Anda di halaman 1dari 5

WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM DAN KEPULAUAN

Disusun oleh
Nama : Muhammad Adrian Desmana Putra
Npm : 211070043
Jurusan : Teknik Sipil
PEMANFAATAN SUMBER DAYA LAUT DAN IMPLIKASINYA BAGI MASYARAKAT
NELAYAN

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, mempunyai panjang garis pantai 81.000 km
dan luas laut sekitar 3,1 juta km2 . Wilayah lautnya yang merupakan perairan teritorial dan perairan
nusantara, meliputi hampir 2/3 luas teritorialnya. Disamping itu berdasarkan UNCLOS 1982, Indonesia
memperoleh hak kewenangan memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 km2 yang
menyangkut eksplorasi, eksploitasi dan pengelolaan sumberdaya hayati dan non hayati, penelitian, dan
yuridiksi mendirikan instalasi ataupun pulau buatan

Perairan laut Indonesia yang berada diantara dan disekitar kepulauan Indonesia merupakan satu
kesatuan wilayah nasional Indonesia, disebut sebagai Laut Nusantara merupakan aset nasional yang
berperan sebagai sumber kekay aan alam, sumber energi, sumber bahan makanan, media lintas laut
antar pulau, kawasan perdagangan, dan wilayah pertahanan keamanan.

Pemanfaatan sumber daya laut bertujuan untuk mencukupi kebutuhan dan meningkatkan
kesejahteraan manusia. Pertambahan penduduk yang pesat dan dirasakan makin sempitnya daratan,
memaksa kita untuk berangsur-angsur mengalihkan kegiatan ekonomi ke laut. Guna memenuhi
kebutuhan hidup akan pangan, mineral maupun bahan mentah, kita mencari sumbersumber baru di
laut. Peluang pengembangan sumber daya ini belum sepenuhnya didaya gunakan, terutama karena
kendala kurangnya pengetahuan, baik yang dasar maupun terapannya. Dalam kaitan ini, nelayan,
sumber daya manusia yang langsung bergelut dalam eksploitasi perikanan laut perlu mendapat
perhatian yang proposional. Kenyataan bahwa umumnya masyarakat nelayan berpendidikan rendah,
menempatkan mereka dalam himpitan kemiskinan. Dengan peningkatan pemanfaatan sumber daya
hayati laut, diharapkan kehidupan nelayan ikut terangkat pula, melalui terbukanya bidang usaha dan
lapangan kerja. Bila kita tidak mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya tersebut, maka dapat
diperkirakan bahwa Indonesia hanya akan selalu menjadi ladang pasar dunia, dan bukan menjadi
produsen dunia.

SUMBER DAYA LAUT DI INDONESIA DAN PEMANFAATANNYA Dalam uraian berikut tentang sumber daya
laut dibatasi pada sumber daya dapat pulih (renewable resources) yaitu sumber daya hayati laut dengan
ekosistem yang menyusunnya. Sumber daya hayati laut meliputi hutan mangrove, terumbu karang,
padang lamun dan rumput laut, dan perikanan laut (DAHURI et al., 1996)

A. Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir
dan lautan. Secara ekologis, hutan mangrove berfungsi sebagai penyedia nutrien bagi biota
perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi berbagai macam biota, penahan abrasi, amukan
angin taufan dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut dan lain sebagainya
(NONTJI, 1987). Secara ekonomis, hutan mangrove menghasilkan kayu, daundaunan sebagai
bahan baku obat dan lain sebagainya (SUKARDJO, 1986). Tidak kurang dari 70 macam kegunaan
pohon mangrove bagi kepentingan manusia telah diidentifikasikan, meliputi "produk langsung"
seperti bahan bakar kayu, bahan bangunan, alat penangkap ikan, pupuk pertanian, bahan baku
kertas, makanan, obat-obatan, minuman, tekstil, dan "produk tidak langsung" seperti tempat
rekreasi, dan bahan makanan (DAHURI et al, 1996). Kegunaan tersebut secara tradisional telah
dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir di Indonesia. Potensi lain dari hutan mangrove yang
belum dikembangkan secara optimal adalah sebagai kawasan wisata alam (ecoturism). Kegiatan
wisata alam semacam ini telah berkembang lama di Malaysia dan Australia.

B. Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang tinggi, demikian pula
keanekaragaman hayatinya. Terumbu karang berfungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi
biota perairan, pelindung fisik pantai, tempat pemijahan, tempat asuhan dan mencari pakan
bagi berbagai biota. Terumbu karang juga mempunyai produk yang bernilai ekonomis penting
seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan berbagai jenis keong dan
kerang (SUKARNO et al., 1984) Di beberapa tempat di Indonesia, karang batu (hard coral)
dipergunakan untuk berbagai kepentingan seperti konstruksi jalan dan bangunan, bahan baku
industri, dan perhiasan. Dalam industri pembuatan kapur, karang batu sering ditambang sangat
intensif seperti terjadi di pantai-pantai Bali hingga mengancam kelestarian pantai.

C. Padang Lamun
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Spermatophyta) yang sudah sepenuhnya
menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air laut (FORTES, 1990). Lamun hidup di
perairan dangkal agak berpasir, sering juga dijumpai di ekosistem terumbu karang. Lamun
membentuk padang yang luas dan lebat di dasar laut yang masih terjangkau oleh cahaya
matahari dengan tingkat energi cahaya yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun tumbuh
tegak, berdaun tipis yang bentuknya mirip pita dan berakar jalar. Tunas-tunas tumbuh dari
rhizoma, yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut. Lamun
berbuah dan menghasilkan biji. Pertumbuhan padang lamun memerlukan sirkulasi air yang baik.
Air yang mengalir inilah yang menghantarkan zat-zat nutrien dan oksigen serta mengangkut
hasil metabolisme lamun, seperti karbon dioksida (CO2) keluar daerah padang lamun. Secara
umum semua tipe dasar laut dapat ditumbuhi lamun, namun padang lamun yang luas hanya
dijumpai pada dasar laut lumpur pasiran dan tebal. Padang lamun sering terdapat di perairan
laut antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang.

D. Rumput laut (benthic algae)


Potensi rumput laut (alga) di perairan Indonesia dapat diamati dari potensi lahan budidaya
rumput laut yang tersebar di 26 propinsi di Indonesia. Potensi rumput laut di Indonesia
mencakup areal seluas 26.700 ha dengan potensi produksi sebesar 462.400 ton/ tahun (DAHURI
et al, 19964. Budidaya rumput laut sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat di daerah pantai
seperti Bali, PP. Seribu, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Maluku.
Perkembangan budidaya tersebut mengalami pasang surut akibat masalah pemasaran yang
turun naik tidak menentu. Namun sekarang pemasarannya tidak masalah justru karena krisis
ekonomi membawa angin segar bagi produk pertanian untuk ekspor dengan naiknya nilai dolar
(ATMADJA et al, 1996).

E. Sumberdaya Perikanan Laut


Sumberdaya perikanan laut di Indonesia disusun dalam kelompok-kelompok: Pelagis Besar,
Pelagis Kecil, Demersal, Udang/ Krustasea lainnya, Ikan Karang, Ikan Hias, Rumput Laut, Moluska
Teripang/ Ubur-ubur, Benih Alami, Reptilia dan Mamalia laut. Nama-nama jenis ikan yang
termasuk di dalam masing-masing kelompok disusun dalam Tabel 1. Sementara itu sebagai
dasar perhitungan potensi sumberdaya ikan di Indonesia, telah disepakati bahwa perairan laut
Indonesia dibagi dalam sembilan wilayah pengelolaan perikanan meliputi Selat Malaka, Laut
Cina Selatan, Laut Jawa, Samudera Hindia, Selat Makasar dan Laut Flores, Laut Sulawesi dan
Samudera Pasifik, Teluk Tomini dan Laut Maluku, Laut Arafura. Secara nasional potensi lestari
sumberdaya perikanan laut yang meliputi sumberdaya perikanan pelagis besar, pelagis kecil,
demersal, udang, ikan karang, dan cumi-cumi adalah sebesar 6,2 juta ton/ tahun (ANONIM,
1998).

F. Bahan-bahan Bioaktif
Bahan-bahan bioaktif (Bioactive substances) atau berbagai macam bahan kimia yang terkandung
dalam tubuh biota laut merupakan potensi yang sangat besar bagi penyediaan bahan baku
industri farmasi, kosmetika, pangan dan industri bioteknologi lainnya. Sejauh ini, pemanfaatan
potensi bahan-bahan bioaktif untuk keperluan industri terutama bioteknologi masih rendah
(DAHURI et al., 1996). Pemanfaatan bahan-bahan bioaktif (natural product) dari biota laut
praktis belum berkembang, padahal di negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan
Malaysia, industri bioteknologi yang mengelola bahanbahan bioaktif dari laut telah menjadi
salah satu industri andalan. Di Hawai, Amerika Serikat, yang hanya memiliki sedikit terumbu
karang, telah berhasil mengembangkan industri pembuatan tulang dan gigi palsu yang terbuat
dari hewan karang. Di Madagaskar, salah satu jenis biota terumbu karang telah diekstrak zat
bioaktifnya untuk industri obat anti kanker.

IMPLIKASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA LAUT

Wilayah laut yang luas dengan potensi sumberdaya yang menjanjikan, dan banyaknya masyarakat
nelayan yang terlibat, menempatkan perikanan menjadi bidang dengan prospek yang menantang untuk
dikembangkan secara lebih proposional. Pembangunan perikanan termasuk budidaya laut perlu
ditingkatkan, baik sarana, prasarana, maupun sumberdaya manusianya sehingga potensi biota laut
dapat dimanfaatkan secara optimal, dengan tetap memperhatikan kelestarian daya dukungnya.
Pembangunan perikanan juga ditujukan untuk terwujudnya industri perikanan yang mandiri didukung
oleh usaha yang mantap dalam pengelolaan, penangkapan, budidaya laut, pengolahan dan pemasaran
hasilnya sesuai dengan potensi lestari sekaligus meningkatkan taraf hidup nelayan.

Anda mungkin juga menyukai