleh manusia. Lima belas dari 17 perikanan
terbesar di dunia telah dieksploitasi secara berlebihan, dan laju reproduksi tidak
dapat mengimbangi, mengakibatkan penurunan yang cepat pada banyak populasi
ikan. (Ganda, 2019, hal. 1).
Indonesia merupakan negara maritim dengan luas perairan 3,25 juta km2
atau 63% dari luas wilayah Indonesia. Laut adalah sumber makanan bagi umat
manusia, jalur perdagangan, sarana penaklukan, tempat pertempuran, tempat
rekreasi, dan alat pemisah dan pemersatu negara1. 2Karena salah satu fungsi lautan
adalah sebagai sumber kekayaan alam, maka lautan Indonesia yang luas ternyata
membawa manfaat dan keuntungan bagi bangsa Indonesia. Sumber kekayaan
yang terdapat di lautan sangat berlimpah, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kesejahteraan masyarakat Indonesia dan biota laut yang melimpah. Salah satu
potensi indah dari lautan luas Indonesia adalah kehidupan dasar laut. Sebagai
wilayah suatu negara 5,8 juta km luas laut menjadikan Indonesia merupakan
perairan laut dengan panjang garis pantai sekitar 80.791 km.

1
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 45 Tahun 2011 tentang Estimasi Potensi Sumber
Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
2
Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 dalam Sonny Hari Harmadi, “Nelayan Kita”, Kompas 19
November 2014.

1
Wilayah perairan laut Indonesia terbagi menjadi tiga jenis wilayah, yaitu: (1)
wilayah perairan, (2) wilayah landasan kontinen, dan (3) zona ekonomi eksklusif
yang meliputi wilayah perairan 0,8 juta km2, zona ekonomi eksklusif 2,7 juta km2,
dan perairan kepulauan atau laut nusantara sepanjang 2,3 juta km2.
Kehidupan di bumi adalah sistem ketergantungan antara manusia, hewan,
tumbuhan dan lingkungan alam. Putusnya salah satu tautan dari sistem tersebut
akan menyebabkan gangguan dalam kehidupan. Lautan saat ini mengalami
penurunan kualitas lingkungan yang mengganggu rantai sistem. Alasan
penurunannya adalah penangkapan ikan yang berlebihan, perusakan habitat alam
laut dan eksploitasi alam. Menurut catatan, 35,15% terumbu karang di Indonesia
dalam kondisi rusak, 35,06% dalam kondisi sedang, 23,40% dalam kondisi baik,
dan 6,39% dalam kondisi sangat baik (Giyanto, 2017, hal 16). Kerusakan
ekosistem laut (seperti punahnya suatu spesies dalam rantai) menyebabkan
ketidakseimbangan dalam piramida makanan. Ini kemudian mengarah pada
ancaman kepunahan makhluk lain.
Menurut Damayanti (2015, hal 1) negara kepulauan ini seolah membatasi
interaksi antara masyarakat Indonesia dengan biota laut, sehingga pemahaman
masyarakat tentang kehidupan bawah laut belum tinggi sehingga kurang
mendapatkan apresiasi. Potensi biota laut di Indonesia telah masuk dalam Red List
of Threatned Species, yang terjadi akibat ulah manusia yang merusak lingkungan
(Meikalista, 2016).
Konservasi adalah tugas pengelolaan untuk memastikan keberlanjutan masa
depan. Tujuan perlindungan adalah untuk menjamin kelestarian ekosistem,
mencegah kepunahan spesies dan menyediakan plasma nutfah. Bentuk
perlindungan berdasarkan lokasinya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
perlindungan in-situ, perlindungan alam dilakukan melalui perlindungan alam
habitat aslinya. Sedangkan ex-situ yaitu melalui hubungan langsung antara sistem
dan kehidupan laut buatan manusia dan menyediakan wadah untuk kelangsungan
hidup dan perkembangan kehidupan laut. Fakta mengenai rusaknya alam habitat
biota laut dan kepunahan yang terjadi akibat gangguan di luar habitat menjadikan
konservasi sebagai solusi yang tepat. PP PI Nomor 7 tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Presiden Republik Indonesia pasal 8

2
nomor 4 mengenai pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya (ex-
situ) dibutuhkan sebuah wadah yang dapat memelihara, mengembangbiakkan,
mengkaji, meneliti, mengembangkan, dan merehabilitasi biota laut. Ada beberapa
cara yang bisa ditempuh untuk melakukakan konservasi sesuai peraturan PP PI
Nomor 7 tahun 1999, salah satu cara yang bisa ditempuh sebagai wadah
konservasi adalah oseanarium.
Oseanarium adalah sebuah wadah untuk memelihara biota-biota laut dalam
sebuah akuarium raksasa yang dibuat menyerupai habitat aslinya sebagai bentuk
konservasi perlindungan dari kemusnahan atau kerusakan. Oseanarium adalah
fasilitas yang ideal untuk melindungi keanekaragaman hayati di berbagai tempat,
terutama di Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang keanekaragaman hayati. Jika
demikian, sangat disarankan untuk mengadopsi tindakan konservasi ex-situ jika
semua tindakan telah gagal atau sulit diterapkan (Nations, 1993). Sebagai bentuk
habitat buatan, oseanarium harus menanggung beban tertentu yang disesuaikan
dengan kebutuhan air laut, sehingga diperlukan kondisi tersebut agar oseanarium
3
dapat mendukung hal tersebut. Penyesuaian teknologi perlindungan untuk
beradaptasi mengkaji wadah habitat berupa oseanarium terdapat dari beberapa
teori dari sumber literatur jurnal ilmiah Organizing a Public Aquarium:
Objectives, Design, Operation and Mission (Karydis, 2011), dan buku Time Saver
Standards for Building Types 2nd Edition (De Chiara, 1973) yaitu bahwa
konservasi ex-situ dalam perancangan oseanarium memiliki standar untuk dikaji,
yang dibagi sebagai berikut: jenis biota laut yang dikonversikan, bentuk akuarium,
ukuran akuarium, sistem utilitas dan pengadaan air laut.
Provinsi Kalimantan Tengah terletak antara 0o45‟ Lintang Utara dan 3o30‟
Lintang Selatan dan 110o45‟ – 115o51‟ Bujur Timur. Kalimantan Tengah
merupakan provinsi dengan luas wilayah terluas kedua di Indonesia setelah
Provinsi Papua, luas wilayahnya mencapai 153.564 km2 atau 8,04% dari luas
Indonesia.

3
Nadya, Nisrina dkk. 2018. Konservasi Biota Laut sebagai Bentuk Perancangan Oseanarium di
Pangandaran. Universitas Sebelas Maret Surakarta. (SENTHONG, Vol. I, No. 1, Januari 2018)

3
Wilayah administrasi Provinsi Kalimantan Tengah dibagi menjadi 13
kabupaten dan 1 kota (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002). 4Batas wilayah
Provinsi Kalimantan Tengah adalah: (1) Utara: Berbatasan dengan Provinsi
Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur; (2) Selatan: Berbatasan dengan Laut
Jawa; (3) Timur: Berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan
Selatan; dan (4) Barat: Berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat. Adapun
jumlah penduduk tahun 2015 yaitu 2.495.035 jiwa. Ibukota Provinsi Kalimantan
Tengah adalah Kota Palangka Raya. Kota Palangka Raya memiliki luas wilayah
2.400 km2.
Kalimantan Tengah adalah provinsi terbesar di Kalimantan yang memiliki
potensi wisata yang unik, serta budaya yang masih kental. Panorama alam
Kalimantan Tengah yang masih asri sehingga masih banyak wisata alam yang bisa
dikunjungi. Laut berkaitan dengan pantai, dan pantai merupakan salah satu
potensi alam yang ada di Kalimantan Tengah. 4Ada beberapa pantai yang tercatat
di Dinas Pariwisata Kalimantan Tengah, yaitu: (1) Pantai Cemara Labat,
Kabupaten Kapuas, (2) Pantai Keraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, (3) Pantai
Kubu, Kabupaten Kotawaringin barat, (4) Pantai Citra, Kabupaten Sukamara, (5)
Pantai Pasir Putih, Kabupaten Barito Utara, (6) Pantai Sungai Umbang,
Kabupaten Kotawaringin Barat, (7) Pantai Tanjung Keluang, Kabupaten
Kotawaringin Barat, (8) Pantai Tanjung Penghujan, Kabupaten Kotawaringin
Barat, dan (9) Pantai Ujung Pandaran, Kabupaten Kotawaringin Timur. (Dinas
Pariwisata Kota Palangka Raya)
Provinsi Kalimantan Tengah seperti namanya terletak di bagian „tengah‟
kepulauan Borneo, sehingga menyebabkan dari 9 pantai yang sudah dijabarkan di
atas, tidak ada yang berada dekat dengan Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah,
bahkan pantai yang terdekat adalah Pantai Ujung Pandaran harus menempuh jauh
perjalanan 308 km (6 jam menggunakan kendaraan mobil), dengan kondisi seperti
ini ada potensi untuk dibangun oseanarium sebagai tempat konservasi dan wisata
edukasi untuk kehidupan bawah laut di Kota Palangka Raya.

4
Dinas Pekerjaan Umum Kota Palangka Raya, 2014-2018).
5
Dinas Pariwisata Kota Palangka Raya.

4
Harapannya oseanarium bisa membangkitkan minat komunitas masyarakat,
membangun rasa cinta, dan membangun rasa memiliki terhadap keanekaragaman
biota laut yang dimiliki Indonesia. Hal yang sama berlaku juga untuk oseanarium
yang berfungsi untuk sarana pendidikan, rekreasi, konservasi dan
keanekaragaman kehidupan hewan / biota di lautan. Bangunan oseanarium
merupakan salah satu langkah efektif yang dapat memberikan wisata edukasi dan
menimbulkan rasa cinta masyarakat terhadap sungai dan laut Indonesia yang
sangat kaya akan biodiversitasnya (Sunarmi, 2014).

1.2 Identifikasi Masalah


Jadi dari latar belakang di atas dapat disimpulkan identifikasi masalahnya
adalah sebagai berikut:
1) Terancamnya ekosistem laut dikarenakan polusi dan kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh manusia.
2) Manusia yang membatasi pengetahuan mengenai ekosistem laut
sehingga kurang edukasi terkait dengan biota sungai dan laut.
3) Mengkaji kriteria design pembangunan oseanarium di Kota Palangka
Raya dalam persyaratan wadah konservasi yang diperoleh dari teori M.
Kardys dan Joseph de Chiara menurut jurnal ilmiah Nisrina Nadya
(Konservasi Biota Laut sebagai Bentuk Dasar Perancangan
Oseanarium di Pangandaran, 2018).

1.3. Rumusan Masalah


Bagaimana kriteria design dari oseanarium dengan teori M. Kardys dan
Joseph De Chiara menurut jurnal ilmiah Nisrina Nadya (Konservasi Biota Laut
sebagai Bentuk Dasar Perancangan Oseanarium di Pangandaran, 2018) ?

5
1.4. Batasan
1.4.1 Batasan Permasalahan
Ruang lingkup permasalahan di Oseanarium Biota Laut di Kota Palangka
Raya berkaitan dengan teori M. Kardys dan Joseph De Chiara menurut jurnal
ilmiah Nisrina Nadya (Konservasi Biota Laut sebagai Bentuk Dasar Perancangan
Oseanarium di Pangandaran, 2018) sebagai berikut :
1. Lokasi perancangan oseanarium,
2. Kriteria jenis biota laut yang dikonservasikan,
3. Bentuk dan ukuran akuarium, dan
4. Sistem utilitas dan pengadaan air laut.

1.4.2 Batasan Bahasan


1. Batasan Waktu
Proposal Oseanarium Biota Laut di Kota Palangka Raya akan dibuat dalam
proyek mata kuliah Seminar pada tahun 2020 / 2021 yang ditentukan mulai dari
bulan Maret 2021 – Juli 2021.
2. Batasan Project
Oseanarium Biota Laut akan dialokasikan di kawasan Kota Palangka Raya
yang merupakan Ibu Kota Kalimantan Tengah.

1.5. Tujuan dan Sasaran


Adapun tujuan dan sasaran dari proposal yang terdapat di Oseanarium
Bengawan dan Samudra di Kota Palangka Raya adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis kriteria design wadah konservasi oseanarium yang
diperoleh dari teori M. Kardys, Jay Hemdal dan Joseph de Chiara bisa
direalisasikan di Kota Palangka Raya menurut jurnal ilmiah Nisrina
Nadya (Konservasi Biota Laut sebagai Bentuk Dasar Perancangan
Oseanarium di Pangandaran, 2018).

6
1.6. Metodologi
Metode penelitian menggunakan metode dekskriptif-kualitatif guna
menggambarkan dan mendeskripsikan tiap point pembahasan secara jelas. Jenis
ini merupakan data yang dinyatakan dengan bentuk kata, kalimat, sketsa dan
gambaran tentang keadaan subjek dan objek penelitian berdasarkan realitas yang
terjadi di lapangan terkait potensi Oseanarium Biota Laut untuk wisata edukasi
dan konservasi di Palangka Raya. Data diperoleh melalui observasi dan
dokumentasi.

1.7 Sistematika Pembahasan


Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan proposal
penelitian Oseanarium Biota Laut di Kota Palangka Raya adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Penjabaran latar belakang, permasalahan, tujuan, lingkup bahasan,
metodologi, sistematika pembahsan, dan kerangka berpikir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Penjabaran kajian pustaka tentang pengertian, fungsi, manfaat,
tipologi, struktur, jenis, peraturan dan kebijaksanaan mengenai
Oseanarium Biota Laut untuk wisata edukasi di Kota Palangka
Raya.
BAB III TINJAUAN KAWASAN KOTA PALANGKA RAYA
Berisi gambaran umum mengenai Kota Palangka Raya,
karakteristik fisik dan non fisik kawasan, meliputi sarana dan
prasarana yang ada, potensi serta hambatan, arah dan strategi
pengembangan serta hasil studi banding.
BAB IV KESIMPULAN
Berisi kesimpulan dari hasil kajian pada bab-bab sebelumnya.
BAB V BATASAN DAN TANGGAPAN
Berisi asumsi-asumsi tentang aspek-aspek di luar bidang arsitektur
namun mempunyai kaitan yang cukup erat serta batasan dalam
proses perancangan.

7
1.8 Kerangka Berpikir
TUJUAN PENELITIAN

1) Menganalisis bagaimana persyaratan wadah konservasi oseanarium yang diperoleh dari


teori M. Kardys, Jay Hemdal dan Joseph de Chiara bisa direalisasikan di Kota Palangka
Raya menurut jurnal ilmiah Nisrina Nadya (Konservasi Biota Laut sebagai Bentuk
Dasar Perancangan Oseanarium di Pangandaran, 2018).

PENGUMPULAN
DATA

SURVEI PRIMER SURVEI SEKUNDER


- Survei Lapangan - Survei kepustakaan : Tinjauan
pustaka, studi terdahulu, dan
literatur mengenai bangunan
oseanarium.
- Dokumen dari instansi /
organisasi terkait.

ANALISIS DATA

Kajian Lokasi Bangunan Oseanariumdi Kota


Palangka Raya

Kajian Jenis Biota Laut yang Dikonservasi

Bentuk Akuarium

Sistem Utilitas dan Pengadaan Air Laut

KESIMPULAN

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Oseanarium


Ada beberapa pengertian oseanarium dari beberapa literatur terkait, sebagai
berikut :
 Oseanarium adalah akuarium besar; oseanarium memiliki arti dalam
kelas nomina atau kata benda sehingga oseanarium dapat dinyatakan
nama dari seseorang, tempat, ata semua benda dan segala yang
dibendakan (Kamus Besar bahasa Indonesia).
 Oseanarium adalah tempat untuk memelihara tumbuhan dan biota laut
yang digunakan sebagai sarana penelitian, pelestarian dan
pengembangan kelautan dan di pameran sebagai sarana rekreasi (Buku
Panduan Wisata Samudra Jakarta).
 Oseanarium adalah aquarium laut yang besar (Webster Dictionary
2010).
 Oseanarium adalah aquarium yang besar yang berisi air laut yang
terdapat biota laut, dimana dijadikan tempat untuk belajar sekaligus
menjadi wahana rekreasi atau hiburan (Oxford Dictionary, 2009).

2.2 Klasifikasi Aquarium dalam Oseanarium


Aquarium terbagi dalam beberapa kategori, mulai dari aquarium yang
memuat satu atau beberapa ikan kecil hingga aquarium besar yang biasanya berisi
biota laut dan lingkungannya. (Ganda, 2019)
2.2.1 Segi Salinitas
Dari segi salinitas, ada tiga jenis aquarium, yaitu:
a. Aquarium air tawar, aquarium yang memelihara jenis hewan
dan tumbuhan yang hidup di air tawar, aquarium ini sangat
populer dan murah/
b. Aquarium air laut, aquarium yang memelihara kehidupan
dimana ada tumbuhan dan hewan di laut, aquarium ini biasanya
terdapat jenis hewan invertebrata yang tergabung dalam
klasifikasi spesies ikan.

9
c. Aquarium air payau, aquarium ini menggabungkan unsur-
unsur jenis air tawar dan air asin. Aquarium air payau biasanya
berasal dari salinitas yang berbeda dengan rawa baku dan
muara, dan hidup dengan cara yang sama seperti terumbu
karang, tetapi dalam kisaran yang lebih kecil.(gina Sanford)

2.2.2 Segi Temperatur


Dari segi temperatur, aquarium dapat dibagi menjadi (Ganda, 2019):
a. Aquarium tropis, aquarium ini lebih berwarna-warni,
menunjukan kehidupan akuatik di daerah tropis dan banyak
dipilih oleh aquarist karena lebih indah.
b. Aquarium air dingin, aquarium ini juga sangat digemari, tidak
hanya terbatas pada ikan mas (Goldfish) tetapi juga dapat
menampung dari zona beriklim sedang dan daerah penangkaran
dari seluruh dunia.(Gina Sanford, 1999)

2.2.3 Segi Spesies


Dari segi spesies, aquarium dapat dibagi menjadi (Ganda, 2019):
a. Community tank, jenis aquarium ini lebih umum saat ini,
dimana beberapa spesies yang tidak agresif bisa hidup
berdampingan.
b. Aggresive tank, jenis aquarium ini khusus untuk ikan yang
tidak bisa hidup berdampingan, sehingga diletakan di tempat
yang terpisah. (Gina Sanford, 1999)
c. Ekotype tank, aquarium tipe ini didasari dengan seleksi
spesies. Pada tipe ini aquarist mencoba mensimulasikan
ekosistem alam tertentu, dekorasi dan kondisi air benar-benar
berusaha untuk dibuat semirip mungkin dengan habitat aslinya.
(Gina Sanford, 1999)

2.2.4 Segi Fungsi


Dari segi fungsi, aquarium dapat dibagi menjadi (Ganda, 2019):

10
a. Aquarium riset, aquarium yang dikhususkan hanya digunakan
untuk tempat hewan dan tumbuhan yang akan diteliti.
b. Aquarium publik, aquarium ini merupakan kebun binatang
dalam versi bawah air dimana bisa melihat habitat hewan
tumbuhan air pada saat yang bersamaan. Sebagian besar
aquarium ini memiliki wadah yang disebut dengan tangki besar,
yang dapat dipegang kendali oleh aquarist seperti semua
aquarium yang ukurannya lebih kecil.
c. Aquarium untuk penelitian dan umum, aquarium ini
mempunyai fungsi utama sebagai tempat penelitian, tetapi untuk
masyarakat umum juga diberi kesempatan untuk melihat
aquarium ini sebagai sarana wisata edukasi sehingga aquarium
ini memiliki fungsi ganda.

11
2.3 Jenis-Jenis Biota Laut
Jenis-Jenis biota laut terbagi berdasarkan lingkunga hidupnya, terdapat 6
(enam) zona lingkungan laut, yaitu sebagai berikut:

1. Daerah Pasang Surut (Intertidal Zone)

Gbr. 2.3 Starfish


Gbr. 2.1 Black Faced Gbr. 2.2 Crab Sumber: theconversation.com
Benny Sumber: alamy.com
Sumber: alamy.com

Gbr. 2.6 Hermit


Gbr. 2.5 Whelk Crab
Sumber: commons.wikimedia.org Sumber: nationalgeographic.com
Gbr. 2.4 Shrimp
Sumber: buceplant.com

Gbr. 2.7 Brittle Star Gbr. 2.9 Anemon


Sumber: pinterest.com Gbr. 2.8 Bivalves
Sumber: thoughtco.com Laut
Sumber:
goodnewsfromindonesia.com

Sumber : Perancangan Oceanarium di Lamongan dengan Pendekatan Arsitektur Biomorfik


(Ganda Herlambang Prayogi, 2019).
Tabel 2.1 Biota Laut Daerah Pasang Surut (Intertidal Zone)

12
2. Daerah Lepas Pantai (Oceanic Zone)

Gbr. 2.10 Black and Gbr. 2.11 Ocellaris Gbr. 2.12


White Ocellarish Clown Clown Fish Yellowstripe
Fish Sumber: en.wikiedia.org.com
maroon clown fish
Sumber: reefbuilders.com Sumber:
aquaticstoyourdoor.co.uk

Gbr. 2.13 Lightning


Maroon Clown Fish Gbr. 2.14 True Percula Gbr. 2.15 Maroon
Sumber: seafish.com Clown Fish Clown Fish
Sumber: pinterest.com Sumber: pinterest.com

Gbr. 2.18 Tinkeri


Gbr. 2.16 Racoon Gbr. 2.17 Sunburn
Butterfly Fish
Butterfy Fish Butterfly Fish Sumber: pinterest.com
Sumber: reefbuilders.com Sumber: landofszie.com

Gbr. 2.19 Ikan Kerapu Gbr. 2.20 Ikan Kerapu Gbr. 2.21 Ikan
Tikus Bara Kerapu Kertang
Sumber: Sumber: curve-watersports.com
Sumber: tanipedia.co.id
nmaquaenterprise.blogspot.com

Gbr. 2.24 Voliata


Gbr. 2.22Russels Lion Gbr. 2.23 Radiata Lion
Lion Fish
Fish Fish Sumber: niabizoo.com
Sumber: reefguide.org Sumber: freshmarine.com

13
Gbr. 2.26 Humu Picasso Gbr. 2.27 Niger
Gbr. 2.25 Clown
Triger Fish Trigger Fish
Trigger Fish Sumber: liveawuaria.com
Sumber: coralkeyscuba.com Sumber: fishsofaustralia.net.au

Gbr. 2.28 Pink Tail Gbr. 2.30 Unduate


Gbr. 2.29 Red Tail
Trigger Fish Trigger Fish
Trigger Fish Sumber: aquariumdomain.com
Sumber: churaumi.okinawa Sumber: pinterest.com

Gbr. 2.32 Black


Gbr. 2.31 Achilles Tang Gbr. 2.33 Blonde
Longnose tang Fish
Fish Sumber: tankfact.com Naso Tang Fish
Sumber: youtube.com Sumber: sydneydiscusworld.com

Gbr. 2.36 Blonde


Gbr. 2.34 Achilles Tang Gbr. 2.35 Black Naso Tang Fish
Fish Longnose tang Fish Sumber: sydneydiscusworld.com
Sumber: youtube.com Sumber: tankfact.com

Gbr. 2.37 Convict Tang Gbr. 2.38 Naso Tang Gbr. 2.39 Powder
Fish Fish Blue Tang Fish
Sumber: youtube.com Sumber: tankfact.com Sumber: sydneydiscusworld.com

Gbr. 2.40 Powder Gbr. 2.41 Regal Tang Gbr. 2.42 Sailfin
Brown Tang Fish Fish Tang Fish
Sumber: youtube.com Sumber: tankfact.com Sumber: sydneydiscusworld.com

14
Gbr. 2.43 Scopas Tang Gbr. 2.44 Yellow Tang Gbr. 2.45 White Tail
Fish Fish Bristletooth Tang
Sumber: youtube.com Sumber: tankfact.com Fish
Sumber: sydneydiscusworld.com

Gbr. 2.47 Spotted


Gbr. 2.46 Red Gbr. 2.48 Green
Mandarin Fish
Mandarin Fish Sumber: tankfact.com Mandarin Fish
Sumber: sydneydiscusworld.com
Sumber: youtube.com

Gbr. 2.51 Hiu Sirip


Gbr. 2.49 Blue Shark Gbr. 2.50 Hiu Martil
Sumber: wildfetrust.org Sumber: kkp.go.id Hitam
Sumber: mongbay.co.id

Gbr. 2.52 Hiu Sirip Gbr. 2.53 Hiu Cucut


Gbr. 2.54 Barracuda
Putih Kembang Sumber: thainationalparks.com
Sumber: idntimes.com Sumber: id.wikipedia.org

Gbr. 2.55 Ikan Pari Gbr. 2.56 Ikan Kuwe Gbr. 2.57 Ikan Ekor
Sumber: indozone.id Sumber: facebook.com Kuning
Sumber: id.wikipedia.org
Sumber : Perancangan Oceanarium di Lamongan dengan Pendekatan Arsitektur Biomorfik
(Ganda Herlambang Prayogi, 2019).
Tabel 2.2 Biota Laut Daerah Lepas Pantai (Oceanic Zone)

15
3. Kedalaman Laut 200 – 1.000 meter (Mesopelagic Devision)

Gbr. 2.58 Cumi-Cumi Gbr. 2.59 Wolf Eel Fish Gbr. 2.60 Barreleye
Sumber: animal-world.com Sumber: seattleaquarium.org Fish
Sumber: bobo.grid.id

Gbr. 2.61 Hatchet Fish Gbr. 2.63 Lantern


Sumber: nature.com Gbr. 2.62 Guper Eels Fish
Sumber: pinterest.com
Sumber: pinterest.com
Sumber : Perancangan Oceanarium di Lamongan dengan Pendekatan Arsitektur Biomorfik
(Ganda Herlambang Prayogi, 2019).
Tabel 2.3 Biota Laut Kedalaman 200-1.000 (Mesopelagic Devision)

4. Kedalaman Laut 1.000 – 4.000 meter (Bathypelagic Devision)

Gbr. 2.66 Garrick


Fish
Gbr. 2.64 Dagger Tooth Gbr. 2.65 Slickhead Sumber: alamy.com
Fish Fish
Sumber: bilzrockfish.com Sumber: britannica.com
Sumber : Perancangan Oceanarium di Lamongan dengan Pendekatan Arsitektur Biomorfik
(Ganda Herlambang Prayogi, 2019).
Tabel 2.4 Biota Laut Kedalaman 1.000 – 4.000 meter (Bathypelagic
Devision)

16
5. Kedalaman Laut 4.000 – 6.000 meter (Abyssopelagig Devision)

Gbr. 2.69
Lasiognathus
Gbr. 2.67 Angler Fish Gbr. 2.68
Sumber: oceana.org Amphirhamphus
Blackswallower Fish Sumber: en.wikipedia.org
Sumber: althatsinteresting.com

Gbr. 2.71
Gbr. 2.70 Triplewart Thaumatichthys
Seadevil Binghami
Sumber: en.wikipedia.org Sumber: 10tons.dk
Sumber : Perancangan Oceanarium di Lamongan dengan Pendekatan Arsitektur Biomorfik
(Ganda Herlambang Prayogi, 2019).
Tabel 2.5 Biota Laut Kedalaman 4.000 – 6.000 meter (Abyssopelagig
Devision)

6. Kedalaman Laut Lebih dari 6.000 meter (Hadalpelagic Devision)

Gbr. 2.73 Hag Fish Gbr. 2.74 Jelly Fish


Gbr. 2.72 Viper Fish Sumber: animal-world.com
Sumber: pinterest.com Sumber: happyday365.org

Sumber : Perancangan Oceanarium di Lamongan dengan Pendekatan Arsitektur Biomorfik


(Ganda Herlambang Prayogi, 2019).
Tabel 2.6 Biota Laut Kedalaman Lebih dari 6.000 meter (Hadalpelagic
Devision)

17
2.4 Tinjauan Konservasi

2.4.1 Pengertian Konservasi


Konservasi adalah upaya menggunakan dan memelihara sumber daya hayati
secara bijaksana. Perlindungan juga dapat dilihat dari sudut pandang ekonomi dan
ekologi, dimana perlindungan dilihat dari sudut pandang ekonomi artinya
berusaha mengalokasikan sumber daya alam untuk saat ini, dan dari sudut
pandang ekologis, perlindungan berarti mengalokasikan sumber daya alam untuk
masa kini dan masa yang akan datang. Dalam pemanfaatan sumber daya hayati
terdapat batasan-batasan tertentu, yaitu pemanfaatan sumber daya hayati secara
bijak. Artinya penggunaan sumber daya hayati tidak boleh berlebihan dan
perlindungannya harus diperhatikan. (Nisrina, 2018)
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, perlindungan sumber daya alam mengacu pada pengelolaan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui untuk memastikan
penggunaannya yang wajar, dan pengelolaan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui (seperti hutan) harus kontinuitas kegunaan dengan tetap menjaga dan
meningkatkan kualitasnya. Konsep perlindungan sangat berkaitan dengan sumber
daya alam yang terkandung di lingkungan. Namun perlindungan pada dasarnya
tidak dapat dipisahkan antara sumber daya alam dan lingkungan. Hal ini terlihat
jelas dari pengertian lingkungan hidup (UU No. 23 Tahun 1997) yaitu kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup (termasuk
manusia) perilaku yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Hukum ini tekankan bahwa pembangunan
berkelanjutan harus didasarkan pada wawasan lingkungan. Dalam pengertian yang
dinamis, ukuran atau tingkat konservasi dapat dipindahkan dari tingkat yang
sedikit lebih longgar ke tingkat yang lebih ketat sehingga dapat ditemukan
pengertian prevention (pencegahan) bisa pada posisi lain yaitu protection
(perlindungan).

18
2.4.2 Strategi Konservasi
Hukum ini tekankan bahwa pembangunan berkelanjutan harus didasarkan
pada wawasan lingkungan. Dalam pengertian yang dinamis, ukuran atau tingkat
konservasi dapat dipindahkan dari tingkat yang sedikit lebih longgar ke tingkat
yang lebih ketat sehingga dapat ditemukan pengertian prevention (pencegahan)
bisa pada posisi lain yaitu protection (perlindungan).
1. Konservasi In-Situ
Perlindungan di lokasi ini disebut dengan on-spot. Perlindungan
semacam ini biasanya dilakukan dan dipilih oleh para ahli konservasi untuk
menjaga keberadaan satu atau beberapa jenis sumber daya hayati dengan
tetap hidup di habitat aslinya. Ada tiga alasan dalam pengambilan
keputusan ini : (1) Jenis sasaran perlindungan, biota ini memainkan peran
ekologis utama dalam ekosistem, (2) Memiliki toleransi yang sempit untuk
areanya hidup, dan (3) Orang percaya bahwa tingkat keamanan habitat
aslinya cukup meyakinkan.
2. Konservasi Ex-Situ
Perlindungan ex-situ biasanya disebut sebagai out of spot. Serupa
tetapi tidak persis sama dengan in-situ. Konservasi ex-situ banyak
digunakan dan dipilih karena standarnya cukup kuantitatif. Tujuan jangka
panjang dari program konservasi di luar lokasi adalah bahwa setelah ada
jumlah spesies individu yang cukup dan habitat yang sesuai, populasi
dapat dibentuk di alam liar. Kebun binatang, aquarium dan peternakan
hewan buruan, serta berbagai program penangkaran merupakan sarana
konservasi ex-situ .

19
2.4.3 Penerapan Konservasi di Oseanarium
Fakta tentang rusaknya habitat alami biota laut dan punahnya spesies akibat
gangguan di luar habitat sehingga konservasi ex-situ sebagai solusi permasalahan
pada proposal Oseanarium di Kota Palangka Raya.
Perlindungan berdasarkan aktivitas dan pemisahan jenis biota sesuai dengan
PP PI Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Presiden Republik Indonesia pasal 8 nomor 4 mengenai pengelolaan jenis
tumbuhan dan satwa di luar habitatnya (ex-situ) dilakukan dalam bentuk kegiatan:
a. Pemeliharaan, sesuai dengan standar kesehatan biota, yang melibatkan
sistem utilitas publik dan memberi ruang yang cukup untuk menunjang
kehidupan.
b. Pengembangbiakan, kemurnian spesies yang dijaga, pembagian spasial
menurut jenis biota.
c. Pengkajian, penelitian, dan pengembangan, diperlukan ruang penunjang
pada tahap ini adalah laboratorium.
d. Rehabilitasi hewan dan beradaptasi dengan biota dari lingkungan manusia
da melihat kondisi fisik biota kemudian mengembalikannya.
Menurut uraian ini, kita membutuhkan sebuah tempat yang bisa
memelihara, mengembangbiakan, mengkaji, meneliti, mengembangkan dan
merehabilitasi biota laut.
Oseanarium sebagai salah satu bentuk habitat buatan harus memiliki beban
yang sesuai dengan kebutuhan air laut. Oleh karena itu diperlukan kondisi khusus
agar oseanarium dapat mendukung hal tersebut. Penyesuaian teknologi
perlindungan untuk beradaptasi mengkaji wadah habitat berupa oseanarium
terdapat dari beberapa teori dari sumber literatur jurnal ilmiah Organizing a
Public Aquarium: Objectives, Design, Operation and Mission (Karydis, 2011),
dan buku Time Saver Standards for Building Types 2nd Edition (De Chiara, 1973)
menurut jurnal ilmiah Nisrina Nadya (Konservasi Biota Laut sebagai Bentuk
Dasar Perancangan Oseanarium di Pangandaran, 2018), yaitu :
a. Penentuan lokasi wadah konservasi berupa oseanarium. Karena di Kota
Palangka raya tidak ada sungai, maka tempat yang ideal adalah di tapak di
sekitar Sungai Kahayan agar sumber mata air bisa dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan air.

20
b. Standar dan jenis biota laut yang akan dilindungi yaitu penyesuaian
berdasarkan pemahaman mengenai tipe habitat dimana setiap biota hidup
secara alami dan ditempatkan di habitat buatan.
c. Bentuk oseanarium yang sesuai dengan ukuran makhluk laut untuk
keselamatan pelestarian berkelanjutan, perawatan mudah dan berestetika.
Ditilik dari sejarah awal aquarium, terdapat beberapa variasi bentuk
aquarium, antara lain: bentuk bulat, bentuk memanjang ke atas, bentuk
silinder, diorama dan kubus.
d. Ukuran aquarium, yaitu penentuan ukuran merupakan faktor penting
karena akan menentukan kenyamanan dan psikologis ikan sehingga
mempertimbangkan bentuk tangki yang akan digunakan.
e. Sistem utilitas dan Penyediaan Air Laut, yaitu sistem yang mendukung
kehidupan biota laut di luar habitat aslinya. Air yang digunakan untuk
kehidupan ikan adalah air dengan kandungan amonia yang tinggi dan
nitrit, organik, tidak ada sampah, dan stabil. Ada saluran pembuangan
yang menggunakan pipa ditempatkan di bagian bawah wadah, setiap
tangki penyimpanan memiliki pipa terpisah. Sistem penyediaan air laut
berdasarkan teknologi pengolahannya terdapat tiga metode yaitu: (1)
Sistem terbuka (sistem pengolahan air terbuka, tidak perlu digunakan
kembali), (2) Sistem tertutup (10-20 dapat diganti tiap dua minggu
sekali), dan (3) Sistem semi-tertutup (sirkulasi sendiri, penggantian
minimum 10% per-bulan).
Melalui uraian yang diajukan dalam hasil tinjauan, dapat diketahui bahwa
observasi ex-situ di oseanarium di Kota Palangka Raya harus memenuhi 5 standar
berupa: (1) Lokasi / site oseanarium, (2) Jenis biota laut yang konservatif, (3)
bentuk aquarium, (4) Ukuran aquarium, dan (5) Sistem utilitas dan penyediaan air
laut.

21
2.5 Tinjauan Pustaka dari Jurnal dan Buku
2.5.1 Jurnal Ilmiah Organizing a Public Aquarium
Sebagai literatur untuk mengkaji Oseanarium Biota Laut di Kota Palangka
Raya, maka harus melakukan studi literatur pada jurnal ilmiah Organizing a
Public Aquarium (Objectives, Design, Operation and Missions) yang ditulis
oleh M. Karydis pada tahun 2011. Dan ini merupakan rangkuman dari jurnal
ilmiah tersebut.
1. Desain Aquarium
Desain bangunan harus memperhitungkan sejumlah poin sebagai
berikut:
a. Harus ada lobby yang lumayan besar untuk menerima pengunjung.
Tujuannya untuk menerima sekelompok orang dalam jumlah
banyak, seperti: anak sekolah, kelompok wisatawan, kunjungan
dari universitas, dan kunjungan yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
b. Sirkulasi masuk menuju display aquarium harus sedikit tertunda /
dibuat sedikit lebih jauh agar pengunjung dapat beradaptasi dengan
ruang minim cahaya.
c. Informasi yang mengacu pada pameran dan kegiatan aquarium
dalam bentuk poster atau proyeksi power point.
d. Jalan pada sirkulasi ruang harus rata untuk alasan keamanan.
e. Area display harus dibuat pola satu arah dan ujung sirkulasi area
display adalah pintu keluar.
f. Museum kecil atau pameran diusahakan memberikan informasi
tambahan seperti fosil yang diawetkan, poster atau di program dari
komputer, agar waktu yang dihabiskan di dalam oseanarium lebih
lama.
g. Akhir dari sirkulasi pengunjung mengarah ke toko oseanarium di
dekat pintu keluar.
h. Pengunjung tidak bisa mengakses apapun ke instalansi aquarium,
laboratorium, atau fasilitas tambahan lainnya kecuali ada

22
kunjungan khusus yang telah diatur, yang sudah direncanakan dan
semua tindakan pengamanan telah dilakukan.
i. Persyaratan ruang untuk fasilitas pemompaan, tangki induk, ruang
kendali, laboratorium, gudang, tangki terumtana tempat karantina
ikan dan tangki cadangan harus diperhitungkan.

2. Lokasi Site
a. Merupakan keuntungan jika daerah pinggir laut dipilih. Parameter
seleksi adalah perbandingan antara tinggi kualitas kondisi
lingkungan dan lingkungan sekitar kota yang akan menjadi potensi
sumber pengunjung dan kegiatan akademis.
b. Faktor penting aspek teknis aquarium laut adalah :
 Kualitas air tinggi yang diperlukan untuk pasokan air
mengisi tangki.
 Populasi hewan liar yang akan dikonservasi di daerah
tersebut.
 Membentuk sumber organisme hidup yang baik. Meskipun
aquarium cenderung mengimpor organisme hidup dari
seluruh dunia, sebagian besar mengandalkan aquarium kecil
ekosistem laut lokal.
 Bebas dari penyakit endemik dan parasit.
 Populasi mikrobiologis dan kemungkinan patogen.
 Sirkulasi air laut pesisir dan rezim gelombang terkait
dengan pembaruan air serta kemungkinan resuspensi
sedimen di area abstraksi air.
c. Faktor penting aksesbilitas menuju site yaitu :
 Jarak dari kota terdekat
 Angkutan umum regular
 Keberadaan biota yang mulai langka
 Akademik dan penelitian lembaga di kawasan tersebut

23
 Taman nasional, kawasan konservasi, rencana yang sedang
berlangsung di kawasan tersebut berhubungan dengan
konservasi dan keanekaragaman hayati.

3. Abstraksi air laut


Beberapa kualifikasi untuk menentukan kualitas air laut yang baik
untuk aquarium, yaitu sebagai berikut:
a. Konsentrasi bahan tersuspensi sangat rendah.
b. Kekurangan beban mikroba patogen.
c. Keberadaan organisme pembusuk yang terbatas.
d. Tidak adanya polutan air (limbah, hidrokarbon, logam berat, dll).
e. Suhu air kurang dari 20oC sepanjang tahun.

4. Metode Pemasokan Air Laut


Terdapat metode-metode untuk memenuhi kebutuhan pasokan air
laut untuk diisi dalam tangki, yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Asupan Terbuka di Perairan Dangkal
Perairan dangkal bukanlah pilihan terbaik, kerna mempunyai
karakteristik air sebagai berikut :
 Mempunyai konsentrasi tinggi partikel padat yang tidak
larut seperti sampah.
 Tidak stabil karena menyesuaikan kondisi cuaca (arus,
ombak).
 Banyak organisme pengotor,
 Suhu bisa melebihi 20oC selama di musim panas / kemarau.
 Kemungkinan terjadi polusi jika kawasan tersebut
terhubung dengan bangunan industri.
b. Asupan di Perairan Dalam
Ini merupakan solusi terbaik karena memasok aquarium dengan
air rendah suhu air, konsentrasi bahan tersuspensi rendah
sedangkan saluran masuk dekat fasilitas. Tetapi mempunyai
kekurangan dengan suhu air dalam mungkin lebih rendah dari suhu

24
yang diinginkan, begitu juga dengan konsentrasi oksigen. Tetapi
kekurangan tersebut bisa diatasi dengan sistem yang biayanya tidak
terlalu mahal.
c. Sumur Air Laut
Pengambilan air dapat dilakukan dengan membuka sumur di
dekat garis pantai. Meskipun ini adalah cara yang ekonomis
dengan resiko kegagalan yang terbatas dari kondisi iklim ekstrim
dan memang ada akses mudah ke layanan instalansi, tetapi
mempunyai tiga kelemahan utama :
 Suhu bisa menjadi tinggi.
 Konsentrasi oksigen rendah.
 Kualitas salinitas menjadi rendah jika terjadi pencampuran
dengan air hujan.
 Tergantung juga dengan kualitas tanah sehingga dengan
menggunakan sumur lokal menjadi rumit dan bukan salah
satu solusi yang direkomendasikan.
d. Abstraksi Sub-Pasir
Merupakan sistem yang ditanam di dalam pasir berupa struktur
rumit yang ditempatkan di dasar laut. Sistem ini telah dipasang
sejak lama dan masih berhasil berfungsi.
 Sebagian besar terjadi proses bahan partikulat dihilangkan.
 Berkembangnya sistem menjadi aerobik karena air yang
mengandung oksigen melewatinya.
 Sistem tidak terpengaruh oleh permukaan polutan
(misalnya tumpahan minyak).
 Keseluruhan sistem sepenuhnya terkubur di dalam tanah
terlindungi dari panas, meminimalisir kerusakan karena
kondisi cuaca dan kemungkinan vandalisme.

25
2.5.2 Buku Time Saver Standards for Building Types 2nd Edition
Pada buku ini Joseph De Chiara dan John Callender menciptakan buku
sebagai standar jenis bangunan dan analisis fungsional untuk edisi ke-dua
yang dirangkum pada satu buku. Materi pada buku ini memberikan data dasar
atau umum untuk jenis bangunan tertentu. Pada halaman 1168 – 1174
membahas mengenai Aquarium, yang akan menjadi acuan dalam mengkaji
Oseanarium Biota Laut di Kota Palangka Raya.
1. Perencanaan Pembangunan Aquarium
a. 60% dari biaya akan digunakan untuk fasilitas, peralatan dan
desain, yang sebagian besar aquarium tersebut tidak terlihat pada
daerah publik / dibuat pada ruang tertutup.
b. Sponsor / promotor memilih site atau kawasan yang strategis,
seperti : mudah diakses oleh angkutan umum dan kendaraan
pribadi dan mudah dijangkau oleh para wisatawan.
c. Tempat parkir kendaraan yang memadai di area tersebut.
d. Harus matang dalam perencanaan volume dan kualitas air yang
akan dibutuhkan.
e. Harus melibatkan ahli profesional dalam bidang aquarium.
f. Memiliki pola sirkulasi mengalir. Desain dapat dengan mudah
„membimbing‟ pengunjung ke jalur yang diinginkan dalam banyak
situasi. Saat masuk, pengunjung akan berbelok, tetapi bukan
karena atraksi dari faktor eksternal. Biasanya dengan menempatkan
tangki display pada suatu sudut, dengan kaca pengamat menghadap
ke depan pengunjung.
g. Penempatan tangki display yang monoton seperti jendela gerbong
kereta api yang berbaris harus dihindari. Lengkungan dan tonjolan
akan memberikan variasi dan kejutan, dan bisa berfungsi sebagai
pemisah antara pemisah khusus, variasi ini juga berfungsi untuk
mengarahkan pengunjung.
h. Pegangan tangan sebagai jarak display dan pengunjung sejauh 3
kaki dengan tinggi 1 kaki dengan standar harus menyatu dengan
struktur bangunan.

26
2. Area Operasi
a. Area lantai kerja (tempat meletakan display) harus sekitar 3 kaki
lebih tinggi dari tempat umum lantai area. Ini ditentukan oleh
ketinggian pengunjung rata-rata melihat perkiraan pusat kaca
pandang rata-rata sebesar tangki display.
b. Tangki harus diletakan sedemikian rupa agar tidak kesulitan saat
membersihkan aquarium, dan tangki kecil dan besar harus
ditempatkan secara berbeda.
c. Hewan laut yang sakit ditempatkan di sepanjang dinding belakang
dari area kerja atau sesuai kenyamanan.
d. Masing-masing tangki harus memiliki sirkulasinya sendiri.
e. Jumlah seluruh kapasitas penyimpanan harus sama dengan sekitar
1/3 dari volume layar tetapi dapat sangat bervariasi, tergantung
pada ukuran layar tangki dan biota laut serta kematian aau
kebutuhan penggantian.
f. Tangki karantina harus mempunyai katup pembuangan untuk
pembuangan air sesudah dilakukan prosedur perawatan.
g. Semua tangki harus punya pompa yang dapat dilepas.
h. Pipa pasokan utama dari reservoir berada di atas tangki display.
i. Katup keran sebagai pengganti air minimal 7 kaki di atas lantai
area kerja.
j. Penting untuk memiliki katup pemutus yang ditempatkan dengan
baik di sepanjang jalur suplai utama untuk memfasilitasi perbaikan
pipa.
k. Untuk mengurangi banjir yang tidak disengaja, sediakan saklar
pemutus otomatis, saluran overflow bawaan, dan perangkat yang
aman dari kegagalan.
l. Semua peralatan listrik termasuk kotak konektor, tidak boleh
diletakan di dekat lantai.
m. Perlengkapan di atas tangki harus dilindungi untuk menghindari
kerusakan dan kemungkinan bahaya bagi personel yang bekerja di
air.

27
n. Alat pembersih darus dari kayu, bukan dari bahan logam.
o. Cahaya alami harus seminimal mungkin, karena cahaya matahari
dapat menyebabkan pertumbuhan alga di interior tangki.
p. Sebuah lorong harus mempunyai lebar 6 kaki yang meluar seiring
ke bagian belakang untuk pengangkutan tangki dan biota yang
akan masuk, dengan menggunakan truk angkat garpu. Dan tidak
ada halangan lainnya di lorong tersebut.
q. Permukaan lantai area kerja tidak boleh licin dan lantai
dimiringkan sedikit ke arah saluran pembuangan.
r. Bahan anti air harus digunakan disemua tempat yang berdekatan
dengan tangki.
s. Ruang penyimpanan untuk perkakas, jaring, bahan kimia dan
barang-barang lain yang sering digunakan harus disediakan pada
gudang.
t. Ukuran dari masing-masing kebutuhan kantor dan ruang staff atau
pengelola akan tergantung pada ukuran akarium dan jumlah
personel yang terlibat dalam operasi.

3. Tangki Display
a. Bahan dalam tangki untuk air laut harus lebih hati-hati dalam
pemilihannya.
b. Semua tangki harus dibuat dari bahan inert semaksimal mungkin.
c. Tangki yang ideal adalah yang paling murah, ringan, mudah
diubah atau dibor, kaku, dan lain-lain.
d. Sebaiknya rencanakan untuk memasangkan tangki dengan ukuran
standar, lebih disukai tipe off the shelf atau dimana bentuk fiber
glass masih tersedia. Fiber glass benar-benar kaku, ringan, dan
dapat dengan mudah diubah dan dibor.
e. Masing-masing tangki harus menjadi unit tunggal, jika mengalami
pembongkaran atau diganti tidak mengakibatkan kerusakan ke
bangunan utama.
f. Dipertimbangkan design tank drainase, pembersihan, tampilan, dll.

28
2.6 Tinjauan Adaptasi terhadap Gangguan Faktor Eksternal
Pulau Kalimantan merupakan pulau yang tergolong paling rendah intensitas
gempa jika dibandingkan dengan beberapa pulau besar di Indonesia. Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah melakukan instalansi uji
monitoring gempa bumi di Kalimantan pada tahun 2006-2008. Dan dari katalog
gempa di Kalimantan, di Kalimantan pernah terjadi 8 (delapan) gempa di
Kalimantan dengan rincian gempa banyak terjadi di Kalimantan Utara dan
Kalimantan Timur, bahkan di Kalimantan Tengah sendiri tepatnya di Muara
Teweh dan Palangka Raya pernah digoncang gempa walaupun hanya 3-4 Skala
Richter. (Daryono, 2019, BMKG.go.id)
Resilient architecture yang ditulis di dalam jurnal ilmiah The application
resilient architecture dalam perancangan oseanarium di Parangtritis (R. Putri,
2018) memaparkan beberapa prinsip yang dikumpulkan dari beberapa teori
Multirisk Assessment Of Disasters In Parangtritis Coastal Area (Sunarto, Marfai,
& Mardiatno, 2010), Vulnerability assessment and seismic risk reduction
strategies of hospitals in Basilicata region (Masi, Santarsiero, & Chiauzzi, 2012),
Disaster Mitigation Approach Of Urban Green Structure Concept In Coastal
Settlement (Mirza, 2015) sebagai berikut :
A. Sistem Jalur Evakuasi
Desain resilient architecture dipengruhi oleh aspek aksesbilitas
pada kawasan mengenai jalur evakuasi dan peletakan titik kumpul.
B. Bentuk Dasar Simetris
Desain bangunan resilient architecture diletakan di standar
ketinggian miniumum terhadap area dengan dampak yang parah akibat
faktor eksternal selain itu tinggi bangunan tidak melebihi empat kali lebar
bangunan.
C. Materi Berdaya Tahan
Material yang dipilih adalah material yang tahan terhadap tekanan
air dan udara, daya apung, dampak reruntuhan, gelombang air, dan
pergeseran tanah.
D. Sistem Struktur Tahan Gempa
Penggunaan sistem struktur yang dapat meredam getaran akibat
gempa bumi.

29
2.7 Tabel Kesimpulan Studi Literatur
Variabel yang di
No. Hasil Sumber
Kaji
Oseanarium adalah akuarium besar
1. Buku Panduan Wisata
yang berisi air laut yang terdapat Samudera Jakarta.
Pengertian
1. biota laut yang dijadikan tempat 2. Webster Dictionary
Oseanarium 2010.
penelitian, pelestarian, konservasi 3. Oxford Dictionary,
dan wahana wisata edukasi. 2009.

Perancangan Oceanarium
di Lamongan dengan
2. Segi Salinitas Akuarium air laut Pendekatan Arsitektur
Biomorfik (Ganda
Herlambang Prayogi,
2019)
Perancangan Oceanarium
di Lamongan dengan
3. Segi Temperatur Akuarium tropis Pendekatan Arsitektur
Biomorfik (Ganda
Herlambang Prayogi,
2019)
Perancangan Oceanarium
di Lamongan dengan
4. Segi Spesies Ekotype tank Pendekatan Arsitektur
Biomorfik (Ganda
Herlambang Prayogi,
2019)
Perancangan Oceanarium
di Lamongan dengan
Akuarium untuk penelitian dan
5. Segi Fungsi Pendekatan Arsitektur
umum Biomorfik (Ganda
Herlambang Prayogi,
2019)
Strategi Convention on Biological
6. Konservasi Ex-Situ Diversity 3nd (United
Konservasi
Nation, 2005)
a. Penentuan lokasi
b. Standar dan jenis biota laut
c. Bentuk oseanarium Konservasi Biota Laut
Kriteria sebagai Dasar
7. d. Ukuran oseanarium Perancangan Oseanarium
Konservasi
e. Sistem utilitas dan penyediaan air di Pangandaran (Nisrina
Nadya dkk, 2018)
laut.

Lobby yang besar, sirkulasi masuk


dibuat transisi, terdapat papan Organizing a Public
Desain Aquarium: Objectivies,
8. informasi, jalan sirkulasi harus rata, Design, Operation and
Oseanarium
akhir sirkulasi di oseanarium Missions a Review (M.
Karydis, 2011)
mengarah ke toko dekat pintu keluar,

30
pengunjung tidak bisa mengakses
area privat, dan persyaratan ruang
utilitas dan gudang ahrus
dipertimbangkan dengan baik.
Organizing a Public
Aquarium: Objectivies,
9. Lokasi Site Harus dekat laut. Design, Operation and
Missions a Review (M.
Karydis, 2011)
Mempunyai kualitas air tinggi untuk
pasokan air mengisi akuarium,
populasi hewan yang dikonservasi,
Kriteria Lokasi membentuk sumber organisme yang Organizing a Public
Aquarium: Objectivies,
10. untuk baik, bebas dari penyakit endemik Design, Operation and
Oseanarium dan parasit, populasi mikrobiologis Missions a Review (M.
Karydis, 2011)
dan kemungkinan patogen, akses
menuju site harus dekat kota dan
angkutan umum regular.
Konsentrasi bahan tersuspensi sangat
rendah, kekurangan beban mikroba
Organizing a Public
Kriteria Air Laut patogen, keberadaan organisme Aquarium: Objectivies,
11. Design, Operation and
di Oseanarium pembusuk yang terbatas, tidak
Missions a Review (M.
adanya polutan air, suhu air kurang Karydis, 2011)
dari 20oC sepanjang tahun.
Metode yang digunakan adalah
Abstraksi Sub-Pasir, karena air
Sungai Kahayan akan diubah menjadi
air laut sintetis. Dan juga alasan
Metode untuk
metode ini dipilih adalah karena Organizing a Public
Memenuhi Aquarium: Objectivies,
12. kedalaman Sungai Kahayan hanya 7 Design, Operation and
Kebutuhan Air
meter, sehingga meminimalisir air Missions a Review (M.
Laut Karydis, 2011)
yang mengandung bahan yang
tersuspensi.

Jenis Sirkulasi di Time Saver Standards for


Sirkulasi mengalir dengan pintu akhir
13. Dalam Building Types 2nd
yang memiliki pusat perbelanjaan. Edition (Joseph De
Osenarium Chiaran, 1983)
Lebar Sirkulasi di Time Saver Standards for
14. Untuk lorong, minimal 6 kaki Building Types 2nd
Dalam
Edition (Joseph De

31
Oseanarium Chiaran, 1983)
Pencahayaan buatan, karena cahaya
Pencahayaan di Time Saver Standards for
alami tidak boleh masuk ke dalam
15. Dalam Building Types 2nd
bangunan yang mempiliki banyak Edition (Joseph De
Oseanarium Chiaran, 1983)
akuarium laut.
Material Tangki Time Saver Standards for
16. Display di Fiber glass Building Types 2nd
Edition (Joseph De
Oseanarium Chiaran, 1983)
Matang dalam perencanaan volume
dan utilitas penyediaan air laut,
semua tangki memiliki pompa yang
dapat dilepas, letak pipa utama
Penyediaan Air Time Saver Standards for
berada di atas tangki display, katup
17. Bersih di Building Types 2nd
keran memiliki ketinggian 7 kaki di Edition (Joseph De
Oseanarium Chiaran, 1983)
atas lantai kerja, memiliki pompa
yang dapat dilepas, pipa pasokan
utama berada di atas tangki display,
katup keran 7 kaki di atas lantai kerja
Tangki karantina mempunyai katup
Drainase
pembuangan sesudah dilakukan Time Saver Standards for
Pembuangan Air
18. prosedur perawatan, lantai kerja Building Types 2nd
Kotor di Edition (Joseph De
dimiringkan sedikit ke arah salurah Chiaran, 1983)
Oseanarium
pembuangan.
Tempat parkir memadai, pola
sirkulasi mengalir, penempatan
Perencanaan Time Saver Standards for
tangki display tidak monoton,
19. Pembangunan pegangan tangan sejauh 3 kaki antara Building Types 2nd
Edition (Joseph De
Oseanarium tangki display dan pengunjung serta Chiaran, 1983)
menyatu dengan struktur bangunan.

Tinggi lantai kerja 3 kaki, tangki


kecil dan besar ditempatkan secara
berbeda, ruang karantina berada di
belakang ruang display, tangki
Time Saver Standards for
memiliki sirkulasi masing-masing,
20. Area Operasi Building Types 2nd
katup pemutus ditempatkan Edition (Joseph De
Chiaran, 1983)
disepanjang jalur suplai utama,
peralatan listrik tidak boleh diletakan
didekat lantai,perlengkapan di atas
tangki harus dilindungi untuk

32
menghindari kerusakan, alat
pembersih harus dari kayu,
permukaan lantai kerja tidak boleh
licin, bahan anti air digunakan
disemua tempat yang berdekatan
dengan tangki, disediakan gudang
untuk tempat benda-benda yang
sering dipakai.
Resilient Architecture :
Adaptasi a. Sistem jalur evakuasi The Application Resilient
Architecture dalam
21. Gangguan Faktor b. Bentuk dasar simetris Perancangan Oseanarium
Eksternal c. Materi berdaya tahan di Parangtritis (R.Putri,
2018)
d. Sistem struktur tahan gempa
Tabel 2.7 Kesimpulan Tinjauan Pustaka

33
BAB III
STUDI BANDING

3.1 SeaWorld Ancol, Jakarta.


SeaWorld Ancol adalah sebuah miniatur pesona laut yang berada di Ancol,
Jakarta. SeaWorld Ancol memiliki 3 misi yang diusung, yaitu: pendidikan,
konservasi dan hiburan, sehingga SeaWorld memiliki tampilan akuarium maupun
wahana yang memberikan pesan tersendiri.

Gambar 3.1 Lokasi dan Bangunan Seaworld Ancol Jakarta (Hal. 56)
Sumber : Arief Wahyu N H (2015)

SeaWorld Ancol mulai dibangun tanggal 2 Oktober 1992 pada masa


pemerintahan Gubernur DKI Wiyogo Atmodarminto. Pada tanggal 3 Juni 1994,
SeaWorld resmi beroperasi dan dibuka untuk umum. Seaworld Ancol memiliki
luas area sebanyak 3 Hektar tetapi untuk luas bangunan utamanya sebesar 4.500
m2. Bangunan utama meliputi akuarium, komputer edukatif touch screen, serta
berbagai fasilitas lainnya seperti toko souvenir, ruang makan dan aula serba guna.
SeaWorld Ancol memiliki kurang lebih 7.300 biota air tawar meliputi 48
spesies ikan, 1 spesies reptil hingga biota laut, termasuk 11.500 biota, termasuk
138 spesies reptil. Biota ini dipajang di 28 area display yang terbagi menjadi 9
akuarium air tawar, 19 akuarium, dan 4 kolam terbuka.

34
3.1.1 Analisis Bangunan SeaWorld Ancol, Jakarta
a. Struktur Organisasi PT. SeaWorld Ancol, Jakarta

Gambar 3.2 Organisasi PT. SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 57)


Sumber : Arief Wahyu N H (2015)

35
b. Analisa Penggunaan Fasilitas (Pengunjung)

Gambar 3.3 Analisa Penggunaan Fasilitas Pengunjung SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 57)
Sumber : Arief Wahyu N H (2015)

c. Analisa Penggunaan Fasilitas (Pengelola)


Pengelola Akuarium
laut terbagi atas :

✔ Pegawai biasa.
✔ Kurator
(akuaris).
✔ Teknisi
akuarium.
✔ Dokter biologi.

Gambar 3.4 Analisa Penggunaan Fasilitas Pengunjung SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 57)
Sumber : Arief Wahyu N H (2015)

36
d. Denah Bangunan SeaWorld Ancol, Jakarta
Lantai
Dasar

Lantai 1

Gambar 3.5 Denah SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 15)


Sumber : Anis Wulandari (2019)

Pada bangunan SeaWorld Ancol terbagi menjadi dua lantai, yaitu


lantai dasar dan lantai 1. Pada lantai dasar dikhususkan untuk area
akuarium raksasa serta fasilitas penunjang (food court, toko souvenir,
dll). Sedangkan pada lantai 1 dikhususkan untuk ruang multimedia center
(semi privat), toilet (semi privat) dan area pengelola (privat).

37
e. Analisa Sirkulasi Pengunjung SeaWorld Indonesia

Gambar 3.6 Denah Sirkulasi Pengunjung SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 15)
Sumber : Anis Wulandari (2019)

f. Analisa Zoning Ruang dan Blocking

Gambar 3.7 Denah Zoning Ruang SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 16)
Sumber : Anis Wulandari (2019)

Gambar 3.8 Denah Blocking Ruang SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 17)
Sumber : Anis Wulandari (2019)

38
Tabel zonasi ruang di Bangunan SeaWorld Ancol :

Zoning
No. Kebutuhan Ruang
Ruang
✔ Food court
✔ Gift Shop
✔ Toilet
1 Zona Publik ✔ Mushola
✔ Ticket box
✔ Tempat penitipan barang
✔ Costumer service
✔ Tribun
✔ Auditorium
✔ Perpustakaan
✔ Mushola (dalam bangunan)
Zona Semi
2 ✔ Kolam sentuh
Privat
✔ Ruang penutup
✔ Ruang display
✔ Ruang multimedia center
✔ Toilet
✔ Fungsi Administrasi (Kantor Pengelola) :
Ruang manager, ruang sekretaris, ruang rapat,
ruang karyawan, ruang tamu, dapur, musholla
dan toilet.
3 Zona Privat ✔ Fungsi Perawatan :
Ruang kurator, aquarist, laboratorium, gudang
barang, gudang makanan, tangki karantina,
tangki filtrasi, dan ruang kerja akuarium air
tawar.
✔ Area Utilitas & Elektrikal :
4 Zona Service ✔ Ruang bongkar muat, genset, bengkel, ozonasi,
filter, pompa, ruang jaga dan toilet.
Tabel 3.1 Zonasi Ruang SeaWorld Indonesia
Sumber : Anis Wulandari, 2019 (Hal. 17-18)

39
1. Fasilitas Ruang Sea World di Ancol
a. Akuarium Utama

Gambar 3.9 Akuarium Utama di SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 60)


Sumber : Arief Wahyu (2019)

Di dalam akuarium utama terdapat 3.500 spesies ikan laut


Indonesia yang dipelihara disini (37% dari jumlah jenis spesies ikan laut
di dunia). Ukuran akuarium ini mencapai 36 x 24 m, dan di dalamnya
bervariasi dari 4,5 meter hingga 6 meter dan menyimpan 5 juta liter air
asin. Karena besarnya akuarium utama ini tercatat sebagai akuarium air
asin terbesar di Asia Tenggara
b. Akuarium Ekosistem Laut
Di dalam akuarium ini berisi koral dan sponge yang
memperlihatkan keindahan biota dalam laut.

Gambar 3.10 Akuarium Ekosistem Laut di SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 60)
Sumber : Arief Wahyu (2019)

40
c. Akuarium Air tawar
Di dalam akuarium ini dilengkapi dengan koleksi-koleksi satwa air
tawar dari seluruh dunia, termasuk diantaranya piranha dari sungai
Amazon dan belut listrik.

Gambar 3.11 Akuarium Air Tawar di SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 61)
Sumber : Arief Wahyu (2019)

d. Aquarium Dugong
Di dalam akuarium ini berisi ikan duyung (dugong).

Gambar 3.12 Akuarium Dugong di SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 61)


Sumber : Arief Wahyu (2019)

e. Photo Spot
Di area pengunjung dapat melakukan foto diri untuk membawa
sesuatu yang berkesan untuk di bawa pulang sebagai kebanggan
tersendiri setelah mengunjungi sea world ini.

Gambar 3.13 Photo Spot di SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 61)


Sumber : Mediaindo.co.id (2020)

41
f. Kolam Garra Rufa
Kolam yang berisi spesies ikan dokter, yaitu jenis ikan terapi untuk
penderita penyakit kulit. Ikan ini memakan sel kulit mati, sehingga
membantu penyembuhan pasien penyakit kulit.

Gambar 3.14 Kolam Garra Rufa (Hal. 61)


Sumber : fish-ok.blogspot.com (2018)

g. Kolam Bayi Buaya


Dikolam ini terdapat bayi-bayi buaya muara. Bersama dengan staff
SeaWorld Indonesia untuk memberi makan bayi buaya tersebut dengan
memakai tongkat panjang.

Gambar 3.15 Kolam Bayi Buaya di SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 62)
Sumber : Arief Wahyu (2019)

42
h. Kolam Sentuh
Dalam area ini bersama staff SeaWorld Indonesia juga bisa
memberi makan hewan. Dengan menggunakan tongkat, pengunjung
dapat memberi makan ikan hiu dan penyu.

Gambar 3.16 Kolam Sentuh di SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 62)


Sumber : Arief Wahyu (2019)

i. Kolam Kerondong
Rekahan dan lubang yang ada di terumbu karang merupakan
tempat tinggal kerondong. Hewan laut yang lengah dan berada dekat
rekahan merupakan mangsa mereka.

j. Toko Cenderamata
Di area ini tempat membeli berbagai macam oleh-oleh atau buah
tangan khas Sea World.

Gambar 3.17 Toko Cenderamata di SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 63)


Sumber : Arief Wahyu (2019)

43
k. Lorong Antasena
Lorong antasena adalah lorong bawah air sepanjang 80 meter yang
dioperasikan dengan pijakan berjalan otomatis dengan kubah tembus
pandang. Memungkinkan pengunjung untuk menikmati pemandangan
“bawah laut” tanpa harus khawatir tersandung saat menengadah ke atas
untuk melihat ikan.

Gambar 3.18 Lorong Antasena di SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 63)


Sumber : Arief Wahyu (2019)

l. Perpustakaan
Setelah selesai menikmati pengalaman langsung melihat kehidupan
bawah laut, maka di bangunan ini disediakan ruang perpustakaan yang
berisikan tentang informasi seputar biota yang dipamerkan ataupun
mengenai informasi dunia air.

m. Food Court
Pengunjung dapat memilih hidangan ringan atau snack di food court,
atau makan siang / malam di restoran Seafood yang dindingnya
dirancang sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat menikmati
wisata bawah air.

n. Komputer Layar Sentuh


lokasi ini tempat edukasi untuk pengunjung. Benda ini diletakkan di
berbagai tempat sehingga pengunjung dapat menikmati fasilitas
tambahan tanpa melupakan fasilitas utamanya. Pada komputer layar
sentuh ini menyajikan kuis kelautan yang menarik.

44
3.1.2 Kajian Kriteria Oseanarium di Bangunan SeaWorld Ancol, Jakart
Bangunan SeaWorld Ancol sebagai studi banding dari proposal Oseanarium Biota
Laut di Kota Palangka Raya, maka harus dilakukan beberapa kajian untuk menilai
apakah bangunan SeaWorld Ancol telah memenuhi standar dari teori jurnal ilmiah
Organizing a Public Aquarium: Objectives, Design, Operation and Mission
(Karydis, 2011), dan buku Time Saver Standards for Building Types 2nd Edition
(De Chiara, 1973) menurut jurnal ilmiah Nisrina Nadya (Konservasi Biota Laut
sebagai Bentuk Dasar Perancangan Oseanarium di Pangandaran, 2018).
1. Penentuan Lokasi
Kriteria penentuan lokasi oseanarium harus berada dekat dengan laut
sehingga memudahkan dalam mencari sumber air laut. Pertimbangan
tentang faktor lingkungan dan kualitas air menjadi penentu ketahanan
hidup biota laut di dalam oseanarium.
✔ Hasil Kajian Lokasi di Bangunan SeaWorld Ancol, Jakarta :
Lokasi bangunan SeaWorld Ancol berada dekat dengan Laut Jawa.

Gambar 3.19 Peta Lokasi SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 56)


Sumber : Arief Wahyu (2019)

45
2. Kriteria Jenis Biota Laut yang Dikonservasikan
Sesuai dengan PP PI Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Presiden Republik Indonesia pasal 8 Nomor 4
mengenai pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya (ex-
situ).
✔ Hasil Kajian Jenis Biota Laut yang Dikonservasikan di Bangunan
SeaWorld Ancol, Jakarta :
Dalam usaha memperkenalkan kehidupan biota yang hidup di
alam, SeaWorld ANcol memiliki sekitar 7.300 ekor biota air tawar
yang terdiri dari 48 jenis ikan, 1 jenis reptil sampai biota perairan
laut yang terdiri dari 48 jenis ikan, 1 jenis reptil sampai biota
perairan laut yang terdiri dari 11.500 ekor biota yang terdiri dari
138 jenis ikan dan vertebrata serta 3 jenis reptil. Biota-biota
tersebut ditampilkan dalam 28 display yang terbagi atas 9
akuarium atau wahana memiliki tema khusus untuk memberikan
nuansa tersendiri dalam pesan yang disampaikannya.
(Goersapp.com, SeaWorld Ancol Regular).

3. Bentuk Akuarium
Kriteria di Bangunan oseanarium adalah dalam pemilihan bentuk
akuarium pada bangunan disesuaikan dengan jenis biota yang
dikonservasikan.
✔ Hasil Kajian Bentuk Akuarium di Bangunan SeaWorld Ancol,
Jakarta :
menurut jurnal ilmiah Nisrina Nadya (Konservasi Biota
Laut sebagai Bentuk Dasar Perancangan Oseanarium di
Pangandaran, 2018) pemilihan bentuk akuarium pada bangunan
disesuaikan dengan jenis biota laut yang dipamerkan dan
dikonservasi. Beberapa kriteria dipenuhi dengan jenis biota yang
bersesuaian dengan struktur dan bentuk akuarium, yakni: (1)
Tangki besar berisikan komunitas ikan tertentu untuk menghindari
kesan tampilan yang membosankan; (2) Penempatan tangki display

46
yang berada di titik sudut akan menarik perhatian pengunjung; (3)
Tangki display harus dirancang agar tidak memiliki garis yang
monoton seperti panel kaca persegi, dan (4) tiap tangki display
juga harus memiliki sirkulasi air sendiri.
Bentuk akuarium dengan sisi melengkung ditujukan untuk
mempermudah sistem arus buatan pada akuarium agar lebih
merata. Fungsi arus adalah untuk memberikan kemerataan dengan
adanya perputaran lapisan pada akuarium sehingga oksigen dapat
merata di berbagai lapisan. Aquarium tanpa arus akan
menyebabkan ikan berenang di permukaan karena banyaknya
oksigen.

4. Sistem Utilitas dan Pengadaan Air Laut


Sistem utilitas untuk pengadaan air laut di SeaWorld Ancol adalah sebagai
berikut :
✔ Perlakuan pencegahan penyakit :
Peredaman silang : air tawar salinitas 15 ppt dan pormail 2 cc/100
ltr, air laut salinitas 20 ppt dan pormalin 2 cc/100 liter.
✔ Pengelolaan air laut :
o Pengelolaan sumber air laut baru.
o Pengelolaan sumber air tawar baru.
o Sirkulasi dalam akuarium.
o Standar kualitas air.
o Pemeriksaan kualitas air.
Keterangan :
1. Air Laut
2. Air Laut Difilter Secara Mekanik
3. Air Laut Didesinfeksi dengan O3
4. Air Laur Kaya O3 Dinetralkan kembali
Air Laut Diendapkan
Air Laut Siap Pakai.

Gambar 3.20 Diagram Running Sistem Air di SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 56)

47
Sumber : Arief Wahyu (2019)

3.2 Sendai Umino-Mori Aquarium, Japan


Akuarium Sendai Umino-Mori dibuka pada tahun 2015 sebagai penerus
Aquarium Marinepia Matsushima, yang telah dibuka selama 88 tahun. Akuarium
ini terletak di daerah tepi laut Sendai Timur dimana terdapat banyak industri
komersial. Bangunan akuarium Sendai Umino-Mori memiliki stadion terbuka
terbesar di Tohoku.

Gambar 3.21 Eksterior Bangunan Umino-Mori Aquarium, Japan


Sumber : Discover Sendai

Bangunan ini mempunyai 2 lantai dengan 100 tangki ikan. Di dalam gedung
juga terdapat kolam pertunjukan lumba-lumba dan singa laut yang dapat
menampung sekitar 1.000 orang. Luas site ini adalah 27.440 m2, dengan luas
bangunan adalah 8000 m2.

48
3.2.1 Analisis Ruang di Bangunan Akuarium Sendai Umino-Mori, Japan
1. Lantai Dasar

Gambar 3.22 Lantai Dasar Bangunan Umino-Mori Aquarium, Japan


Sumber : http://www.uminomori.jp/umino/en/index.html, 2015

Pembagian Ruang :
No. Nama Ruang dan Keterangan Gambar
The Submarine Forest of Maboya
Jepang Ascidians, Kumpulan ikan,
dan sinar matahari bergabung untuk
1 menciptakan pemandangan yang indah
dan mistis. Pengunjung bisa menikmati
Gambar 3.23 The Submarine Forest of
sambil memandangnya. Maboya
Sumber :
http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

Sparkling of Life
Tangki air yang bermandikan sinar
2
matahari, besar, dan indah tampak
seolah-olah dipotong dari laut Sanriku. Gambar 3.24 Sparkling of Life
Sumber :
http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

Oyashio, Cold Current


Bagian ini menyajikan kehidupan
3 laut yang penuh warna dan indah dengan
ciri khas individualitas yang ditemukan Gambar 3.25 Oyashio, Cold Current
Sumber :
di laut dingin. http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

Irodori, Sea of Seaweed


Bagian ini menampilkan lingkungan
4 laut Sanriku yang unik yang kaya akan
tanaman laut berwarna-warni dan Gambar 3.26 Irodori, Sea of Seaweed
Sumber :
memperkenalkan alat tangkap penyelam http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

49
wanita dan sebagainya.
Tairyo, Great Fish
Selain tangki air yang mewakili lautan
5 yang luar biasa, pemandangan pasar
ikan dan pendaratan ikan juga dipajang. Gambar 3.27 Tairyo, Great Fish
Sumber :
http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

Sea of Blessing
Bagian ini menyajikan teluk yang dalam
6 dengan ekosistem yang kaya melalui
pameran langsung seperti lokakarya. Gambar 3.28 Naiwan, Sea of Blessing
Sumber :
http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

Amamo, Sea Cradel


Pengunjung secara fisik dapat
7 mengalami tempat tidur eelgrass
fantastis yang menarik berbagai jenis Gambar 3.29 Amamo, Sea Cradel
Sumber :
makhluk hidup. http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

Higate, Cultivating Sea Life


Pengunjung dapat mengamati dunia
8 dataran pasang surut melalui lubang di
tangki air setinggi mata dengan makhluk Gambar 3.30 Higate, Cultivating Sea Life
Sumber :
kecil yang tinggal di sana. http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

Shinkai, Deep Sea


Bagian ini menampilkan hagfish dan
9
makhluk lain yang hidup di kedalaman
Gambar 3.31 Shinkai, Deep Sea
200 m atau lebih. Sumber :
http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

UMINO-MORI LAB
Laboratorium ini bekerja untuk
10 memproduksi kehidupan laut yang
langka di wilayah tersebut dan Gambar 3.32 UMINO-MORI LAB
Sumber :
menyampaikan informasi tentangnya. http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

The Hirose River, the Source


Pengunjung dapat secara fisik
11 merasakan perubahan empat musim
melalui pameran yang berfokus pada Gambar 3.33 The Hirose River, the Source
of Sea
lingkungan sungai. Sumber :
http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

Tabel 3.2 Ruang Lantai Dasar Bangunan Umino-Mori Aquarium,


Japan

50
2. Lantai 1

Gambar 3.34 Lantai 1 Bangunan Umino-Mori Aquarium, Japan


Sumber : http://www.uminomori.jp/umino/en/index.html, 2015

Pembagian Ruang :
No. Nama Ruang dan Keterangan Foto

UMINO-MOR
Stadium Stadion ini menampilkan
pertunjukan lumba-lumba dan singa laut
yang paling energik di wilayah Tohoku. Gambar 3.35 UMINO-MOR Stadium
Sumber :
http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

The Gallery for People


Galeri ini menampilkan dukungan dan
kerjasama yang telah diterima
12.
masyarakat Tohoku dari berbagai negara
Gambar 3.36 The Gallery for People
di dunia sejak Gempa Besar Jepang Sumber :
http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
Timur. ml, 2015

Scene I Oceania
Ikan-ikan cantik dari Great Barrier Reef,
13.
penguin peri, dan organisme laut lainnya Gambar 3.37 Scene I Oceania
Sumber :
dipamerkan. http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

Scene II Europe
Adegan II memamerkan berbagai makhluk
14.
hidup di Eropa seperti anjing laut Baikal
Gambar 3.38 Scene II Europe
dan Sturgeon. Sumber :
http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

51
Scene III Africa
Bagian ini menampilkan berbagai
15.
macam ikan (seperti lungfish), amfibi,
Gambar 3.39 Scene III Africa
dan reptil. Sumber :
http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

Scene IV North America and South


America
Bagian Amerika memamerkan
16.
kehidupan laut yang berwarna-warni
seperti lumba-lumba Commerson dan Gambar 3.40 Scene IV North America and
South America
Sumber :
kumpulan neon tetra. http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

Scene V Asia
Makhluk hidup dengan ciri khas seperti
17.
Archerfish dan belut taman Spotted
Gambar 3.41 Scene V Asia
dipajang. Sumber :
http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

Our Mother Sea


Pengunjung dapat menikmati kehidupan
18.
laut dari perspektif yang berbeda dari
lantai pertama. Gambar 3.42 Our Mother Sea
Sumber :
http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

Communication Wall
Communication Wall menyediakan
papan buletin yang menghubungkan
19.
pengunjung dan Aquarium saat mereka
Gambar 3.43 Communication Wall
menikmati menciptakan pemandangan Sumber :
http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
laut yang indah. ml, 2015

Jellyfish Room
Kumpulan ubur-ubur yang menari
20.
perlahan di tangki air memberikan ruang
Gambar 3.44 Jellyfish Room
penyembuhan. Sumber :
http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

Plaza of Marine Animals


Pengunjung dapat berinteraksi lebih dekat
dengan hewan dari Amerika Selatan, yaitu
Gambar 3.45 Plaza of Marine Animals
singa laut dan pinguin Sumber :
http://www.uminomori.jp/umino/en/index.ht
ml, 2015

Tabel 3.3 Ruang Lantai Satu Bangunan Umino-Mori Aquarium,


Japan

52
3.2.2 Kajian Kriteria Oseanarium di Bangunan Churaumi Okinawa, Japan

Akuarium Sendai Umino-Mori sebagai studi banding ke-2 dari proposal


Oseanarium Biota Laut di Kota Palangka Raya, maka harus dilakukan beberapa
kajian untuk menilai apakah Akuarium Sendai Umino-Mori telah memenuhi
standar dari teori jurnal ilmiah Organizing a Public Aquarium: Objectives,
Design, Operation and Mission (Karydis, 2011), dan buku Time Saver Standards
for Building Types 2nd Edition (De Chiara, 1973) menurut jurnal ilmiah Nisrina
Nadya (Konservasi Biota Laut sebagai Bentuk Dasar Perancangan Oseanarium
di Pangandaran, 2018).
5. Penentuan Lokasi
Kriteria penentuan lokasi oseanarium harus berada dekat dengan laut
sehingga memudahkan dalam mencari sumber air laut. Pertimbangan
tentang faktor lingkungan dan kualitas air menjadi penentu ketahanan
hidup biota laut di dalam oseanarium.
✔ Hasil Kajian Lokasi di Bangunan Akuarium Sendai Umino-Mori:
Lokasi Bangunan Akuarium Sendai Umino-Mori dekat dengan
Laut Jepang.

Gambar 3.46 Peta Lokasi Bangunan Umino-Mori Aquarium, Japan


(Kotak Merah)
Sumber : Google Map, 2021

6. Kriteria Jenis Biota Laut yang Dikonservasikan


Sesuai dengan PP PI Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Presiden Republik Indonesia pasal 8 Nomor 4
mengenai pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya (ex-
situ).

53
✔ Hasil Kajian Jenis Biota Laut yang Dikonservasikan di Bangunan
Akuarium Sendai Umino-Mori :
o Lumba-Lumba Commerson dan lumba-lumba sirip dihuni
oleh individu yang diwarisi dari akuarium Marinepia
Matsushima dan ikan yang menghuni Sanriku.
o Akuarium berfokus pada pemeliharaan dan pameran hiu
biru.

7. Bentuk Akuarium
Kriteria di Bangunan oseanarium adalah dalam pemilihan bentuk
akuarium pada bangunan disesuaikan dengan jenis biota yang
dikonservasikan.
✔ Hasil Kajian Bentuk Akuarium di Bangunan Akuarium Sendai
Umino-Mori :
o Hiu biru dibiakkan dalam tangki silinder yang terpisah dari
tangki besar.
o Menurut jurnal ilmiah Nisrina Nadya (Konservasi Biota
Laut sebagai Bentuk Dasar Perancangan Oseanarium di
Pangandaran, 2018) pemilihan bentuk akuarium pada
bangunan disesuaikan dengan jenis biota laut yang
dipamerkan dan dikonservasi. Beberapa kriteria dipenuhi
dengan jenis biota yang bersesuaian dengan struktur dan
bentuk akuarium, yakni: (1) Tangki besar berisikan
komunitas ikan tertentu untuk menghindari kesan tampilan
yang membosankan; (2) Penempatan tangki display yang
berada di titik sudut akan menarik perhatian pengunjung;
(3) Tangki display harus dirancang agar tidak memiliki
garis yang monoton seperti panel kaca persegi, dan (4) tiap
tangki display juga harus memiliki sirkulasi air sendiri.
Bentuk akuarium dengan sisi melengkung ditujukan untuk
mempermudah sistem arus buatan pada akuarium agar lebih
merata. Fungsi arus adalah untuk memberikan kemerataan dengan

54
adanya perputaran lapisan pada akuarium sehingga oksigen dapat
merata di berbagai lapisan. Aquarium tanpa arus akan
menyebabkan ikan berenang di permukaan karena banyaknya
oksigen.

8. Sistem Utilitas dan Pengadaan Air Laut


Pada dasarnya, pengadaan air laut untuk memenuhi kebutuhan tangki
akuarium umumnya menggunakan metode yang sama, sehingga system
pengadaan air laut pada Bangunan Akuarium Sendai Umino-Mori
kemungkinan besar sama seperti di SeaWorld Ancol, Jakarta.
Sistem utilitas untuk pengadaan air laut di bangunan Akuarium adalah
sebagai berikut :
✔ Pengelolaan air laut :
o Pengelolaan sumber air laut baru.
o Pengelolaan sumber air tawar baru.
o Sirkulasi dalam akuarium.
o Standar kualitas air.
o Pemeriksaan kualitas air.
Keterangan :
1. Air Laut
2. Air Laut Difilter Secara Mekanik
3. Air Laut Didesinfeksi dengan O3
4. Air Laur Kaya O3 Dinetralkan kembali
Air Laut Diendapkan
Air Laut Siap Pakai.

Gambar 3.47 Diagram Running Sistem Air di SeaWorld Ancol, Jakarta (Hal. 56)
Sumber : Arief Wahyu (2019)

55
3.3 Tabel Kesimpulan Studi Preseden dan Studi Banding
Objek 2
Objek 1 (Sendai Umino-
Tanggapan /
No. Tinjauan (SeaWorld Mori
Kesimpulan
Ancol, Jakarta) Aquarium,
Jepang)
Luas Siteplan 3 hektar 27.440 m2 Luas siteplan
Luas 4.500 m 2
8.000 m2
minimal 30.000 m2
Bangunan dan luas bangunan
4.500 m2. Di
Indonesia untuk
menentukan luas
bangunan
menggunakan KDB
(Koefisien Dasar
Bangunan),
peraturan ini
disesuaikan dengan
peraturan daerah
masing-masing di
Indonesia.
Fasilitas  Zona Publik : Analisis  Zona Publik :
- Food court kesimpulan - Food court
- Gift shop “ruang yang - Gift shop
- Toilet diperlukan” - Toilet
- Mushola melalui - Mushola
- Ticket box observasi di - Ticket box
- Tempat video Youtube, - Tempat penitipan
penitipan dikarenakan di barang
barang literatur - Costumer service
- Costumer berbentuk  Zona Semi
service tulisan minim Privat:
 Zona Semi informasi. - Photo spot
Privat :  Zona Publik : - Tribun
- Photo spot - Food court - Auditorium
- Tribun - Gift shop - Perpustakaan
- Auditorium - Ticket box - Ruang display
- Perpusatakaan - Tempat - Ruang multimedia
- Ruang display penitipan center
- Ruang barang - Toilet
multimedia - Costumer  Zona Privat :
center service. - Ruang
- Toilet  Zona Semi administrasi
 Zona Privat : Privat : - Ruang perawatan
- Ruang - Ruang display - Laboratorium
administrasi - Ruang - Area utilitas dan
- Ruang multimedia elektrikal
perawatan - Stadium

56
- Area utilitas stadion
dan elektrikal - Galeri
„kenangan‟
- Plaza khusus
binatang yang
hidup di dua
alam (singa
laut dan
pinguin)
 Zona privat :
- Ruang
administrasi
- Ruang
perawatan
- Laboratorium
- Area utilitas
dan elektrikal
Jenis Ruang - Akuarium - Ruang transisi  Akuarium
Pamer utama - Akuarium - Akuarium laut
- Akuarium air utama - Akuarium sungai /
tawar - Akuarium air tawar
- Akuarium hewan laut - Akuarium dugong
dugong individualis - Akuarium hewan
- Kolam garra - Akuarium laut individualis
rufa “suasana laut” - Akuarium suasana
- Kolam bayi - Ruang display laut
buaya flora laut dan - Akuarium ubur-
- Kolam sentuh alat tangkap ubur
- Kolam penyelam  Kolam
kerondong - Ruang display - Kolam garra rufa
- Lorong deep sea - Kolam bayi buaya
antasena - Ruang - Kolam sentuh
- laboratorium - Kolam kerondong
hewan langka  Ruang Display
- Ruang biota - Ruang display
laut dari flora laut dan alat
tempat asal tangkap penyelam
- Akuarium - Ruang display
ubur-ubur deep sea
- Ruang display - Ruang display
hewan langka hewan langka dan
dan punah punah
- Ruang  Ruang Khusus
interaksi - Ruang interaksi
hewan amfibi hewan amfibi
(singa laut dan
pinguin)
Lokasi Dekat dengan Dekat dengan Lokasi akuarium

57
Laut Jawa Laut Jepang harus dekat dengan
laut.
Jenis Biota - Dugong - Lumba-lumba - Dungong
Laut di commerson - Lumba-lumba
Konservasi dan lumba- - Hiu biru
lumba sirip
- Hiu biru
Ukuran dan - Bentuk - Hiu biru - Bentuk akuarium
bentuk akuarium dibiakkan disesuaikan
Aquarium disesuaikan dalam tangki dengan jenis biota
dengan jenis silinder laut yang
biota laut yang terpisah dari dipamerka dan
dipamerka dan tangki besar. dikonsrvasi.
dikonsrvasi. - Bentuk - Bentuk akuarium
- Bentuk akuarium dengan sisi
akuarium disesuaikan melengkung.
dengan sisi dengan jenis
melengkung. biota laut yang
dipamerka dan
dikonsrvasi.
- Bentuk
akuarium
dengan sisi
melengkung.
Sistem Utilitas  Pengelolaan  Pengelolaan  Pengelolaan air
dan Pengadaan air laut : air laut : laut :
Air Laut - Pengelolaan - Pengelolaan - Pengelolaan
sumber air laut sumber air laut sumber air laut
baru. baru. baru.
- Pengelolaan - Pengelolaan - Pengelolaan
sumber air sumber air sumber air tawar
tawar baru. tawar baru. baru.
- Sirkulasi - Sirkulasi - Sirkulasi dalam
dalam dalam akuarium.
akuarium. akuarium. - Standar kualitas
- Standar - Standar air.
kualitas air. kualitas air. Pemeriksaan
Pemeriksaan - Pemeriksaan kualitas air.
kualitas air. kualitas air.

Tabel 3.3 Kesimpulan Studi Preseden dan Studi Banding

58
BAB IV
Kriteria Design

4.1 Tinjauan Umum Kota Palangka Raya


Palangka Raya adalah sebuah kota sekaligus ibu kota Provinsi Kalimantan
Tengah. Kota ini memiliki luas wilayah 2.853,12 km2, jumlah penduduk 2.662
jiwa (2020), dan kepadatan penduduk rata-rata 93,24 jiwa / km2.

4.1 Gambar Kota Palangka Raya


Sumber : mediaindonesia.com

Sebelum otonomi daerah tahun 2001, Kota Palangka Raya hanya memiliki
2 kabupaten, yaitu: Pahandut dan Bukit Batu. Secara administrasi Kota Palangka
Raya terdiri dari 5 kecamatan, yaitu: Pahandut, Jekan Raya, Bukit Batu, Sebangau
dan Rakumpit.
Palangka Raya merupakan salah satu tujuan wisatawan nasional dan
internasional ke Indonesia. Palangka Raya mempunyai sebuah panorama yang
menarik di sepanjang Sungai Kahayan. Palangka Raya terkenal sebagai salah satu
tujuan kota pariwisata yang mempunyai sebuah panorama yang menarik di
sepanjang Sungai Kahayan. Wilayah Palangka Raya dilewati oleh sebuah sungai
besar yaitu Sungai Kahayan yang merupakan salah satu faktor eksternal
pendukung potensi wisata (Bappeda Kota Palangka Raya: 2011).

59
4.1.1 Geografis dan Batas Wilayah Kota Palangka Raya
Kota Palangka Raya secara geografis terletak pada 113‟30‟- 114'07 Bujur
Timur dan 1o35‟- 2o24 Lintang Selatan, dengan luas wilayah 2.853,52
km2 (267.851 Ha) dengan topografi terdiri dari tanah datar dan berbukit dengan
kemiringan kurang dari 40%. Secara administrasi Kota Palangka Raya berbatasan
dengan :

Gambar 4.2 Tabel Administrasi Kota Palangka Raya


Sumber : Palangka Raya.go.id

4.1.2 Topografi Kota Palangka Raya


Dari segi topografi, seluruh wilayah kota Palangkaraya berada di bawah
100 meter di atas permukaan laut. kecamatan dengan luas wilayah tertinggi adalah
Kecamatan Rakumpit pada ketinggian ±75 mdpl, sedangkan kecamatan dengan
luas wilayah terendah adalah Kecamatan Sebangau pada ketinggian kurang dari
20 mdpl. Dilihat dari kemiringan lahannya, Kota Palangkaraya merupakan daerah
dengan kemiringan landai titik kemiringan tanah di bagian utara kota adalah 40%,
kemiringan di bagian selatan antara 0 - 8% dan ketinggiannya 16 - 25 mdpl.

4.1.4 Iklim Kota Palangka Raya


Suhu udara di wilayah Kota Palangka Raya berkisar antara 22o - 32o C
dengan tingkat kelembaban nisbi sebesar ±83%. Berdasarkan klasifikasi iklim
Koppen, kota Palangka Raya beriklim hutan hujan tropis dengan curah hujan yang
tinggi sepanjang tahun. Curah hujan tahunan di wilayah Palangka Raya berkisar
antara 2.300 - 2.700 mm per tahun dan jumlah hari hujan berada di antara 140
hingga 190 hari hujan per tahun.

60
4.2 Tinjauan Umum Kecamatan Pahandut
4.2.1 Geografi Kecamatan Pahandut
Kecamatan Pahandut merupakan salah satu dari 5 (lima) kecamatan yang
ada di Kota Palangka Raya memiliki luas 117,25 km2 dan medan yang datar,
rawa-rawa dan dilintasi oleh Sungai Kahayan.
- Sebelah Utara : Berbetasan dengan Kecamatan Kahayan Tengah.
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Sebangau.
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Sebangau.
- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Jekan Raya

4.2.2 Pemerintahan Kecamatan Pahandut


Pemerintah Kota Palangka Raya sebelumnya terdiri dari 2 (dua) kabupaten
dan 21 (dua puluh satu) kelurahan. Pada tahun 2003 dimekarkan menjadi 5 (ima)
kecamatan dan 30 (tiga puluh) kelurahan, sementara itu di Kecamatan Pahandut
yang sebelumnya terdiri dari 1 (satu) kecamatan dan 11 (sebelas) kelurahan,
dalam rangka mempercepat pelayan kepada masyarakat, maka pada tahun 2002
dimekarkan menjadi 3 (tiga) kecamatan, 16 (enam belas) kelurahan, dan
Kecamatan Pahandut terdiri dari 6 (enam) kelurahan yaitu :
- Kelurahan Pahandut (lama)
- Kelurahan Panarung (lama)
- Kelurahan langkai (lma)
- Kelurahan Tumbang Rungan (lama)
- Kelurahan Pahandut Seberang (baru)
- Kelurahan Tanjung Pinang (baru).

61
4.3 Kajian Kriteria Design Oseanarium Biota Laut di Kota Palangka Raya
Menganalisis bagaimana persyaratan wadah konservasi oseanarium yang
diperoleh dari teori M. Kardys, Jay Hemdal dan Joseph de Chiara bisa
direalisasikan di Kota Palangka Raya menurut jurnal ilmiah Nisrina Nadya
(Konservasi Biota Laut sebagai Bentuk Dasar Perancangan Oseanarium di
Pangandaran, 2018).
4.3.1 Penentuan Lokasi
Kriteria penentuan lokasi oseanarium harus berada dekat dengan laut
sehingga memudahkan dalam mencari sumber air laut. Pertimbangan tentang
faktor lingkungan dan kualitas air menjadi penentu ketahanan hidup biota laut di
dalam oseanarium.
Karena Kota Palangka Raya berlokasi tepat di tengah Pulau Kalimantan,
sehingga mengakibatkan jarak Kota Palangka Raya dengan laut sangat jauh. Maka
alternatif yang ditempuh adalah menempatkan bangunan oseanarium dekat
dengan sempadan sungai, sehingga air sungai bisa diubah menjadi air laut untuk
memenuhi kebutuhan di dalam tangki akuarium. Lokasi yang sesuai dengan
kriteria Bangunan Oseanarium di Kota Palangka Raya adalah di Kelurahan
Pahandut Seberang. Luas tapak ini adalah 80.000 m2

Gambar 4.3 Lokasi Oseanarium


Sumber : Google Map, 2021

Salah satu alasan kenapa Kelurahan Pahandut Seberang dipilih sebagai


lokasi oseanarium karena prospek perencanaan Pemerintah Kota Palangka Raya
adalah Kelurahan Pahandut Seberang sebagai salah satu aset wisata kota.
(Hamidah, Noor. Pengembangan Kawasan Wisata di Kelurahan pahandut
Seberang Kota Palangka Raya, 2018).

62
4.3.2 Kriteria Jenis Biota Laut yang Dikonservasikan
Sesuai dengan PP PI Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Presiden Republik Indonesia pasal 8 Nomor 4 mengenai
pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya (ex-situ).
2.4.1 Jenis Biota Laut untuk Dikonservasi
Terdapat dua tipe jenis biota yang akan di kembang biakan dan di rawat
dalam Bangunan Oseanarium di Kota Palangka Raya, yaitu biota laut yang
dikonservasi, dan biota laut yang dijadikan objek pamer.
 Biota Laut yang Dikonservasi
Berdasarkan jurnal ilmiah Konservasi Biota Laut sebagai Dasar
Perancangan Oseanarium di Pangandaran (Nisrina Nadya dkk, 2018) terdapat
tabel yang berisi biota laut yang terancam yang diuraikan sebagai berikut:

Nama Biota Status Konservasi dan karakteristik Gambar


a. Status perlindungan : sedang.
ditetapkan (Rawan punah-IUCN)
b. Makanan : Plankton
c. Tidak berbahaya bagi manusia.
d. Sebaran : Pulau Jawa bagian Timur.
e. Jenis pelestarian terbaik: Kebutuhan
peningkatan populasi ikan yang turun
Pari Manta
drastis (target penangkapan nelayan
(Manta
dan peluang pariwisata).
birostris)
f. Ukuran dewasa : terbesar 7 meter.
g. Analisis : ditetapkan pada
pemeliharaan, penangkaran untuk Gambar 4.4 Pari Manta
Sumber: buceplant.com
penambahan jumlah populasi, dan
meningkatkan potensi wisata. Bentuk
penangkaran akan diadakan satu
akuarium khusus untuk pari manta.
Hiu (blue a. Status perlindungan : rawan.
shark, hiu b. Ancaman : manusia, perburua sirip,
martil, hiu dianggap sebagai predator.
sirip hitam, c. Sebaran : seluruh Indonesia.
hiu sirip d. Ukuran maksima 2 meter (bukan Hiu
putih) Putih).
e. Cara konservasi terbaik melalui
(Yang penangaran dan periwisata hiu
dikonservasi dikarenakan ancaman ikan yang
di menjadi buruan nelayan. Gambar 4.5 Hiu Sirip Hitam
Oseanarium f. Analisis : penempatan hiu akan Sumber: tokopedia.com

Palangka diwadahi sebagai penangkaran dalam


Raya adalah akuarium khusus hiu dan ditempatkan

63
jenis Hiu pada jenis konservasi pemeliharaan
Sirip Hitam) dan penangkaran.
a. Status perlingungan : menuju
kepunahan berdasarkan The World
Conservation Union (IUCN) 1996.
b. Persebaran wilayah : Sumatera, Jawa,
Kaimantan, Sulawesi, Bali, NTT,
Papua Barat dan Maluku.
c. Panjang dewasa : 2.4 – 3 meter.
d. Berat dewasa : 230 – 908 kg (Skalatis,
2007).
Dugong
e. Makanan : jenis lamun (30 kg – 50 kg/
hari).
f. Melahirkan satu ekor anak dalam Gambar 4.6 Dugong
Sumber: ekor9.com
kurun waktu 9-10 tahun.
g. Proses pelestarian terbaik: melalui
pemeliharaan, tetapi untuk
penangkaran akan membutuhkan watu
lama mengingat proses
pengembangbiakannya.
a. Status konservasi : terancam.
b. Sebaran : Hampir di setiap habitat
laut di Indonesia.
c. Fleksibel dengan kondisi lingkungan
air.
d. Ancaman : banyaknya penangkapan,
Lumba-
tindak eksploitasi.
Lumba
e. Jenis pelestarian terbaik :
pemeliharaan, namun tanpa adanya
egiatan atraksi. Kegiatan atraksi
Gambar 4.7 Lumba-Lumba
hanya diwadahkan dalam laut Sumber: suara.com
sehingga ontak lumba-lumba hanya
pada akuarium dan penyelam.
Tabel 4.1 Status Biota Laut yang di Konservasi

64
2. Biota Laut sebagai Objek Pamer
Biota laut yang akan dipelihara di Oseanarium Biota Laut di Kota Palangka Raya
adalah biota laut yang hidup dikedalaman 200 meter, dan ini merupakan data-data
biota laut yang hidup di perairan laut kurang dari kedalaman 200 meter.

1. Daerah Pasang Surut (Intertidal Zone)

Gambar 4.8 Black Gambar 4.9 Crab Gambar 4.10


Faced Benny Sumber: alamy.com
Starfish
Sumber: alamy.com Sumber: theconversation.com

Gambar 4.11 Shrimp Gambar 4.12 Whelk Gambar 4.13


Sumber: buceplant.com Sumber: commons.wikimedia.org
Hermit Crab
Sumber: nationalgeographic.com

Gambar 4.16
Gambar 4.14 Brittle Anemon Laut
Gambar 4.15 Bivalves
Star Sumber: thoughtco.com Sumber:
Sumber: pinterest.com goodnewsfromindonesia.com

Sumber : Perancangan Oceanarium di Lamongan dengan Pendekatan Arsitektur Biomorfik


(Ganda Herlambang Prayogi, 2019).
Tabel 4.2 Biota Laut sebagai Objek Pamer Daerah Pasang Surut (Intertidal Zone)

65
2. Daerah Lepas Pantai (Oceanic Zone)

Gambar 4.19
Gambar 4.17 Black and Gambar 4.18 Ocellaris Yellowstripe
White Ocellarish Clown Clown Fish maroon clown fish
Fish Sumber: en.wikiedia.org.com Sumber:
Sumber: reefbuilders.com aquaticstoyourdoor.co.uk

Gambar 4.22
Gambar 4.20 Racoon Gambar 4.21 Sunburn
Tinkeri Butterfly
Butterfy Fish Butterfly Fish
Sumber: reefbuilders.com Sumber: landofszie.com Fish
Sumber: pinterest.com

Gambar 4.23 Ikan Gambar 4.24 Ikan Gambar 4.25 Ikan


Kerapu Tikus Kerapu Bara Kerapu Kertang
Sumber: Sumber: curve-watersports.com
Sumber: tanipedia.co.id
nmaquaenterprise.blogspot.com

Gambar 4.28
Gambar 4.26 Russels Gambar 4.27 Radiata
Voliata Lion Fish
Lion Fish Lion Fish Sumber: niabizoo.com
Sumber: reefguide.org Sumber: freshmarine.com

Gambar 4.30 Humu Gambar 4.31 Niger


Gambar 4.29 Clown
Picasso Triger Fish Trigger Fish
Trigger Fish Sumber: liveawuaria.com
Sumber: coralkeyscuba.com Sumber: fishsofaustralia.net.au

66
Gambar 4.34
Gambar 4.32 Pink Tail Gambar 4.33 Red Tail Unduate Trigger
Trigger Fish Trigger Fish
Sumber: churaumi.okinawa Fish
Sumber: pinterest.com Sumber: aquariumdomain.com

Gambar 4.37 Blonde


Gambar 4.36 Black
Gambar 4.35 Achilles Naso Tang Fish
Longnose tang Fish Sumber: sydneydiscusworld.com
Tang Fish Sumber: tankfact.com
Sumber: youtube.com

Gambar 4.39 Black Gambar 4.40 Blonde


Gambar 4.38 Achilles Longnose tang Fish Naso Tang Fish
Tang Fish Sumber: tankfact.com Sumber: sydneydiscusworld.com
Sumber: youtube.com

Gambar 4.43
Gambar 4.41 Convict Gambar 4.42 Naso Powder Blue Tang
Tang Fish Tang Fish Fish
Sumber: youtube.com Sumber: tankfact.com Sumber: sydneydiscusworld.com

Gambar 4.44 Powder


Brown Tang Fish Gambar 4.45 Regal Gambar 4.46 Sailfin
Sumber: youtube.com Tang Fish Tang Fish
Sumber: tankfact.com Sumber: sydneydiscusworld.com

Gambar 4.48 Yellow Gambar 4.49


Gambar 4.47 Scopas Bristletooth Tang
Tang Fish Tang Fish
Sumber: youtube.com Sumber: tankfact.com Fish
Sumber: sydneydiscusworld.com

67
Gambar 4.50 Red Gambar 4.52 Green
Gambar 4.51 Spotted
Mandarin Fish Mandarin Fish
Mandarin Fish Sumber: sydneydiscusworld.com
Sumber: youtube.com Sumber: tankfact.com
Sumber : Perancangan Oceanarium di Lamongan dengan Pendekatan Arsitektur Biomorfik
(Ganda Herlambang Prayogi, 2019).

4.3.3 Bentuk Akuarium


Bentuk akuarium pada bangunan disesuaikan dengan jenis biota yang
dikonservasi kan. Beberapa jenis biota memenuhi beberapa kriteria sesuai dengan
struktur dan bentuk akuarium yaitu:
1. Tangki besar berisi komunitas ikan tertentu untuk menghindari kesan
tampilan yang membosankan.
2. Penempatan tangki display yang berada di titik sudut akan menarik
perhatian pengunjung.
3. Tidak boleh ada garis yang memotong seperti kaca persegi/
4. Setiap tangki pajangan juga harus memiliki siklus air sendiri.
Menurut jurnal ilmiah Nisrina Nadya (Konservasi Biota Laut sebagai
Bentuk Dasar Perancangan Oseanarium di Pangandaran, 2018) persyaratan
ukuran akuarium didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1. Menurut pemantauan fishbase.org untuk menentukan ukuran
maksimum ikan dewasa, hanya dapat mencapai 66-75% dari
ukuran maksimum ketika ditempatkan di akuarium. dengan
dikalikan dengan 0,75 kita mendapatkan Matrix yang paling sesuai
untuk memperkirakan level ukuran ikan yang akan menjadi lebih
besar.
2. Ikan harus bisa berenang dengan bebas.
3. Kedalaman akuarium bukanlah faktor penentu, tetapi memberikan
ukuran nyaman dan tinggi ikan harus kurang lebih dari 50% dari
kedalaman tangki.

68
4. Penggunaan rumus penghitungan kenyamanan ruang aquarium
melalui pembagian jumlah panjang dan lebar akuarium dengan
ukuran maksimum ikan dikali 0,75.

4.3.4 Sistem Utilitas dan Pengadaan Air Laut


1. Mengubah Air Tawar Menjadi Air Laut
Dikarenakan Kota Palangka Raya berada di tengah Pulau Kalimantan,
maka Kota Palangka Raya jauh dari sumber mata air laut. Sehingga alternatif yang
ditempuh untuk memenuhi kebutuhan air laut adalah dengan cara membuat air
laut sintetis. Hasil dari survei langsung dan juga melalui riset berbagai literatur
maka ditemukanlah cara untuk mengubah air tawar menjadi air laut. Para
Aquarius yang berorientasi ke akuarium air laut tetapi jauh dari garis pantai
biasanya membuat air laut sintetis menggunakan air mineral dan garam ASW.
Garam ASW adalah perpaduan garam-garam alami yang didirikan sebagai
pengganti air laut asin dan diformulasikan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi
makro biota laut namun bebas dari bahan toksik.

1. Sistem Utilitas
a. Diagram Running Sistem Air Laut Sintetis.

Keterangan :
1. Air Laut
2. Air Laut Difilter Secara Mekanik
3. Air Laut Didesinfeksi dengan O3
4. Air Laur Kaya O3 Dinetralkan kembali
Air Laut Diendapkan
Air Laut Siap Pakai.

Gambar 4.53 Diagram Running Sistem Air Laut


Sumber : Arief Wahyu (2019)

69
b. Sistem Daur Ulang Air Laut Sintetis.
Perusahaan PT. Indmira Yogyakarta merupakan perusahaan yang bergerak
di bidang budidaya Ikan Kerapu. Menariknya perusahaan ini berlokasi di dataran
tinggi atau cukup dekat dengan lereng gunung merapi. Perusahaan ini membuat
inovasi air laut buatan dengan menerapkan sistem Recirculating Aquaculture
System (RAS). Sistem yang direncanakan dengan baik sehingga berhasil.
RAS merupakan sistem budidaya ikan secara intensif dengan
menggunakan infrastruktur yang memungkinkan pemanfaatan air secara terus-
menerus (resirkulasi air) seperti: fisika filter, biologi filter, UV, oksigen generator
untuk mengontrol dan menstabilkan kondisi lingkungan ikan, dan mengurangi
jumlah penggunaan air). Prinsip dasar RAS yaitu memanfaatkan media air secara
berulang-ulang dengan mengendalikan beberapa indikator kualitas air agar tetap
pada kondisi prima.
Biaya instalasi RAS yang dikembangkan hanya memakan biaya tidak
lebih dari 80 juta rupiah. Biaya pembelian alat-alat yang digunakan seperti: O2,
generator, tanki filter, venturi, blower, ultraviolet, dan material lainnya
diperkirakan umur peralatan yang digunakan mencapai 6 tahun. Biaya tersebut
jauh lebih murah dibandingkan dengan sistem RAS impor yang biayanya dapat
mencapai ratusan juta rupiah per-unit instalasi.

70
c. Sistem Utilitas Penyediaan Air Bersih di Bangunan Oseanarium Biota
Laut di Kota Palangka Raya

Gambar 4.54 Sistem Utilitas Penyediaan Air Bersih di Bangunan Oseanarium Biota
Laut di Kota Palangka Raya
Penjelasan :
 *PH air diubah dikarenakan Aquarist pada saat membuat air laut
sintetis menggunakan air mineral. PH pada air mineral adalah 7,2
(Acuan ini berasal dari merk air mineral Aqua) sehingga PH air sungai
kahayan diubah menjadi netral.
 **Proses membuat air laut sesuai standar dan salinitas yang
dibutuhkan untuk didistribusikan ke dalam tangki.
 *** Sebelum air laut sintetis dikembalikan ke air sungai, harus
melewati proses penyulingan air (air laut diubah menjadi air tawar).
Jika tidak diubah kemungkinan besar akan terjadi pencemaran
lingkungan di Sungai Kahayan.

71
4.4 Kajian Kriteria Design Oseanarium Biota Laut di Kota Palangka Raya
dari Studi Literatur
Variabel yang di
No. Hasil Sumber
Kaji
1. Segi Salinitas Akuarium air laut Perancangan Oceanarium
di Lamongan dengan
Pendekatan Arsitektur
Biomorfik (Ganda
Herlambang Prayogi,
2019)
2. Segi Temperatur Akuarium tropis Perancangan Oceanarium
di Lamongan dengan
Pendekatan Arsitektur
Biomorfik (Ganda
Herlambang Prayogi,
2019)
3. Segi Spesies Ekotype tank Perancangan Oceanarium
di Lamongan dengan
Pendekatan Arsitektur
Biomorfik (Ganda
Herlambang Prayogi,
2019)
4. Segi Fungsi Akuarium untuk penelitian dan Perancangan Oceanarium
di Lamongan dengan
umum
Pendekatan Arsitektur
Biomorfik (Ganda
Herlambang Prayogi,
2019)
5. Strategi Konservasi Ex-Situ Convention on Biological
Diversity 3nd (United
Konservasi
Nation, 2005)
6. Desain Lobby yang besar, sirkulasi masuk Organizing a Public
Aquarium: Objectivies,
Oseanarium dibuat transisi, terdapat papan
Design, Operation and
informasi, jalan sirkulasi harus rata, Missions a Review (M.
Karydis, 2011)
akhir sirkulasi di oseanarium
mengarah ke toko dekat pintu keluar,
pengunjung tidak bisa mengakses
area privat, dan persyaratan ruang
utilitas dan gudang ahrus
dipertimbangkan dengan baik.
7. Metode untuk Metode yang digunakan adalah Organizing a Public
Aquarium: Objectivies,
Memenuhi Abstraksi Sub-Pasir, karena air
Design, Operation and
Kebutuhan Air Sungai Kahayan akan diubah menjadi Missions a Review (M.
Karydis, 2011)
Laut air laut sintetis. Dan juga alasan
metode ini dipilih adalah karena
kedalaman Sungai Kahayan hanya 7
meter, sehingga meminimalisir air

72
yang mengandung bahan yang
tersuspensi.

8. Jenis Sirkulasi di Sirkulasi mengalir dengan pintu akhir Time Saver Standards for
Building Types 2nd
Dalam yang memiliki pusat perbelanjaan.
Edition (Joseph De
Osenarium Chiaran, 1983)
9. Pencahayaan di Pencahayaan buatan, karena cahaya Time Saver Standards for
Building Types 2nd
Dalam alami tidak boleh masuk ke dalam
Edition (Joseph De
Oseanarium bangunan yang mempiliki banyak Chiaran, 1983)
akuarium laut.
10. Drainase Tangki karantina mempunyai katup Time Saver Standards for
Building Types 2nd
Pembuangan Air pembuangan sesudah dilakukan
Edition (Joseph De
Kotor di prosedur perawatan, lantai kerja Chiaran, 1983)
Oseanarium dimiringkan sedikit ke arah salurah
pembuangan.
11. Adaptasi Resilient Architecture : The Application Resilient
Architecture dalam
Gangguan Faktor e. Sistem jalur evakuasi
Perancangan Oseanarium
Eksternal f. Bentuk dasar simetris di Parangtritis (R.Putri,
2018)
g. Materi berdaya tahan
h. Sistem struktur tahan gempa
Tabel 4.4 Kajian Kriteria Design Oseanarium Biota Laut di Kota Palangka Raya
dari Studi Literatur

4.5 Kajian Kriteria Design Oseanarium Biota Laut di Kota Palangka Raya
dari Studi Preseden dan Studi Banding
4.5.1 Fasilitas Oseanarium Biota Laut di Kota Palangka Raya
Berdasarkan tabel kesimpulan pada Bab 3, maka fasilitas yang harus ada di dalam
bangunan oseanarium adalah :
Zona Publik : Zona Semi Privat: Zona Privat :
a. Food Court. a. Photo spot. a. Ruang administrasi
b. Gift Shop. b. Tribun.  Ruang manager.
c. Toilet. c. Auditorium.  Ruang sekretaris.
d. Mushola. d. Perpustakaan.  Ruang rapat.

73
e. Ticket box. e. Ruang display.  Ruang karyawan.
f. Tempat penitipan f. Ruang multimedia  Ruang tamu.
barang. center.  Dapur.
g. Costumer service. g. Toilet.  Mushola.
 Toilet.
b. Ruang perawatan
 Ruang kurator.
 Ruang aquarist.
 Laboratorium.
 Gudang barang.
 Gudang makanan.
 Tangki karantina.
 Tangki fltrasi.
c. Area utilitas dan
elektrikal
 Ruang bongkar-
muat.
 Ruang genset.
 Bengkel.
 Ozonasi.
 Filter.
 Pompa.
 Ruang jaga.
Tabel 4.5 Fasilitas Oseanarium Biota Laut di Kota Palangka Raya

4.5.2 Jenis Ruang Pamer di Oseanarium Biota Laut di Kota Palangka Raya
Berdasarkan tabel kesimpulan pada Bab 3, maka jenis ruang pamer yang harus
ada di dalam bangunan oseanarium adalah :
Akuarium : Kolam : Ruang Display : Ruang Khusus :
a. Akuarium laut. a. Kolam garra a. Ruang display a. Ruang interaksi
b. Akuarium sungai rufa flora laut dan hewan laut
/ air tawar. b. Kolam bayi alat penangkap amfibi.

74
c. Akuarium buaya ikan penyelam
dugong. c. Kolam sentuh b. Ruang display
d. Akuarium hewan d. Kolam deep sea
laut individualis.
kerondong c. Ruang display
e. Akuarium
hewan langka
suasana laut.
dan punah
f. Akuarium ubur-
ubur.
Tabel 4.6 Jenis Ruang Pamer di Oseanarium Biota Laut di Kota Palangka
Raya

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan dari kajian kriteria berdasrkan jurnal ilmiah Nisrina Nadya


(Konservasi Biota Laut sebagai Bentuk Dasar Perancangan Oseanarium di
Pangandaran, 2018), diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kriteria Lokasi, Kota Palangka Raya berlokasi tepat di tengah Pulau
Kalimantan, sehingga mengakibatkan jarak Kota Palangka Raya dengan
laut sangat jauh. Alternatif yang ditempuh adalah menempatkan bangunan
oseanarium dekat dengan sempadan sungai sehingga air sungai bisa diubah
menjadi air laut sintetis untuk memenuhi kebutuhan di dalam tangki
akuarium, dan lokasi yang sesuai dengan kriteria bangunan oseanarium di
Kota Palangkaraya adalah di Kelurahan Pahandut Seberang. Selain lokasi
yang berdekatan dengan sungai Kahayan, Kelurahan Pahandut Seberang

75
juga dipilih sebagai lokasi oseanarium karena prospek perencanaan
Pemerintah Kota Palangkaraya adalah Kelurahan Pahandut seberang
sebagai salah satu aset wisata kota.
2. Kriteria Jenis Biota Laut yang Dikonservasikan, terdapat dua jenis
yaitu biota laut yang dikonservasi dan biota laut sebagai objek pamer.
Terdapat 4 jenis spesies biota laut yang dikonservasi, dan 36 jenis spesies
biota laut sebagai objek pamer.
3. Bentuk Akuarium, Bentuk dan ukuran akuarium pada bangunan
disesuaikan dengan jenis biota yang dikonservasi kan. Kedalaman
akuarium harus memberikan ukuran yang nyaman dan tinggi untuk ikan
kurang lebih dari 50% dari kedalaman tangki.
4. Sistem Utilitas dan Pengadaan Air Laut, diperlukan garam ASW untuk
mengubah air Sungai Kahayan menjadi air laut sintetis, Dan menggunakan
sistem Recirculating Aquaculture System (RAS) Untuk memonitor
kualitas dan kondisi lingkungan di dalam tangki akuarium.

Dari hasil penelitian ini bisa dikatakan bahwa Oseanarium di Kota


Palangka Raya bisa dibangun karena 4 kajian di atas bisa dipenuhi terutama
untuk pasokan air laut.

76
DAFTAR PUSTAKA

De Chiara, Joseph and John Calender. (1983). Time Saver Standards for Building
Types 2nd Edition. Megraw Hill Book Company: New York.

Nations, U. (2005). Convention on Biological Diversity 3nd. New York: United


Nations.
Rahmah, Adhelia Adjani. (2020). Konsep Arsitektur Biomimetik pada Bangunan
Oseanarium. Universitas Muhannadiyah Jakarta: Arteks, Vol.5 Issue 2
August 2020.

Putri.R, Bidari dkk. (2018). The Application Resilient Architecture dalam


Perancangan Oseanarium di Parangtritis. Universitas Sebelas Maret
Surakarta: Arsitektura Vol. 17, No.1, April 2019: 59-66

Nadya, Nisrina dkk. (2018). Konservasi Biota Laut sebagai Dasar Perancangan
Oseanarium di Pangandran. Universitas Sebelas Maret Surakarta:
Senthong, Vol.I, No.1, Januari 2018.

Karydis, M. (2011). Organizing a Public Aquarium: Objectives, Design,


Operation and Missions. a Review. Greece: Global NEST Journal, Vol 13,
No 4, pp 369-384.

Nadya, Nisrina dkk. (2018). Konservasi Biota Laut sebagai Dasar Perancangan
Vol.I, No.1, Januari 2018.

Meikalista, Adelia dkk. (2016). Akuarium Biota Laut dengan Pendekatan


Arsitektur Metafora di Taman Nasional Karimun Jawa. Universitas Sebelas
Maret Surakarta: Arsitektura, Vol.14, No. 2, Oktober 2016.

Prayogi, Ganda Herlambang. (2019). Perancangan Oceanarium di Lamongan


dengan Pendekatan Arsitektur Biomorfik. Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.

Damayanti, N. (2015). Recreational Waterfront Harbour di Banten dengan


Penekanan Analogi Arsitektur. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sunarmi. (2014). Melestarikan Keanearagaman Hayati Melalui Pembelajaran di


Luar Kelas dan Tugas Yang Menantang. Jurnal Pendidikan Biologi 6(1):
38-49.

Giyanto. (2017). Status Terumbu Karang Indonesia. Jakarta: Puslit Oseanografi –


LIPI.

77
Hijriati, Ema dan Rina Mardiana. (2015). Pengaruh Ekowisata Berbasis
Masyarakat terhadap Perubahan Kondisi Ekologi, Sosial dan Ekonomi di
Kampung Batusuhunan, Sukabumi. Bogor Agricultural University. ISSN :
2302 - 7517, Vol. 02, No. 0

Yuk, Pergi. (2021). SeaWorld Ancol. Informasi Lengkap Tentang SeaWorl Ancol
- Pergiyuk! (Diakses hari Jumat, 18 Juni 2021).

Wulandari, Anis. (2019). Perancangan Oceanarium di Semarang dengan


Pendekatan Konsep Combine Metaphor. Universitas Trisakti.

Wahyu, Arief. (2015). Perancangan Oceanarium di Semarang dengan


Pendekatan Konsep Arsitektur Metafora. Universitas Negeri Semarang.

Sendai, Discover. Sendai Official Tourism Website: https://sendai-


travel.jp/activities/umino-mori-aquarium/ (Diakses tanggal : 23 Juni 2021).

Live Japan Perfect Guide. Sendai Umino-Mori Aquarium: Inside Northeast


Japan’s Largest Aqua Attraction: https://livejapan.com/en/in-tohoku/in-
pref-miyagi/in-sendai_matsushima/article-a3000016/ (Diakses tanggal : 23
Juni 2021).

"Kota Palangka Raya Dalam Angka 2020" (pdf). www.palangkakota.bps.go.id.


hlm. 153. (Diakses tanggal : 23 Juni 2021).

Profil Kota Palangka Raya, Review Dokumen RPI 12-JAM Kota Palangka Raya
tahun 2014-2018 (Bab 4: Gambaran Umum Wilayah). (Diakses tanggal :
27 Juni 2021).

Hamidah Noor, Tatau Wijaya Garib, Mahdi Santoso. (2018). Pengembangan


Kawasan Wisata di Kelurahan Pahandut Seberang Kota Palangka Raya.
Universitas Palangka Raya. (Volume 13/No.1, Jul 2018)

PU, Ciptakarya. (2015). Gambaran Umum Kecamatan Pahandut:


https://sippa.ciptakarya.pu.go.id(Diakses tanggal : 29 Juni 2021).

78

Anda mungkin juga menyukai