PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber daya laut adalah sumber daya yang meliputi, ruang lingkup yang luas yang
mencankup kehidupan laut (flora dan fauna, mulai dari organisme mikroskopis hingga
paus pembunuh dan habitat laut) mulai dari perairan dalam sampai ke daerah pasang
surut dipantai dataran tinggi dan daerah muara yang luas. Berbagai orang
memanfaatkan dan berinteraksi dengan lingkungan laut mulai dari pelaut, nelayan
komersial, pemanen kerang, ilmuwan dan lain-lain. Dan digunakan untuk berbagai
kegiatan baik rekreasi, penelitian, industri dan kegiatan lain yang bersifat komersial.
Sumber daya laut dibatasi pada sumber daya dapat pulih (renewable resources)
yaitu sumber daya hayati laut dengan ekosistem yang menyusunnya. Sumber daya
hayati laut meliputi hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan rumput laut,
dan perikanan laut.
A. Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem pendukung kehidupan yang penting di
wilayah pesisir dan lautan. Secara ekologis, hutan mangrove berfungsi sebagai
penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi berbagai
macam biota, penahan abrasi, amukan angin topan dan tsunami, penyerap limbah,
pencegah intrusi air laut dan lain sebagainya. Secara ekonomis, hutan mangrove
menghasilkan kayu, daun-daunan sebagai bahan baku obat dan lain sebagainya.
Tidak kurang dari 70 macam kegunaan pohon mangrove bagi kepentingan manusia
telah diidentifikasikan, meliputi "produk langsung" seperti bahan bakar kayu, bahan
bangunan, alat penangkap ikan, pupuk pertanian, bahan baku kertas, makanan,
obat-obatan, minuman, tekstil, dan "produk tidak langsung" seperti tempat rekreasi,
dan bahan makanan.
2
Kegunaan tersebut secara tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat
pesisir di Indonesia. Potensi lain dari hutan mangrove yang belum dikembangkan
secara optimal adalah sebagai kawasan wisata alam (ecoturism). Kegiatan wisata
alam semacam ini telah berkembang lama di Malaysia dan Australia. Hutan
mangrove ini dapat menempati bantaran sungai-sungai besar hingga 100 km masuk
ke pedalaman seperti dijumpai di sepanjang Sungai Mahakam dan Sungai Musi.
Luas hutan mangrove di Indonesia mengalami penyusutan terus menerus, dalam
satu dekade luas hutan mangrove tercatat turun dari 5.209.543 ha (1982) menjadi
2.496.185 ha pada tahun (1993). Penyebaran hutan mangrove di pesisir Indonesia
meliputi daerah pantai landai terutama dekat muara sungai. Ekosistem hutan
mangrove di Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati tertinggi di dunia
dengan jumlah total spesies 89, terdiri dari 35 spesies tanaman, 9 spesies perdu, 9
spesies liana, 29 spesies epifit, dan 2 spesies parasitik. Keanekaragaman hayati
hutan mangrove yang tinggi merupakan aset yang sangat berharga baik dilihat dari
fungsi ekologi maupun fungsi ekonomi.
B. Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang tinggi,
demikian pula keanekaragaman hayatinya. Terumbu karang berfungsi ekologis
sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik pantai, tempat
pemijahan, tempat asuhan dan mencari pakan bagi berbagai biota. Terumbu karang
juga mempunyai produk yang bernilai ekonomis penting seperti berbagai jenis ikan
karang, udang karang, alga, teripang, dan berbagai jenis keong dan kerrang. Di
beberapa tempat di Indonesia, karang batu (hard coral) dipergunakan untuk
berbagai kepentingan seperti konstruksi jalan dan bangunan, bahan baku industri,
dan perhiasan. Dalam industri pembuatan kapur, karang batu sering ditambang
sangat intensif seperti terjadi di pantai-pantai Bali hingga mengancam kelestarian
pantai.
3
semua tipe terumbu karang yang mencakup terumbu karang tepi (fringing reefs),
terumbu karang penghalang (barrier reefs), terumbu karang cincin (atoll) dan
terumbu tambalan (patch reefs) terdapat di perairan laut Indnesia. Terumbu karang
tepi terdapat di sepanjang pantai dan mencapai kedalaman sekitar 40 meter.
Terumbu karang penghalang berada jauh dari pantai (mencapai puluhan atau
ratusan kilometer) dipisahkan oleh laguna yang dalam sekitar 40 - 75 meter, di
Indonesia diantaranya tersebar di Selat Makasar dan sepanjang tepian Paparan
Sunda, sedang terumbu karang cincin tersebar di Kepulauan Seribu dan Taka Bone
Rate.
C. Padang Lamun
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Spermatophyta) yang sudah
sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air laut (FORTES,
1990). Lamun hidup di perairan dangkal agak berpasir, sering juga dijumpai di
ekosistem terumbu karang. Lamun membentuk padang yang luas dan lebat di dasar
laut yang masih terjangkau oleh cahaya matahari dengan tingkat energi cahaya
yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang
bentuknya mirip pita dan berakar jalar.
Di wilayah perairan Indonesia terdapat sedikitnya 7 marga dan 13 jenis lamun,
antara lain jenis Enhalus acaroides dari suku Hydrocharitaceae. Penyebaran
ekosistem padang lamun di Indonesia mencakup perairan Jawa, Sumatera, Bali,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Di dunia, secara
geografis lamun ini tampaknya memang terpusat di dua wilayah yaitu di Indo Pasifik
Barat dan Karibia. Keberadaan padang lamun dapat menstabilkan dasar laut.
4
D. Rumput laut (benthic algae)
Potensi rumput laut (alga) di perairan Indonesia dapat diamati dari potensi lahan
budidaya rumput laut yang tersebar di 26 provinsi di Indonesia. Potensi rumput laut
di Indonesia mencakup area seluas 26.700 ha dengan potensi produksi sebesar
462.400 ton/tahun. Budidaya rumput laut sudah sejak lama dilakukan oleh
masyarakat di daerah pantai seperti Bali, PP. Seribu, Riau, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Maluku. Perkembangan budidaya tersebut
mengalami pasang surut akibat masalah pemasaran yang turun naik tidak menentu.
Namun sekarang pemasarannya tidak masalah justru karena krisis ekonomi
membawa angin segar bagi produk pertanian untuk ekspor dengan naiknya nilai
dolar. Secara tradisional rumput laut dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir terutama
sebagai bahan pangan, seperti untuk lalapan, sayur, acar, manisan, kue, selain juga
dimanfaatkan sebagai obat. Pemanfaatan untuk industri dan sebagai komoditas
ekspor berkembang pesat pada beberapa dasawarsa terakhir ini. Pemanfaatan
rumput laut untuk industri terutama oleh kandungan senyawa kimia didalamnya,
khususnya karagenan, agar, dan algin. Karagenan merupakan bahan kimia yang
dapat diperoleh dari berbagai jenis alga merah seperti Gelidium, Gracilaria dan
Hypnea, sedan" algin adalah bahan yang terkandung dalam alga coklat seperti
Sargassum.
Dengan melihat besarnya potensi pemanfaatan alga, terutama untuk ekspor,
maka saat ini usaha budidayanya mulai semarak dilakukan masyarakat pesisir.
Usaha budidaya rumput laut ini berkembang di Kepulauan Seribu (Jakarta), Bali,
Pulau Samaringa (Sulawesi Tengah), Pulau Telang (Riau), dan Teluk Lampung.
Jenis rumput laut yang dibudidayakan yaitu Kappaphychus alvarezii, yang
sebelumnya dikenal sebagai Echeuma alvarezii.
5
Flores, Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik, Teluk Tomini dan Laut Maluku, Laut
Arafura. Secara nasional potensi lestari sumberdaya perikanan laut yang meliputi
sumberdaya perikanan pelagis besar, pelagis kecil, demersal, udang, ikan karang,
dan cumi-cumi adalah sebesar 6,2 juta ton/ tahun.
Dalam laporan tersebut (ANONIM, 1998) tersirat bahwa pada tahun 1997, total
produksi perikanan laut sejumlah 3,8 juta ton diantaranya kelompok ikan 84%,
krustasea 6%, moluska 3%, rumput laut 3%, dan binatang air lainnya 4%. Tingkat
pengusahaan (pemanfaatan sumberdaya ikan) tersebut dibandingkan dengan
potensi sumberdaya ikan yang besarnya 6,2 juta ton, adalah 62% nya. Dengan
demikian peluang pengembangan sektor perikanan masih terbuka. Peluang
pengembangan untuk perikanan tangkap untuk beberapa jenis komoditas ikan.
Selain potensi perikanan tangkap di laut, potensi perikanan lainnya yang belum
dimanfaatkan secara optimal adalah budidaya perikanan baik budidaya pantai
maupun budidaya laut. Potensi budidaya pantai (tambak) sekitar 830.200 ha yang
tersebar diseluruh wilayah perairan Indonesia dan yang baru dimanfaatkan untuk
budidaya ikan bandeng, kakap, udang windu dan jenis-jenis lainnya hanya sekitar
356.308 ha. Dengan demikian peluang pengembangan usaha budidaya masih
terbuka luas. Usaha budidaya mempunyai prospek yang baik dimasa yang akan
datang dalam memajukan taraf hidup para nelayan disekitar pesisir laut. Beberapa
komoditas perikanan saat ini sudah mulai dikembangkan untuk di budidayakan dan
mempunyai prospek baik yaitu berbagai jenis ikan kerapu, kakap putih, kakap
merah, bandeng, lola, batu laga, kerang mutiara, dan teripang .
F. Bahan-bahan Bioaktif
Bahan-bahan bioaktif (Bioactive substances) atau berbagai macam bahan kimia
yang terkandung dalam tubuh biota laut merupakan potensi yang sangat besar bagi
penyediaan bahan baku industri farmasi, kosmetika, pangan dan industri
bioteknologi lainnya. Sejauh ini, pemanfaatan potensi bahan-bahan bioaktif untuk
keperluan industri terutama bioteknologi masih rendah. Pemanfaatan bahan-bahan
bioaktif (natural product) dari biota laut praktis belum berkembang, padahal di
negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Malaysia, industri bioteknologi
6
yang mengelola bahan-bahan bioaktif dari laut telah menjadi salah satu industri
andalan. Di Hawai, Amerika Serikat, yang hanya memiliki sedikit terumbu karang,
telah berhasil mengembangkan industri pembuatan tulang dan gigi palsu yang
terbuat dari hewan karang. Di Madagaskar, salah satu jenis biota terumbu karang
telah diekstrak zat bioaktifnya untuk industri obat anti kanker. Indonesia yang
memiliki keanekaragaman hayati tinggi mempunyai potensi besar untuk
mengembangkan industri bioteknologi. Hal ini merupakan tantangan untuk
diwujudkan untuk dinikmati hasilnya.
Daerah kita sementara mempersiapkan diri untuk WOC dan Manado menjadi
daerah tujuan wisata. Untuk itu, saat ini adalah saat tepat untuk memikirkan
kemungkinan-kemungkinan upaya pelestarian dan perlindungan lingkungan alam laut
sekaligus untuk mempersiapkan dua events tersebut:
7
Zona Ekonomi Eksklusif
Sumber daya alam di laut kini semakin menjadi rebutan antar bangsa dan
negara, apa lagi di wilayah yang tidak jelas aturan hukumnya. Karena itu
perlu dipertegas atau diproklamasikan secara mondial zona ekonomi
eksklusif kita, agar daerah-daerah perbatasan dengan negara tetangga
semakin jelas status yuridisnya dan dengan demikian terhindar dari masalah
yang bisa muncul dari relasi dengan negara tertangga.
Pengembalian material dari pantai
Seperti aturan pengambilan pasir, kerikil, karang, kima, hu-tan bakau. Bukan
hanya soal larangan tapi pemanfaatannya dan pelestariannya yang mem-
butuhkan aturan dan kerjasama serta kesadaran partisipatif masyarakat, agar
tidak terjadi pengrusakan, abrasii dll. Suatu aturan hukum yang bisa
memberdayakan masyarakat yang membutuhkan material-material tersebut
untuk pemenuhan kebutuhan kesejahteraan mereka sekaligus ada upaya
pelestarian, pemeliharaan dan perlindungan. Hal ini dibutuhkan agar tidak
terjadi pengurasan sumber-sumber alam laut, yang terdapat di laut maupun di
dasar laut serta di pantai laut.
Persoalan di laut ternyata bersumber juga di darat
Untuk melindungi lingkungan alam laut dibutuhkan upaya-upaya untuk
mengatasi sedimentasi, sampah, tumpahan minyak, mengatasi erosi, serta
eksplorasi dan eksploitasi daerah pesisir pantasi . Untuk itu perlu diimbau
agar masyarakat semakin giatkan reboisasi atau reforestrasi di darat.
Mencegah pengolahan lahan tidur secara serampangan karena revitalisasi
pertanian, yang makin menyebabkan erosi upaya menciptakan reboisasi,
reforestrasi atau penghijauan, semuanya dimaksud untuk menciptakan
ketahanan air, ketahanan pangan, sehingga tercipta daerah tahan longsor
dan banjir.
Adanya Aquarium Samudra
Di mana memperlihatkan kekayaan ikan di perairan laut kita, termasuk ikan-
ikan purba yang langka serta Hutan Wisata, yang terdiri dari berbagai jenis
pohon di daerah tropis ini, termasuk semua tanaman atau tumbuhan yang
8
menjadi makanan pokok daerah ini. Keduanya bisa menjadi tempat tujuan
wisata pada saat WOC dan Manado Kota Pariwisata Dunia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sumber daya kelautan adalah sumber daya yang meliputi, ruang lingkup yang luas
yang mencakup kehidupan laut (flora dan fauna, mulai dari organisme mikroskopis
hingga paus pembunuh, dan habitat laut) mulai dari perairan dalam hingga ke daerah
pasang surut di pantai dataran tinggi dan daerah muara yang luas.
Ekosistem laut yang terdiri dari ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang akhir-akhir ini mengalami ancaman kerusakan yang sebagian besar akibat ulah
manusia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan di
pesisir bagi berbagai kebutuhan seperti pemukiman, perikanan, dan pelabuhan,
menyebabkan besarnya tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumber daya pesisir
semakin meningkat pula.
3.2. Saran
Sebagaimana seorang anak harus sayang, hormat, akrab dengan ibunya, kita
semestinya harus hormat, akrab, sayang kepada alam atau bumi yang disebut ibu
pertiwi itu. Demikian kita perlu kembali kepada solusi alam yang adalah ciptaan Tuhan,
sahabat kita, bahkan ibu pertiwi kita. Tuhan menciptakannya untuk kita syukuri.
Semuanya kita boleh ‘makan’, kecuali yang satu ini, yaitu kita tidak boleh ‘makan
semuanya sampai habis’. Kita juga diciptakan bebas. Untuk itu kita harus memilih
‘hidup kita di perut bumi, atau bumi di perut kita.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
Terumbu Karang di Indonesia: Sumber daya, permasalahan dan pengelolannya.
Proy. Penel. Potensi Sumber Daya Alam Indonesia, Lembaga Oseanologi, LIPI,
Jakarta: 112 hal.
11