Anda di halaman 1dari 22

IDENTIFIKASI KEONG LAUT PADA ZONA NERITIK

DI PANTAI KARANG PAPAK DESA PAMALAYAN


KECAMATAN CIKELET KABUPATEN GARUT

PROPOSAL
Diajukan untuk diseminarkan pada seminar proposal
Oleh:
RIVAN SYAHRUL FALAH
11541020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP GARUT
2015

Lembar Persetujuan Proposal

IDENTIFIKASI KEONG LAUT PADA ZONA


NERITIK DI PANTAI KARANG PAPAK DESA
PAMALAYAN KECAMATAN CIKELET KABUPATEN
GARUT

Oleh:
Rivan Syahrul Falah
11541020

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Pembimbing II

DR. Hudiana Hernawan, MS.

Ir. Khaidir R. Permana ,M.P.

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah


Pantai Karang Papak adalah salah satu wisata pantai yang menjadi pilihan di

Kabupaten Garut. Lokasi objek wisata Pantai ini terletak di Desa Pamalayan
Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut. yang berjarak sekitar 89 km dari Kota
Garut. Pada bagian tepi pantai ditanami tanaman pandan laut sedangkan pada
daerah yang lebih dalam lagi ke daratan dimanfaatkan sebagai daerah pertanian
produktif yang ditanami kacang tanah, kelapa dan lain-lainnya.
Sebagai daerah pesisir pantai, pantai Karang Papak memiliki material
seperti memiliki pasir putih yang halus, terumbu karang yang baik, tumbuhan
laut seperti alga yang masih banyak keragamannya, ikan hias yang sangat cantik
dan juga jenis keong gastropoda.
Menurut Barnes (1980) dan Handayani (2006) kelas Gastropoda
merupakan kelas terbesar dari Mollusca lebih dari 75.000 spesies yang telah
teridentifikasi, dan 15.000 diantaranya dapat dilihat bentuk fosilnya. Berdasarkan
data tersebut, maka ada sekitar 60.000 spesies gastropoda yang telah
teridentifikasi baik yang habitatnya di darat maupun di laut.
Gastropoda merupakan hewan yang bercangkang dan berjalan dengan
menggunakan perutnya. Umumnya cangkang berbentuk spiral dan tunggal.
Gastropoda merupakan kelas terbesar dari filum mollusca. Habitatnya ada di darat
dan di laut. Gastropoda yang berada di laut kurang lebih memiliki ciri ciri
morfologi yang sama seperti yang ada di darat. Selain itu juga, larva dari
gastropoda laut dijadikan sebagai makanan bagi anak ikan yang karnivor juga
dijadikan sebagai lauk pauk bagi sebagian masyarakat. Di daerah Cikelet sendiri
gastropoda laut yang cukup terkenal adalah mata lembu. Mata lembu termasuk
jenis

gastropoda laut yang bentuknya lebih besar dari keong biasanya serta

memiliki cangkang yang lebih tebal pula. Jenis gastropoda ini disebut mata lembu
karena pada bagian mulutnya ditutup dengan organ seperti batu mutiara dengan
titik hitam memudar di bagian tengah sehingga tampak seperti mata lembu.
Gastropoda laut yang lain dan umumnya dimakan adalah Abalone
(Haliotis). Selain sebagai lauk, abalone telah diekstrak dan dibuat sebagai
makanan tambahan (food suplement) yang berfungsi untuk mencegah berbagai
macam penyakit.

Umumnya kerang-kerangan yang telah mati dikumpulkan dan dijadikan


hiasan, seperti: bros, gantungan kunci, tirai dari siput atau kerang, figura foto dan
lain sebagainya. Kelebihan dari keong ini biasa dimanfaatkan untuk pakan ternak
sumber makanan berprotein tinggi, obat dan pengontrol inang prantara parasit
trematoda yang menyebabkan gatal.
Selain itu juga kebanyakan orang tidak sadar akan ekosistem keong ini,
jika ekosistem ini terganggu maka terumbu karangpun akan terganggu. (Tomsjik
dkk 1997 ).
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai identifikasi berbagai macam jenis gastropoda laut yang ada di
daerah Pantai Karang Papak. Adapun judul penelitian yang diajukan oleh penulis
adalah :
IDENTIFIKASI KEONG LAUT PADA ZONA NERITIK DI PANTAI
KARANG PAPAK DESA PAMALAYAN KECAMATAN CIKELET
KABUPATEN GARUT

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:


1. Bagaimanakah keanekaragaman keong laut pada zona neritik di Pantai
Karang Papak Desa Pamalayan Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut?
2. Apa nama keong laut yang ditemukan pada zona neritik di Pantai Karang
Papak Desa Pamalayan Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut?
C.

Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, ruang lingkup masalah yang akan diteliti

dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :


1. Keong yang diteliti adalah yang menempel atau berada pada karang.

2.
3.
D.

Area yang diteliti yaitu di zona neritik Pantai Karang Papak.


Kelas yang diteliti adalah kelas gastropoda.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis

keong kelas gastropoda yang hidup pada zona neritik di Pantai Karang Papak.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
keanekaragaman jenis keong serta mengetahui pengaruh dalam segi ekosistem
laut jika keong laut punah .
E.

Manfaat Penelitian
Sesuai dengan masalah yang akan diteliti, maka diharapkan dari penelitian ini

dapat bermanfaat, diantaranya sebagai berikut :


1. Sebagai sumber informasi baru bagi masyarakat umum atau instansi
terkait tentang keanekaragaman keong laut yang hidup di Pantai Karang
Papak.
2. Mengetahui manfaat dari keong laut adalah kelas Gastropoda.
3. Mengetahui pengaruh pada segi ekosistem jika keong laut punah.
4.
Secara umum, penelitian ini diharapkan sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan kesetabilan ekosistem.

A.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis adalah segala perbedaan yang ditemui pada

makhluk hidup antar jenis atau antar spesies yang diukur dari jumlah total jenis
baik binatang, tumbuhan , mikroorganisme di muka bumi. Menurut Odum (1998:
185) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis mempunyai dua komponen yang
dapat memberi reaksi secara berbedabeda terhadap faktorfaktor geografi,
perkembangan, atau fisik. Kedua komponen tersebut adalah kekayaan jenis atau
komponen varietas dalam persatuan area dan kesamarataan atau aguitibilitas
dalam pembagian individu yang merata antara dua jenis.
Ada dua cara pendekatan yang digunakan

untuk

menganalisis

keanekaragaman jenis yang berlainan yaitu :


1.
Perbandinganperbandingan yang didasarkan pada bentuk, pola, atau
2.

persamaan kurva banyaknya jenis.


Perbandingan yang didasarkan pada indeks keanekaragaman, yang
merupakan nisbah atau pernyataan matematika lainnya, dari hubungan
hubungan jenis kepentingan.

B.

Tinjauan Umum
1. Laut
Laut adalah kumpulan air asin yang luas dan berhubungan
dengan samudra. Laut adalah kumpulan air asin yang sangat banyak dan
luas dipermukaan bumi yang memisahkan atau menghubungkan suatu
benua dengan benua lainnya dan suatu pulau dengan pulau lainnya.
Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material
lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan
partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisik utama air laut ditentukan oleh
96,5% air murni.
Menurut Kasijan (2007 : 3 ) Laut adalah bagian dari bumi kita
yang tertutup oleh air asin . Kata laut sudah dikenal sejak dulu kala oleh
bangsa kita atau bangsa dibeberapa negara di Asia Tenggara seperti

Filipina, Malaysia, Thailand Singapura dan mungkin beberapa suku


bangsa lain dikawasan ini.
Zona neritik

menurut Ernawati (2011), mendefinisikan bahwa

zona neritik merupakan daerah laut dangkal yang masih dapat ditembus
cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai 200 m.
Biota yang hidup di daerah ini adalah plankton, nekton (ikan) dan bentos
dapat hidup dengan baik. Organisme yang ada dari Alga, Porifera,
Coelenterata, berbagai jenis ikan dan udang. Kelimpahan organisme pada
daerah ini tinggi karena kandungan zat hara cukup tinggi, zat-zat terlarut
juga masih cukup bervariasi yang dikarenakan adanya tumpahan berbagai
zat terlarut dari daratan. Hal yang paling krusial adalah penetrasi cahaya
pada zona ini masih optimum sehingga asupan energi untuk produsen
masih maksimal (Romimohtarto, 2007).
2. Mollusca
Mollusca berasal dari bahasa Romawi milos yang berarti lunak.
Jenis. Mollusca yang umumnya dikenal siput, kerang dan cumi-cumi.
Kebanyakan dijumpai di laut dangkal sampai kedalaman mencapai 7000
M, beberapa di air payau, air tawar, dan darat. Anggota dari Filum
Mollusca

mempunyai

bentuk

tubuh

yang

sangat

berbeda

dan

beranekaragam, dari bentuk silindris, seperti cacing dan tidak mempunyai


kaki maupun cangkang, sampai bentuk hampir bulat tanpa kepala dan
tertutup kedua keping cangkang besar. Oleh karena itu berdasarkan bentuk
tubuh, bentuk dan jumlah cangkang, serta beberapa sifat lainnya, filum
Mollusca

dibagi

Neomeniomorpha,

menjadi

kelas,

Monoplacophora,

yaitu:

Chaetodermomorpha,

Polyplacophora,

Gastropoda,

Pelecypoda, Scaphopoda,Cephalopoda (Suwignyo, 2005).


Pada buku

(Nontji 1987 : 162) Moluska terdiri dari yakni :

Amphineura , Gastropoda, Pelecypoda, Cephalopoda.

Kasijan (2007 : 173 175 ) Filum molusca mendapatkan namanya


dari katalatin molluscus yang artinya lunak.
Gastropoda berasal dari kata gastros : perut; podos : kaki. Jadi
Gastropoda berarti hewan yang berjalan dengan perutnya. Hewan anggota
kelas

Gastropoda

umumnya

bercangkang

tunggal

yang

terpilin

membentuk spiral dengan bentuk dan warna yang beragam. Cangkang


Gastropoda sudah terpilin sejak masa embrio (Harminto, 2003). Menurut
Barnes (1980) dalam Handayani (2006) kelas Gastropoda merupakan
kelas terbesar dari Mollusca lebih dari 75.000 spesies yang telah
teridentifikasi, dan 15.000 diantaranya dapat dilihat bentuk fosilnya.
Fosil dari kelas tersebut secara terus-menerus tercatat mulai awal
zaman Cambrian. Ditemukannya Gastropoda di berbagai macam habitat,
seperti di darat dan di laut. Maka dapat disimpulkan bahwa Gastropoda
merupakan kelas yang paling sukses di antara kelas yang lain.
(Nontji 2007 ; 162) kelas Gastropoda lebih umum dikenal dengan
keong cangkang yang berbentuk tabung yang melingkar lingkar seperti
spiral.
Gastropoda

adalah

hewan

berukuran

relative

besar

yang

menarik.namaya berrti kaki perut (Y : Gaster perut ; pous =kaki ) ( kasijan


2007 :177) . Kepala dan kakinya yang dijulurkan keluar apabila sedang
merayap dapat ditarik masuk kedalam cangkangjika ia terancam bahaya
(Nontji 2007 : 162 ).

a. Morfologi
Morfologi Gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya.
Sebagian besar cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di
bagian luarnyadilapisi periostrakum dan zat tanduk. Cangkang Gastropoda
yang berputar ke arah belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral,
sebaliknya bila cangkangnya berputar berlawanan arah dengan jarum jam
disebut sinistral. Siput-siput Gastropoda yang hidup di laut umumnya
berbentuk dekstral dan sedikit sekali ditemukan dalam bentuk sinistral

(Dharma, 1988 dalam Handayani, 2006). Pertumbuhan cangkang yang


melilin spiral disebabkan karena pengendapan bahan cangkang di sebelah
luar berlangsung lebih cepat dari yang sebelah dalam (Nontji, 1987 dalam
Handayani, 2006). Gastropoda mempunyai badan yang tidak simetri
dengan mantelnya terletak di bagian depan, cangkangnya berikut isi
perutnya terguling spiral ke arah belakang. Letak mantel di bagian
belakang inilah yang mengakibatkan gerakan torsi atau perputaran pada
pertumbuhan siput Gastropoda. Proses torsi ini dimulai sejak dari
perkembangan larvanya (Dharma, 1988 dalam Handayani, 2006). Struktur
umum morfologi Gastropoda terdiri atas: posterior, sutures, whorl, spiral
sculptures, axial, longitudinal, sculpture, posterior canal, aperture,
operculum, plaits on columella, outer lip, columella, anterior canal.
b.

Anatomi
Struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh

gastropoda yang terdiri atas: kepala, badan, dan alat gerak (Handayani,
2006). Kepala berkembang dengan baik, dilengkapi dua pasang tentakel
sebagai alat peraba. Sepasang di antaranya bersifat retraktil dan dilengkapi
sebuah mata. Mulut dilengkapi dengan lidah perut dan gigi radula.
Berdasarkan tipenya, gigi radula pada Gastropoda dapat dibedakan
menjadi 5 tipe yaitu: tipe rhipidoglossate, docoglossate, taenioglossate,
rachiglossate, dan toxoglossate (Harminto, 2003).
c. Cangkang
Cangkang siput digunakan untuk melindungi diri. Ada yang tanpa
penutup dan ada yang dengan penutup atau operculum (operculum).
Operkulum ini terbuat dari zat kapur atau zat tanduk yang lebih luas.
Operkulum menunjukkan garis garis pertumbuhan dan kadang-kadang
dapat digunakan untuk menentukan umur.
Bentuk cangkang setiap jenis berbeda dan mensifati jenis itu.
Bentuk cangkang juga dapat dikaitkan dengan pola habitatnya
(Romimohtarto, 2001).

Cangkang gastropoda terdiri dari 4 lapisan. Paling luar adalah


periostrakum, yang merupakan lapisan tipis terdiri dari bahan protein
seperti zat tanduk, disebut conchiolin atau conchin. Pada lapisan ini
terdapat endapan pigmen beraneka warna, yang menjadikan banyak
cangkang siput terutama spesies laut sangat indah warnanya, kuning hijau
cemerlang, dengan bercak-bercak merah arau garis-garis cerah.
Periostrakum berfungsi untuk melindungi lapisan dibawahnya yang
terdiri dari kalsium karbonat terhadap erosi (Suwignyo, 2005). Warna
cangkang gastropoda yang beraneka ragam berasal dari mantle. Mantle
siput

gastropoda

terletak

disebelah

depan

pada

bagian

dalam

cangkangnya. Makanannya yang banyak mengandung calsium carbonat


dan pigmen masuk ke dalam plasma darah dan diedarkan ke seluruh
tubuh, kemudian calsium carbonat serta pigmen tersebut diserap oleh
mantle, dan kemudian mantle ini mengeluarkan sel-sel yang dapat
membentuk struktur cangkang serta corak warna pada cangkang.
Tergantung dari pada faktor keturunan, struktur cangkang dapat dibuat
tonjolan-tonjolan ataupun duri-duri. Jadi mantel tersebut merupakan
arsitek dalam pembentukan struktur serta corak warna dari cangkang
gastropoda (Handayani, 2006).
Lapisan kalsium karbonat terdiri atas 3 lapisan atau lebih, yang
terluar adalah prismatic atau palisade, lapisan tengah adalah lamella dan
paling dalam adalah lapisan nacre atau hypostracum. Lapisan prismatic
terdiri atas Kristal calcite yang tersusun vertikal, masing-masing
diselaputi matriks protein yang tipis. Lapisan tengah dan lapisan nacre
terdiri atas lembaran-lembaran aragonite dalam matriks organik tipis
(Suwignyo, 2005).
Siput-siput yang permukaan luar cangkangnya mengkilap seperti
Cypraea dan Oliva ini dikarenakan mantlenya keluar ke atas permukaan
cangkang dan menyelimutinya dari dua arah yaitu dari sisi kiri dan kanan.
Pada umumnya cangkang siput yang hidup di laut lebih tebal
dibandingkan dengan siput darat, hal ini dikarenakan banyak sekali kapur

yang dihasilkan oleh binatang bunga karang yang hidup di laut.


Munculnya warna pada cangkang juga dipengaruhi oleh intensitas
cahaya. Pada perairan yang dangkal biasanya cangkang berwarna sangat
terang, sedangkan pada perairan yang dalam cangkangnya biasanya lebih
gelap (Handayani, 2005).
d. Nilai Ekonomis
Gastropoda mempunyai arti penting sebagai makanan berbagai
ikan, burung dan manusia. Larva gastropoda di laut merupakan makanan
bagi anak ikan yang karnivor. Gastropoda laut yang umum dimakan adalah
Haliotos (Abalone) dan Strombus (keong gonggong). Selain sebagai lauk,
Abalone telah diekstrak dan dibuat sebagai makanan tambahan (food
suplement) yang berfungsi untuk mencegah berbagai penyakit.
Gastropoda parasit dan predator mengganggu atau merusak
peternakan tiram dan kerang, misalnya Buccinum, Busycon, Murex,
Polinices, dan Urosalpinx. Sedangkan Glossodoris dan Eubranchus
merupakan nudibranchia yang indah dan diperdagangkan sebagai ikan hias
(Suwignyo, 2005).
C.

Faktor Faktor Lingkungan


Faktor fakor lingkungan yang berpengaruh di daerah pantai adalah faktor

biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi semua mahluk hidup yang berada di
suatu kawasan tertentu yang meliputi semua jenis hewan laut. Sedangkan faktor
abiotik meliputi:
Faktor fakor lingkungan yang berpengaruh di daerah pantai adalah faktor
biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi semua mahluk hidup yang berada di
suatu kawasan tertentu yang meliputi semua jenis hewan laut. Sedangkan faktor
abiotik meliputi:
1. Cuaca
perubahan cuaca akan mempengaruhi kondisi laut. Angin misalnya
sangat menentukan terjadinya gelombang dan arus dipermukaan laut,
intensitas hujan menentukan besar kecilnya kadar garam di laut ( Nontji,
2007:45). Cuaca yang buruk akan berpengaruh pada suhu , salinitas dan

kondisi angin yang akan menyebabkan ekosistem gastropoda terganggu.


Misalnya penurunan popolasi jenis gastropoda ini.
2.
Suhu air
Suhu air merupakan factor yang paling mendapat perhatian dari
pengkajian kelautan. Data suhu suhu air dapat dimanfatkan bukan saja
untuk mempelajari manfaatmanfaat fisika di dalam laut, tetapi juga
kaitanya dengan kehidupan hewan atau tumbuhan (Nontji, 2007 : 53 )
Hewan dan tumbuhan laut hidup pada suhu suhu tertentu sehingga
faktor suhu sangat berpengaruh pada kehidupan biota laut.
3. Salinitas ( kadar garam )
Ada beberapa cara untuk menentukan salinitas baik secara kimia atau
fisika. Salah satu alat yang paling poluler untuk mengukur salinitas dengan
ketelitian tinggi ialah salinometer .
Menurut (Nontji, 1987 : 59) Sebaran salinitas di laut di pengaruhi
oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan,
aliran sungai. Salinitas merupakan jumlah keseluruhan garam yang terlarut
dalam suatu volume air tertentu. Salinitas di nyatakan sebagai bagian
garam per seribu bagian air (0/00).
Air laut asin rasanya karena mengandung garam. Anehnya, orang
jarang menanyakan asal usul garam tersebut. Menurut teori zat zat
garam

tersebut

berasal

dari

dalam

dasar

laut

melalui

prose

outgassing,yakni rembesan dari kulit bumi di dasar laut yang berbentuk


gas kepermukaan dasar laut. Bersama gas gas ni terlarut pula hasil
kikisan kerak bumidan bersama sama garam garam ini merembes
pula air, semua dalam perbandingan tetap tidak berubah sepanjang masa.
Artinya kita tidak menjumpaibahwa air laut makin lama makin asin. Hal
tersebut di pertegas oleh Rommohtarto dan Juwana, (2001: 20) yang
menyatakan zat zat terlarut yang membentuk garam, yang kadarnya
diukur dengan istilah salinitas dapat di bagi menjadi empat kelompok,
yakni:
a. Konstituen utama : Cl, Na, SO4, dan Mg
b. Gas terlarut
: CO2, N2, dan O2
c. Unsure hara
: Si, N, dan P
d. Unsur runut : I, Fe, Mn, Pb, dan Hg

Konstituen utama merupakan 99,7% dari seluruh zat terlarut dalam


air laut, sedangkan sisanya 0,3%terdiri dari ketiga kelompok zat lainnya.
4. Pasang Surut
Pasang surut merupakan gerakan naik turunya muka laut secara
berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan matahari. Dalam
mekanika alam semesta , jarak lebih menentukan dari pada masa, oleh
karena itu bulan mempunyai peranan yang lebih besar dari pada matahari
dalam menentukan pasang surut (Nontji, 2007 :92 ).
5. Arus
Arus laut merupakan pencerminan langsung dari pola angin yang
tertiup karna adanya gaya corolis yaitu sebuah gaya yang diakibatkan oleh
perputaran bumi, maka arus dipermukaan laut berkelok ke kanan dari arah
angin dan arus lapisan bawahnya akan berkelok lebih ke kanan lagi dari
arus permukaan (Romimoharto dan Juwana, 2009: 8 ).
6. Gelombang
Gelombang yang terhempas kepantai melepaskan energinya disitu,
makin tinggi energy gelombang makin besar tenaganya memukul ke
pantai. Pasir laut atau terumbu karang yang membuat dangkalnya suatu
perairan berfungsi sebagai peredam pukulan gelombang ( Nontji , 2007:
89 ).
D.

Ekosistem Pantai
Daerah pantai merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan

ekosistem darat. Karena hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir
dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir itu
biasanya terdapat hutan yang dinamakan

hutan pantai. Pada pantai terdapat

daerah litorial yaitu daerah yang berada diantara pasang tertinggi dan air surut
terendah.
Menurut Nontji (1987: 320) Perairan pantai yang umumnya dangkal
mempunyai keragaman fakto-faktor lingkungan yang lebih besar dari pada
samudera lepas, baik musiman maupun geografik. Keaadan ini berkaitan dengan
perairan pantai yang dangkal yang letaknya yang dekat dengan aliran air darat.
Dangkalnya air dapat menambah tingginya kandungan sedimen karena adanya
ombak yang mampu mengaduk dasar perairan. Hal ini dipertegas oleh Nontji

(2007: 55) yang menyatakan adanya nutrient di dalam air dan arus serta
didukung oleh faktor kimia dan fisika menjadikan pantai sebagai perairan yang
keanekaragaman jenis. Salinitas dan suhu merupakan parameter-parameter
fisika yang sangat penting untuk kehidupan organisme diperairan pantai.
Ekosistem atau sistem ekologis terdiri atas berbagai macam komunitas
dalam suatu daerah geografis besar. Istilah ekosistem telah diperkenalkan oleh
Tansley pada tahun 1935, dan ide ekosistem digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara komunitas biotik dengan berbagai faktor fisika dan kimia
lingkungan. Konsep ekosistem memberikan suatu model lingkungan untuk
mengevaluasi kerja dari berbagai sistem biologis pada suatu skala besar
(Brahmana, 2001).
Pantai merupakan daerah yang mempunyai kedalaman kurang dari 200
meter. Pada pantai terdapat daerah litoral yaitu daerah yang berada diantara
pasang tertinggi dan air surut terendah atau disebut daerah intertidal (Nybaken,
1992). Adanya nutrien di dalam air dan arus serta didukung oleh faktor kimia dan
fisika menjadikan pantai sebagai perairan yang kaya keanekaragaman jenis. Suhu
dan salinitas merupakan parameter-parameter fisik yang penting untuk kehidupan
organisme di perairan pantai. Kisaran suhu untuk hidup aktif organisme pantai
adalah 0 sampai 35C (Nontji, 1987 dalam Handayani, 2006).
Dasar lautan dapat di bedakan menjadi tiga daerah atau Zona yaitu :
a. Zona litoral yaitu daerah yang masih dapat ditembus oleh cahaya sampai
dasar perairan 0 200 meter.
b. Zona neritik yaitu daerah perairan yang masih ada cahaya, tetapi
remangremang 200 2000 m.
c. Zona abisal yaitu daerah perairan yang tidak lagi dapat ditembus oleh
cahaya, daerah ini mencapai kedalaman lebih dari 2000 meter (Romimohtarto
& Juwana, 2001).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.

Definisi Operasional atau Penjelasan Variabel


Untuk memperjelas objek penelitian maka perlu mendefinisikan secara

operasional beberapa variable yang terdapat dalam judul proposal penelitian ini
sebagai berikut :
1.
Keanekaragaman jenis keong laut kelas Gastropoda yang mempunyai
sejumlah komponen yang dapat memberikan reaksi secara berbeda beda terhadap
factor ekosistem laut.
2. Pantai Karang Papak merupakan pantai yang terletak di Garut Selatan ,
tepatnya di Desa Pamalayan kecamatan Cikelet kabupaten Garut Jawa Barat.
B.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif , yaitu

mendeskrifsikan gejala,peristiwa atau kejadian yang terjadi pada saat sekarang.


Adapun metode pengambilan sampel nya yaitu dengan menggunakan metode
ordinal sampling atau sampel acak beraturan . yaitu dengan menggunakan metode

kuadrat. Hal tersebut di pertegas oleh Fachrul (2007: 11) Ordinal sampling yaitu
pengambilan sampel dari nomer nomer subjek dengan jarak yang sama
terhadap semua populasi dengan menggunakan metode kuadrat dan transek garis
untuk membantu sebaran alga. Pengukuran transek garis mengunakan alat ukur
berupa meteran berskala dan satuannya adalah meter (m)
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel merupakan bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Dalam
Sugiyono,2008:90 dan 91)
1. Populasi
Polulasi dalam penelitian ini adalah jenis keong laut kelas amphieura dan
Gastropoda yang hidup di karang pada zona neritik di Pantai Karang Papak Desa
Pamalayan Kecamatan Cikelet kabupaten Garut.
2.

Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah 10% dari luas pantai karang papak.semua

jenis keong kelas amphieura dan gastropoda yang berada di setiap kuadrat
pencuplikan.ukuran luas sutu kuadrat adalah 1 meter x 1 meter . pencuplikan
dilkukan dengan membagi daerah penelitian kedalam tiga setasiun ,setiap setasiun
dibagi ke dalam 3 titik,dan setiap titik desebarkan sebanyak 10 kuadrat.jadi
jumlah seluruh kuadrat pencuplikan adalah 90 kuadrat.
D.

Waktu dan Tempat Penelitian


Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan pada Mei 2015 bertempat di

pantai Karang Papak Desa Pamalayan kecamatan Cikelet Kabupaten Garut.


E.

Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 alat-alat untuk penelitian

No
1.
2.
3.

Nama alat
Ember kecil
Penjepit
Meteran bersekala

Spesifikasi
Ukuran 20cm
Terbuat dari kayu
Meteran tanah 100

Jumlah
1 buah
2 buah
1 buah

4.

Kertas label

m
Kertas label ukuran 1 pack

5.
6.

Tali rapia
Kamera

5x4 cm
Rapia gulung besar
1 buah
Handphone
atau 1 buah

7.
8.

Anemometer
Slink fsikometr

kamera digital
Alat ukur angin
1 buah
Alat
ukur 1 buah

9.
10.
11.
12.

Bamboo kuadrat
Refraktormeter
Termometer
Plastic sampel

kelembaban udara
Ukuran 1x1 m
Air raksa
Alat ukur suhu
Plastic
ukuran

Disesuaikan
1 buah
1 buah
100 buah

15x10 cm
2. Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 bahan-bahan untuk penelitian
No
1.
2.

Nama bahan
Alcohol 70 %
Aqudes

spesifikasi
Ukuran 60 ml
Ukuran 1 liter

Jumlah
2 botol
3 botol

F. Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data


1.

Tekhnik pengumpulan data


Tekhnik pengumpulan data yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Menyiapkan alat dan bahan yang kan di gunakan untuk penelitian
b. Mengecek semua peralatan
c. Melakukan pengukuran luas yang akan dijadikan wilayah penelitian
d. Membuat kuadrat menggunakan bamboo dengan ukran 1m x 1m

e. Mengukur factor biotik dan abiotic dengan menggunakan alat yang


sesuai dengan factor yang harus diukur
f. Mengambil dan mencatat jenis keong yang ditemukan
1) Membagi wilayah ke dalam 3 stasiun ,setiap stasiun dibagi menjadi
3 titik, disetiap 3 titik dipasangkan kuadrat ,masing masing 10
kuadrat dengan ukuran 1m x1m.
2) Mengambil data jenis keong pada setiap kuadrat dengan
menentukan kerimbunan,kerapatan dan frekuensi.
3) Memasukan hasil temuan pada plastic dan di identifikasi serta
diberi label.
g. Mendokumentasikan Jenis jenis keong laut yang ditemukan.
2.

Metode Analisis Data


Untuk mengetahui indeks keragaman komunitass keong laut dapat

dihitung dengan menggunakn rumus shanno (odun ,1998 : 197 )

Atau

Keterangan:
= Indeks Shanon untuk diversitas umum
ni = Nilai kepentingan tiap spesies
N = Nilai kepentingan total
Pi = Peluang kepentingan untuk tiap spesies =
indek keragaman jenis menurut Shannom di definisikan

Besar nya

Nilai H 3 : Menunujkan bahwa keanekaragaman spesies pasca suatu


transek adalah melimpah tinggi
Nilai 1 < H< 3 : Menunujkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu
spesies adalah melimpah sedang.
Nilai H 1 : menunjukan bahwa keanekaagaman spesies pada suatu
transek adalah sedikit atau rendah .
Adapun kelas-kelas dari masing-masing variabel tersebut (kerapatan,
kerimbunan dan frekuensi) adalah sebagai berikut:
a. Kerapatan
Kerapatan yaitu pengambilan data yang di dasarkan pada jumlah individu
spesies dalam kuadrat, pada keadaan tertentu. Mengambil data kerapatan
ditentukan berdasarkan kelas kerapatan dari Braun Blanguet sebagai
berikut:
Kelas Kerapatan

Keterangan

Jarang sekali

Jarang

Cukup rapat

Rapat

Rapat sekali

b. Kerimbunan
Kerimbunan yaitu penentuan pengambilan data yang didasarkan pada
luas penutupan daerah pengamatan (kuadrat) oleh populasi tumbuhan.
Mengambil data kerimbunan didasarkan pada kelas kerimbunan dari
Braun Blanquet sebagai berikut :

Kelas

Penutupan

Kerimbunan
1

< 10 %

1.

2.

10 % - 24 %

25 % - 49 %

50 % - 75 %

>75 %

Frekuensi
Frekuensi yaitu ditentukan berdasarkan kerapatan dari spesies diketemukan
dari sejumlah kuadrat kuadrat yang dibuat.
Nilai penting
Harga ini didasarkan pada penjumlahan dari harga harga relatif dari
kerapatan, kerimbunan dan frekuensi.

G.

Tahap-tahap atau alur penelitian


Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap pengolahan data :


1. Tahap persiapan
a. Menentukan masalah penelitian
b. Menyusun proposal penelitian
c. Seminar proposal
d. Revisi proposal dan mengurus perizinan
2.
Tahap pelaksanan, yaitu melakanakn penelitian yang diawali dengan
menyiapkan alat dan bahan ,melaksanak pengamatan.
3. Tahap analisis, yaitu melakukan identifikasi dan membuat kesimpulan.
H.

Bagan Alur Penelitian


Perumusan Masalah

Studi Literatur

Menyusun Proposal
Penelitian

Seminar Proposal
Penelitian

Revisi Proposal
Penelitian

Penelitian

Stasiun 1

10

10

Stasiun 2

10

10

10

Stasiun 3

10

10

10

10

Pengolahan Data

Kesimpulan dan Saran

I. Daftar pustaka
Nontji, A. (2007). Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan
Odum, E. P. (1998). Dasar Dasar Ekologi. Yogyakrta: gajah Mada Universitas
press
Rominto, K dan Juwana, S. (2001). Biologi Laut. Jakarta : penerbit
Djambatan.
Jurnal perikanan Davidson Rato Nono1, Farnis B. Boneka2 dan Grevo S.Gerung
Ernawati, Wanda. 2011. Pembagian daerah Ekosistem Laut. Diakses pada
tanggal 20 maret 2015 melalui http:///id.wikipedia.org/wiki/berkas:zonalaut

Sugiyono. 2009 . Metode penelitian administrasi, edisi revisi, cetak


XVII.Bandung : Alfabet
Journal ilmunpemerintahan. 2 (1) 2014 : 1787 1801 ISSN 2338 3651
ejournal.ip.fisip.unmul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai