PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ikan merupakan kelompok vertebrata yang seluruh siklus hidupnya dilakukan di
dalam air. Beranekaragam jenis ikan dapat ditemukan di perairan, baik perairan
tawar, perairan laut maupun perairan payau. Beberapa jenis ikan mampu hidup pada
ketiga perairan tersebut. Salah satu contoh jenis ikan tersebut adalah ikan betok.
Ikan betok merupakan jenis blackwater fish, yaitu ikan yang memiliki ketahanan
terhadap tekanan lingkungan. Ikan betok merupakan ikan asli Indonesia yang hidup
pada habitat perariran tawar, dan payau (Akbar dan Nur, 2008). Disamping itu ikan
ini umumnya ditemukan di rawa, sawah, parit, dan juga pada kolam yang
mendapatkan air atau berhubungan dengan air saluran terbuka ( Anonim, 2006).
Ikan betok memiliki sifat biologis yang lebih menguntungkan bila dibandingkan
dengan jenis ikan air tawar lainnya dalam hal pemanfaatan air sebagai media
hidupnya. Salah satu kelebihan tersebut adalah bahwa ikan betok memiliki
labyrinth yang berfungsi sebagai alat pernafasan tambahan. Hal ini sangat efektif
dalam membantu pengambilan oksigen di udara (Asyari, 2007; Pandit dan
Ghosh,2007). Ikan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bethok atau
bethik (Jawa.), puyu (Melayu.), pepuyu (bahasa Banjar) dan betuk (Krayan). Ikan
betuk daerah krayan pada umumnya hidup di perairan tawar misalnya di sungai atau
di sawah. Penelitian ikan betuk telah banyak dilakukan dengan nama yang berbeda
namun, belum ada yang meneliti habitat ikan betuk khususnya di daerah perbatasan
Indonesia-Malaysia (Krayan). Maka dari itu perlunya penelitian ini dilakukan
mengenai Eksplorasi Habitat Ikan Betuk Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia
(Krayan). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi habitat ikan betuk daerah
perbatasan Indonesia-Malaysia (Krayan) sekaligus mempekenal ikan endemik
krayan dan data base yang nantinya sebagai upaya konservasi ikan lokal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis ikan betuk yang terdapat di daerah perbatasan Indonesia-
Malaysia (Krayan)
2. Bagaimana habitat ikan betuk daerah perbatasan Indonesia-Malaysia (krayan)
Karakter morfologi (morfometrik dan meristik) telah lama digunakan dalam biologi
perikanan untuk mengukur jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian
variasi dalam taksonomi. Hal ini juga banyak membantu dalam menyediakan
informasi untuk pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari
karakter morfologi dalam tingkat intra species (ras) adalah variasi fenotip yang
tidak selalu tepat dibawah kontrol genetik tapi dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan. Pembentukan fenotip dari ikan memungkinkan ikan dalam merespon
secara adaptif perubahan dari lingkungan melalui modifikasi fisiologi dan
kebiasaan. Lingkungan mempengaruhi variasi fenotip, walau bagaimanapun
karakter morfologi telah dapat memberikan manfaat dalam identifikasi stok
khususnya dalam suatu populasi yang besar (Turan, 1998). Morfometrik adalah ciri
yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total
dan panjang baku. Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat digunakan
sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Hasil pengukuran biasanya
dinyatakan dalam milimeter atau centimeter, ukuran ini disebut ukuran mutlak.
Tiap spesies akan mempunyai ukuran mutlak yang berbeda-beda. Perbedaan ini
disebabkan oleh umur, jenis kelamin dan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan
yang dimaksud misalnya makanan, suhu, pH dan salinitas merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan (Affandi, et al., 1992). Menurut Affandi, et al.,
(1992) ada 26 karakter morfometrik yang biasa digunakan dalam mengidentifikasi
ikan diantaranya panjang total, panjang ke pangkal cabang sirip ekor, panjang baku,
panjang kepala, panjang bagian di depan sirip punggung, panjang dasar sirip
punggung dan sirip dubur, panjang batang ekor, tinggi badan, tinggi batang ekor,
tinggi kepala, lebar kepala, lebar badan, tinggi sirip punggung dan sirip dubur,
panjang sirip dada dan sirip perut, panjang jari-jari sirip dada yang terpanjang,
panjang jari-jari keras dan jari-jari lemah, panjang hidung, panjang ruang antar
mata, lebar mata, panjang bagian kepala di belakang mata, tinggi di bawah mata,
panjang antara mata dengan sudut preoperkulum, tinggi pipi, panjang rahang atas,
panjang rahang bawah, dan lebar bukaan mulut. Dalam Priyanie (2006) dan Julita
(2006) dirincikan menjadi 34 karakter morfometrik yang dihitung. Meristik adalah
ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh ikan, misalnya jumlah sisik pada
garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung (Affandi et al.,
1992). Ikan betok umumnya berukuran kecil, panjang hingga sekitar 25 cm, namun
kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras kaku. Sisi atas tubuh
(punggung) gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan. Sisi samping
kekuningan, terutama di sebelah bawah, dengan garis-garis gelap melintang yang
samar dan tak beraturan. Sebuah bintik hitam (terkadang tak jelas kelihatan)
terdapat di ujung belakang tutup insang. Sisi belakang tutup insang bergerigi tajam
seperti duri. Menurut Saanin, 1954 betok hanya memiliki satu sirip punggung atau
dua sirip punggung yang bersambungan/berdekatan dengan sirip perut yang tidak
bersatu. Ikan ini dapat mengambil udara di luar air (mempunyai alat labirin). Sirip
punggung dan sirip dubur berjari-jari. Sirip perut jika ada dengan 6 jari-jari, sirip
punggung dan sirip dubur dengan satu atau lebih dari satu jari-jari keras, sirip perut
dengan 5 atau kurang dari 5 jari-jari lemah dan 1 jari-jari keras. Rongga di atas
rongga insang beralat berbentuk labirin. Berbentuk gepeng, agak panjang, hidung
pendek, mulut kecil, lobang insang sempit karena bagian gabungan daun insang
lebar..
Daerah penyebaran ikan betok ini sangat luas, mulai dari India, Cina hingga Asia
Tenggara. Di Indonesia betok dijumpai di Indonesia sebelah barat garis Wallace.
Habitat ikan betok umumnya di sungai, sungai kecil, parit, rawa-rawa, sawah dan
kadang juga ditemui di kolam ikan yang berhubungan dengan saluran air terbuka.
Betok sangat jarang dibudidaya oleh masyarakat, dan hanya dibiarkan sebagai ikan
liar saja.
2.6 Makanan
d. Dokumentasi
Yang dimaksud dengan dokumentasi yaitu dengan cara mengambil gambar pada
saat pengambilan sampel.
e. Spesimen
Spesimen dilakukan dengan cara mengawetkan sampel yaitu ikan betuk dengan
menggunkan formalin atau alkohol
3.4 Teknik Analisis Data
Data karakter morfometrik yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis
Diskriminan dan Analisis Hirarki. Analisis Diskriminan digunakan untuk melihat
keeratan hubungan antara variabel yang diukur, sedangkan Analisis Hirarki
digunakan untuk melihat adanya pengelompokan individu berdasarkan
morfometrik dan korelasi antar karakter yang diukur.
BAB IV
ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
Akbar julius. 2012. Ikan Betok: Budi Daya dan Peluang Bisnis : Yogyakarta
Rumini, dkk. 2011. Karakteristik Ekologis Habitat Larva Ikan Betok (Anabas
Testudineus Bloch) Di Perairan Rawa Monoton Bangkau Kalimantan
Selatan
Akbar Helmy. 2008. Studi Karakter Morfometrik - Meristik Ikan Betok (Anabas
Testudineus Bloch) Di Das Mahakam Tengah Propinsi Kalimantan
Timur