Anda di halaman 1dari 5

Andi Adelya Nurmadhani

J011201073

TUGAS WSBM
KONDISI POTENSI SUMBER DAYA HAYATI

Sumber Daya Alam (SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam dan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Berdasarkan asalnya
sumber daya alam terbagi menjadi dua jenis, yaitu sumber daya alam hayati dan
non hayati. Sumber daya alam hayati adalah sumber daya alam yang berasal dari
makhluk hidup.

Sumber daya alam hayati bisa berasal dari hewan maupun tumbuhan.
Contoh sumber daya alam hayati yakni ayam, sapi, sayur, padi, jagung, kapas, kayu,
teh, kopi, hingga ikan. Sumber daya alam hayati sangat perlu dijaga kelestariannya
agar generasi berikutnya masih dapat menikmati kayanya sumber daya alam di
Indonesia. Adapun kondisi potensi sumber daya alam hayati di Indonesia adalah
sebagai berikut:

1. Sumber Daya Perikanan Laut


Potensi sumber daya perikanan laut di Indonesia terdiri dari sumber
daya perikanan pelagis besar (451.830 ton/tahun) dan pelagis kecil
(2.423.000 ton/tahun), sumber daya perikanan demersal 3.163.630
ton/tahun, udang (100.720 ton/tahun), ikan karang (80.082 ton/tahun) dan
cumi-cumi 328.960 ton/tahun. Dengan demikian secara nasional potensi
lestari perikanan laut sebesar 6,7 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan
mencapai 48% (Dirjen Perikanan 1995).
Dengan demikian masih terbuka peluang untuk peningkatan
produksi dan produktivitas lahan. Keterlibatan masyarakat dalam
meningkatkan produksi perlu diatur sehingga bisa mendatangkan
keuntungan bagi semua pihak dalam pengelolaan yang bersifat ramah
lingkungan, lestari berkelanjutan.
Usaha penangkapan ikan, perlu adanya peningkatan keterampilan
bagi masyarakat dengan menggunakan teknologi baru yang efisien. Hal ini
untuk mengantisipasi persaingan penangkapan oleh negara lain yang sering
masuk ke perairan Indonesia dengan teknologi lebih maju. Usaha ini
melibatkan semua pihak mulai dari masyarakat nelayan, pengusaha dan
pemerintah serta pihak terkait lainnya.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah memberi pengertian pada
masyarakat nelayan tentang bahaya penangkapan yang tidak ramah
lingkungan seperti penggunaan bahan peledak atau penggunaan racun
seperti sianida dan potasium.
Pada bidang pertambakan disamping dilakukan secara ekstensifikasi,
usaha peningkatan hasil pertambakan dalam bentuk intensifikasi. Hal ini
jika dihubungkan dengan pengelolaan tambak di Indonesia pada umumnya
masih tradisional.
Keterlibatan masyarakat dalam bentuk pertambakan inti rakyat
dimana perusahaan sebagai intinya dan masyarakat petambak sebagai
plasma merupakan suatu konsep yang baik meskipun kadang kala dalam
pelaksanaannya banyak mengalami kendala. Hubungan lainnya seperti
kemitraan antara masyarakat petambak dengan pengusaha penyedia sarana
produksi juga adalah salah satu model kemitraan yang perlu dikembangkan
dan disempurnakan dimasa yang akan datang.
2. Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan
yang penting di wilayah pesisir. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai
penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi
bermacam biota, penahan abrasi, penyerap limbah, hutan mangrove juga
mempunyai fungsi ekonomis seperti penyedia kayu, daun-daunan sebagai
bahan baku obat obatan, dan lain-lain.
Segenap kegunaan ini telah dimanfaatkan secara tradisional oleh
sebagian besar masyarakat pesisir di tanah air. Potensi lain dari hutan
mangrove yang belum dikembangkan secara optimal, adalah kawasan
wisata alam (ecotourism). Padahal di negara lain, seperti Malaysia dan
Australia, kegiatan wisata alam di kawasan hutan mangrove sudah
berkembang lama dan menguntungkan (Dahuri et al 2004).
Indonesia memiliki hutan mangrove yang luas dibandingkan dengan
negara lain. Hutan-hutan ini dapat menempati bantaran sungai-sungai besar
hingga 100 km masuk ke pedalaman seperti yang dijumpai di sepanjang
sungai Mahakam dan sungai Musi.
3. Pandang Lamun dan Rumput Laut (Tumbuhan Laut)
Lamun (sea grass), atau disebut juga ilalang laut, adalah satu-
satunya kelompok tumbuhan berbunga yang tercatat di lingkungan laut.
Tumbuhan ini hidup di habitat perairan dangkal. Seperti halnya rumput di
darat, lamun juga mempunyai tunas berdaun tegak dan tangkai-tangkai
merayap yang dinamakan rhizoma. Padang lamun mempunyai fungsi yang
sangat vital dalam ekosistem perairan yaitu, meredam ombak dan
melindungi pantai, tempat pemijahan, daerah asuhan larva, tempat makan,
rumah tempat tinggal biota laut dan wisata bahari.
Melihat besarnya potensi pemanfaatan alga, terutama untuk ekspor,
maka saat ini telah diupayakan untuk dibudidayakan. Misalnya budidaya
Euchema spp telah di coba di Kepulauan Seribu (Jakarta), Bali, Pulau
Samaringa (Sulawesi Tengah), Pulau Telang (Riau), dan Teluk Lampung
Usaha budidaya rumput laut telah banyak dilakukan dan masih bisa
ditingkatkan. Keterlibatan semua pihak dalam teknologi pembudidayaan
dan pemasaran merupakan faktor yang menentukan dalam menggairahkan
masyarakat dalam mengembangkan usaha budidaya rumput laut.
Peranan pemerintah regulasi dalam penentuan daerah budidaya,
bantuan dari badan-badan peneliti untuk memperbaiki mutu produksi serta
jaminan harga yang baik dari pembeli/eksportir rumput laut sangat
menentukan kesinambungan usaha budidaya komoditi ini.
4. Terumbu Karang
Terumbu karang adalah salah satu makhluk hidup yang mudah
ditemukan di sepanjang pantai. Terumbu karang adalah terumbu yang
proses pembentukannya dari kapur yang kebanyakan diproduksi oleh koral.
Terumbu tersebut berarti endapan batuan sedimen kapur yang ada di dalam
laut. Koral ialah binatang yang memproduksi kapur untuk kerangka pada
tubuhnya. Bila jumlah ribuan koral membentuk koloni, maka mereka akan
bisa membentuk sebuah karang.
Terumbu karang sendiri memiliki berbagai macam jenis.
Berdasarkan tipenya terumbu karang dibagi menjadi terumbu karang bertepi
lunak dan terumbu karang bertepi keras. Berdasarkan letaknya terumbu
karang dibedakan menjadi terumbu karang tepi, penghalang, cincin, dan
datar. Berdasarkan zonasi terumbu karang dibedakan menjadi terumbu yang
menghadap ke arah angin dan yang membelakangi angina.
Terutama di daerah ekosistem pantai, salah satunya di Indonesia.
Indonesia memiliki kurang lebih 50.000 km2 ekosistem terumbu karang
yang tersebar di seluruh wilayah pesisir dan lautan. Terumbu karang
mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan,
pelindung fisik, tempat pemijahan, tempat bermain dan asuhan berbagai
biota.
Terumbu karang juga menghasilkan berbagai produk yang
mempunyai nilai ekonomi penting seperti berbagai jenis hasil perikanan,
batu karang untuk konstruksi. Dari segi estetika, terumbu karang dapat
menampilkan pemandangan yang sangat indah. Upaya pemanfaatan sumber
daya alam yang lestari dengan melibatkan masyarakat sangat dibutuhkan.
Cara seperti ini telah berhasil dikembangkan di Bunaken Sulawesi
Utara dimana masyarakat terlibat dalam sektor ekonomi seperti pelayanan
pada penjualan suvenir, makanan kecil, dan penyediaan fasilitas untuk
menikmati keindahan terumbu karang; perahu katamaran (perahu yang
mempunyai kaca pada bagian tengah, sehingga orang bisa melihat langsung
ke dalam air melalui kaca tersebut) atau jasa scuba diving sedangkan
perusahaan bisa menyediakan fasilitas hotel, restauran dan lain-lain.

Referensi:

Mulyono M, Firdaus R, Alka CMN, Hamdani. 2017. Sumber Daya Hayati Laut
Indonesia: Sebuah Pengantar Sumber Daya Hayati Laut Indonesia.
https://books.google.co.id/books?id=NBp5DwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl
=id#v=onepage&q&f=false. Diakses pada 15 Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai