Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha

p-ISSN : 2599-1450
e-ISSN : 2599-1485
Volume 5 Nomor 3 Tahun 2018
Open Acces : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPB/index

KOMPOSISI JENIS LAMUN (SEAGRASS) DAN


KARAKTERISTIK BIOFISIK PERAIRAN DI KAWASAN
PELABUHAN DESA CELUKANBAWANG KECAMATAN
GEROKGAK KABUPATEN BULELENG BALI

Oleh
1Wahyu Hidayat, 2I W. Sukra Warpala, 3Ni P. Sri. Ratna Dewi

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e- mail : 1hidayatwahyy09@gmail.com,2wayan.sukra@undiksha.ac.id ,3dewi.ratna@undiksha.ac.id,

Abstrak
Peneltian ini dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2018. Tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui komposisi jenis lamun dan karakteristik biofisik perairan yang meliputi kondisi
tutupan, kerapatan lamun, serta parameter ligkungan Kawasan Peabuhan, Desa
Celukanbawang. (1) Hasil penelitian menunjukkan komposisi jenis yang terdiri dari 10 spesies
yaitu Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Thalassia hemprichii,
Halodule finifolia, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Halophila decepiens, Halophila minor,
dan Syringodium isoetifolium. (2) Karakteristik biofisik perairan di kawasan Pelabuhan
Celukanbawang yang ditinjau dari suhu, salinitas, kekeruhan, oksigen terlarut (DO) dan
Substrat tergolong memiliki kisaran yang normal untuk pertumbuhan dan perkembangan
lamun. (3) Cymodocea rotundata adalah spesies yang mendominasi dan memiliki frekuensi
kemuncunculan yang paling tinggi 89,9%, untuk spesies yang memilki frekuensi kemunculan
yang rendah 18,9 % yaitu spesies Halophila decipiens. (4) Nilai penutupan lamun pada
masing-masing stasiun di kawasan Pelabuhan, Desa Celukanbawang tergolong kurang
kaya/kurang sehat dimana Pada stasiun 1 memiliki rata-rata persentase penutupan (58,15%),
pada stasiun 2 sebesar (55,36%) dan pada stasiun 3 sebesar (59,38%).

Kata Kunci : Komposisi Jenis, Kondisi BiofisiK, Perairan Pelabuhan Celukanbawang, Lamun.

Abstract

This This research was carried out in June - July 2018. The research objective was to
determine the composition of species and biophysical conditions including the conditions of
cover, seagrass density, and environmental parameters of the port area, Celukanbawang
village. (1) The results showed that the species consisted of 10 species namely Enhalus
acoroides, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Thalassia hemprichii, Halodule
finofolia, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Halophila decepiens, Halophila minor, and
Syringodium isoetifolium. (2) Biophysical characteristics in the Celukanbawang Port area in
terms of temperature, salinity, turbidity, dissolved oxygen (DO) and Substrate. Still classified as
having a normal range for seagrass growth and development. (3) Cymodocea rotundata is the
opposite species and the highest is 89.9%, for species that have a low frequency of 18.9%, the
species Halophila decipiens. (4) The closing value of each station in the Port area,

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 133


Vol.5 No. 3

Celukanbawang Village is classified as less rich / less healthy where at station 1 the average
percentage of closure (58.15%), at station 2 was (55.36%) and at Station 3 is (59.38%).

Keywords: Composition Type, BiofisiK Condition, Waters of Celukanbawang Port, Seagrass

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 134


Vol.5 No. 3

PENDAHULUAN keseluruhan tubuhnya terbenam ke


dalam air (termasuk daur generatif);
Provinsi Bali secara geografis dapat hidup di dalam media air
terletak pada po sisi 80 03’ 40” – 80 50’ bersalinitas tinggi; dan memiliki sistem
48” LS dan 1440 24’ 45” - 1150 53’ 16” perakaran yang berkembang baik (Wood
BT dan ditetapkan sebagai sebuah et al., 1969).
provinsi berdasarkan Undang-Undang
No. 64 Tahun 1958. Luas Provinsi Bali Ada sekitar 50 jenis lamun yang
meliputi area daratan sekitar 5.632,86 ditemukan di dunia yang tumbuh pada
km2 termasuk pulau–pulau kecil di perairan laut dangkal yang berdasar
sekitarnya dengan panjang garis pantai lumpur atau pasir. Lamun ini terdiri dari 2
570 km. Provinsi Bali memiliki suku (famili) yaitu suku Potamogetonacea
sumberdaya pesisir dan laut yang sangat (9 marga, 35 jenis) dan suku
potensial untuk dikelola dengan baik, Hydrochoraticea (3 marga, 15 jenis) (Den
Potensi pesisir dan laut yang dimiliki Hartog 1970; Philips & Menez 1988). Dari
diantaranya: keberadaan aset alam 50 jenis lamun tersebut, ada 12 jenis
mangrove, ekosistem lamun dan yang telah ditemukan di Indonesia yaitu
ekosistem terumbu karang; perikanan Syringodium isoetifolium, Halophila
tangkap, perikanan budidaya, pariwisata ovalis, Halophila spinulosa, Halophila
dan perhubungan laut (Lazuardi 2015). minor, Halophila decipiens, Halodule
pinifolia, Halodule uninervis,
Salah satu dari sumberdaya pesisir Thalassodendron ciliatum, Cymodocea
yang penting untuk dikaji adalah lamun. rotundata, Cymodocea serrulata,
Lamun umumnya tumbuh di perairan Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides.
dangkal yang agak berpasir. Sering pula Diantar ke duabelas jenis lamun tersebut.
dijumpai di daerah terumbu karang. Thalassedendron ciliatum mempunyai
Lamun merupakan tumbuhan berbunga sebaran yang terbatas, sedangkan
(Angiospermae) yang hidup dan Halophila spinulosa tercatat di daerah
berkembang biak pada lingkungan Riau, Anyer, Baluran, Irian Jaya, Belitung
perairan laut dangkal (Wood et al., 1969). dan Lombok. Begitu pula Halophila
Semua lamun merupakan tumbuhan decipiens baru ditemukan di Teluk
berbiji satu (monokotil) yang mempunyai Jakarta, Teluk Moti-moti dan Kepulauan
akar rimpang (rhizoma), daun, bunga, Aru. (Hartog, 1970).
dan buah. Hamparan lamun di perairan
pesisir yang tersusun atas satu atau lebih Menurut Badan Lingkungan Hidup
jenis dikenal sebagai padang lamun. (2010) sebaran ekosistem padang lamun
Sebagai hasil dari proses adaptasi di wilayah pesisir Kabupaten Buleleng
terhadap faktor lingkungan, ekosistem terdapat di teluk terima, desa sumber
lamun memiliki kondisi ekologi yang Kelampok, Desa Pejarakan, perbatasan
sangat khusus dan berbeda dengan desa Celukanbawang dan Desa
ekosistem lainnya yang ada di wilayah Pengulon (kawasan pelabuhan), Teluk
pesisir. Beberapa ciri khusus darI Lumpur, dan Kawasan Lovina. Dimana
ekosistem lamun antara lain: terdapat di kondisi padang lamun di kawasan
daerah perairan pantai yang landai, Buleleng masih tergolong baik namun
terutama di dataran berpasir/berlumpur; keberadaannya belum terdata Sehingga,
dapat tumbuh dengan baik hingga batas perlu diadakan penelitian guna
terendah dari daerah pasang surut yang memberikan informasi lebih lanjut
berada dekat hutan bakau atau di daerah mengenai keberadaan lamun di kawasan
rataan terumbu karang; dapat bertahan Kabupaten Buleleng.
hidup hingga kedalaman 70 meter di
daerah perairan yang tenang dan Tujuan dari penelitian ini untuk
terlindung; sangat tergantung pada mengetahui komposisi jenis lamun, dan
cahaya matahari yang masuk ke dalam karaktteristik biofisik perairan di
perairan; mampu melakukan proses Kawasam Pelabuhan Desa
metabolisme secara optimal jika Celukanbawang. penelitian yang

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 135


Vol.5 No. 3

digunakan adalah penelitian deskriptif Robert G. Coles tahun 2001 dan jurnal
eksploratif. pedoman inventarisasi lamun.Setelah
melakukan pengamatan dan mendapat
Metode data spesies lamun, data yang diperoleh
dianalisis secara deskriftif yaitu sebagai
Tempat penelitian yaitu di perairan berikut :
kawasan Pelabuhan desa
Celukanawang, Kecamatan Gerokgak, Komposisi jenis lamun merupakan
Kabupaten Buleleng, Bali. Waktu komposisi banyaknya tegakan pada
penelitian ini yaitu bulan Juni 2018 setiap jenis lamun yang ditemukan dalam
sampai bulan Juli 2018. Penelitian ini satu unit area pengamatan (transek
menggunakan pendekatan kualitatif, kuadran). Komposisi jenis dapat
menurut Muhadjir (1996) pendekatan ditentukan dengan membandingkan hasil
kualitatif merupakan pendekatan temuan jenis di kawasan pelabuhan
mengutamakan masalah, proses, Celukanbawang dengan keberadaaan 12
maknaataupun persepsi. Jenis penelitian jenis lamun yang ditemukan di Indonesia.
ini tergolong penelitian deskriftif Untuk menetahui persentase penutupan
eksploratif yang bertujuan mengetahui lamun dalam satu kuadrat adalah
jenis lamun dan karakteristik biofisisk menjumlah nilai penutupan lamun pada
perairan di kawasan Pelabuhan setiap kotak kecil dalam kuadrat dan
Celukanbawang. Dikatakan deskriftif membaginya dengan jumlah kotak kecil
eksplotif karena penelitiabersifat yaitu 4. Rumus menghitung persentase
memaparkan jenis-jenis lamun dan tutupan lamun dalam kotak kecil
karakteristik biofisik peraran di kawsan penyusun kuadrat adalah sebagai berikut:
pelabuhan Celukanbawang (Azkab,
1999). penutupan lamun (4 kotak)
Jumlah nilai
Penelitian ini menggunakan Penutupan =
rancangan penelitian survei lapanan (field lamun (%)
study). Dimana pengambilan data 4
dilakukan melalui observasi langsung di
lapangan. Tabel 3.5 Penilaian persentase
penutupan Lamun dalam Kuadrat
Metode Pengumpulan Data menurut Nontji (2014).

Metode yang digunakan dalam Kategori Nilai penutupan


penelitian ini adalah metode line transek lamun (%)
dengan pembuatan jalur pengamatan Penuh 100
membagi lokasi penelitian menjadi 3 ¾ kotak kecil 75
stasiun. Metode pengumpulan data ½ kotak kecil 50
dilakukan melalui dua tahapan yaitu ¼ kotak kecil 25
tahap persiapan dan pelaksanaan Kosong 0
penelitian. Tahap persiapan yang
pertama dilakukan yaitu melaksanakan Untuk mengetahui kerapatan
survei lokasi tempat penelitian Hal masing-masing jenis pada setiap plot
selanjutnya yang perlu disiapkan adalah dihitumg dengan menggunakan rumus
alat yang digunakan dalam penelitian, Odum (1971) dalam Nur (2011) sebagai
seperti tali rafia, kamera, patok, kantong berikut :
pelastik. Dan melakukan peminjaman alat
untuk mengukur parameter lingkungan di Keterangan:
laboratorium serta belajar untuk Di =Kerapatan jenis (tegakan/1 m²)
mengoperasikan alat tersebut. Individu Ni =Jumlah individu ke–i pada kuadrat
yang berhasil ditangkap diidentifikasi A =Luas transek kuadrat (1 m²)
dengan menggunakan buku yang Frekuensi jenis adalah peluang
berjudul Global seagrass research suatu jenis ditemukan dalam titik contoh
methods oleh Frederick T. Short dan

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 136


Vol.5 No. 3

yang diamati. Frekuensi jenis dihitung acoroides (Hidrocharitales), Cymodocea


dengan rumus Odum (1971) dalam Nur rotundata (Potamogetonaceae),
(2011) sebagai berikut: Cymodocea serrulata
(Potamogetonaceae), Thalassia
hemprichii (Hydrocharitaceae), Halophila
Keterangan ovalis (Hydrocaritaceae), Halophila minor
(Hydrocaritaceae), Halophila decipiens
Fi =Frekuensi Jenis
(Hydrocaritaceae), Halodule uninervis
Pi =Jumlah petak ditemukan species i (Potamogetonaceae), Halodule pinifolia
(Potamogetonaceae), Syringodium
Σp =Jumlah total petak contoh isoetifolium (Potamogetonaceae).
Komposisi jenis lamun di kawasan
Untuk mengetahui frekuensi relatif Pelabuhan Celukanbawang adalah lamun
adalah perbandingan antara frekuensi campuran, dimana ditemukan sebanyak
species (Fi) dengan jumlah frekuensi 7.559 individu jenis. Dari 10 jenis lamun
semua jenis (ΣFi) dengan rumus Odum yang paling banyak ditemukan yaitu
(1971) dalam Nur (2011) sebagai berikut Cymodocea rotundata dengan jumlah
: 3.086 individu. Dari ketiga stasiun yang
dijadikan sampel pengambilan data
ditemukan jenis Lamun dengan jumlah
berbeda di setiap stasiun. Stasiun 1
Keterangan : ditemukan 2.577 individu, stasiun 2
RFi = Frekuensi Relatif sebanyak 2.369 individu, dan stasiun 3
Fi = Frekuensi species i sebanyak 2.613 individu
ΣF = Jumlah frekuensi semua jenis Gambar 1 Grafik Komposisi Spesies
Hasil dan Pembahasan Lamun.

Tabel 1 Komposisi Jenis Lamun

No Spesies Jumlah
1 Enhalus acoroides 612

2 Cymodocea rotundata 3086

3 Cymodocea serrulata 255

4 Thalassia hempricii 307

5 Syringodium iseotifolium 721

6 Halodule pinifolia 1731

7 Halodule uninervis 636 Berdasarkan Pada Gambar 1


pada stasiun 1 ditemukan Enhalus
8 Halophila ovalis 92
acoroides sebanyak 277 individu,
9 Halophila minor 91 Cymodocea rotundata ditemukan
sebanyak 974 individu, Cymodocea
10 Halophila decipiens 28
serrulata ditemukan sebanyak 102
Jumlah 7.559 individu, Thalassia hempricii ditemukan
sebanyak 165 individu, Syringodium
iseotifolium ditemukan sebanyak 284
individu, Halodule pinifolia sebanyak 522
Komposisi lamun di kawasan individu, Halodule uninervis sebanyak
Pelabuhan Celukanbawang adalah 148 individu, Halophila ovalis sebanyak
ditemukan 10 spesies lamun yang 46 individu, Halophila minor sebanyak 42
berasal dari 2 Ordo. Yaitu, Enhalus individu, dan Halophila decipiens

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 137


Vol.5 No. 3

sebanyak 17 individu. Pada stasiun 2 Halodule uninervis 14 42,5


ditemukan Enhalus acoroides sebanyak Halodule pinifolia 26 78,8
122 individu, Cymodocea rotundata
ditemukan sebanyak 1.089 individu, Cymodocea rotundata 29 87,9
Cymodocea serrulata ditemukan
Cymodocea serrulata 11 33,4
sebanyak 34 individu, Thalassia
hempricii ditemukan sebanyak 85 Halophila minor 12 36,4
individu, Syringodium iseotifolium
Halophila ovalis 15 45,5
ditemukan sebanyak 240 individu,
Halodule pinifolia sebanyak 485 individu, Halophila decepiens 6 18,9
Halodule uninervis sebanyak 269
individu, Halophila ovalis sebanyak 18
individu, Halophila minor sebanyak 22
individu, dan Halophila decipiens Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa
sebanyak 5 individu. Terakhir pada pada kawasan Pelabuhan
stasiun 3 ditemukan Enhalus acoroides Celukanbawang ditemukan kemunculan
sebanyak 213 individu, Cymodocea spesies Enhalus acoroides sebanyak 22
rotundata ditemukan sebanyak 1.023 kali, Thalassia hempricii sebanyak 14
individu, Cymodocea serrulata ditemukan kali, Syringodium iseotifolium sebanyak
sebanyak 119 individu, Thalassia 15, Halodule uninervis sebanyak 14,
hempricii ditemukan sebanyak 57 Halodule pinifolia sebanyak 26 kali,
individu, Syringodium iseotifolium Cymodocea rotundata sebanyak 29 kali,
ditemukan sebanyak 197 individu, Cymodocea serrulata sebanyak 11 kali,
Halodule pinifolia sebanyak 724 individu, Halophila minor sebanyak 12 kali,
Halodule uninervis sebanyak 219 Halophila ovalis sebanyak 15 kali dan
individu, Halophila ovalis sebanyak 28 Halophila decipiens sebanyak 6 kali.
individu, Halophila minor sebanyak 27 Tingginya kemunculan Cymodocea
individu, dan Halophila decipiens rotundata menunjukkan bahwa
sebanyak 6 individu. kelangsungan hidup dari lamun tersebut
sesuai dengan karakteristik habitatnya
Berdasarkan hasil pengukuran sehingga kemunculannya terlihat yang
parameter lingkungan dapat dicermati paling tinggi. Sebaliknya spesies
bahwa bahwa suhu pada 3 stasiun Halophila decipiens ditemukan sebnyak 6
berbda, pada stasiun 1 (31 °C), stasiun 2 kali yang merupakan kemunculan
dan stasiun 3 (30 °C) dengan kisaran pH terendah kemunculan spesies Halophila
air laut yaitu 7,9 ˗ 8,4. Salinitas pada decipiens yang rendah tersebut
seluruh stasiun memiliki nilai yang sama menunjukkan bahwa kelangsungan hidup
yaitu 23 %. Sedangkan oksigen terlarut dari lamun tersebut tidak mampu hidup
(DO) pada stasiun 1 sebesar 4,04, pada substrat berlumpur sehingga tidak
oksigen terlarut pada stasiun 2 dan 3 ditemukan pada plot-plot awal akan tetapi
yaitu sebesar 4,05. Konduktivitasnya ditemukan pada plot 45 m dan 50 m yang
pada setiap stasiun memiliki kisaran yang memiliki kaakteristik substrat berpasir.
sama yaitu 45.
Gambar 2 Diagram Frekuensi Relatif
Tabel 2 Total Kemunculan Jenis Lamun pada Masing-masing Spesies.
dan Frekuensi Kemunculan
Jenis Lamun. Frekuensi Relatif
4%
Spesies Total Frekuensi 7% 13% Enhalus acoroides
Kemunculan Cymodocea rotundata
9%
Cymodocea serrulata
Enhalus acoroides 22 66,7 18% Thalassia hempricii
8% Syringodium iseotifolium
Halodule pinifolia
Talassia hempricii 14 42,5 Halodule uninervis
16% 7%
Halophila ovalis
Syringodium isoetifolium 15 45,5 9% Halophila minor
9% Halophila decipiens

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 138


Vol.5 No. 3

Gambar 2 diatas menunjukkan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Dari


bahwa frekuensi kemunculan lamun pada hasil identifikasi yang telah dilakukan
masing-masing spesies di kawasan dapat dilihat pada Tabel 4.1 terdapat 10
Pelabuhan, Desa Celukanbawang, spesies Lamun yang ditemukan di
Kecamatan Gerokgak, Kabupaten kawasan Pelabuhan Celukanbawang,
Buleleng, Bali yang secara keseluruhan Kecamatan Gerokgak, Kabupaten
ditemukan 10 spesies. Pada diagram Buleleng, Bali diantaranya yang berasal
frekuensi relatif yang paling banyak dari 2 Order. Yaitu, Enhalus acoroides
ditemukan yaitu Cymodocea rotundata (Hidrocharitales) sebanyak 1.149
yaitu sebanyak 18 %, kemunculan individu, Cymodocea rotundata
tertinggi kedua yaitu spesies Halodule (Potamogetonaceae) sebanyak 1.560
pinifolia dengan frekuensi relatif individu, Cymodocea serrulata
sebanyak 16 %, selanjutnya disusul oleh (Potamogetonaceae) sebanyak 857
Enhalus acoroides dengan frekuensi individu, Thalassia hemprichii
relatif 13 %, untuk spesies dengan (Hydrocharitaceae) sebanyak 684
frekuensi relatif 9 % yaitu spesies individu, Halophila ovalis
Thalassia hempricii, Syringodium (Hydrocaritaceae) sebanyak 189 individu,
iseotifolium, dan Halophila ovalis, untuk Halophila minor (Hydrocaritaceae)
spesies dengan frekuensi relati 8 % sebanyak 148 individu, Halophila
ditempati oleh spesies Halodule decipiens (Hydrocaritaceae) sebanyk 102
uninervis, untuk spesies dengan individu, Halodule uninervis
frekuensi relatif sebesar 7 % yzitu (Potamogetonaceae) sebanyak 697
spesies Cymodoceia serrulata dan individu, Halodule pinifolia
Halophila minor dan untuk frekuensi (Potamogetonaceae) sebanyak 1.214
kemunculan terendah yaitu spesies individu, dan Syringodium isoetifolium
Halophila decipiens yaitu sebesar 4 % (Potamogetonaceae) sebanyak 998
individu, dengan total individu sebanyak
Tabel 3 Persentase Penutupan Lamun 7.598.
No Stasiun Presentase Penutupan
(%)
Keanekaragaman Lamun dapat
dilihat dengan menganalisis kerapatan
1 KPRLM01 58,15 lamun, frekuensi kemunculan lamun,
penutupan lamun dan kondisi dari
2 KPRLM02 55,36
penutupan lamun, berdasarkan
3 KPRLM03 59,38 Cymodocea rotundata merupakan jenis
lamun utama pada kawasan pelabuhan
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat Celukanbawang, dengan 29 kali
bahwa hasil pengamatan, pengambilan kemunculan dan frekuensi kemunculan
dan pengolahan data lamun di Kawasan 89,9%. Sedangkan Halophila decipiens
Pelabuhan diperoleh rata-rata penutupan merupakan jenis lamun dengan frekuensi
lamun pada stasiun 1 yaitu 58,15 %, kemunculan terendah yaitu 18,9% karena
pada stasiun 2 diperoleh 55,36% dan hanya ditemukan di stasiun 1 plot 40 m
pada stasiun 3 diperoleh 59,38%. dan masing-masing stasiun pada plot 45
Prersentase penutupan lamun di dan 50.
kawasan Pelabuhan Celukanbawang
relatif kurang kaya/kurang sehat. Tingginya frekuensi kemunculan
jenis Cymodocea rotundata pada seluruh
PEMBAHASAN stasiun pengamatan menunjukkan jenis
ini dapat menyesuaikan diri dengan
Komposisi Lamun di Kawasan karakteristik habitat kawasan Pelabuhan
Pelabuhan Celukanbawang Celukanbawang seperti yang dinyatakan
oleh Hartog (1977) dalam Kiswara (1985)
Keanekaragaman dapat dilihat dari
bahwa jenis lamun Magnozosterid (lamun
komposisi jenis Lamun di kawasan
dengan bentuk daun yang panjang dan
Pelabuhan Celukanbawang, Kecamatan
menyerupai pita dengan daun yang tidak

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 139


Vol.5 No. 3

terlalu lebar) dapat dijumpai pada tumbuh melebar dan sangat rentan
berbagai habitat, jenis lamun ini sering terhadapat pengaruh distribusi sedimen
ditemukan di daerah dangkal hingga khususnya pada daerah dangkal seperti
daerah yang terekspos ketika air laut halnya di kondisi kawasan Pelabuhan
surut. Cymodoceae rotundata merupakan Celukanbawang. Hal inilah yang
jenis yang masuk dalam magnozosterid. mempengaruhi kemampuan hidup dan
Menurut Brouns dan Heijs (1986) jenis berkembang lamun Halophila decipiens
Cymodocea rotundata menyukai perairan lebih rendah di bandingkan dengan
yang terpapar sinar matahari, jenis lamun lamun Cymodocea rotundata di
tersebut merupakan lamun yang Pelabuhan Celukanbawang.
kosmopolit, yaitu dapat tumbuh hampir di
semua kategori habitat. Jenis lamun lain yang memiliki
tingkat kepadatan rendah di kawasan
Frekuensi kemunculan jenis lamun Pelabuhan Celukanbawang yaitu jenis
Halophila decipiens yang hanya Cymodocea serrulata. Jenis lamun ini
dtemukan di dua lokasi pengamatan yaitu menunjukkan kondisi kerapatan terendah
pada plot 45 dan plot 50 kemungkinan dibandingkan dengan jenis lainnya dan
disebabkan rendahnya surut muka air hanya di temukan pada plot 15 stasiun 3,
laut di kawasan Pelabuhan yang plot 35 pada stasiun 1 dan 3, plot 45
mengakibatkan dasar perairan pada stasiun 1, 2 , 3 dan plot 50 pada
senantiasa terekspos. Sehingga stasiun 2. Kondisi ini dipengaruhi oleh
beberapa jenis lamun seperti Halophila perairan yang terekspose ketika surutnya
decipiens, Halophila ovalis, dan Halophila air laut, dimana dalam kondisi ini jenis
minor akan sulit untuk tumbuh dan lamun Cymodocea serrulata akan sulit
berkembang pada kondisi dasar perairan untuk tumbuh dan berkembang. Selain
yang terekspos. Pendapat ini diperkuat kondisi perairan yang sering terekspos,
oleh Kiswara (1997) yang melaporkan jenis substrat dasar perairan juga
bahwa jenis lamun Halophila decipiens mempengaruhi keberadaan jenis lamun
dapat tumbuh subur pada perairan yang ini. Menurut Kiswara (1997) jenis lamun
selalu tergenang oleh air, dan sulit Cymodocea serrulata dapat tumbuh
tumbuh di daerah dangkal. subur pada perairan yang selalu
tergenang oleh air, dan sulit tumbuh di
Kerapatan lamun Cymodocea daerah yang dangkal.
rotundata yang ditemukan di tiga stasiun
(stasiun I, II dan III) menunjukkan tingkat Kerapatan total rata-rata semua
kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan jenis lamun yang ditemukan di tiap
dengan jenis lamun lainnya. Hal ini transek kuadran pada tiga stasiun
disebabkan kondisi stasiun perairan yang pengamatan menunjukkan bahwa 3
dangkal dan bahkan terekspose ketika stasiun (stasiun I, II, dan III) pada plot-
surutnya air laut, sehingga jenis lamun plot awal memiliki kerapatan lamun yang
Cymodocea rotundata lebih mudah untuk lebih dari 400 tegakan/m2. Semakin
tumbuh dan berkembang dibanding kedalam maka kerapatan lamun juga
dengan jenis lainnya. Menurut Brouns semakin rendah dikarenakan perbedaan
(1986), jenis lamun Cymodocea substrat. Hal ini disebabkan jenis substrat
rotundata menyukai perairan yang dasar perairan yang sangat menentukan
terpapar sinar matahari, dimana jenis ini untuk lamun dapat tumbuh dan
merupakan jenis lamun kosmopolit, yaitu berkembang. Tekstur substrat di kawasan
dapat tumbuh hampir di semua kategori Pelabuhan Celukanbawang yang
habitat. bertekstur lumpur pada plot-plot awal dan
semakin kedalam dijumpai tekstur
Kerapatan jenis Cymodocea berpasir, dimana jenis substrat ini
rotundata yang jauh berbeda jika memengaruhi habitat lamun untuk
dibandingkan dengan jenis Halophila tumbuh dan berkembang. Menurut
deciiens, dikarenakan jenis lamun Brouns (1986) kerapatan lamun tertinggi
Halophila decipiens memiliki daun yang

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 140


Vol.5 No. 3

pada tekstur sedimen halus dan terendah semakin besar menutupi substrat dasar
pada tekstur sedimen kasar. perairan.
Berdasarkan persentase tutupan
Kondisi Biofisisk Perairan di kawasan lamun yang ditemukan di 3 stasiun
Pelabuhan Celukanbawang menunjukkan kondisi lamun di kawasan
Pelabuhan Celukanbawang dalam
Karakteristik Biofisik mempengaruhi kondisi kurang kaya/kurang sehat.
penyebaran, pertumbuhan, dan Dimana kondisi lamun di kawasan
perkembangan jenis lamun di suatu Pelabuhan Celukanbawang dari 3 stasiun
perairan laut. Karakteristik biofisik pengamatan ditemukan beberapa plot
tersebut dapat berupa faktor fisika yang kerapatannya tergolong agak rapat
perairan (suhu), kimia perairan (salinitas utamanya plot-plot awal hingga
dan kekeruhan), maupun kondisi substrat pertengahan dan bahkan ada beberapa
dasar perairan. Kondisi biofisik lamun plot tergolong jarang yaitu pada plot-plot
merupakan kondisi yang dapat ditinjau akhir yang pada umunya berkisar antara
dari keaadaan lamun itu sendiri seperti 25 tegakan ˗ 424 tegakan, dengan
penutupan, kerapatan maupun frekuensi, demikian dapat dinyatakan plot awal yang
selain itu dapat pula dikaitkan antara ditumbuhi lamun dengan substrat yang
parameter lingkungan terhadap lebih halus dijumpai lamuun dengan
keberadaan atau kondisi dari lamun kodisi rapat dan agak rapat dan pada
tersebut. plot-plot akhir kondisinya terlihat jarang
Data persentase penutupan lamun hingga sangat jarang yaitu nilai <25, lihat
yang diperoleh tidak hanya berhubungan skala kondisi padang lamun berdasarkan
dengan data jumlah tegakan lamun. Hal kerapatan pada (Tabel 2).
ini dikarenakan data persen cover Kondisi kurang kaya/kurang sehat
penutupan merupakan estimasi padang lamun di kawasan Peabuhan
persentase tutupan lamun dalam satu Celukanbawnag diakibatkan kondisi
transek kuadran, dan dipengaruhi perairan pada bagain yang ditumbuhi
keadaan morfometrik dari jenis lamun. lamun yang menjadi lokasi pengamatan,
Dari hasil pengambilan dan merupakan daerah landai dengan kondisi
pengolahan data lamun di kawasan dasar perairan yang terekspose ketika
Pelabuhan Celukanbawang, diperoleh surutnya air laut. Dimana pada stasiun
rata-rata penutupan lamun yang pengamatan ditemukan beberapa stasiun
menunjukkan kondisi hampir serupa pada memiliki kedalaman air yang sangat
ketiga stasiunnya. Rata-rata penutupan rendah, seperti yang ditemukan pada
lamun yang diperoleh di tiga stasiun tidak stasiun pengamatan selain itu aktivitas
berbanding lurus dengan jumlah tegakan para nelayan yang sering berlalu lintas di
dan jumlah jenis lamun yang ditemukan. atas padang lamun di kawasan
Pada stasiun 1 memiliki persentase Pelabuhan Celukanbawang juga sering
penutupan (58,15%), pada stasiun 2 melakukan tangkapan di malam hari
sebesar (55,36%) dan pada stasiun 3 dengan memasang jaring dan berburu
sebesar (59,38%). Prersentase dengan tombak, selain itu pemburu
penutupan lamun di kawasan Pelabuhan Bivalvia yang bernilai ekonomis dan
Celukanbawang tergolong relatif kurang terkadang dijadikan sumber olahan
kaya/kurang sehat. Menurut Kasim makanan pada saat surut juga tidak
(2013), persentase penutupan lamun menghiraukan keberadaan padang lamun
menggambarkan luas lamun yang tersebut, sehingga padang lamun banyak
menutupi suatu perairan, dimana tinggi yang terinjak atau bahkan tercabuti oleh
penutupan tidak selamanya linear dengan para pemburu bivalvia, selain itu kawasan
tingginya kerapatan jenis. Hal ini Pelabuhan Celukanbawang merupakan
dipengaruhi pengamatan penutupan yang pelabuhan bongkar muat barang semen
diamati adalah helaian daun, sedangkan dan terdapat pula industri aspal milik
kerapatan yang dilihat adalah jumlah Pelindo III yang sangat dekat dengan
tegakan lamun. Makin lebar ukuran lokasi penelitian sehingga apabila diamati
panjang dan lebar daun lamun maka permukaan daun pada sebagian besar

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 141


Vol.5 No. 3

lamun tertutupi oleh debu semen hasil kisaran masih dalam kisaran yang
bongkar muat barang. optimum untuk pertumbuhan lamun.
Banyak kegiatan atau proses, baik Menurut Hutomo (1985) suhu normal
alami maupun oleh aktivitas manusia untuk pertumbuhan lamun di perairan
yang mengancam kelangsungan tropis berkisar antara 24 0C hingga 35 0C.
ekosistem lamun. Ekosistem lamun
sudah banyak terancam termasuk di Nilai salinitas yang ditemukan
Indonesia baik secara alami maupun oleh berdasarkan hasil pengukuran di tujuh
aktifitas manusia. Besarnya pengaruh stasiun pengamatan yaitu 29% ˗ 30‰.
terhadap integritas sumber daya, Adanya perbedaan salinitas pada satu
meskipun secara garis besar tidak stasiun dipengaruhi adanya sirkulasi air
diketahui, namun dapat dipandang di luar laut dalam proses pasang surut air laut
batas kesinambungan biologi. Perikanan dan pengaruh penguapan di kawaaan
laut yang meyediakan lebih dari 60 % Pelabuhan Celukanbawang. Menurut
protein hewani yang dibutuhkan dalam Nyabakken (1992) sebaran salinitas di
menu makanan masyarakat pantai, laut dipengaruhi oleh berbagai faktor
sebagian tergantung pada ekosistem seperti pola sirkulasi air, penguapan,
lamun untuk produktifitas dan curah hujan dan aliran sungai. Perairan
pemeliharaanya. Selain itu kerusakan dengan tingkat curah hujan tinggi dan
padang lamun oleh manusia akibat dipengaruhi oleh aliran sungai memiliki
pemarkiran perahu yang tidak terkontrol salinitas yang rendah sedangkan perairan
(Sangaji, 1994). yang memiliki penguapan yang tinggi,
Ancaman-ancaman alami terhadap salinitas perairannya tinggi.
ekosistem lamun berupa angin topan,
siklon (terutama di Philipina), gelombang Kisaran nilai kekeruhan air laut di
pasang, kegiatan gunung berapi bawah kawasan Pelabuhan Celukanbawang,
laut, interaksi populasi dan komunitas berdasarkan hasil pengukuran berkisar
(pemangsa dan persaingan), pergerakan antara 0,73 NTU hingga 0,80 NTU.
sedimen dan kemungkinan hama dan Perbedaan tingkat kekeruhan air laut
penyakit, vertebrata pemangsa lamun diakibatkan adanya pengaruh
seperti sapi laut. Diantara hewan pengadukan massa air laut oleh arus,
invertebrata, bulu babi adalah pemakan gelombang juga pengaruh pasang surut
lamun yang utama. Meskipun dampak perairan. Selain itu, variasi nilai
dari pemakan ini hanya setempat, tetapi kekeruhan pada tiap stasiunnya
jika terjadi ledakan populasi pemakan disebabkan jumlah kandungan partikel
tersebut akan terjadi kerusakan berat. oleh adanya pengaruh bahan organik dan
Gerakan pasir juga mempengaruhi anorganik yang tersuspensi dan terlarut,
sebaran lamun. Bila air menjadi keruh maupun bahan anorganik dan organik
karena sedimen, lamun akan bergeser yang berupa plankton dan
dan memungkinkan untuk dapat bertahan mikroorganisme lain (Davis dan Conwell,
hidup (Sangaji, 1994). 1991).
Limbah pertanian, industri, dan Kekeruhan secara tidak langsung
rumah tangga yang dibuang ke laut, dapat mempengaruhi kehidupan lamun
pengerukan lumpur, lalu lintas perahu karena dapat menghalangi penetrasi
yang padat, dan lain-lain kegiatan cahaya ke dalam air yang dibutuhkkan
manusia dapat mempunyai pengaruh untuk berfotosintesis bagi lamun. Menurut
yang merusak lamun. Di tempat Hutomo (1985), pada perairan yang
hilangnya padang lamun, perubahan keruh, maka cahaya menjadi faktor
yang dapat diperkirakan menurut Fortes pembatas bagi pertumbuhan dan
(1989) Banyak kegiatan atau proses dari produksi lamun.
alam maupun aktivitas manusia yang
mengancam kelangsungan hidup Berdasarkan hasil pengukuran,
ekosistem lamun. pada daerah kerapatan lamun sedang
Hasil pengukuran suhu di kawsan memiliki kadar oksigen terlarut (DO)
Pelabuhan Celukanbawang berada pada berkisar 4,04 ˗ 4,05 mg/l l. Oksigen

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 142


Vol.5 No. 3

terlarut di lokasi penelitian tidak acoroides dominan hidup pada substrat


menunjukkan perbedaan yang hampir dasar berpasir dan pasir sedikit
serupa akan tetapi, oksigen terlarut bercampur lumpur dan kadang-kadang
masih dalam keadaan normal untuk terdapat dasar yang terdiri dari campuran
pertumbuhan dan perkembangan dari pecahan karang yang telah mati.
lamun. Menurut Hutabarat (2000), Kemudian Bengen (2001) juga
oksigen terlarut yang optimum untuk menyatakan bahwa Enhalus accoroides
padang lamun adalah berada pada merupakan lamun yang tumbuh pada
kisaran 3,5 – 4,0 mg/l. substrat berlumpur dari perairan keruh
dan dapat membentuk jenis tunggal, atau
Tekstur substrat dasar kawasan mendominasi komunitas padang lamun.
Pelabuhan Celukanbawang berdasarkan
hasil pengukuran di semua stasiun Lamun hidup diberbagai tipe
pengamatan bertipe lumpur pada plot-plot substrat sedimen, mulai dari lumpur
awal dan pasir pada plot pertengahan lunak, sedimen dasar yang terdiri
hingga plot akhir. Kondisi ini endapan lumpur dan fine mud, hingga
memungkinkan untuk lamun dapat substrat batu-batuan. Lamun yang paling
tumbuh dan berkembang dengan baik, luas dan melimpah ditemukan pada
karena jenis substat berlumpur dan substrat yang lunak. (Dahuri et al., 2001).
berpasir akan memudahkan lamun untuk
menancapkan akar ke dalam substrat. Kemelimpahan spesies tinggi
Dengan kondisi akar lamun yang karena kemampuan Anura tersebut
menancap dengan baik pada substrat dalam menyesuaikan diri dan
akan memungkinkan lamun untuk mampu berkembangbiak pada kondisi lingkungan
menyerap unsur-unsur hara yang ada di dihabitatnya secara baik. Jika keadaan
substrat sedimen sebagai sumber lingkungan baik dan keadaan pakan
makanan bagi lamun. melimpah maka Anura akan berkembang
biak dengan baik dan akan melimpah
Lamun Cymodocea spp mampu keberadaannya, sebaliknya jika
tumbuh pada berbagai substrat mulai dari lingkungan buruk dan keadaan pakan
kisaran liat berlumpur hingga pecahan sedikit, maka akan terjadi persaingan
karang yang kasar, pada lingkungan yang menyebabkan kematian serta
tenang dan substrat berpasir lamun ini menyebabkan kemelimpahan menurun.
membentuk padang monospesifik yang Faktor lingkungan abiotik yang diperoleh
luas dan padat. Halodule spp umumnya di Persawahan Desa Pengastulan yaitu
ditemukan pada substrat lumpur atau suhu udara berkisar 26oC sampai 30oC
pasir kalkaeuse berukuran halus. Lamun dan suhu air berkisar 24oC sampai 27oC
Thalassia hemprichi ditemukan melimpah dan kisara n pH air 7 serta memiliki
pada substrat pasir hingga pecahan- kelembaban kisaran 60% -71%.
pecahan karang (Arifin, 2001).
Simpulan
Spesies Halophila decipiens yang
1. Komposisi jenis lamun di kawasan
berdaun kecil-kecil juga memiliki
Pelabuhan Celukanbawang adalah
penyebaran yang sama dengan Enhalus
Enhalus acoroides (Hidrocharitales),
accoroides, namun tetapi keberadaannya
Cymodocea rotundata
hanya terbatas pada bagian pinggir
(Potamogetonaceae), Cymodocea
pantai yang paling dangkal, sehingga bila
serrulata (Potamogetonaceae),
ada proses kekeruhan, sebagian
Thalassia hemprichii
penetrasi cahaya masih dapat mencapai
(Hydrocharitaceae), Halophila ovalis
dasar perairan yang tetap memberikan
(Hydrocaritaceae), Halophila minor
kesempatan bagi lamun jenis ini untuk
(Hydrocaritaceae), Halophila decipiens
tumbuh dan berfotosintesis. Dua jenis
(Hydrocaritaceae), Halodule uninervis
lamun ini termasuk dalam famili yang
(Potamogetonaceae), Halodule
sama yaitu Hydrocharitaceae. Sangaji
pinifolia (Potamogetonaceae),
(1994) menyatakan bahwa Enhalus

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 143


Vol.5 No. 3

Syringodium isoetifolium Azkab, M. H. 1999. Pedoman


(Potamogetonaceae). Inventarisasi Lamun. Jakarta:
2. Karakteristik biofisik perairan di LIPI
kawasan Pelabuhan Celukanbawang
yang ditinjau dari suhu, salinitas, Azwar, S. 2003. Metode Penelitian
kekeruhan, oksigen terlarut (DO) dan Cetakan Ke-enam.Yogyakarta:
Substrat. Masih tergolong memiliki Pustaka Belajar.
kisaran yang normal untuk
pertumbuhan dan perkembangan Bengen, D.G., 2001. Sinopsis
lamun. Cymodocea rotundata adalah Ekosistem dan Sumberdaya
spesies yang mendominasi dan Alam Pesisir.Bogor: Pusat kajian
memiliki frekuensi kemuncunculan Sumberdaya Pesisir dan Lautan,
yang paling tinggi 89,9%, untuk Institut Pertanian Bogor.
spesies yang memilki frekuensi
kemunculan yang rendah 18,9 % yaitu Brouns, J.J.W.M., Heijs, H.M.L., 1986.
spesies Halophila decipiens. Nilai Production and Biomass of the
penutupan lamun pada masing-masing Seagrasses in Queensland
stasiun di kawasan Pelabuhan, Desa water. Australia: Current State
Celukanbawang tergolong kurang Of Knowledge. CRC Reef
kaya/kurang sehat dimana Pada Research Centre.
stasiun 1 memiliki persentase
penutupan (58,15%), pada stasiun 2 Dahuri, R., Jacub R., Sapta. P.G., dan
sebesar (55,36%) dan pada stasiun 3 Sitepu. M.J. 2001. Pengelolaan
sebesar (59,38%). Sumberdaya Wilayah Pesisir
dan Lautan Terpadu. Jakarta: PT
Saran Pradnya Paramita.
Adapun saran yang dapat penulis
sampaikan berdasarkan hasil Davis,M.L., Cornwell, D.A., 1991.
penelitian sebagai berikut. Introduction to Environmental
1. Kepada Kepada peneliti lain Engineering. New York:
diharapkan agar dapat McGraw-Hill, Inc.
mengembangkan penelitian
lanjutan baik itu pada kawasan Hartog, D.C. 1967. The Structural
Pelabuhan Celukanbawang Aspects in The Ecology of Sea-
maupun kawasan pantai lainnya grass Communi-ties.
yang belum pernah diteliti Helgolander Wiss.
utamanya di areal Kabupaten Meeresunters.
Buleleng.
2. Kepada masyarakat diharapkan Hartog, D.C. 1970. The seagasses of
data mengenai komposisi jenis the world.North-olland.
lamun dapat digunakan sebagai Amsterdam. PP.275.
upaya pelestarian Ekosistem lamun
dan habitat alaminya. Fortes, M.D.1989. Field Guide To The
Identification Of East Asian.
DAFTAR RUJUKAN Manila: Philipines.

Arifin.2001. Kondisi dan Potensi Serta


Studi Konservasi Ekosistem Hutabarat, S. 2000. Peran Kondisi
Padang Lamun di Sulawesi Oseanografis Terhadap
Selatan, Studi Kasus di Perubahan Iklim, Produktivitas,
Kabupaten Takalar dan Sinjai. dan Distribusi Biota Laut.
Sulawesi Selatan: Semaran: Universitas
BALITBANGDA. Diponegoro Press.

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 144


Vol.5 No. 3

Hutomo, M. 1985. Telaah Ekologik Mem.Simp.Intern. U.N.A.M. -


Komunitas Ikan Padang Lamun UNESCO, Mexico,D.F., Nov.,
(Seagrass Anthophyta) di 1967. Pp.
Perairan Teluk Banten. Bogor:
IPB. Badan Lingkungan Hidup. 2010.
Laporan Status Lingkunga Hidup
Kasim, M.A.2013. Struktur Komunitas Daerah Kabupaten Buleleng
Padang Lamun pada Kedalaman Tahun 2010. Singaraja: PemKab
yang Berbeda di Perairan Desa PemKab.
Berakit Kabupaten Bintan. Riau:
Universitas Raja Ali Haji. Sangaji, F. 1994. Sedimen Dasar
Terhadap Penyebaran,
Kiswara W. 1995. Struktur Komunitas Kepadatan , Keanekaragaman
Padang Lamun Perairan dan Pertumbuhan Padang
Indonesia Inventaris dan Lamun di Laut Sekitar Pulau
Evaluasi Potensi Laut-Pesisir II, Barang Lompo. Ujung Pandang:
Jakarta (ID): P30 LIPI. 54 61. Universitas Hasanuddin.

Lazuardi, M.E., Welly, M., Sanjaya, Short, Frederick T. and Robert G.


W., Prasetya, D., & Hendrawan, Coles (eds.). 2001. Global
G. 2016. Kondisi biofisik dan Seagrass Research Methods.
sosial ekonomi Pesisir Bali-2015. Amsterdam: Elsevier Science
Denpasar: Pemerintah Provinsi B.V.
Bali dan The Nature
Conservancy. Waycott, M., McMahon K, J. Mellors,
A. Calladine, and D. Kleine.
Muhadjir, N. 1996. Metode Penelitian 2004. A Guide to Tropical
Kualitatif. Yogyakarta: Rake Seagrasses of the Indo-West
Sarasin. Pacific. James Cook University,
Townsville-Queensland-
Nontji, Anugerah. 2002. Laut Australia.
Nusantara. Djambatan.
Jakarta.\Nontji, A., Hutomo, M. Zulkarnain, A.R., Putri, A.N., Sobari.I.
2014. Panduan Monitoring 2013. Studi Komunitas Lamun di
Padang Lamun. LIPI: Perairan Teluk Gilimanuk dan
COREMAP-CTI. Labuan Lalang. TNBB.

Nur, C. 2011. Invetarisasi Jenis Lamun


dan Gastropoda yang
Berasosiasi di Perairan Pulau
Karampuang Mamuju Sulawesi
Barat. Makasar: Skripsi Jurusan
Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan.
Universitas Hasanuddin.

Nyabakken, J. W., 1992. Biologi Laut


Suatu Pendekatan Ekologis.
Jakarta: PT. Gramedia.

Odum, W.E., Wood, E.J.F., Zieman,


J.C. 1969. Influence of the
seagrasses on the productivity of
coastal lagoons, laguna
Costeras. Un Simposio

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha 145

Anda mungkin juga menyukai