Anda di halaman 1dari 20

PAPER II

Perikanan Ikan Karang di Indonesia: Masalah, Solusi dan Kebijakan

Oleh :

ALIFA EGITIA NURINGTYAS

NRP. 52165211597

PROGRAM DIPLOMA IV
JURUSAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERAIRAN
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA
2018
Perikanan Ikan Karang di Indonesia: Masalah, Solusi dan Kebijakan

PAPER II
Tugas ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester V di
Sekolah Tinggi Perikanan

Oleh :

ALIFA EGITIA NURINGTYAS

NRP. 52165211597

PROGRAM DIPLOMA IV
JURUSAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERAIRAN
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Alifa Egitia Nuringtyas


NRP : 52165211597
Judul : Perikanan Ikan Karang di Indonesia: Masalah, Solusi dan
Kebijakan
Program Studi : Teknologi Pengelolaan Sumber daya Perairan
Jurusan : Teknologi Pengelolaan Sumber daya Perairan

Menyetujui
Dosen Pembimbing

(Kadarusman S.Pi., DEA., M.Sc., Ph.D)


NIP: 19790923 200312 1 003

Tanggal Pengesahan : 12 Februari 2019


PERIKANAN IKAN KARANG DI INDONESIA: MASALAH, SOLUSI DAN
KEBIJAKAN

REEF FISHES FISHERIES IN INDONESIA: PROBLEM, SOLUTION AND POLICY

Alifa Egitia Nuringtyas


Sekolah Tinggi Perikanan
Jl. AUP, Jati Padang, Pasar Minggu, RT. 1/RW. 9, Jati Padang
Ps Minggu, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukta Jakarta. Telepon : (021) 7806874
Kode Pos : 12520
E-mail : alifaegitian@gmail.com

Diterima tanggal: ….., diterima setelah perbaikan: ….., disetujui tanggal: …..

ABSTRAK

Ikan karang (reef fish) merupakan jenis ikan yang spesifik dan hidup di wilayah sekitar terumbu karang dengan
tingkat keanekaragaman yang tinggi baik dalam bentuk, ukuran, maupun warna. Penyebaran hidup ikan karang
sangat luas dan paling banyak ditemukan di wilayah Indo-Pasifik. Terkhusus di perairan Indonesia terdapat
sekitar 3.000 spesies ikan karang yang termasuk ke dalam 17 ordo dan 100 famili, yang tersebar di berbagai
kepulauan dengan distribusi tertinggi terdapat di wilayah timur Indonesia. Ikan karang merupakan salah satu
biota laut yang potensial dan memilki nilai ekonomi yang tinggi dikarenakan peningkatan produksi dan
perdagangan global. Secara ekologis ikan karang memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan
antara berbagai komponen penyusun ekosistem terumbu karang. Sedangkan secara ekonomis, ikan karang
memilki nilai penting karena dua hal, yaitu sebagai sumber pendapatan bagi nelayan dari sektor penangkapan
untuk ikan karang konsumsi dan ikan karang hias, serta sebagai aset dalam sektor pariwisata bahari yang dapat
meningkatkan devisa negara. Namun karena banyaknya permintaan pasar dan juga penurunan kondisi terumbu
karang yang merupakan habitat bagi ikan karang baik oleh faktor alam maupun manusia menjadikan populasi
ikan karang sangat menurun yang artinya populasi alami saat ini berada jauh di bawah populasi alami normal.
Hal ini bisa menjadi masalah yang dilematis, karena jika tidak ada usaha pengelolaan dan pelestariannya,
kepunahan jenis-jenis ikan karang bisa saja terjadi, ini berarti hilangnya suatu plasma nutfah yang belum
dimanfaatkan. Oleh karena itu perlu diambil langkah tegas demi tetap terjaganya kelestarian ikan karang,
diantaranya adalah dengan membuat kebijakan terkait penangkapan dan pemanfaatan ikan karang. Negara-
negara produsen ikan karang akan dianjurkan memiliki aturan pemanfaatan, sehingga tidak merugikan
kehidupan sumber daya bersangkutan di alam. Secara umum, ada banyak alternatif yang dapat dilakukan
sebagai bentuk pengelolaan dalam menjaga kelestarian ikan karang, yaitu dengan alterasi habitat seperti
pembuatan terumbu karang buatan dan restorasi habitat. Dengan stabilnya penangkapan ikan karang, maka
populasi ikan karang di dunia pun akan terjaga. Hal tersebut akan berpengaruh pada perekonomian masyarakat
Indonesia karena peluang usaha akan terbuka serta standar hidup nelayan dan masyarakat pesisir akan
meningkat. Selain itu ketersediaan ikan karang sebagai sumber pendapatan bagi nelayan dan aset pariwisata
bahari negara akan tercukupi.

Kata kunci : Ikan Karang (Reef Fish); Terumbu Karang; Pemanfaatan; Permasalahan; Kebijakan; Pengelolaan
ABSTRACT

Coral fish is a specific type of fish and lives in coral reef areas with a high degree of variation both in shape,
size and color. The life spread of reef fish is very broad and most found in the Indo-Pacific region. Especially in
Indonesian waters About 3,000 species of reef fish belong to 17 orders and 100 families, which are spread
across various islands with the highest distribution in eastern Indonesia. Coral fish is one of the potential
marine biota and has high economic value to increase global production and trade. Ecologically, reef fish plays
an important role in the form of a balance between the various components that make up the coral reef
ecosystem. Meanwhile, reef fish have important values because of two things, namely the source of money for
farmers from the contribution of the sector to consumption of coral and coral ornamental fish, and assets in the
marine tourism sector which can increase the country's foreign exchange. However, due to the amount of
market demand and also the decline of coral reefs which are habitat for reef fish by both natural and human
factors, making the reef fish population greatly increased which means that the natural population is currently
far below the natural population. This can be a dilemma problem, because if there is no management and
preservation effort, the extinction of species of reef fish can occur, this means that it must improve the
germplasm that has not been used. Therefore it is necessary to take firm steps to maintain the preservation of
reef fish, agreed by making policies related to the capture and utilization of reef fish. Coral fish producing
countries will be supported by their owners, so they do not have life resources that are supported in nature. In
general, there are many alternatives that can be done as a form of management in the preservation of reef fish,
namely by changing habitats such as making artificial coral reefs and habitat restoration. With the stable
capture of reef fish, the participation of reef fish in the world will also be captured. This will determine the
improvement of the Indonesian people because business opportunities will be open and the living standards of
fishermen and coastal communities will increase. In addition, reef fish as a source of income for fisheries and
marine assets will be fulfilled.

Keywords : Coral Fish; Coral reefs; Utilization; Problem; Policy; Management


PENDAHULUAN negara-negara kepulauan berkembang
Introduction (Westmacott et al., 2000). Namun hingga kini,
tekanan yang disebabkan oleh ancaman-ancama
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar potensial bagi terumbu dan ikan karang akibat
di dunia yang memiliki sumber daya alam hayati aktivitas manusia maupun aktivitas alam (Rani,
laut yang potensial dan bernilai tinggi seperti 2003), telah dianggap sebagai bahaya utama untuk
sumber daya terumbu karang (Sudiono, 2008). terumbu karang maupun ikan karang (Westmacott
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem et al., 2000).
pesisir yang paling subur dan produktif di lautan
Mengingat besarnya ancaman terhadap terumbu
(Rembet et al., 2011) serta memiliki biodiversitas
karang dan ikan karang serta ketergantungan
tinggi karena keragamannya (Manembu et al.,
masyarakat pesisir terhadap sumber daya
2012). Ekosistem ini tersebar di hampir seluruh
perikanan ikan karang, maka ulasan pada paper
perairan Indonesia (Salim, 2012). Salah satu jenis
ini akan dititik beratkan dari sisi keterkaitan
biota yang hidup pada ekosistem terumbu karang
antara perikanan dan kerusakan terumbu karang
adalah ikan karang (reef fishes), yang umumnya
(Rani, 2003), serta tindakan pengelolaan, upaya
memiliki tingkat keanekaragaman jenis yang
perlindungan dan kebijakan dalam pelestarian
tinggi pada ekosistem tersebut (Utomo & Ain,
ekosistem terumbu karang untuk mencegah
2013).
degradasi, serta mencegah penangkapan ikan
Kehadiran ikan karang pada ekosisten terumbu berlebih terutama di wilayah Indonesia
karang sangat penting secara ekologis dan juga (Ihkamuddin, & Redjeki, 2014).
ekonomis (Manembu et al., 2012). Secara
ekologis, ikan karang memegang peranan penting
TUJUAN
dalam menjaga keseimbangan antara berbagai
Aim
komponen penyusun ekosistem terumbu karang
(Utomo & Ain, 2013). Sedangkan secara
ekonomis, ikan karang berperan penting dalam Tujuan dalam penulisan paper ini adalah untuk
kehidupan nelayan dan dunia pariwisata. mengetahui tentang perikanan ikan karang di
Indonesia dalam permasalahan, solusi dan
Bagi nelayan, ikan karang menjadi sumber kebijakannya.
pendapatan atau sebagai bahan makanan sehari-
hari. Sumber pendapatan masyarakat nelayan
dihasilkan dari sektor penangkapan ikan karang HASIL DAN PEMBAHASAN
konsumsi dan ikan karang hias yang selanjutnya Resutlts and Discussion
dipasarkan di pasar lokal yang terdapat pada kota-
kota besar di Indonesia atau di ekspor ke luar
Sistematika
negeri seperti Singapura dan Benua Eropa (Fitri &
Khohar, 2004). Pada dunia pariwisata, 1. Ikan Karang
pemanfaatan jasa terumbu karang dan juga ikan
karang dijadikan sebagai objek utama dalam Ikan karang merupakan komunitas ikan yang
pengembangan sekor pariwisata bahari di memiliki tingkat keanekaragaman tinggi (Sale,
Indonesia (Simarangkir et al., 2015), kepentingan 1977). Jenis hewan ini merupakan organisme
ikan karang tidak diragukan lagi sebagai objek bertubuh kecil yang mencolok dan dapat dengan
yang diburu oleh para turis akibat warna dan mudah ditemui di terumbu karang karena
bentuknya yang beraneka ragam sehingga mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi
menjadikan ekosistem terumbu karang menjadi baik dalam bentuk, ukuran, dan warna
hidup dan sengat indah (Utomo & Ain, 2013). (Pandiangan, 2009). Terkhusus di perairan
Indonesia, terdapat sekitar 3.000 spesies ikan
Besarnya potensi terumbu karang dan juga ikan karang yang termasuk ke dalam 17 ordo dan 100
karang telah menjadikannya sebagai salah satu famili. Famili Pomacentridae merupakan ikan
kepentingan dunia yang memegang fungsi penting karang yang paling banyak jenisnya, yaitu sekitar
di negara-negara berkembang, khususnya di 300 spesies yang sebagian besar berasosiasi
dengan terumbu karang serta memakan berbagai target berasal dari golongan ikan yang biasa dicari
jenis invertebrata, alga, zooplankton. oleh nelayan untuk dikonsumsi dan dipasarkan,
seperti dari famili Labridae, Lethtrinidae,
Ikan karang merupakan jenis ikan yang spesifik Lutjanidae, Muliidae dan Serranidae (Pandiangan,
dan hidup di wilayah sekitar terumbu karang 2009).
(Martin, 2009). Jenis ikan karang hias yang
mudah dan paling umum di jumpai di terumbu 2.2 Kebiasaan Makan (Food Habits)
karang adalah dari famili Pomacentridae
(Zulfianti, 2014), salah satunya adalah ikan badut Berdasarkan makanannya, ikan karang
atau clown fish (Amphiprion percula) yang diklasifikasikan dalam 6 kelompok, yaitu :
memiliki warna sangat indah. Selain famili kelompok ikan pemakan segala (omnivores),
Pomacentridae, terdapat juga famili kelompok ikan pemakan detritus (detritivores),
Chaetodontidae, Zanclidae, Lethrinidae, kelompok ikan pemakan tumbuhan (herbivores),
Haemulidae dan lain sebagainya (Pandiangan, kelompok ikan pemakan zooplankton
2009). Jenis biota lainnya yang juga terdapat di (zooplanktivores), kelompok ikan pemakan
terumbu karang adalah udang barong, gurita, moluska (molluscivores) dan kelompok ikan
kimah, kekerangan, bulu babi, rumput laut, penyu karnivora (carnivores) (Hidayati, 2017).
dan teripang.
Dari segi kebiasaan makanan atau food habits,
Sebagian besar ikan karang memiliki diversitas ikan karang dikelompokan berdasarkan jenis
yang tinggi, jumlah spesies yang banyak dan makanan yang dikonsumsinya. Ada ikan karang
rentang morfologi yang luas. Diversitas morfologi yang merupakan predator besar yang memakan
juga terjadi dalam banyak bentuk, mulai dari invertebrata bentik seperti krustasea, moluska dan
struktur yang berhubungan dengan jenis makanan bahkan pemakan ikan lai, serta ada juga ikan
sampai variabilitas dalam ukuran ikan. Sebagai karang yang merupakan pemakan alga maupn
contoh, famili Labridae memiliki diversitas luas planktivor (pemakan plankton) (Sibarani, 2006).
dan tertinggi pada kawasan terumbu karang Indo- Hanya ada satu spesies ikan pemakan polip
Pasifik (Choat & Bellwood, 1991). karang, yaitu Chaetodon octofasciatus, dan ikan
ini biasanya hidup di daerah yang memiliki
2. Pengelompokan Ikan Karang banyak rubble atau karang mati (Dhahiyat et al.,
2017).
2.1 Fungsi Pemanfaatan dan Apek Ekologi
2.3 Penyebaran Harian
Berdasarkan fungsi pemanfaatan dan aspek
Berdasarkan penyebaran hariannya, ikan-ikan
ekologinya, ikan karang dikelompokkan menjadi
karang dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
tiga kelompok utama di antaranya terdapat ikan-
ikan yang aktif pada siang hari (diurnal) dan ikan
ikan target (target species) yang dapat dikonsumsi
yang aktif pada malam hari (nokturnal). Pada
oleh manusia, ikan-ikan indikator (indicator
malam hari ikan-ikan karang diurnal ini
species) yang khas mendiami terumbu karang,
berlindung di dalam terumbu krang dan
serta ikan-ikan major (mayor species) yang
digantikan oleh sejumlah kecil spesies nokturnal
dikenal juga sebagai ikan hias (Prasetiawati,
yang tidak terlihat pada siang hari (Pandiangan,
2018).
2009). Sebagian besar ikan karang bersifat diurnal
atau ikan yang beraktifitas pada siang hari adalah
Ikan indikator kebanyakan dari famili
ikan herbivores (pemakan tumbuhan) (Patty et al.,
Chaetodontidae yang kehadirannya dapat
2015), sedangkan ikan yang bersifat nokturnal
merefleksikan kondisi kesehatan ikan karang
biasanya merupakan ikan carnivores (pemakan
sehingga dimanfaatkan sebagai indikator biologis
daging).
kesehatan terumbu karang di suatu perairan. Ikan
major adalah golongan ikan hias dan non ikan Diversitas Ikan Karang Di Indonesia
hias yang selalu berasosiasi dengan karang, baik
sebagai penetap maupun pelintas, seperti dari 1. Keanekaragaman Spesies Ikan Karang di
famili Apogonidae, Pomacentridae dan Scaridae Indonesia
(Satria & Pemulihan, 2011). Sedangkan ikan
Ikan karang (reef fishes) tersebar di seluruh lautan meliputi famili Acanthuridae, Siganidae dan
di berbagai belahan dunia. Dari aspek Zanclidae; (3) Subordo Chaetodontoidei yang
keanekaragaman jenis telah diidentifikasi sekitar meliputi famili Chaetodontidae, Pomacantidae;
93.000 jenis biota penghuni terumbu karang, yang (4) Famili Blennidae dan Gobiidae yang
terdiri dari sekitar 800 jenis coral (karang) dan bersifat demersal dan menetap; (5) Famili
sekitar 4.000 jenis ikan karang (Sumadhiharga, Apogonidae yang bersifat nokturnal; (6) Famili
2006). Potensi dan keanekaragaman spesies Ostraciidae, Tetraodontidae, dan Balestide dengan
sumber daya ikan karang di perairan Indonesia keragaman tinggi dalam hal bentuk dan warnya;
perlu diketahui agar dapat dikembangkan sebagai dan yang terakhir adalah ikan karang yang
salah satu aset dalam kegiatan pariwisata bahari bernilai ekonomis tinggi, meliputi (7) Famili
maupun kegiatan bermanfaat lainnya Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, dan
(Marasabessy, 2010). Holocentridae.

Keanekaragaman jenis ikan karang di ekosistem 2. Distribusi Ikan Karang Di Indonesia


terumbu karang biasanya lebih tinggi jika
dibandingkan dengan daerah lainnya di laut. Para ahli ikan karang, membagi laut tropis
Kondisi terumbu karang mencerminkan menjadi empat wilayah persebaran ikan karang,
keanekaragaman jenis, semakin baik kondisi wilayah tersebut adalah : (1) Indo-Pasifik, (2)
karang maka semakin beraneka ragam pula jenis Pasifik bagian timur, (3) Atlantik bagian barat dan
ikan karang yang hidup di ekosistem tersebut (4) Atlantik bagian timur (Anggraini, 2014).
(Panggabean, 2016). Jenis ikan yang berasal dari Penyebaran hidup ikan karang sangat luas dan
famili Chaetodontidae merupakan jenis ikan paling banyak ditemukan di wilayah Indo-Pasifik
indikator yang dapat menentukan sehat atau bagian tengah yaitu Filipina dan Indonesia,
tidaknya kondisi karang, apabila tutupan karang dengan jumlah spesies yang jumlahnya sangat
kecil (< 50% dalam keadaan sakit/rusak) maka besar dan jumlah itu semakin berkurang pada
keberadaan jenis ikan ini akan sedikit (Yusuf & semua arah yang menjauhi pusat ini (Zulfianti,
Ali, 2004). 2014). Beberapa faktor kunci yang menyebabkan
tingginya keragaman ikan karang di wilayah Indo-
Diperkirakan sekitar 27 persen dari terumbu Pasifik, antara lain kondisi terumbu karangnya
karang dunia berada pada tingkat risiko tinggi dan dan relung ekologis yang sangat beragam (Rudi &
31 persen lainnya berada dalam risiko sedang Fadli, 2012).
(Rani, 2003). Sedangkan di Indonesia, menurut
data pada survei COREMAP tahun 2007, terumbu Ikan karang tersebar luas di laut tropis dengan
karang Indonesia dengan luas total 85.707 km² kondisi ekosistem terumbu karang yang baik.
dinilai sangat sehat (Tomascik et al., 1997). Tomascik et al., (1997) menyebutkan bahwa luas
Namun ditahun 2017, studi yang dilakukan para total terumbu karang Indonesia adalah 85.707
peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia km², yang menjadikannya sebagai wilayah
pada 108 lokasi dan 1.064 stasiun menunjukkan distribusi berbagai jenis ikan karang. Hal ini
bahwa 35,15 persen lokasi terumbu karang berada dikarenakan salah satu fungsi terumbu karang
dalam kondisi rusak. Tidak lebih dari 6,49 persen adalah sebagai habitat berbagai jenis ikan karang
dari lokasi terumbu karang yang diamati dan biota laut lain yang memungkinkan
dinyatakan dalam kondisi baik (Sains, 2004). Hal terwujudnya rantai makanan di lokasi tersebut
ini menunjukan bahwa di Indonesia sendiri (Marasabessy, 2010). Sebagian besar terumbu
keanekaragaman spesies ikan karang pun sudah karang di Indonesia berlokasi di bagian timur
menurun dari waktu waktu yang diakibatkan oleh yang menjadikan distribusi ikan karang di wilayah
penurunan kondisi terumbu karang. timur lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah
lainnya. Beberapa kepulauan di Indonesia dengan
Menurut Anggraini (2014), beberapa kelompok distribusi terumbu maupun ikan karang yang
ikan karang yang terdapat di wilayah perairan tinggi adalah Kepulauan Derawan, Kalimantan
Indonesia dan paling paling sering terlihat di Timur (444 jenis karang), Pulau Banda (330
ekosistem terumbu karang yaitu : (1) Subordo jenis), Nusa Penida, Komodo, Bunaken, Wakatobi
Labroide yang meliputi famili Labrides, Scaridae, dan Teluk Cendrawasih.
Pomacentridae; (2) Subordo Acanthuroidei yang
Bioekologi terumbu karang sebagai suatu ekosistem yang
secara co-evolution telah berkembang bersama-
1. Ekologi sama dengan ikan karang (Hartati & Edrus, 2005).
Oleh karena itu, keberadaan ikan karang sangat
Keberadaaan ikan karang erat kaitannya dengan dipengaruhi oleh kondisi atau kualitas karang
ketersediaan sumberdaya terumbu karang sebagai sebagai habitatnya (Choat & Bellwood, 1991).
habitatnya (Rondonuwu, 2013), hal ini
dikarenakan ikan karang merupakan jenis ikan Komunitas ikan karang jika dibandingkan dengan
yang spesifik dan hidup di wilayah sekitar komunitas lain di terumbu karang merupakan
terumbu karang pada kedalaman 1-15 meter jumlah yang paling berlimpah. Tingginya
(Zulfianti, 2014). Terumbu karang dan ikan keragaman ini disebabkan terdapatnya variasi
karang merupakan suatu rangkaian mata rantai habitat yang ada di terumbu karang, dimana
dimana keberadaan ekosistem terumbu karang semua tipe habitat tersebut diisi oleh spesies ikan
akan menunjang kelimpahan ikan karang karang (Emor, 1993). Terumbu karang tidak hanya
(Romadhon, 2014). Klasifikasi ilmiah terdiri dari terumbu karang saja, tetapi juga daerah
menunjukkan bahwa terumbu karang termasuk berpasir, berbagai teluk dan celah, dan juga
kelompok binatang dan bukan sebagai kelompok perairan yang dangkal dan dalam, serta zona-zona
tumbuhan. Binatang karang ini masuk ke dalam yang berbeda melintasi karang (Ipa, 2013).
filum Cnidaria, kelas Anthozoa dan ordo Habitat yang beranekaragam ini dapat
Scleractinia (Sukmara et al., 2001). meningkatkan jumlah ikan-ikan karang tersebut
(Rembet et al., 2011).
Ekosistem ini mempunyai sifat yang sangat
menonjol yaitu mempunyai produktivitas dan Keberadaan ikan karang pada suatu daerah
keanekaragaman jenis biota yang tinggi (Sukmara terumbu karang juga secara langsung dipengaruhi
et al., 2001), bukan hanya terdiri dari berbagai oleh kesehatan terumbu karang atau persentase
jenis ikan karang tetapi juga terdapat biota-biota tutupan karang hidupnya. Semakin tinggi nilai
lainnya seperti karang, alga, teripang, dan kerang persentase tutupan karang hidup, semakin tinggi
mutiara (Ariani, 2006). Semakin berkembangnya pula nilai indeks keanekaragaman jenis dan
habitat karang semakin banyak pula populasi dan kelimpahan ikannya. Oleh karena itu fakta-fakta
jenis biota yang ada di sekitarnya (Najamuddin et menunjukkan bahwa semakin baik kondisi
al., 2012). Hal ini dikarenakan terumbu karang terumbu karangnya dan semakin beragam bentuk
sangat penting dalam ekosistem laut, dimana pertumbuhan karangnya, semakin tinggi
terumbu karang merupakan tempat berlindung, keanekaragaman jenis ikannya, kecuali pada
makan dan bertelur (Rimba et al., 2012) bagi 25% daerah-daerah yang mengalami over fishing
dari seluruh biota laut (Kasim, 2014). Dari sekitar (Haris & Supatma, 2008).
800 spesies karang keras yang berhasil
diidentifikasi di dunia, sekitar 450 di antaranya 2. Sistem Reproduksi
ditemukan di Indonesia, spesies ikan karang
Indonesia sendiri mencapai lebih dari 2.400 Untuk mempertahankan kelestariannya, ikan
spesies (Tomascik et al., 1997). karang bereproduksi secara generatif melalui
proses pemijahan. Proses pemijahan dilakukan
Ikan karang lebih mementingkan untuk bersaing dalam ekosistem terumbu karang, terumbu karang
dalam hal mendapatkan tempat tinggal yang menyediakan lingkungan yang tepat untuk
cocok dibandingkan dengan mendapatkan kegiatan reproduksi dan penempatan larva ikan
makanan (Smith & Tyler, 1972). Hal ini dan ini akan turut menentukan struktur komunitas
dikarenakan ikan karang membutuhkan habitat ikan karang dewasa nantinya (Salim, 2012).
hidup untuk bersarang dan mencari makan. Berdasarkan kebiasaannya, dalam ekosistem
Umumnya ikan karang memiliki mobilitas yang terumbu karang terdapat empat kelompok ikan
rendah, karenanya terumbu karang sebagai tempat yang melakukan pemijahan, yaitu:
bertahan hidup dan berlindung sangat penting 1. Kelompok ikan pemijah yang bermigrasi
untuk keberlanjutan fungsinya di dalam area (migratory spawners), contohnya: Serranidae,
otoritas yang telah dipertahankannya. Semua Scaridae, dan Labridae.
kebutuhan ikan karang telah disediakan oleh
2. Kelompok ikan yang tinggal dan memijah Kebutuhan manusia yang semakin besar terhadap
berpasangan (pair spawnwers), contohnya: pemanfaatan ikan-ikan karang serta dampak dari
Chaetodontidae, Pomacanthidae, adanya perdagangan ikan hidup yang harganya
Scorpaenidae. jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga
3. Kelompok ikan yang membuat sarang untuk dalam keadaan mati, telah merangsang para
menjaga telurnya (nest builders), contohnya: nelayan untuk melakukan penangkapan dengan
Pomacentridae, Balistidae, Gobiidae. teknik yang cenderung merusak terumbu karang
4. Kelompok ikan yang melindungi telur- (Rani, 2003), seperti penangkapan ikan karang
telurnya di dalam mulut (brooders), dengan cara pengeboman dan penggunaaan racun.
contohnya: Apogonidae. Penangkapan ikan karang dengan bahan kimia
beracun, misalnya kalium oksida dapat
Permasalahan menyebabkan ikan karang mabuk, kemudian mati
lemas dan di samping itu juga mempengaruhi
1. Kerusakan Habitat pertumbuhan dan perkembangan metabolisme
berbagai biota hidup. Demikian juga penangkapan
Asosiasi ikan karang dan terumbu karang sangat ikan karang dengan bom yang akan menyebabkan
erat, sehingga eksistensi ikan karang disuatu ikan dari semua kelas umur serta biota lain di
wilayah terumbu karang akan sangat rapuh ketika sekitarnya mati dan terumbu karang hancur
terjadi pengerusakan habitatnya (Hartati & Edrus, (Pontoh, 2011).
2005). Namun saat ini kondisi terumbu karang di
lautan sebagian besar memperlihatkan kondisi Salah satu bentuk alat tangkap yang tidak ramah
yang memprihatinkan. Penurunan kondisi lingkungan adalah bubu dasar yang merupakan
terumbu karang baik oleh faktor alam maupun salah satu alat tangkap yang umum digunakan
manusia, seperti penurunan tutupan karang hidup, oleh masyarakat nelayan untuk menangkap ikan-
perubahan komposisi spesies karang yang tersisa ikan karang. Praktek pengoperasian bubu
dan hilangnya kompleksitas habitat (Pratchett et tradisional ini bersifat merusak karena nelayan
al., 2008) juga dengan sendirinya akan menutup alat tangkap dengan patahan karang
memengaruhi distribusi dan sebaran ikan karang hidup untuk menarik ikan target. Padahal disisi
dalam suatu area terumbu karang (Rani et al., lain, ikan yang ditangkap dengan cara yang
2011). kurang benar dapat menurunkan nilai
ekonomisnya sehingga kesejahteraan masyarakat
Bencana kerusakan ini diakibatkan oleh beberapa tetap belum terjamin (Marwadi & Anggoro, 2013)
faktor antara lain aktivitas manusia (destructive
fishing, jangkar kapal dan koleksi karang) dan Praktek penangkapan ikan yang merusak dan
juga aktivtitas alam (perubahan iklim) (Sains et polusi terestrial (terutama sedimentasi tinggi)
al., 2004). Apabila seluruh faktor yang telah mendegradasi terumbu karang di berbagai
menyebabkan degradasi karang digabungkan, belahan dunia (Birkeland, 1997; Burke et al.,
maka akan menimbulkan ancaman yang serius 2002; Wilkinson, 2002). Dimana pada ekosistem
untuk kelangsungan hidup terumbu karang dunia terumbu karang, hal ini akan berujung pada
(Westmacott et al., 2000). rusaknya ekosistem tersebut dan jumlah ikan-ikan
karang yang ada semakin sedikit (Ghiffar et al.,
1.1 Aktivitas Manusia 2017)
Terumbu karang yang jauh dari pemukiman Faktor manusia lain yang menyebabkan kerusakan
umumnya memiliki kondisi relatif baik terumbu adalah penambangan karang batu,
dibandingkan dengan yang dekat pemukiman kegiatan selam bawah air, penambatan perahu
akibat tekanan dari aktifitas manusia. Aktivitas dengan alat jangkar, pencemaran air oleh
manusia dianggap sebagai salah satu penyebab limpasan minyak dari kapal dan perahu, serta
paling signifikan dari degradasi terumbu karang. konversi hutan mangrove menjadi lahan
Hal ini terjadi ketika manusia memanfaatkan pertambakan merupakan bentuk-bentuk kegiatan
sumber daya alam termasuk terumbu karang yang selama ini berdampak terhadap rusaknya
secara berlebihan untuk kesejahteraan mereka terumbu karang. Perusakan ini menjadi
(Vatria, 2013). kekhawatiran terhadap punahnya biota laut di
pulau-pulau kecil dan terganggunya stabilitas adalah kenaikan suhu permukaan air laut yang
ekosistem terumbu yang pada akhirnya akan dapat menyebabkan pemutihan karang (coral
berdampak terhadap berkurangnya populasi dan bleaching) (Salim, 2012). Frekuensi pemutihan
potensi ikan sehingga hasil tangkapan ikan oleh karang diperkirakan akan terjadi meningkat
nelayan juga berkurang dari tahun ke tahun seiring kenaikan suhu laut (Hoegh-Guldberg,
(Yusuf, 2013). 1999; Hughes et al., 2003). Pemutihan
karangterjadi karena hilangnya alga zooxanthellae
Mempertahankan terumbu karang sangatlah yang bersimbiosis dengan terumbu karang. Hal ini
penting karena kontribusinya yang besar terhadap disebabkan pemanasan di atas kondisi normal
perikanan (Gomez et al., 1997). Bagi negara- (atau di bawah kondisi normal) pada lingkungan
negara pengkonsumsi ikan laut, seperempatnya laut sekitar (Arman et al., 2015). Keadaan
bersumber dari perikanan terumbu karang. pemutihan yang terlalu lama (lebih dari 10
Bahkan untuk masyarakat pesisir, sebenarnya minggu) (Westmacott et al., 2000) dapat
semua sumber proteinnya berasal dari terumbu menyebabkan karang menjadi stres, memutih dan
karang. Kehilangan terumbu karang berarti akan mati (Hoegh-Guldberg, 1999), dan pada akhirnya
kehilangan ikan-ikan konsumsi. Padahal sebagian hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan
dari aktivitas penduduk di daerah pesisir ini yaitu komposisi komunitas ikan akan terjadi sebagai
menangkap ikan, baik untuk dikonsumsi maupun akibat dari pemutihan karang (Munday et al.,
untuk ikan hias (Arthana, 2009). 2008).
1.2 Aktivitas Alam Ancaman perubahan iklim lainnya yang dapat
membahayakan kehidupan ikan karang adalah
Aktivitas alam yang menyebabkan habitat ikan pengasaman laut (ocean acidification).
karang rusak adalah perubahan iklim. Perubahan Pengasaman laut dengan cepat mengubah sistem
iklim memiliki dampak yang serius bagi sistem karbonat di lautan dunia (Guinotte & Fabry,
ekologi bumi, menyebabkan hilangnya 2008). Pada akhir dari abad ini, konsentrasi CO2
keanekaragaman hayati secara keseluruhan, diperkirakan akan mencapai 540–979 ppm, dan
gangguan pada ekosistem dan juga pengurangan hal ini akan menyebabkan rata-rata pH laut turun
sumberdaya alam serta layanan yang bermanfaat hingga 0,4-0,5 poin dibandingkan pada masa pra-
bagi manusia (Thomas et al., 2004; Lovejoy & revolusi industri (Royal, 2005). Akibatnya adalah
Hannah, 2005). Dampak negatif dari perubahan lautan akan lebih asam daripada 400.000 tahun
iklim ini diduga akan bertambah luas dalam 50- terakhir (Feely et al., 2004). Pengasaman laut
100 tahun ke depan, dimana permukaan laut akan oleh polutan atmosfer telah menyebabkan
naik karena pencairan gletser, pH lautan akan penurunan yang signifikan dalam tingkat
menurun karena lebih banyak karbon dioksida pertumbuhan, keberhasilan reproduksi dan
yang diserap, dan pola sirkulasi musim yang kelangsungan hidup beberapa ikan karang
menyebabkan perubahan pada skala lokal, (Jackson & Harvey, 1995).
regional dan global (Bindoff et al., 2007).
2. Eksploitasi
Degradasi ekosistem terumbu karang akibat
perubahan iklim terus terjadi dari waktu ke waktu Pada daerah terumbu karang, ikan karang
(Yusuf, 2013), apabila dibiarkan akan merupakan organisme dengan jumlah yang
menyebabkan rusaknya seluruh ekosistem banyak. Dengan jumlahnya yang banyak maka
terumbu karang di laut yang berperan sebagai dapat terlihat dengan jelas bahwa ikan karang
ekosistem penyangga habitat ikan karang dan merupakan penyokong hubungan yang ada dalam
biota laut yang selama ini merupakan komoditas ekosistem terumbu karang. Namun meningkatnya
tangkapan nelayan (Patriana & Satria, 2013). eksploitasi terumbu karang menyebabkan
Selain itu, perubahan iklim juga akan berdampak kerusakan yang semakin meluas, terutama
pada ikan terumbu karang melalui efek pada lingkungan wilayah dimana ikan karang hidup,
kinerja individu, pertalian trofik, dinamika yaitu terumbu karang (Martin, 2009).
rekrutmen, konektivitas populasi, dan lainnya Nilai ekonomis terumbu karang yang menonjol
(Munday et al., 2008). adalah sebagai tempat penangkapan berbagai jenis
biota laut konsumsi dan berbagai jenis ikan hias,
Ancaman perubahan iklim yang paling potensial
bahan konstruksi dan perhiasan, bahan baku Permasalahan yang terdapat pada pemanfaatan
farmasi, dan sebagai daerah wisata dan rekreasi sumber daya ikan karang dapat diatasi apabila
yang menarik (Sukmara et al., 2011). Walaupun semua pihak ikut bekerjasama, mulai dari
memiliki nilai ekonomis, eksplotasi terumbu masyarakat nelayan, pengusaha dan pemerintah
karang hanya akan memberikan kerugian pada serta pihak terkait lainnya. Namun pada
seluruh masyarakat. Keuntungan yang didapatkan kenyataannya, sikap masyarakat yang masih egois
pada pengambilan terumbu karang hanya sebesar dalam memanfaatkan sumber daya ikan karang,
121.000 USD per kilometer persegi batu karang, lemahnya sikap reaktif aparat yang berkewajiban
namun dapat menimbulkan kerugian pada mengawasi laut dan juga lemahnya penegakan
masyarakat sebesar 93.600 USD dalam sektor hukum menjadi faktor utama dalam permasalahan
perikanan, 12.000 – 260.000 USD dalam nilai yang timbul terkait dengan pemanfaatan sumber
proteksi wilayah pesisir, 2.900 – 481.900 USD daya ikan karang (Jaelani & Basuki, 2014).
dalam nilai pariwisata, 67.000 USD dalam nilai
kerusakan kawasan hutan, dan kerugian yang Indonesia memiliki banyak peraturan perundang-
tidak dapat dihitung karena kehilangan pangan undangan yang mengatur tentang perikanan dan
dan keanekaragaman hayati (Cesar, 1997). Tanpa kelautan, namun banyaknya peraturan tersebut
sistem terumbu yang sehat, pilihan masa depan tidak dapat menjamin keamanan dan kelestarian
untuk pembangunan sosial dan ekonomi akan sumber daya laut di Indonesia. Penegakan hukum
terhambat dan hilang (Bellwood et al., 2004). yang masih lemah dan bahkan ada daerah laut
Selain pada habitatnya yaitu terumbu karang, yang tidak pernah sama sekali terjaman oleh
meningkatnya eksploitasi juga terjadi pada pengawasan dari patroli aparat TNI Angkatan
sumber daya ikan karang yang memiliki nilai Laut maupun Polisi Air, menyebabkan tidak
sosial dan ekonomi tinggi. Di perairan Indonesia terkendalinya tindak kejahatan di laut Indonesia
terdapat kurang lebih 132 jenis ikan yang bernilai yang dapat mengancam kelestarian sumber daya
ekonomi, 32 jenis diantaranya hidup di terumbu laut Indonesia, termasuk sumber daya ikan karang
karang (Zamani et al., 2011). Hal inilah yang (Jaelani & Basuki, 2014). Tidak kejahatan
menyebabkan ikan karang dijadikan sebagai tersebut meliputi kegiatan illegal fishing yang
sumber mata pencaharian bagi masyarakat pesisir mengakibatkan eksploitasi berlebihan tanpa
di berbagai negara tropis (Russ, 1991). Ikan menghiraukan pelestariannya (Bangun &
karang di daerah tropis bermanfaat untuk kondisi Pahlawan, 2014) serta penangkapan ikan yang
kehidupan, kesehatan manusia, keamanan pangan merusak (destructive fishing) dengan
dan pembangunan ekonomi yang sangat besar, menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan
dengan jutaan masyarakat yang bergantung secara peledak, alat atau cara, dan bangunan yang
langsung maupun tidak langsung (Sadovy, 2005). membahayakan melestarikan sumber daya ikan
Eksploitasi ikan karang juga terjadi seiring (Wahyuningtiyas, 2017).
dengan peningkatan permintaan sumber daya ikan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan. Lemahnya penanganan terhadap para pelaku
Peningkatan jumlah penduduk dunia merupakan tindakan kejahatan di laut ini bisa terihat dalam
salah satu faktor yang mengakibatkan peningkatan banyak kasus yang terjadi, namun para pelakunya
kebutuhan konsumsi ikan, termasuk ikan karang hanya dihukum ringan. Sebagai contohnya adalah
(Yuliana et al., 2016). kejahatan di laut dalam hal illegal fishing yang
Eksploitasi ikan karang yang telah terjadi pada mengakibatkan eksplotasi berlebihan, padahal
beberapa spesies ikan karang (De Mitcheson, berdasarkan UU No. 31 tahun 2004 tentang
2008), seperti pada ikan kerapu (famili Perikanan, dinyatakan secara tegas bahwa pelaku
Serranidae) dan kakatua (famili Scaridae), jelas illegal fishing dapat dikenai ancaman hukuman
menggambarkan ketidakcocokan antara penjara maksimal 5 tahun. Di samping itu, adanya
permintaan global untuk ikan karang dan peran indikasi para aparat kurang serius dalam
mendasar sebagai kelompok fungsional dalam penanganan para pelaku kejahatan di laut,
ekosistem ketahanan di laut (Bellwood et al., misalnya pada tahun 2007 terdapat 103 kasus
2004). tindak pidana di bidang perikanan dengan
berbagai bentuk pelanggaran. Ironisnya, hanya 77
kasus yang telah diajukan ke proses pengadilan,
3. Lemahnya Pengawasan dan Penegakan
sehingga menimbulkan kesan kurang
Hukum
profesionalnya para aparat dalam penanganannya satu kasusnya adalah kecelakaan yang terjadi
(Jaelani & Basuki, 2014). pada kapal pesiar Caledonian Sky karena
kandas sehingga menabrak terumbu karang di
Kebijakan wilayah Raja Ampat, dengan estimasi
kerugian sebesar 15 juta USD dengan luasan
Sebagai suatu tindakan pencegahan dan terdampak total 18.882 m² (Witomo et al.,
pemberantasan, Indonesia telah mempunyai 2017).
beberapa peraturan perundang-undangan sebagai 4. Undang Undang RI Nomor 6 Tahun 1996
dasar hukum yang menjadi landasan pencegahan Tentang Perairan Indonesia. UU ini lahir
dan pemberantasan tindakan kejahatan yang telah sebagai aturan yang memperkuat untuk
menjadi permasalahan dalam pemanfaatan sumber memberantas illegal fishing ketika ada kapal
daya laut di Indonesia, termasuk sumber daya asing yang melintasi daerah-daerah
ikan karang (Jaelani & Basuki, 2014). Undang- sebagaimana disebutkan harus tunduk dan
undang tersebut diantaranya adalah : patuh terhadap peraturan yang berlaku di
1. Undang-Undang Laut Teritorial dan Indonesia. Diharapkan peraturan ini akan
Lingkungan Maritim Tahun 1939 (Territorial mengurangi tingkat eksploitasi berlebihan
Zee en Maritime Kringen Ordonantie, yang terjadi pada sumber daya ikan karang.
Stbl.1939 No. 442), sesuai namanya UU ini 5. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
mengatur masalah perairan laut Indonesia, tentang Perikanan, yang dalam pasal 9
mulai dari aturan mengenai penangkapan ikan dijelaskan tentang hal-hal yang dilarang,
(Pasal 2-5), mengenai izin penangkapan ikan yakni : setiap orang dilarang memiliki,
(Pasal 6-9), mengenai pelepasan jangkar/sauh menguasai, membawa, dan/atau
(Pasal 10 dan 11) dan sisanya adalah pasal- menggunakan di kapal penangkapan ikan di
pasal yang mengatur masalah sanksi pidana wilayah pengelolaan Republik Indonesia: a.
bagi orang atau korporasi yang melanggar UU Alat penangkapan ikan dan/atau alat
ini. UU ini merupakan salah satu bukti sejarah membantu penangkapan ikan yang tidak
perjalanan hukum perikanan di Indonesia sesuai dengan ukuran yang ditetapkan, b. Alat
yang menunjukan bahwa pentingnya hukum penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan
perikanan di Indonesia, karena sejak dahulu persyaratan atau standar yang ditetapkan
wilayah Indonesia sudah dikenal sebagai untuk tipe alat tertentu, c. Alat penagkapan
negara maritim yang kaya akan sumber daya ikan yang dilarang.
perikanan dan kelautan. 6. Undang Undang Nomor 32 Tahun tentang
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985 Kelautan. UU ini ditetapkan sebagai
tentang Pengesahan United Nations pelindungan lingkungan laut yang dilakukan
Convention on the Law of the Sea untuk melestarikan sumber daya kelautan dan
(UNCLOS). UU ini adalah bukti konkret mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
Indonesia mengikuti peraturan Persatuan kerusakan lingkungan di laut yang meliputi
Bangsa Bangsa (PBB) sebagai peraturan hasil konservasi laut, pengendalian pencemaran
konvensi internasional mengenai hukum laut laut, penanggulangan bencana kelautan,
internasional. Dengan meratifikasi konvensi pencegahan dan penanggulangan pencemaran,
ini, Indonesia bisa lebih tegas di dalam serta kerusakan dan bencana.
memberantas praktek illegal fishing yang 7. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan
dapat menurunkan potensi perikanan di Republik Indonesia Nomor
Indonesia, termasuk perikanan ikan karang. 2/PERMENKP/2015 tentang Larangan
3. Undang Undang RI Nomor 21 Tahun 1992 Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat
tentang Pelayaran, yang terakit dengan aturan- Hela (trawls) dan Pukat Tarik (seine nets) di
aturan dalam tata cara berlalu lintas, alur-alur Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
pelayaran, sistem rute, sarana bantu navigasi Republik Indonesia.
pelayaran, dan telekomunikasi pelayaran
sehingga dapat dicegah kerusakan terumbu Pengelolaan
karang yang merupakan habitat ikan karang 1. Pengelolaan untuk Alterasi Habitat
sebagai akibat dari kecelakaan kapal. Salah
Kerusakan ekosistem terumbu karang yang cara pengelolaan untuk tetap mempertahankan
merupakan habitat utama bagi ikan karang tidak kelestarian terumbu karang, seperti perbaikan atau
terlepas dari aktivitas manusia baik di daratan rehabilitasi habitat secara buatan, salah satunya
maupun pada ekosistem pesisir dan lautan (Sari, adalah pembuatan terumbu karang buatan
2015). Dalam upaya menanggulangi masalah (artificial reef) (Arifin et al., 2017). Terumbu
kerusakan ekosistem karang tersebut, perlu buatan adalah struktur yang berfungsi sebagai
dilakukan berbagai upaya pengelolaan seperti tempat perlindungan dan habitat, sumber
membuat berbagai peraturan yang dapat makanan, daerah pemijahan, dan perlindungan
mendukung tingkat pelestarian terumbu karang, garis pantai (White et al., 2002).
seperti mengenai larangan pengambilan karang
untuk diperdagangkan dan mengenai Pada tahun 2000 rehabilitasi terumbu karang
penambangan karang untuk dijadikan bahan dimulai dan dipelopori pertama kali oleh Tom
bangunan (Sains et al., 2004). Adanya aktivitas Goreau dan Wolf Hilbertz berupa terumbu buatan
eksploitasi terumbu karang yang kurang biorock. Terumbu karang buatan biorock
memperhatikan tingkat kelestariannya, merupakan proses alami pembentukan padatan
menyebabkan ekosistem terumbu karang tidak mineral pada kerangka besi yang diberikan listrik
dapat memenuhi fungsinya, baik sebagai feeding tegangan rendah melalui elektroda, mineral yang
ground, spawning ground maupun nursery ground dihasilkan adalah kalsium karbonat dan
(Romadhon, 2014). magnesium hidroksida. Selain sebagai restorasi
ekosistem, Harris (2009) dan Lissa (2013)
Melihat kondisi dan status terumbu karang pada menyebutkan bahwa terumbu karang biorock juga
saat ini, salah satu rumusan kebijakan nasional dapat dimanfaatkan sebagai pelindung dari erosi
pengelolaan terumbu karang adalah pesisir.
mengupayakan pelestarian, perlindungan,
perbaikan atau rehabilitasi dan peningkatan Meskipun terumbu buatan memiliki beragam
kondisi atau kualitas ekosistem terumbu karang maksud peruntukan, tetapi umumnya digunakan
bagi kepentingan masyarakat yang kelangsungan dalam perikanan dan untuk perbaikan habitat, atau
hidupnya bergantung pada eksploitasi sumber meringankan kerusakan. Beberapa di antaranya
daya alam. Perencanaan upaya pengelolaan telah digunakan untuk melindungi secara pasif
terumbu karang di suatu kawasan dilakukan agar daerah-daerah habitat yang kritis dari
terumbu karang terjaga kelestariannya sehingga pengoperasian ilegal trawl di Spanyol (Ramos-
dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan Espla & Bayle-Sempere, 1990) dan di Teluk
masyarakat secara berkelanjutan (Sudiono, 2008). Thailand (Polovina, 1991).

Tujuan keseluruhan pengelolaan terumbu karang 1.2 Restorasi Habitat


adalah untuk mempertahankan kelestarian dan
juga kemampuan terumbu karang untuk Restorasi digunakan terutama untuk memperbaiki
menyediakan layanan bagi ekosistem (misalnya, atau mengganti kembali habitat-habitat yang telah
perikanan, pariwisata, estetika dan nilai-nilai rusak oleh aktivitas manusia atau peristiwa alam
budaya), demi kesejahteraan manusia (Bellwood seperti badai. Habitat tropik penting yang dapat
et al., 2004). direstorasi, meliputi mangrove, padang lamun,
terumbu karang, dan rawa pasang surut yang
1.1 Pembuatan Terumbu Karang Buatan seluruhnya merupakan prudusen primer utama
dan habitat kritis untuk banyak spesies pantai
Selain tindakan-tindakan yang bersifat yang penting (Bohnsack, 1989). Khusus untuk
konvensional juga dapat pula dilakukan berbagai restorasi terumbu karang, teknik yang biasa
tindakan lain untuk memperbaiki produktivitas digunakan ialah dengan teknik transplantasi
perikanan melalui manipulasi habitat. Hal ini bisa karang (Rani, 2003).
dilakukan dengan cara penggunaan habitat buatan
seperti penempatan terumbu buatan atau dengan Transplantasi karang merupakan salah satu upaya
perbaikan habitat yang rusak oleh manusia atau rehabilitasi terumbu karang dengan jalan
alam (Rani, 2003). memindahkan patahan koloni dari suatu tempat
(Widjatmoko, 1999), yang selanjutnya ditanam di
Pemerintah dan masyarakat harus menginisiasi tempat lain yang mengalami kerusakan atau
menciptakan habitat yang baru pada lahan yang sekedar untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi
kosong (Kambey, 2013). yang dikuasai oleh pihak-pihak tertentu (Jaelani &
Basuki, 2014).
Woodley & Clark (1989) telah mencoba restorasi
terumbu karang dan menyimpulkan bahwa pada Sumber daya ikan harus dimanfaatkan secara
beberapa percontohan mereka sukses rasional, salah satu cara untuk menjaga kelestarian
merehabilitasi terumbu karang. Hal ini sumber daya ikan dilakukan dengan pengendalian
membuktikan bahwa restorasi habitat betul-betul usaha perikanan melalui perizinan. Untuk itu
dipertimbangkan sebagai salah satu pendekatan Menteri Kelautan dan Perikanan mengatakan
penting untuk perbaikan produktivitas perikanan bahwa butuh kerjasama dengan berbagai pihak
dalam jangka panjang (Rani, 2003). untuk mengatasinya. Salah satu pihak yang
memiliki peran cukup sentral adalah pemerintah
2. Pengelolaan dalam Eksploitasi sebagai stake holder, baik pemerinah pusat
maupun pemerintah daerah agar dapat
Campur tangan manusia terhadap lingkungan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi
dalam rangka pemanfatan sumber daya alam pembangunan sektor perikanan dan kelautan yang
semakin meningkat sejalan dengan tuntutan saat ini sebagai salah satu penggerak utama
pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin besar pembangunan ekonomi nasional (Barani, 2004).
(Pontoh, 2011). Permintaan yang tinggi diiringi
dengan harga yang terus meningkat dibandingkan Pemerintah dalam hal ini memiliki wewenang
jenis ikan lainnya mendorong pelaku usaha untuk merumuskan hukum dan kebijakan dalam
perikanan untuk meningkatkan suplai melalui hal eksploitasi sumber daya alam terutama ikan
peningkatan jumlah hasil tangkapan. Peningkatan karang. Salah satu hukum dan kebijakan adalah
jumlah hasil tangkapan dapat dilakukan dengan dikeluarkanya undang-undang tentang eksploitasi,
berbagai cara antara lain dengan cara menambah seperti Undang-Undang No. 31 dan 32 Tahun
jumlah armada, menambah jumlah nelayan, 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
meningkatkan jumlah trip serta memperluas Lingkungan (Arianto, 2014).
wilayah penangkapan. Peningkatan jumlah hasil
tangkapan ini memberikan tekanan yang semakin Dalam rangka melaksanakan kebijakan
tinggi terhadap pemanfaatan sumber daya ikan pengelolaan dan pelestarian sumber daya ikan,
karang (Nababan & Sari, 2017). pemerintah telah menetapkan ketentuan-ketentuan
yang berkaitan tentang bidang perikanan. Menurut
Peningkatan jumlah hasil tangkapan tidak dapat Arianto (2014), hal tersebut dilakukan sebagai
terus dilakukan karena sumber daya perikanan salah satu wujud pemerintah dalam memberikan
juga mengalami keterbatasan dalam melakukan solusi terkait tingginya nilai eksploitasi terhadap
reproduksi walaupun sumber daya perikanan ikan karang lewat Undang-Undang No. 31 Tahun
termasuk jenis sumber daya yang dapat pulih 2004, berikut adalah ketentuan yang diberikan
(Nababan & Sari, 2017). Di Indonesia sendiri, mengenai :
peningkatan jumlah hasil tangkapan telah
menngakibatkan kondisi penurunan stok sumber 1. Alat penangkapan ikan,
daya ikan yang telah terjadi di beberapa perairan 2. Syarat-syarat teknis perikanan yang harus
Indonesia, seperti di Selat Malaka, Teluk Jakarta, dipenuhi oleh kapal perikanan.
Pantai Utara Jawa, Makassar dan sebagian Bali 3. Jumlah penangkapan ikan, jenis dan serta
(Anna, 1999). ukuran ikan yang tidak boleh ditangkap
4. Daerah, jalur dan waktu atau musim
Dalam UU No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan penangkapan ikan
menyebutkan bahwa pengelolaan sumber daya 5. Pencegahan pencemaran dan kerusakan,
laut harus sesuai dengan kepentingan rehabilitasi dan penebaran ikan jenis baru
pembangunan nasional penduduk dari negara 6. Pembudidayaan ikan dan perlindungannya
yang bersangkutan. Hal ini membuktikan bahwa 7. Pencegahan dan pemberantasan hama serta
pengelolaan kelautan Indonesia harus penyakit ikan.
merefleksikan dari deklarasi kedaulatan bangsa
yang harus dijaga keberlangsungan dan
sustainabilitasnya, serta tidak boleh dieksploitasi
KESIMPULAN juga ikan karang. Secara umum, ada banyak
Conclusion alternatif yang dapat dilakukan sebagai
bentuk pengelolaan dalam menjaga
1. Ikan karang (reef fish) merupakan jenis ikan kelestarian termbu dan ikan karang, yaitu
dengan tingkat keanekaragaman jenis yang dengan alterasi habitat seperti pembuatan
tinggi baik dalam bentuk, ukuran, maupun terumbu karang buatan dan restorasi habitat.
warna. Penyebaran hidup ikan karang sangat 6. Dengan terciptanya sumber daya terumbu
luas dan paling banyak ditemukan di wilayah karang dan ikan karang yang lestari, maka
Indo-Pasifik. Terkhusus di perairan Indonesia populasi ikan karang di dunia pun akan
terdapat sekitar 3.000 spesies ikan karang terjaga. Hal tersebut akan berpengaruh pada
perekonomian masyarakat a karena peluang
yang termasuk ke dalam 17 ordo dan 100
usaha akan terbuka serta standar hidup
famili, yang tersebar di berbagai kepulauan
dengan distribusi tertinggi terdapat di wilayah nelayan dan masyarakat pesisir akan
timur Indonesia. meningkat. Selain itu ketersediaan ikan
2. Ikan karang memiliki peranan secara ekologis karang sebagai sumber pendapatan bagi
maupun ekonomis, secara ekologis ikan nelayan dan aset pariwisata bahari negara
karang memegang peranan penting dalam akan tercukupi.
menjaga keseimbangan antara berbagai
komponen penyusun ekosistem terumbu. DAFTAR PUSTAKA
Sedangkan secara ekonomis, ikan karang Reference
memilki nilai penting karena dua hal, yaitu
sebagai sumber pendapatan bagi nelayan dari Anggraini, J. (2014). Jenis Ikan Karang. Universitas
sektor penangkapan untuk ikan karang Sriwijaya, Fakultas Matematika dan Ilmu
konsumsi dan ikan karang hias, serta sebagai Pengetahuan Alam. Retrieved from
aset dalam sektor pariwisata bahari yang https://www.academia.edu/ (Link)
dapat meningkatkan devisa negara. Anna, S. (1999). Analisis beban pencemaran dan
3. Berbagai permasalahan yang berkaitan kapasitas asimilasi Teluk Jakarta. Analysis of
pollution load and assimilation capacity of
dengan kerusakan haitat pada ekosistem
Jakarta Bay. (Link)
terumbu karang, penangkapan yang Ariani, A. A. (2006). Pengaruh kegiatan pembangunan
berlebihan atau overexploitation dan pada ekosistem terumbu karang: studi kasus
lemahnya pengawasan serta penegakan efek sedimentasi di wilayah pesisir timur
hukum yang ada telah menyebabkan pulau Bintan. Jakarta. Program Magister
menipisnya sumber daya ikan karang. Studi Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia.
Tekanan terhadap jenis-jenis ikan karang (Link)
tersebut telah menyebabkan populasi Arianto, C. 2014. Peran Pemerintah Terhadap
alaminya sangat menurun. Saat ini baik Eksploitasi Ikan Tuna. Universitas Brawijaya,
terumbu maupun ikan karang telah banyak Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. (Link)
Arifin, F., Dirgayusa, I. G. N. P., & Faiqoh, E. (2017).
diburu karena banyaknya manfaat yang
Struktutr Komunitas Ikan dan Tutupan Karang
dimiliki. Jenis-jenis terumbu dan ikan karang di Area Biorock Desa Pemuteran, Buleleng,
terus diburu tanpa memikirkan kemampuan Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences,
repopulasi dari terumbu maupun ikan karang 3(1), 59-69. (Link)
itu sendiri. Arman, A., Zamani, N. P., & Watanabe, T. (2015).
4. Untuk menanggulangi permasalahan yang Studi penentuan umur dan laju pertumbuhan
berkaitan dengan penuruan populasi ikan terumbu karang terkait dengan perubahan
karang perlu diambil perlu diambil langkah iklim ekstrim menggunakan sinar-X. Jurnal
tegas yang merupakan peran serta pemerintah Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, 9(1).
dalam pembentukan berbagai macam (Link)
Arthana, I. W. (2009). Komunitas ikan karang di Pantai
peraturan tertulis yang tegas dalam menindak
Sawangan dan Kutuh, Bali. Bumi Lestari,
persoalan ini. 9(2), 224-232. (Link)
5. Selain tindakan pencegahan, tindakan Bangun, O. V., & Pahlawan, I. (2014). Efektivitas Cites
pengelolaan juga perlu diberlakukan demi (Convention on International Trade in
pulihnya sumber daya terumbu karang dan Endangered Species of Wild Fauna and Flora)
Dalam Mengatur Perdagangan Hiu Di Fitri, A. D. P., & Khohar, A. (2004). Analisis Trap Net
Kawasan Coral Triangel (Implementasi Di Sebagai Alat Penangkap Ikan Hias Karang
Indonesia). Jurnal Online Mahasiswa Ramah Lingkungan Di Perairan Karimun.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Link)
Universitas Riau, 1(2). (Link) Ghiffar, M. A., Irham, A., Harahap, S. A., Kurniawaty,
Barani, H. M. (2004). Pemikiran Percepatan N., & Astuty, S. (2017). Hubungan Kondisi
Pembangunan Perikanan Tagkap Melalui Terumbu Karang Dengan Kelimpahan Ikan
Gerakan Nasional. Makalah disampaikan Karang Target Di Perairan Pulau Tinabo
pada Kuliah pengantar falsafah sains tanggal, Besar, Taman Nasional Taka Bonerate,
6. (Link) Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Kelautan
Bellwood, D. R., Hughes, T. P., Folke, C., & Nyström, Spermonde, 3(2). (Link)
M. (2004). Confronting the coral reef crisis. Gomez, E. D., Alcala, A. C., Yap, H. T., Alcala, L. C.,
Nature, 429(6994), 827. (Link) & Alino, P. M. (1997). Reef management in
Bindoff, N.L., Willebrand, J., Artale, V. et al. (2007). developing countries: The Philippines as a
Observation, oceanic climate change and sea case study. In Proc. 8th Int. Coral Reef Symp
level. In: Climate Change 2007: The Physical (Vol. 1, pp. 123-128). (Link)
ScienceBasis. Contribution of Working Group Guinotte, J. M., & Fabry, V. J. (2008). Ocean
I to the Fourth Assessment Report of the acidification and its potential effects on
Intergovernmental Panel on Climate Change marine ecosystems. Annals of the New York
(eds S. Solomon, D. Qin, M. Manning, Z. Academy of Sciences, 1134(1), 320-342.
Chen, M. Marquis, K.B. Averyt, M. Tignor (Link)
and H.L. Miller). Cambridge University Press, Haris, A & Supatma, T. 2008. Keanekaragaman,
Cambridge, UK, pp. 385–432. (Link) Kelimpahan, dan Distribusi Ikan Terumbu
Birkeland, C. (1997) Life and Death of Coral Reefs. Karang. Kota Bontang, P. K. T. (Link)
Chapman & Hall, New York. (Link) Harris, L. E. (2009). Artificial reefs for ecosystem
Bohnsack, J. A. (1989). Are high densities of fishes at restoration and coastal erosion protection with
artificial reefs the result of habitat limitation aquaculture and recreational amenities. Reef
or behavioral preference?. Bulletin of Marine Journal, 1(1), 235-246. (Link)
Science, 44(2), 631-645. (Link) Hartati, S. T., & Edrus, I. N., 2005. “Komunitas Ikan
Burke, L., Selig, E., & Spalding, M. (2006). Reefs at Karang di Perairan Pantai Pulau Rakiti dan
risk in Southeast Asia. (Link) Pulau Taikabo, Teluk Saleh, Nusa Tenggara
Cesar, H. (1997). Nilai ekonomi terumbu karang Barat” Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.
Indonesia. World Bank. (Link) Edisi Sumber Daya dan penangkapan. Volume
Choat, J. H., & Bellwood, D. R. (1991). Reef fishes: 11. Nomor 2. (Link)
their history and evolution. In The ecology of Hidayati, L. 2017. Pengelolaan Daerah Perlindungan
fishes on coral reefs (pp. 39-66). (Link) Laut Berdasarkan Konektivitas Habitat
De Mitcheson, Y. S., Cornish, A., Domeier, M., Colin, Padang Lamun dan Terumbu Karang (Studi
P. L., Russell, M., & Lindeman, K. C. (2008). Kasus DPL Desa Bahoi, Provinsi Sulawesi
A global baseline for spawning aggregations Utara) (Doctoral dissertation, Bogor
of reef fishes. Conservation Biology, 22(5), Agricultural University (IPB)). (Link)
1233-1244. (Link) Hoegh-Guldberg, O. (1999). Climate change, coral
Dhahiyat, Y., Sinuhaji, D., & Hamdani, H. (2017). bleaching and the future of the world's coral
Struktur Komunitas Ikan Karang Didaerah reefs. Marine and freshwater research, 50(8),
Transplantasi Karang Pulau Pari, Kepulauan 839-866. (Link)
Seribu [Community Structure of Coral Reef Hughes, T. P., Baird, A. H., Bellwood, D. R., Card, M.,
Fish in the Coral Transplantation Area Pulau Connolly, S. R., Folke, C., ... & Lough, J. M.
Pari, Kepulauan Seribu]. Jurnal Iktiologi (2003). Climate change, human impacts, and
Indonesia, 3(2), 87-94. (Link) the resilience of coral reefs. science,
Emor D. 1993. Hubungan Koresponden Antara Pola 301(5635), 929-933. (Link)
Sebaran Komunitas Karang dan Komunitas Ihkamuddin, Z., & Redjeki, S. (2014). Kondisi
Ikan Di Terumbu Karang Pulau Bunaken Kematangan Gonad Ikan Karang Pada Bulan
[Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana Institut Februari Di Perairan Pulau Koon, Seram
Pertanian Bogor.95 hlm. (Link) Bagian Timur, Maluku. Journal of Marine
Feely, R. A., Sabine, C. L., Lee, K., Berelson, W., Research, 3(3), 359-365. (Link)
Kleypas, J., Fabry, V. J., & Millero, F. J. Ipa, N. 2013. Keragaman Dan Kelimpahan Ikan Pada
(2004). Impact of anthropogenic CO2 on the Terumbu Karang Di Pulau Sarappolompo
CaCO3 system in the oceans. Science, Kabupaten Pangkep. Universitas Hasanuddin.
305(5682), 362-366. (Link) (Link)
Jackson, D. A., & Harvey, H. H. (1995). Gradual Makian Provinsi Maluku Utara. DEPIK
reduction and extinction of fish populations in Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan
acid lakes. Water, Air, and Soil Pollution, Perikanan, 1(2). (Link)
85(2), 389-394. (Link) Pandiangan, S. L. (2009). Studi Keanekaragaman Ikan
Jaelani, A. Q., & Basuki, U. (2014). Illegal, Unreported Karang di Kawasan Perairan Bagian Barat
and Unregulated (IUU) Fishing. Upaya Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam.
Mencegah dan Memberantas Illegal Fishing Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di
dalam Membangun Poros Maritim Indonesia. Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah
Jurnal Supremasi Hukum, 3(1), 168-192. Nanggroe Aceh Darussalam. (Link)
(Link) Panggabean, A. S. (2016). Keanekaragaman Jenis Ikan
Kambey, A. D. (2013). The Growth of Hard Coral Karang Dan Kondisi Kesehatan Karang Di
(Acropora sp.) Transplants in Coral Reef of Pulau Gof Kecil Dan Yep Nabi Kepulauan
Malalayang Waters, North Sulawesi, Raja Ampat Condition Of Coral Reef In
Indonesia. Jurnal Ilmiah Platax, 1(4), 196- Relation To Fish Diversity At Gof Kecil And
203. (Link) Yep Nabi Islands In Raja Ampat Islands.
Kasim, F. (2014). Pelestarian Terumbu Karang untuk (Link)
Pembangunan Kelautan Daerah Patriana, R., & Satria, A. (2013). Pola Adaptasi
Berkelanjutan. Makalah, 2(265). (Link) Nelayan Terhadap Perubahan Iklim: Studi
Lissa. (2013). Keanekaragaman Ikan Karang di Kasus Nelayan Dusun Ciawitali, Desa
Terumbu Karang Kawasan Konservasi Pulau Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten
Biawak. Wacana Didaktita, 3(13), 47-50. Ciamis, Jawa Barat. Jurnal Sosial Ekonomi
(Link) Kelautan dan Perikanan, 8(1), 11-23. (Link)
Lovejoy, T. E., & Hannah, L. (2005). Global Patty, W., Manu, G., Reppie, E., & Dey, L. N. 2015.
greenhouse gas levels and the future of Komunitas Ikan Karang pada Terumbu Buatan
biodiversity. Climate change and biodiversity, Biorock di Perairan Pulau Siladen Kota
387-395. (Link) Manado, Sulawesi Utara. Jurnal Perikanan
Manembu, I., Adrianto, L., Bengen, D. G., & Yulianda, Universitas Gadjah Mada, 17(2), 73-78.
F. (2012). Distribusi karang dan ikan karang (Link)
di kawasan reef ball Teluk Buyat Kabupaten Polovina, J. J. (1991). Fisheries applications and
Minahasa Tenggara. Jurnal Perikanan dan biological impacts of artificial habitats.
Kelautan Tropis, 8(1), 28-32. (Link) Artificial habitats for marine and freshwater
Marasabessy, M. D. 2010. "Keanekaragaman Jenis fisheries. Academic Press, San Diego,
Ikan Karang Di Perairan Pesisir Biak Timur, California, 153-176. (Link)
Papua". Oseanologi dan Limnologi di Pontoh, O. (2011). Penangkapan Ikan dengan Bom Di
Indonesia Vol 36, No 1. Hal: 63-84. (Link) Daerah Terumbu Karang Desa Arakan Dan
Martin, J. (2009). Variabilitas Jenis Ikan Karang Di Wawontulap. Jurnal Perikanan dan Kelautan
Perairan Watu Lawang Dan Karang Pon-Pon Tropis, 7(1), 56-59. (Link)
Pasir Putih Kecamatan Bungatan Kabupaten Prasetiawati, E. (2018). Analisis Kandungan Logam
Situbondo (Doctoral Dissertation, University Berat Pada Spesies Ikan Karang Di Perairan
Of Muhammadiyah Malang). (Link) Kepulauan Krakatau Provinsi Lampung
Marwadi, A., & Anggoro, S. (2013). Pengaruh Dengan ICP-OES. (Link)
penggunaan alat tangkap ikan hias ramah Pratchett, M. S., Munday, P., Wilson, S. K., Graham, N.
lingkungan terhadap tingkat kerusakan A., Cinner, J. E., Bellwood, D. R., ... &
terumbu karang di Gosong Karang Lebar McClanahan, T. R. (2008). Effects of climate-
Kepulauan Seribu. Management of Aquatic induced coral bleaching on coral-reef fishes.
Resources Journal, 2(3), 143-149. (Link) Ecological and economic consequences.
Munday, P. L., Jones, G. P., Pratchett, M. S., & Oceanography and Marine Biology: An
Williams, A. J. (2008). Climate change and Annual Review, 46, 251-296. (Link)
the future for coral reef fishes. Fish and Ramos-Espla, AA, and J Bayle-Sempere. 1990.
Fisheries, 9(3), 261-285. (Link) Management of living resources in the marine
Nababan, B. O., & Sari, Y. D. (2017). Optimasi reserve of Tabarca Island (Alicante, Spain).
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Karang Hidup Bull Société Zool de France 114:41-48.
Konsumsi (Life Reef Fish for Food/LRFF) di (Link)
Perairan Kepulauan Spermonde, Sulawesi Rani, C (2003). Perikanan Dan Terumbu Karang Yang
Selatan. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Rusak : Bagaimana Mengelolanya?. Jurnal
Perikanan, 2(1), 1-17. (Link) Bionatura, 5(2), 97-111. (Link)
Najamuddin, N., Ishak, S., & Ahmad, A. (2012). Rani, C., Burhanuddin, I. A., & Atjo, A. A. (2011,
Keragaman ikan karang di perairan Pulau July). Sebaran dan Keragaman Ikan Karang di
Pulau Barrang Lompo: Kaitannya dengan Internasional. (Link)
Kondisi dan Kompleksitas Habitat. In Artikel Satria, H., & Pemulihan, M. B. P. 2011. Struktur
ini dipersentasikan dalam acara seminar Komunitas Ikan Karang Di Lokasi Terumbu
nasional hasil penelitian perikanan dan Karang Buatan Di Perairan Teluk Saleh, Nusa
kelautan pada tanggal (Vol. 16). (Link) Tenggara Barat. (Link)
Rembet, U. N., Boer, M., Bengen, D. G., & Fahrudin, Sibarani, R. T. 2006. 6 5 Analisis Kesukaan Habitat
A. (2011). Struktur komunitas ikan target di Ikan Karang Di Sekitar Pulau Batam,
terumbu karang Pulau Hogow dan Putus- Kepulauan Riau. (Link)
Putus Sulawesi Utara. Jurnal Perikanan dan Simarangkir, O. R., Yulianda, F., & Boer, M. (2015).
Kelautan Tropis, 7(2), 60-65. (Link) Pemulihan Komunitas Karang Keras Pasca
Rimba, A. B., Campbell, S., Maina, J., As-syakur, A. Pemutihan Karang di Amed Bali. Jurnal Ilmu
R., & Pardede, S. 2012. Pengaruh Climate Pertanian Indonesia, 20(2), 158-163. (Link)
Stress Terhadap Ikan Dan Terumbu Karang Di Smith, C. L., and J. C. Tyler. 1972. Space resource
Pulau Weh Dan Pulau Aceh Indonesia. (Link) sharing in a coral reef fish community. Bull.
Romadhon, A. (2014). Valuasi Ekonomi Manfaat Natur. Hist. Mus. Los Angeles County.
Ekosistem Terumbu Karang di Pulau Sapudi, 14:125-170. (Link)
Sumenep, Madura. Agriekonomika, 3(2), 142- Sudiono, G. (2008). Analisis pengelolaan terumbu
152. (Link) karang pada kawasan konservasi laut daerah
Rondonuwu, A. B., Tombokan, J. L., & Rembet, U. N. (KKLD) pulau randayan dan sekitarnya
(2013). Distribusi dan kelimpahan ikan karang Kabupaten bengkayang provinsi kalimantan
famili pomacentridae di perairan terumbu barat (Doctoral dissertation, Program Pasca
karang Desa Poopoh Kecamatan Tombariri Sarjana Universitas Diponegoro). (Link)
Kabupaten Minahasa. Jurnal Ilmiah Platax, Sukmara, A., Siahainenia, A. J., & Rotinsulu, C.
1(2), 87-91. (Link) (2001). Panduan pemantauan terumbu karang
Royal, S. (2005). Ocean acidification due to increasing berbasis-masyarakat dengan metoda Manta
atmospheric carbon dioxide/The Royal Tow. Coastal Resources Center, Jakarta.
Society. Policy document/Royal Society of (Link)
London, 12(05). (Link) Sumadhiharga, O. K., Djamali, A., & Badrudin, M.
Rudi, E., & Fadli, N. (2012). Komunitas ikan karang (2006). Keanekaragaman Jenis Ikan Karang di
herbivora di perairan Aceh bagian utara. Perairan Belitung Barat, Kepulauan Bangka
DEPIK Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir Belitung. Ilmu Kelautan: Indonesian Journal
dan Perikanan, 1(1). (Link) of Marine Sciences, 11(4), 201-209. (Link)
Russ, G.R. (1991) Coral reef fisheries: effects and Thomas, C. D., Cameron, A., Green, R. E., Bakkenes,
yields. In: The Ecology of Fishes on Coral M., Beaumont, L. J., Collingham, Y. C., ... &
Reefs (ed. P.F. Sale). Academic Press, San Hughes, L. (2004). Extinction risk from
Diego, CA, pp. 601–635. (Link) climate change. Nature, 427(6970), 145.
Sadovy, Y. (2005) Trouble on the reef: the imperative (Link)
for managing vulnerable and valuable Tomascik, T. (1997). The ecology of the Indonesian
fisheries. Fish and Fisheries 6, 167–185. seas. Oxford University Press. (Link)
(Link) Utomo, S. P. R., & Ain, C. (2013). Keanekaragaman
Sains, F., Tarumingkeng, I. R. C., Coto, I. Z., & Jenis Ikan Karang di Daerah Rataan dan Tubir
Hardjanto, I. (2004). Transplantasi karang pada Ekosistem Terumbu Karang di Legon
batu marga Acropora pada substrat buatan di Boyo, Taman Nasional Karimunjawa, Jepara.
perairan Tablolong kabupaten Kupang. (Link) Management of Aquatic Resources Journal,
Sale, P. F. (1977). Maintenance of high diversity in 2(4), 81-90. (Link)
coral reef fish communities. The American Vatria, B. (2013). Berbagai Kegiatan Manusia Yang
Naturalist, 111(978), 337-359. (Link) Dapat Menyebabkan Terjadinya Degradasi
Salim, D. (2012). Pengelolaan ekosistem terumbu Ekosistem Pantai Serta Dampak Yang
karang akibat pemutihan (Bleaching) dan Ditimbulkannya. (Link)
rusak. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Wahyuningtiyas, Y. W. (2017). Penanganan Tindak
Marine Science and Technology, 5(2), 142- Pidana Di Bidang Perikanan Berdasarkan
155. (Link) Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia.
Sari, I. P. 2015. Perlindungan Dan Pengelolaan Jurnal Rechtens, 6(1). (Link)
Terumbu Karang Terhadap Lungkungan Westmacott, S., Teleki, K., Wells, S., & West, J. (2000).
Hidup Di Indonesia Ditinjau Dari Hukum Pengelolaan terumbu karang yang telah
Internasional. Perlindungan Dan Pengelolaan memutih dan rusak kritis. Yayasan Terumbu
Terumbu Karang Terhadap Lungkungan Karang Indonesia. (Link)
Hidup Di Indonesia Ditinjau Dari Hukum White, A. T., Chou, L. M., Silva, M. D., Guarin, F. Y.,
Falk, T. M., Abban, E. K., ... & Wong, P. P.
(2002). Artificial reefs for marine habitat
enhancement in Southeast Asia. Language,
8816(8817). (Link)
Widjatmoko, W. (1999). Teknologi Transplantasi
Karang: Rekayasa Reproduksi Aseksual
Acropora aspera Guna Mempercepat
Rehabilitasi Lingkungan Terumbu Karang.
(Link)
Wilkinson, C., Souter, D., & Goldberg, J. (2005).
Status of coral reefs in tsunami-affected
countries: 2005. Australian Institute of Marine
Science; Global Coral Reef Monitoring
Network. (Link)
Witomo, C. M., Firdaus, M., Soejarwo, P. A.,
Muawanah, U., Ramadhan, A., Pramoda, R.,
& Koeshendrajana, S. (2017). Estimasi
Kerugian Ekonomi Kerusakan Terumbu
Karang Akibat Tabrakan Kapal Caledonian
Sky Di Raja Ampat. Buletin Ilmiah Marina
Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan,
3(1), 7-19. (Link)
Woodley, J. D., & Clark, J. R. (1989). Rehabilitation of
degraded coral reefs. In Coastal Zone'89 (pp.
3059-3075). ASCE. (Link)
Yuliana, E., Boer, M., Fahrudin, A., Kamal, M. M., &
Muttaqin, E. (2016). Status Stok Ikan Karang
Target Di Kawasan Konservasi Taman
Nasional Karimunjawa Stock Status Of Target
Reef Fishes In Marine Protected Area Of
Karimunjawa National Park. (Link)
Yusuf, M. (2013). Kondisi terumbu karang dan potensi
ikan di perairan taman nasional Karimunjawa,
Kabupaten Jepara. Buletin Oseanogrrafi.
(Link)
Yusuf, Y., & Ali, A. B. (2004). The use of butterflyfish
(Chaetodontidae) as bioindicator in Coral
Reef Ecosystem. Biomonitoring of Tropical
Coastal Ecosystems, 175-183. (Link)
Zamani, N. P., Wardiatno, Y., & Nggajo, R. (2011).
Strategi Pengembangan Pengelolaan Sumber
Daya Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) Pada
Ekosistem Terumbu Karang di Kepulauan
Seribu. Jurnal Saintek Perikanan, 6(2), 38-51.
Zulfianti. 2014. Distribusi dan Keanekaragaman Jenis
Ikan Karang (Famili Pomacentridae) Untuk
Rencana Referensi Daerah Perlindungan Laut
(DPL) Di Pulau Bonetambung Makassar.
Universitas Hassanudin, Makassar. (Link)

Anda mungkin juga menyukai