Konservasinya
Daista Gusmarty1 , Dinda Lestari 2, Fadila Turahmah3, Hesti Putri Nyai Sakti4
1
Department of Science Education, IAIN Bengkulu. Raden Fatah Street, Pagar Dewa, Bengkulu
38211, Indonesia
2.
Early Childhood Education, University of Bengkulu. Bengkulu Indonesia
Coressponding Author. E-mail:
1
Daistagusmarty@gamil.com
2
inda09322@gmail.com
3
Fadilaturahmah105@gamil.com
4
Hestiputribengkulu@gmail.com
Abstrak
Indonesia adalah negara kepulauan dimana dua per tiga wilayahnya merupakan lautan. Terumbu
karang merupakan salah satu potensi sumberdaya perairan yang melimpah di Indonesia, karena
secara ekologi terumbu karang hanya dapat tumbuh di wilayah beriklim tropis. Indonesia
menempati peringkat teratas untuk luas dan kekayaan jenis terumbu karang. Lebih dari 75.000
km2 atau sebesar 14% dari luas INFO BPK Manado Vol.3 No.2 Tahun 2013 148 total terumbu
karang dunia. Terumbu karang berfungsi sebagai tempat hidup berbagai jenis biota laut,
keberadaannya pun sangat peka terhadap perubahan. Kerusakan pada terumbu karang akan
menimbulkan dampak pada kehidupan bawah laut karena adanya saling ketergantungan satu
dengan yang lainnya. Kerusakan terumbu karang terdeteksi di 93 negara dari 109 negera yang
memiliki kekayaan terumbu karang termasuk di Indonesia. Kerusakan yang terjadi sebagian
besar diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti kegiatan wisata yang melebihi daya dukung
kawasan, adanya penggunaan racun ikan, polusi dan sedimentasi bahkan pemanenan terumbu
karang secara besar-besaran. Untuk mencegah semakin berlanjutnya kerusakan yang terjadi,
diperlukan sebuah kegiatan pengelolaan terumbu karang. Pengelolaan pada hakekatnya
dilakukan dalam bentuk pengontrolan terhadap tindakan manusia untuk memanfaatkan terumbu
karang secara bijaksana. Konsep Kawasan Konservasi Laut (KKL) merupakan salah satu usaha
untuk melindungi terumbu karang dalam konteks struktur, fungsi dan integritas ekosistem serta
mempertahankan keanekaragaman hayati pada semua tingkatan trofik dalam ekosistem.
Kata kunci : terumbu karang, ekosistem, biota, laut, konservasi
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan dua pertiga wilayahnya adalah lautan.
Selain diberikan gelar sebagai negara bahari, posisinya yang strategis yaitu di wilayah tropis
menjadikan Indonesia juga dikenalsebagai negara yang kaya akan keragaman hayati. Hamparan
laut yang sangat luas merupakan potensi sekaligus tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat
mengembangkan sumberdaya perairannya. Terumbu karang merupakan salah satu komponen
utama sumber daya pesisir dan laut utama. Terumbu karang merupakan kumpulan fauna laut
yang berkumpul menjadi satu membentuk terumbu. Struktur ttubuh karang banyak terdiri atas
kalsium dan karbon. Terumbu karang adalah struktur hidup yang terbesar dan tertua didunia.
Terumbu karang merupakan salah satu sumberdaya perairan yang sangat melimpah di
Indonesia. Sebagai penghuni ekosistem laut, terumbu karang indonesia menempati peringkat
teratas dunia untuk luas dan kekayaan jenisnya. Lebih dari 75.000 km2 atau sebesar 14% dari
luas total terumbu karang dunia (Dahuri, 2003). Terumbu karang merupakan ekosistem yang
sangat peka dan sensitif. Jangankan dirusak, hanya diambil sebuah pun keutuhannya akan
terganggu hal ini disebabkan oleh adanya saling ketergantungan antara ribuan makhluk yang ada
di dalam terumbu karang tersebut. Proses terciptanya pun tidak mudah, dibutuhkan waktu
berjuta-juta tahun hingga terbentuk secara utuh. Diperkirakan terumbu karang di Indonesia
terbentuk sejak 450 tahun silam. Keragaman terumbu karang di Indonesia cukup tinggi, terdapat
lebih dari 480 jenis karang batu telah teridentifikasi dan 60% dari jenis karang telah
dideskripsikan itupun baru di bagian Timur Indonesia.
Sebagai salah satu ekosistem utama pesisir dan laut, terumbu karang memiliki nilai
ekologis dan ekonomis yang tinggi. Secara ekologis, terumbu karang berperan dalam melindungi
pantai dari hempasan ombak dan arus kuat, terumbu karang juga berfungsi sebagai habitat,
tempat mencari makanan, tempat asuhan serta pemijahan bagi biota laut. Secara ekonomis,
terumbu karang memiliki fungsi sebagai tempat penangkapan berbagai jenis biota laut, ikan hias,
bahan baku farmasi serta pilihan daerah wisata yang menarik. Hasil perhitungan valuasi ekonomi
dari kegiatan perikanan, perlindungan pantai serta pariwisata di Indonesia diperkirakan
menghasilkan nilai sekitar 1,6 miliyar dollar AS (Burke et al., 2002).
Ekosistem terumbu karang terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal seperti
paparan benua dan gugusan pulau-pulau di perairan tropis. Untuk mencapai pertumbuhan
maksimum, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih dengan suhu perairan yang hangat,
gerakan gelombang yang besar dan sirkulasi air yang lancar serta terhindar dari proses
sedimentasi. Ekosistem terumbu karang memiliki kemampuan yang baik dalam memperbaiki
bagian yang rusak apabila karakteristik habitat dari berbagai macam formasi terumbu karang dan
faktor lingkungan yang memengaruhinya terpelihara dengan baik. Seperti ekosistem lainnya,
terumbu karang tidak memerlukan campur tangan atau manipulasi langsung manusia untuk
kelangsungan hidupnya (Dahuri, 2003). Nampaknya keragaman hayati karang, fungsi ekologis
dan ekonomis yang tinggi ini juga dibarengi oleh ancaman yang tinggi. Berbagai aktivitas
manusia seperti pengambilan karang secara ilegal, penggunaan bom, penangkapan ikan,
pembuangan jangkar, sedimentasi, serta isu dunia saat ini yaitu perubahan iklim, semuanya ini
dapat menurunkan kualitas dan kuantitas terumbu karang di perairan khususnya Kepulauan
Indonesia. Sjafrie (2011) melaporkan bahwa berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI, dari 985 stasiun yang tercatat sampai dengan tahun 2008 menunjukkan hanya
5,48% terumbu karang di Indonesia dalam keadaan sangat baik.
Di Kepulauan Seribu misalnya, hasil kajian dari Yayasan Terangi tahun 2013
menjelaskan bahwa kerusakan terumbu karang sudah mencapai tahap yang mengkhawatirkan
sebagai akibat pembuangan berton-ton limbah dan sampah yang mengalir ke Teluk Jakarta
(Kusuma, 2013). Di Pulau Bangka, kerusakan terumbu karang yang cukup vital disebabkan oleh
kapal isap yang melakukan penambangan timah lepas pantai secara besar-besaran. Kerusakan ini
tidak hanya menyebabkan kerusakan terumbu karang tapi juga padang lamun yang merupakan
penyangga sektor perikanan dan pariwisata bahari yang merupakan sektor harapan (Ambalika,
2010).
Data dan fakta di atas mengisyaratkan bahwa jika tidak diambil langkah-langkah
progresif, maka dipastikan laju degradasi terumbu karang di negara kita akan semakin
menghawatirkan. Artinya, harus ada upaya nasional minimal untuk mengurangi laju
kerusakannya. Jika tidak, degradasi terumbu karang dikuatirkan akan semakin luas dan besar
serta konsekuensinya juga akan berdampak secara ekologis maupun ekonomis bagi Indonesia
sendiri tentunya.Usaha konservasi yang dapat memberikan perlindungan, pengawetan serta
pemanfaatan sumberdaya alam yang ada secara lestari sangat diperlukan dalam hal ini.
Metode
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder dan bersifat
deskriptif kuantitatif. Kajian difokuskan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat terhadap
pemanfaatan fungsi terumbu karang menggunakan data mereview hasil wawancara kepada
mantan nelayan.
Kesiimpulan
Dari hasil yang diperoleh bahwa terumbu karang memiliki banyak sekali manfaat yang dapat
digunakan masyarakat sekitar pesisir untuk menjadikan terumbu karang sebagai mata pencarian
agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Daftar Pustaka
Arifin, T. 2008. Akuntabilitas dan Keberlanjutan Pengelolaan Kawasan Terumbu Karang Di
Selat Lembeh Kota Bitung. [Disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, M.J. Sitepu, 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir
dan Lautan Secara Terpadu. Penerbit PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Hikmah, 2002. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press. Bandung. Hutomo,
2012. Terumbu Karang dan Pengembangan Wisata Bahari yang Berkelanjutan.
Puslitbang Oseanologi - LIPI.