Oleh :
Kelompok 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dengan
panjang pantai sekitar 81.000 km (Insan dan Dwi, 2008). Indonesia memiliki potensi
sumber daya hayati pesisir dan laut yang sangat melimpah. Keanekaragaman hayati yang
tersebar luas di seluruh Indonesia menjadikan Indonesia dijuluki dengan sebutan Mega
Biodiversity Country. Namun hingga saat ini, pemanfaatan sumber daya hayati yang
tersebar di seluruh Indonesia ini masih relatif rendah (Yudha, 2009).
Indonesia merupakan negara maritim dengan lebih dari 70% permukaan buminya
didominasi oleh lautan. Keanekaragaman ekosistem dan plasma nutfah yang dimiliki
Indonesia sangat beragam mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Pemanfaatan
sumber daya alam hayati yang secara terus menerus tanpa memperhatikan keadaan
lingkungan sekitar dapat mengancam kelestarian keanekaragaman hayati yang dimiliki
oleh negara ini.
Rumput laut merupakan ganggang (alga) makrobentik yaitu ganggang berukuran
besar da menempel pada substrat dengan penyebaran mulai dari daerah pasang surut
terendah sampai dengan perairan yang dnagkal dalam suatu lingkungan perairan laut
(Trono and Ganzon, 1988).
Perairan Indonesia mempunyai pantai yang panjang memiliki kekayaan rumput laut
yang melimpah. Dari hasil ekspedisi Laut Siboga (1899-1990) dari perairan Indonesia
terdapat 555 jenis rumput laut di sepanjang pantai Indonesia. Rumput laut dapat
diklasifikasikan menjadi 3 divisi berdasakan kandungan pigmennya yang digunakan dalam
proses fotosntesis yaitu Chlorophyta (hijau), Phaeophyta (coklat), dan Rhodophyta
(merah).
Rumput laut merupakan salah satu dari berbagai sumber hayati laut yang dapat
dimanfaatkan secara ekonomis untuk kebutuhan manusia. Rumput laut banyak
dimanfaatkan sebagai bahan makanan, bahan dasar obat-obatan maupun bahan dasar
kosmetik. Beberapa jenis rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bahanbak beberpaa
industri seperti industri makanan, tekstil, keramik, kosmetik, pupuk dan fotografi
(Handayani, 2006). Menurut Rasyid (2004) beberapa jenis rumput laut di Indonesia dapat
digunakan sebagai obat, akan tetapi saatini mengalami kendala karena penelitian mengenai
eksplorasi dan pengelolaannya belum berkembang, maka pemanfaatannya sampai saat ini
sangat terbatas. Jenis-jenis rumput laut yang telah banyak dimanfaatka seperti Caulerpa,
Sargassum, Gracilaria, dan Euchema. Sekitar 555 jenis rumput laut yang telah digunakan
di bidang perikanan dan industri (LIPI, 1996). Diketahui juga rumput laut sudah lama dan
terbiasa dijadikan makanan dan obat oleh masyarakat di wilayah pesisir (Kadi, 2004).
Rumput laut berfungsi sebagai dasar dalam siklus rantai makanan, karena dapat
memproduksi berbagai zat organic melalui proses fotosintesis yang berguna untuk
lingkungan perairan. Selain sebagai produsen, rumput laut uga berfungsi mengubah
karbondioksida menjadi oksigen yang berguna bagi hewan perairan. Selain itu, rumput aut
juga menjadi tempat berlindung bagi ikan-ikan kecil yabg bersembunyi dari predatornya.
Aspek ekologis rumput laut merupakan informasi dasar yang sangat diperlukan dalam
pengembangan dan pemanfaatannya (Papalia dan Pramudji, 1998). Mengingat akan
kekayaan alam yang terkandung di lautan, khususnya di pantai maka sebagai langkah awa
penggalian sumber hayati laut dengan ditelitinya jenis-jenis rumput laut. Kondang Merak
merupakan daerah pesisir laut yang memiliki kawasan yang masih asri dan mempunyai
udara yang sejuk.
Pantai Kondang Merak merupakan salah satu pantai yang ada di pesisir selatan
Jawa Timur selain Pantai Balekambang. Terdapat banyak biota laut yang ditemukan di
pinggir pantai Kondang Merak, seperti salah satunya rumput laut. Rumput laut merupakan
salah satu kekayaan hayati yang memiliki peranan cukup besar bagi lingkungan perairan
maupun masyarakat sekitar pantai Kondnag Merak itu sendiri.
Berdasarkan dari penjelasan tersebut maka perlu diadakan penelitian mengenai
jenis-jenis rumput laur yang ada di pantai Kondang Merak, Malang beserta distribusi dan
faktor yang mempengaruhi kehidupannya sehingga dapat diketahui kualitas perairan pantai
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang ada, maka dapat dibuat suatu rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah jenis-jenis rumput laut yang ada di pantai Kondang Merak, Malang?
2. Bagaimana kelimpahan rumput laut yang ada di pantai Kondang Merak, Malang?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis rumput laut yang ada di pantai Kondang Merak, Malang.
2. Untuk mengetahui kelimpahan rumput laut yang ada di pantai Kondang Merak,
Malang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
B. Rumput Laut
Rumput laut adalah aggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga.
Rumput laut secara taksonomis merupakan salah satu tumbuhan yang masuk ke dalama
divisi Thallophyta (tumbuhan bertalus) yaitu suatu tumbuhan yang akar, batang , dan daun
yang merupakan bentuk dari batang (thallus). Sifat divisi ini primitif artinya bagian
tubuhnya tidak terbagi dalam alat vegetatif seperti akar, batang, dan daun yang sebenarnya
(Romimohtarto dan Juwana, 2005).
Secara keseluruhan, tanaman ini mempunyai morfologi yang mirip walaupun
sebenarnya berbeda. Menurut Susanto (2002) dan Sunarto (2005) bahwa seluruh bagian
tumbuhan disebut Thallus, sehingga rumput laut tergolong tumbuhan tingkat rendah.
Bentuk Thallus rumput laut bermacam-macam, ada yang bulat seperti tabung, pipih,
gepeng, bulat seperti kantong, rambut, dan lain sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun
hanya oleh satu sel (uniseluler) atau banyak sel (multiseluler), pinate (dua-dua berlawanan
sepanjang thallus utama), pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama) dan ada
juga yang sederhana tidak bercabang. Sifat substansi thallus juga beraneka ragam ada yang
lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous),
lunak bagaikan tulang rawan (cartilaginous), berserabut (spongeous). Rumput laut
memiliki alat perekat atau penempel yang disebut holdfast. Holdfast bukan merupakan akar
seperti yang dimiliki tumbuhan tingkat tinggi yang berfungsi menyerap air atau nutrient.
Holdfast hanya berfungsi sebagai alat penempel pada substrat yang keras. Selain, itu
rumput laut memiliki jaringan yang sederhana, tidak menghasilkan bunga atau benih
seperti yang dimiliki tumbuhan tingkat tinggi (Sverdrup et al., 2000).
Berdasarkan pigmen dalam thallus, rumput laut terbagi menjadi dalam kelas
Chlorophyceae (alga hijau), Phaephyceae (alga coklat), dan Rhodophyceae (alga merah)
(Budihardjo dan Setiadi, 2000). Pigmen yang menentukan warna ini antara lain adalah
klorofil, karoten, phycoerythrin, dan phychocyanin yang merupakan pigmen-pigmen
utama di samping pigmen-pigmen lain. Phycoerythrin dan phychocyanin hanya terdapat
pada Rhodophyceae dan Cyanophyceae, sedangkan klorofil dan karoten dijumpai pada
ketiga kelas rumput laut hanya kadarnya yang berbeda (Aslan, 1999).
Rumput laut banyak tumbuh daerah pasang surut yang perairannya jernih dan
menempati substrat tertentu yang sesuai dengan kehidupannya (Kadi, 2005). Menurut
Sulistyowati (2003) dan Kadi (2004) bahwa jenis substrat merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap keanekaragaman rumput laut di perairan pantai Indonesia. Selain
jenis substrat, banyak faktor fisik lain yang mempengaruhi keanekaragaman rumput laut
seperti suhu, cahaya mataahri, arus air, dan faktor kimia seperti salinitas, derajat keasaman
(pH), dan zat hara serta faktor biologi seperti pemangsaan oleh ikan herbivora dan
kompetisi antar jenis rumput laut lain (Graham & Wilcox, 2000).
C. Sebaran Rumput Laut di Perairan Indonesia
Penyebaran rumput laut di Indonesia mencakup seluruh perairan Indonesia.
Rumput laut hidup di perairan laut dengan menempel pada substrat menggunakan holdfast.
Pertumbuhan alami rumput laut mempunyai periode tertentu. Rumput laut yang tumbuh
sepanjang tahun tanpa henti sering disebut perenial, sedangkan rumput laut yang tumbuh
yang ditentukan oleh musim disebut annual. Menurut Soegiharto et. al (1978) pertumbuhan
rumput laut ditentukan oleh keadaan lingkungan, pasang surut, salinitas, kejernihan
dan intensitas cahaya.
Menurut Kastoro et. al (1980) populasi rumput laut yang terdapat diKepulauan
Seribu terdapat 101 jenis, Pananjung Pangandaran 50 jenis, Tanjung Benoa Bali 43 jenis,
Sulawesi Selatan-Tenggara 4 jenis dan Maluku 88 jenis. Sedangkan menurut Kadi (2000)
di pulau-pulau Kalimantan Timur terdapat 28 jenis dan di perairan Teluk Lampung
terdapat 33 jenis. Di perairan Teluk Taring-Batam mencapai 48 jenis (1990).
Kehadiran keanekaragaman rumput laut mempunyai populasi yang berbeda-beda. Populasi
rumput laut ini dipengaruhi oleh heterogenitas substrat. Sebaranyang terdapat di pantai-
pantai Indonesia meliputi alga hijau, alga coklat dan alga merah.
Arthur (1972) dalam Kadi (2004) mengatakan bahwa sebaran dankompleksitas
habitat berpengaruh terhadap kepadatan dan keanekaragaman jenis. Sebaran rumput laut
yang dimiliki oleh perairan Indonesia meliputi Chlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae
(alga coklat) dan Rhodophyceae (algamerah). Setiap daerah perairan memiliki
keanekaragaman jenis yang berbeda-beda dikarenakan Indonesia dikelilingi oleh perairan
besar seperti Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Dengan adanya dua samudra yang
mengapit Indonesia maka terjadi pertukaran arus antara Samudra Hindia dan Samudra
Pasifik yang menyebabkan kelimpahan rumput laut meningkat (Kadi, 2004).
Secara geografis Indonesia memiliki perairan yang ekstrem dan memilikiarus deras
dan ombak besar yang akan membentuk komunitas rumput laut yang lain pada daerah lain
(Kadi, 2004).
b. Paparan Terumbu
Daerah paparan terumbu merupakan bagian habitat rumput laut. Diperairan
Indonesia paparan terumbu ada yang berpunggung terumbu dan tidak berpunggung
terumbu di daerah perairan tubir langsung dalam (drop off). Di substrat paparan
yang berbatu karang merupakan tempat untuk melekatkan thallus selama
pertumbuhan berlangsung dan sebagai tempat melekat perkecambahan spora.
Paparan terumbu yang berasal dari batuan vulkanik dan batu karang boulder sering
dijumpai lekukan dan parit (moat) daerah ini berombak besar dan arus deras
(Kadi, 2004).
Pada daerah paparan dapat dijumpai berbagi jenis paparan terumbumenurut tipe
substrat yang menyusunnya. Penyusun paparan terumbu biasanya disusun oleh
pasir, gravel, batu karang mati dan batu karang hidup. Tipe substrat penyusun
paparan terumbu tidak mutlak dan dapat ditemukan kombinasi dari empat
penyusun dasar paparan terumbu.
Pada saat surut sebagian dari daerah paparan akan terlihat muncul kepermukaan
dan sebagian masih tergenang. Di daerah paparan yang masihtergenang biasnya
menjadi tempat favorit hidup rumput laut, karena tidakmengalami kekeringan.
c. Punggung Terumbu
Di perairan pantai di Indonesia punggung terumbu kadang-kadang adayang
berpunggung terumbu dan tidak berpunggung terumbu. Punggungterumbu ini
terbentuk dari rumput laut kalkareous dari marga Porolithon atau terbentuk dari
bongkahan karang yang telah mati. Daerah sekitar dinding punggung terumbu
merupakan tempat tumbuh kebanyakan rumput laut. Pada waktu surut rendah
rumput laut mengalami perebahan dan saling bertumpang tindih dengan yang
lainnya.
Pada kondisi pantai yang memiliki ombak yang besar mempunyai alur-alur parit
(moat) yang terjal dan dalam, kondisi ini sering dijumpai padapantai sebelah selatan
Pulau Jawa. Rumput laut yang sering dijumpai padadarah parit adalah jenis
Sargassum, Rodymenia dan Gelidium. Paparan terumbu berpunggung banyak
dijumpai di Laut Jawa, Kepulauan Riau dan Bangka Belitung. Di daerah dalam
dinding terumbu merupakan daerah utama untuk pertumbuhan rumput laut dari
berbagai jenis rumput laut.
d. Tubir
Daerah tubir merupakan tempat tumbuh rumput laut yang mempunyai thallus
panjang. Pertumbuhan rumput laut berasosiasi dengan karang hidup dan bonggol
thalli (holdfast) menempel pada bagian karang yang telah mati danlapuk. Pola
pertumbuhan rumput laut yang terdapat di daerah tubir memiliki thallus dalam
rumpun yang besar secara “Heliocentris” tertuju ke arah permukaan untuk
mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak. Pada waktu air surut keberadaan
rumput laut di daerah tubir dapat diketahui dengan melihat gerombolan cabang
thallus yang terapung di atas permukaan air. Kemampuan daya apung ini didukung
oleh kantong gelembung udara yangterletak di ketiak percabangan thallus utama.
Pada umumnya rumput laut yang tumbuh di daerah tubir mempunyai karakteristik
thallus utama sangat kuat, bentuk pipih dan daun licin halus berlendir.
e. Goba
Daerah goba merupakan tempat hidup dari semua jenis rumput lautyang
kebanyakan tumbuh di bibir goba terutama karang mati yang telah lapuk. Rumput
laut banyak yang berasosiasi dengan karang hidup, lamun danbiota lainnya.
Perairan goba juga merupakan daerah interaksi dalam siklus rantai antar flora dan
fauna yang hidup bersama baik sebagai “produser” maupun “predator”. Marga
Sargassum termasuk rumpun yang paling besar diantara marga rumput laut,
sehingga keberadaan dalam perairan goba merupakan tempat asuhan dan
berlindung biota kecil, karena arus dan ombak relatif tenang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Kegiatan ini merupakan praktikum lapangan dengan kegiatan deskriptif, metode
observasi, karena tidak mengunakan variabel-variabel. Pengamatan praktikum lapangan
ini dilakukan dengan cara mengambil sampel rumput laut dan melakukan identifikasi jenis-
jenis rumput laut yang ada di pantai Kondang Merak dan mendeskripsikan faktor-faktor
yang mempengaruhi distribusinya.
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan praktikum lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 3-5 Nobvember 2017
di Pantai Kondang Merak, Malang. Selanjutnya identifikasi jenis-jenis rumput laut
dilakukan di laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya.
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel rumput laut,
meteran 100 m, kuadaran dengan ukuran 100 cm x 100 cm, kantong plastik untuk
mengumpulkan sampel, thermometer, pH meter, kertas label.
D. Langkah Kerja
Langkah kerja dalam kegiatan praktikum ini adalah:
1. Menentukan lokasi yang akan diambil sampel rumput laut.
2. Menyiapkan plot dengan ukuran 100 cm x 100 cm.
3. Membuat 4 plot dengan jarak antar plot 1 m.
4. Melakukan sampling rumput laut pada tiap plot yang berukuran 100 cm x 100 cm.
5. Mencatat data hasil pada tabel pengamatan.
BAB IV
A. Hasil
Berdasarkan praktikum yang dilakukan di Pantai Kondang Merak diperoleh hasil
sebagai berikut.
Tabel 1. Nilai Kepadatan dan Kelimpahan Rumput Laut di Pantai Kondang Merak
No Jenis Rumput laut Kepadatan (%) Kelimpahan
B. Pembahasan
Pantai Kondang Merak memiliki potensi sumber daya alam yang baik. Di pantai
ini dapat ditemukan beberapa jenis makroalga seperti rumput laut. Secara umum rumput
laut ditemukan di Pantai Kondang Merak cukup beragam dan masih melimpah, kondisi
perairan yang masih baik merupakan salah satu pendukung tumbuhnya rumput laut di
Pantai Kondnag Merak.
Berdasarkan pada data hasil praktikum dapat diketahui bahwa terdapat 8 jenis
rumput laut yang ditemukan yang ada di pantai Kondang Merak dan distribusinya tidak
sama. Jenis rumput laut yang ditemukan diantaranya Ulva lactuca, Sarcodia dentata,
Eucheuma cottonii, Sargassum sp., Gracilaria textorii, Laurencia complanate, Jania sp.,
Jania adhaerens. Nilai kelimpahan rumput laut yang didapatkan sebesar 79. Menurut data
yang diperoleh kepadatan dari Ulva lactuca sebesar 17,7 %, Sarcodia dentata sebesar
6,3%, Eucheuma cottonii sebesar 15,1%, Sargassum sp. sebesar 21,5%, Gracilaria textorii
sebesar 18,9%, Laurencia complanate sebesar 3,7%, Jania sp. sebesar 8,8%, Jania
adhaerens sebesar 7,5%.
Kepadatan yang diperoleh merupakan hasil bagi antara jumlah individu yang
ditemukan selama melakukan penelitian dengan luas plot yang terukur menggunakan
kuadran. Kepadatan tertinggi akan memiliki nilai yang berbeda untuk setiap jenisnya.
Berdasarkan pada data hasil yang diperoleh, nilai kepadatan yang tertinggi ditempati oleh
jenis Sargassum sp. yaitu sebesar 18,9 %. Hal ini dikarenakan, Sargassum sp umumnya
tumbuh di daerah terumbu karang (coral reef) terutama di daerah rataan pasir (sand Flat).
Daerah ini akan kering pada saat surut rendah, mempunyai dasar berpasir dan terdapat pula
pada karang hidup atau mati. Pada batu – batu ini tumbuh dan melekar sargassum. Habitat
dari Sargassum sp berada pada di daerah pasang surut (intertidal) karena membutuhkan
cahaya matahari untuk berfotosintesis. Kondisi ekologi daerah pasang surut Pantai
Kondang Merak sesuai dengan habitat Sargassum sp., karena daerah Pantai Kondang
Merak memiliki substrat berupa karang dan memiliki daerah berpasir. Sargassum sp. dapat
tumbuh subur pada daerah tropis dengan suhu perairan 26,25-29,3°C dan salinitas 32-
33,5%. Kebutuhan intensitas cahaya matahari lebih tinggi karena kandungan klorofil pada
Sargassum sp lebih banyak dan klorofil tersebut berperan dalam fotosintesis (Kadi, 2005).
Menurut Septasari (2008) kondisi ekologi Pantai Kondang Merak yaitu suhu air rata-rata
26,5°C, pH air rata-rata 5-6, sedangkan substrat berupa pasir, lumpur, batu-batuan,
termasuk karang dan sebagian besar adalah batu karang (Septasari, 2008). Selain itu,
kepadatan suatu jenis ditentukan oleh kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan
tempat organisme itu hidup. Kepadatan dan kualitas rumput laut di suatu daerah umumnya
tergantung dengan musim (Handayani dan Kadi, 2007).
BAB V
KESIMPULAN
A. Simpulan
Berdasarkan pada praktikum lapangan yang telah dilakukan mengenai identifikasi
jenis-jenis rumput laut di Pantai kondang Merak, Malang, maka dapat disimpulkan:
1. Ditemukan 8 jenis rumput laut di Panta Kondang Merak diantaranya Ulva lactuca,
Sarcodia dentata, Eucheuma cottonii, Sargassum sp., Gracilaria textorii, Laurencia
complanate, Jania sp., Jania adhaerens.
2. Diketahui kepadatan dari Ulva lactuca sebesar 17,7 %, Sarcodia dentata sebesar 6,3%,
Eucheuma cottonii sebesar 15,1%, Sargassum sp. sebesar 21,5%, Gracilaria textorii
sebesar 18,9%, Laurencia complanate sebesar 3,7%, Jania sp. sebesar 8,8%, Jania
adhaerens sebesar 7,5%. Nilai kepadatan yang tertinggi ditempati oleh jenis Sargassum sp.
yaitu sebesar 18,9 %.
B. Saran
Berdasarkan praktikum lapangan yang telah dilakukan mengenai identifikasi jenis-
jenis plankton di Pantai Kondang Merak, Malang, maka disarankan bahwa:
1. Diperlukan manajemen waktu yang baik agar praktikum bisa terlaksana dengan baik.
2. Melaksanakan persiapan-persiapan observasi dan identifikasi dengan baik dan tepat
waktu. Agar mendapatkan wawasan baru yang lebih luas dan hasil pengamatan yang
didapatkan lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Aslan, L. 1999. Budidaya Rumput Laut (edisi revisi). Penerbit Kanisius. Jakarta.
Asmawi, S. 1998. Komunitas Algae Bentik di Pulau Kerayan Kabupaten Kotabaru Kalimantan
Selatan. Seminar Nasional Kelautan LIPI-UNHAS ke-II, Ujung Pandang 24-27 Juni 1998.
Ujung Pandang, Tidak diterbitkan.
Graham, L. E and L. W Wilcox. 2000. Algae. Prentice Hall Inc., USA.
Gumay, M.H., Suhartono dan R. Aryawati. 2002. Distribusi dan Kelimpahan Rumput Laut di
Pulau Karimun Jawa, Jawa Tengah. Jurnal Aseafo, 2: 1-7.
Handayani, T. 2006. Protein pada Rumput Laut. Jurnal Oseana, 4: 23-40.
Handayani, T dan A. Kadi. 2007. Keanekaragaman dan Biomassa Algae di perairan Minahasa
Utara, Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, Vol. 33 (2), 2007: 199-
211.
Insan, A.I dan Dwi Sunu W. 2008. Jenis-jenis Rumput Laut Yang Berpotensi Sebagai Obat Yang
Tumbuh Pada Berbagai Substrat di Pantai Rancababakan, Nusakambangan. UNSUD,
Purwokerto.
Kadi, A. 2004. Rumput Laut Nilai Ekonomis dan Budi Dayanya. Jakarta; Pusat Penelitian
Osesaografi LIPI.
Kadi, A. 2004. Potensi Rumput Laut di Beberapa Perairan Pantai Indonesia. Jurnal Oseana XXIX,
(4): 25-36.
Kadi, A. 2005. Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum di Perairan Indonesia. Jurnal
Oseana, 4: 19-29.
Kadi, A. 2007. Komunitas Makroalga di Pulau Buton dan Sekitarnya. Biosfera 24(3). Fakultas
Biologi Unsoed. Tidak diterbitkan.
LIPI. 1996. Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta; Pusat Oseanologi LIPI.
Papalia, S. Dan Pramudji. 1998. Komunitas Rumput Laut di Perairan Pulau Wuliaru, Pulau Selu,
Pulau Sabal dan Pulau Yamdena, Kepuluan Tanibar, Maluku Tenggara. Seminar Nasional
Kelautan LIPI-UNHAS ke-II, Ujung Pandang 24-27 Juni 1998:343-351.
Pulukadang, I. 2004. Inventarisasi Alga Laut di Perairan Tanjung Merah Bitung Sulawesi Utara.
Jurnal Online. Di unduh tanggal 28 Agustus 2010.
Rasyid, A. 2003. Beberapa Catatan Tentang Karaginan. Oseana XXVII (4). 1-6
Rasyid, A. 2004. Berbagai Manfaat Algae. Jurnal Oseana XXIX (3); 9 – 15.
Rasyid, A. 2005. Beberapa Catatan Tentang Alginat. Oseana XXX (1); 9-14
Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2005. Biologi Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Sulistyowati, H. 2003. Struktur Komunitas Seaweed (Rumput Laut) di Pantai Pasir Putih
Kabupaten Situbondo. Jurnal Ilmu Dasar 1. Tidak diterbitkan; 58-61
Syahbani, R. 2000. Keanekaragaman Rumput Laut di Pantai Bayah, Kab. Lebak, Jawa Barat.
Skripsi. Jurusan Biologi Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.
Triastinurmiatiningsih dan Tri SaptariHaryani. 2008. Potensi Rumput Laut di Pantai Bayah,
Kabupaten Lebak, Banten Sebagai Anti Bakteri Escherichia coli. Jurnal Matematika,
Sains dan Teknologi, Volume 9, no 1, hal 37-43. Tidak diterbitkan.
Trono Jr., G.C. and Ganzon Fortes. 1988. Philippine Seaweeds. Philippine: National BookStrore,
Inc.
Waryono, T. 2001. Biogeografi Alga Makro (Rumput Laut) di kawasan Pesisir Indonesia.
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008. Malang, tidak diterbitkan.
Yudha, Indra Gumay. 2009. Pemanfaatan Pesisir dan Laut Untuk Kegiatan Budi Daya Perikanan
Berbasis Ekosistem dan Masyarakat. Jurnal Online. Di unduh tanggal 28 Juli 2010.
Yulianto, K. 1997. Ekstraksi Makro Alga CoklatPhaeophyta dan Pengembangannya di maluku.
Seminar Kelautan LIPI-UNHAS, Ambon 4-6 Juli 1997. Ujung Pandang, tidak diterbitkan.
hal;281-288.
Yulianto, K dan HairetiA. 1998. Vegetasi Alga Laut di Pulau Osi Seram Barat. Seminar
NasionaNasionl Kelautan LIPI-UNHAS ke-II, Ujung Pandang 24-27 Juni. Ujung Pandang,
tidak diterbitkan.
Yulianto, K. 2003. Makroalga Coklat Marga Sargassum Sebagai Sumber Alginat dan
Kepadatannya di Perairan Pantai Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Prosiding Pertemuan
Ilmiah Tahun ISOI-2003 10-11 Desember. Jakarta. Tidak diterbitkan.
LAMPIRAN
No Gambar Klasifikasi
1 Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Ulvales
Famili : Ulvaceae
Genus : Ulva
2 Kingdom : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Florideophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Sarcodiaceae
Genus : Sarcodia
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solierisceae
Genus : Eucheuma
4 Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Phaeophycea
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Girgartinales
Famili : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
6 Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Florideophyceae
Ordo : Cermiales
Famili : Rhodomelaceae
Genus : Laurencia
7 Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Florideophyceae
Ordo : Corallinales
Famili : Corallinaceae
Genus : Jania
8 Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Florideophyceae
Ordo : Corallinales
Famili : Corallinaceae
Genus : Jania