PROPOSAL
Diajukan untuk diseminarkan pada seminar proposal
Oleh:
RIVAN SYAHRUL FALAH
11541020
Oleh:
Rivan Syahrul Falah
11541020
Pembimbing I
Pembimbing II
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Kabupaten Garut. Lokasi objek wisata Pantai ini terletak di Desa Pamalayan
Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut. yang berjarak sekitar 89 km dari Kota
Garut. Pada bagian tepi pantai ditanami tanaman pandan laut sedangkan pada
daerah yang lebih dalam lagi ke daratan dimanfaatkan sebagai daerah pertanian
produktif yang ditanami kacang tanah, kelapa dan lain-lainnya.
Sebagai daerah pesisir pantai, pantai Karang Papak memiliki material
seperti memiliki pasir putih yang halus, terumbu karang yang baik, tumbuhan
laut seperti alga yang masih banyak keragamannya, ikan hias yang sangat cantik
dan juga jenis keong gastropoda.
Menurut Barnes (1980) dan Handayani (2006) kelas Gastropoda
merupakan kelas terbesar dari Mollusca lebih dari 75.000 spesies yang telah
teridentifikasi, dan 15.000 diantaranya dapat dilihat bentuk fosilnya. Berdasarkan
data tersebut, maka ada sekitar 60.000 spesies gastropoda yang telah
teridentifikasi baik yang habitatnya di darat maupun di laut.
Gastropoda merupakan hewan yang bercangkang dan berjalan dengan
menggunakan perutnya. Umumnya cangkang berbentuk spiral dan tunggal.
Gastropoda merupakan kelas terbesar dari filum mollusca. Habitatnya ada di darat
dan di laut. Gastropoda yang berada di laut kurang lebih memiliki ciri ciri
morfologi yang sama seperti yang ada di darat. Selain itu juga, larva dari
gastropoda laut dijadikan sebagai makanan bagi anak ikan yang karnivor juga
dijadikan sebagai lauk pauk bagi sebagian masyarakat. Di daerah Cikelet sendiri
gastropoda laut yang cukup terkenal adalah mata lembu. Mata lembu termasuk
jenis
gastropoda laut yang bentuknya lebih besar dari keong biasanya serta
memiliki cangkang yang lebih tebal pula. Jenis gastropoda ini disebut mata lembu
karena pada bagian mulutnya ditutup dengan organ seperti batu mutiara dengan
titik hitam memudar di bagian tengah sehingga tampak seperti mata lembu.
Gastropoda laut yang lain dan umumnya dimakan adalah Abalone
(Haliotis). Selain sebagai lauk, abalone telah diekstrak dan dibuat sebagai
makanan tambahan (food suplement) yang berfungsi untuk mencegah berbagai
macam penyakit.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, ruang lingkup masalah yang akan diteliti
2.
3.
D.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis
keong kelas gastropoda yang hidup pada zona neritik di Pantai Karang Papak.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
keanekaragaman jenis keong serta mengetahui pengaruh dalam segi ekosistem
laut jika keong laut punah .
E.
Manfaat Penelitian
Sesuai dengan masalah yang akan diteliti, maka diharapkan dari penelitian ini
A.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis adalah segala perbedaan yang ditemui pada
makhluk hidup antar jenis atau antar spesies yang diukur dari jumlah total jenis
baik binatang, tumbuhan , mikroorganisme di muka bumi. Menurut Odum (1998:
185) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis mempunyai dua komponen yang
dapat memberi reaksi secara berbedabeda terhadap faktorfaktor geografi,
perkembangan, atau fisik. Kedua komponen tersebut adalah kekayaan jenis atau
komponen varietas dalam persatuan area dan kesamarataan atau aguitibilitas
dalam pembagian individu yang merata antara dua jenis.
Ada dua cara pendekatan yang digunakan
untuk
menganalisis
B.
Tinjauan Umum
1. Laut
Laut adalah kumpulan air asin yang luas dan berhubungan
dengan samudra. Laut adalah kumpulan air asin yang sangat banyak dan
luas dipermukaan bumi yang memisahkan atau menghubungkan suatu
benua dengan benua lainnya dan suatu pulau dengan pulau lainnya.
Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material
lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan
partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisik utama air laut ditentukan oleh
96,5% air murni.
Menurut Kasijan (2007 : 3 ) Laut adalah bagian dari bumi kita
yang tertutup oleh air asin . Kata laut sudah dikenal sejak dulu kala oleh
bangsa kita atau bangsa dibeberapa negara di Asia Tenggara seperti
zona neritik merupakan daerah laut dangkal yang masih dapat ditembus
cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai 200 m.
Biota yang hidup di daerah ini adalah plankton, nekton (ikan) dan bentos
dapat hidup dengan baik. Organisme yang ada dari Alga, Porifera,
Coelenterata, berbagai jenis ikan dan udang. Kelimpahan organisme pada
daerah ini tinggi karena kandungan zat hara cukup tinggi, zat-zat terlarut
juga masih cukup bervariasi yang dikarenakan adanya tumpahan berbagai
zat terlarut dari daratan. Hal yang paling krusial adalah penetrasi cahaya
pada zona ini masih optimum sehingga asupan energi untuk produsen
masih maksimal (Romimohtarto, 2007).
2. Mollusca
Mollusca berasal dari bahasa Romawi milos yang berarti lunak.
Jenis. Mollusca yang umumnya dikenal siput, kerang dan cumi-cumi.
Kebanyakan dijumpai di laut dangkal sampai kedalaman mencapai 7000
M, beberapa di air payau, air tawar, dan darat. Anggota dari Filum
Mollusca
mempunyai
bentuk
tubuh
yang
sangat
berbeda
dan
dibagi
Neomeniomorpha,
menjadi
kelas,
Monoplacophora,
yaitu:
Chaetodermomorpha,
Polyplacophora,
Gastropoda,
Gastropoda
umumnya
bercangkang
tunggal
yang
terpilin
adalah
hewan
berukuran
relative
besar
yang
a. Morfologi
Morfologi Gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya.
Sebagian besar cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di
bagian luarnyadilapisi periostrakum dan zat tanduk. Cangkang Gastropoda
yang berputar ke arah belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral,
sebaliknya bila cangkangnya berputar berlawanan arah dengan jarum jam
disebut sinistral. Siput-siput Gastropoda yang hidup di laut umumnya
berbentuk dekstral dan sedikit sekali ditemukan dalam bentuk sinistral
Anatomi
Struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh
gastropoda yang terdiri atas: kepala, badan, dan alat gerak (Handayani,
2006). Kepala berkembang dengan baik, dilengkapi dua pasang tentakel
sebagai alat peraba. Sepasang di antaranya bersifat retraktil dan dilengkapi
sebuah mata. Mulut dilengkapi dengan lidah perut dan gigi radula.
Berdasarkan tipenya, gigi radula pada Gastropoda dapat dibedakan
menjadi 5 tipe yaitu: tipe rhipidoglossate, docoglossate, taenioglossate,
rachiglossate, dan toxoglossate (Harminto, 2003).
c. Cangkang
Cangkang siput digunakan untuk melindungi diri. Ada yang tanpa
penutup dan ada yang dengan penutup atau operculum (operculum).
Operkulum ini terbuat dari zat kapur atau zat tanduk yang lebih luas.
Operkulum menunjukkan garis garis pertumbuhan dan kadang-kadang
dapat digunakan untuk menentukan umur.
Bentuk cangkang setiap jenis berbeda dan mensifati jenis itu.
Bentuk cangkang juga dapat dikaitkan dengan pola habitatnya
(Romimohtarto, 2001).
gastropoda
terletak
disebelah
depan
pada
bagian
dalam
biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi semua mahluk hidup yang berada di
suatu kawasan tertentu yang meliputi semua jenis hewan laut. Sedangkan faktor
abiotik meliputi:
Faktor fakor lingkungan yang berpengaruh di daerah pantai adalah faktor
biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi semua mahluk hidup yang berada di
suatu kawasan tertentu yang meliputi semua jenis hewan laut. Sedangkan faktor
abiotik meliputi:
1. Cuaca
perubahan cuaca akan mempengaruhi kondisi laut. Angin misalnya
sangat menentukan terjadinya gelombang dan arus dipermukaan laut,
intensitas hujan menentukan besar kecilnya kadar garam di laut ( Nontji,
2007:45). Cuaca yang buruk akan berpengaruh pada suhu , salinitas dan
tersebut
berasal
dari
dalam
dasar
laut
melalui
prose
Ekosistem Pantai
Daerah pantai merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan
ekosistem darat. Karena hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir
dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir itu
biasanya terdapat hutan yang dinamakan
daerah litorial yaitu daerah yang berada diantara pasang tertinggi dan air surut
terendah.
Menurut Nontji (1987: 320) Perairan pantai yang umumnya dangkal
mempunyai keragaman fakto-faktor lingkungan yang lebih besar dari pada
samudera lepas, baik musiman maupun geografik. Keaadan ini berkaitan dengan
perairan pantai yang dangkal yang letaknya yang dekat dengan aliran air darat.
Dangkalnya air dapat menambah tingginya kandungan sedimen karena adanya
ombak yang mampu mengaduk dasar perairan. Hal ini dipertegas oleh Nontji
(2007: 55) yang menyatakan adanya nutrient di dalam air dan arus serta
didukung oleh faktor kimia dan fisika menjadikan pantai sebagai perairan yang
keanekaragaman jenis. Salinitas dan suhu merupakan parameter-parameter
fisika yang sangat penting untuk kehidupan organisme diperairan pantai.
Ekosistem atau sistem ekologis terdiri atas berbagai macam komunitas
dalam suatu daerah geografis besar. Istilah ekosistem telah diperkenalkan oleh
Tansley pada tahun 1935, dan ide ekosistem digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara komunitas biotik dengan berbagai faktor fisika dan kimia
lingkungan. Konsep ekosistem memberikan suatu model lingkungan untuk
mengevaluasi kerja dari berbagai sistem biologis pada suatu skala besar
(Brahmana, 2001).
Pantai merupakan daerah yang mempunyai kedalaman kurang dari 200
meter. Pada pantai terdapat daerah litoral yaitu daerah yang berada diantara
pasang tertinggi dan air surut terendah atau disebut daerah intertidal (Nybaken,
1992). Adanya nutrien di dalam air dan arus serta didukung oleh faktor kimia dan
fisika menjadikan pantai sebagai perairan yang kaya keanekaragaman jenis. Suhu
dan salinitas merupakan parameter-parameter fisik yang penting untuk kehidupan
organisme di perairan pantai. Kisaran suhu untuk hidup aktif organisme pantai
adalah 0 sampai 35C (Nontji, 1987 dalam Handayani, 2006).
Dasar lautan dapat di bedakan menjadi tiga daerah atau Zona yaitu :
a. Zona litoral yaitu daerah yang masih dapat ditembus oleh cahaya sampai
dasar perairan 0 200 meter.
b. Zona neritik yaitu daerah perairan yang masih ada cahaya, tetapi
remangremang 200 2000 m.
c. Zona abisal yaitu daerah perairan yang tidak lagi dapat ditembus oleh
cahaya, daerah ini mencapai kedalaman lebih dari 2000 meter (Romimohtarto
& Juwana, 2001).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
operasional beberapa variable yang terdapat dalam judul proposal penelitian ini
sebagai berikut :
1.
Keanekaragaman jenis keong laut kelas Gastropoda yang mempunyai
sejumlah komponen yang dapat memberikan reaksi secara berbeda beda terhadap
factor ekosistem laut.
2. Pantai Karang Papak merupakan pantai yang terletak di Garut Selatan ,
tepatnya di Desa Pamalayan kecamatan Cikelet kabupaten Garut Jawa Barat.
B.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif , yaitu
kuadrat. Hal tersebut di pertegas oleh Fachrul (2007: 11) Ordinal sampling yaitu
pengambilan sampel dari nomer nomer subjek dengan jarak yang sama
terhadap semua populasi dengan menggunakan metode kuadrat dan transek garis
untuk membantu sebaran alga. Pengukuran transek garis mengunakan alat ukur
berupa meteran berskala dan satuannya adalah meter (m)
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel merupakan bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Dalam
Sugiyono,2008:90 dan 91)
1. Populasi
Polulasi dalam penelitian ini adalah jenis keong laut kelas amphieura dan
Gastropoda yang hidup di karang pada zona neritik di Pantai Karang Papak Desa
Pamalayan Kecamatan Cikelet kabupaten Garut.
2.
Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah 10% dari luas pantai karang papak.semua
jenis keong kelas amphieura dan gastropoda yang berada di setiap kuadrat
pencuplikan.ukuran luas sutu kuadrat adalah 1 meter x 1 meter . pencuplikan
dilkukan dengan membagi daerah penelitian kedalam tiga setasiun ,setiap setasiun
dibagi ke dalam 3 titik,dan setiap titik desebarkan sebanyak 10 kuadrat.jadi
jumlah seluruh kuadrat pencuplikan adalah 90 kuadrat.
D.
No
1.
2.
3.
Nama alat
Ember kecil
Penjepit
Meteran bersekala
Spesifikasi
Ukuran 20cm
Terbuat dari kayu
Meteran tanah 100
Jumlah
1 buah
2 buah
1 buah
4.
Kertas label
m
Kertas label ukuran 1 pack
5.
6.
Tali rapia
Kamera
5x4 cm
Rapia gulung besar
1 buah
Handphone
atau 1 buah
7.
8.
Anemometer
Slink fsikometr
kamera digital
Alat ukur angin
1 buah
Alat
ukur 1 buah
9.
10.
11.
12.
Bamboo kuadrat
Refraktormeter
Termometer
Plastic sampel
kelembaban udara
Ukuran 1x1 m
Air raksa
Alat ukur suhu
Plastic
ukuran
Disesuaikan
1 buah
1 buah
100 buah
15x10 cm
2. Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 bahan-bahan untuk penelitian
No
1.
2.
Nama bahan
Alcohol 70 %
Aqudes
spesifikasi
Ukuran 60 ml
Ukuran 1 liter
Jumlah
2 botol
3 botol
Atau
Keterangan:
= Indeks Shanon untuk diversitas umum
ni = Nilai kepentingan tiap spesies
N = Nilai kepentingan total
Pi = Peluang kepentingan untuk tiap spesies =
indek keragaman jenis menurut Shannom di definisikan
Besar nya
Keterangan
Jarang sekali
Jarang
Cukup rapat
Rapat
Rapat sekali
b. Kerimbunan
Kerimbunan yaitu penentuan pengambilan data yang didasarkan pada
luas penutupan daerah pengamatan (kuadrat) oleh populasi tumbuhan.
Mengambil data kerimbunan didasarkan pada kelas kerimbunan dari
Braun Blanquet sebagai berikut :
Kelas
Penutupan
Kerimbunan
1
< 10 %
1.
2.
10 % - 24 %
25 % - 49 %
50 % - 75 %
>75 %
Frekuensi
Frekuensi yaitu ditentukan berdasarkan kerapatan dari spesies diketemukan
dari sejumlah kuadrat kuadrat yang dibuat.
Nilai penting
Harga ini didasarkan pada penjumlahan dari harga harga relatif dari
kerapatan, kerimbunan dan frekuensi.
G.
Studi Literatur
Menyusun Proposal
Penelitian
Seminar Proposal
Penelitian
Revisi Proposal
Penelitian
Penelitian
Stasiun 1
10
10
Stasiun 2
10
10
10
Stasiun 3
10
10
10
10
Pengolahan Data
I. Daftar pustaka
Nontji, A. (2007). Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan
Odum, E. P. (1998). Dasar Dasar Ekologi. Yogyakrta: gajah Mada Universitas
press
Rominto, K dan Juwana, S. (2001). Biologi Laut. Jakarta : penerbit
Djambatan.
Jurnal perikanan Davidson Rato Nono1, Farnis B. Boneka2 dan Grevo S.Gerung
Ernawati, Wanda. 2011. Pembagian daerah Ekosistem Laut. Diakses pada
tanggal 20 maret 2015 melalui http:///id.wikipedia.org/wiki/berkas:zonalaut