BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Klasifikasi
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Siluriformes
Famili : Bagridae
Genus : Hemibagrus
2.1.2. Morfologi
Ciri-ciri umum dari ikan Baung (Mystus nemurus) adalah kepala ikan
kasar dan besar dengan warna tubuh abu-abu kehitaman, dengan punggung gelap,
tapi perut lebih cerah (Rukmini, 2012). Menurut Aryani (2012) sirip lemak di
punggung panjangnya dapat melebihi sirip dubur, pinggiran ruang mata bebas,
bibir tidak bergerigi yang dapat digerakkan, daun-daun insang terpisah. Langit-
langit bergerigi, lubang hidung berjauhan, yang dibelakang dengan satu sungut
hidung. Sirip punggung berjari-jari keras tajam. Mulut ikan ini tidak dapat
disembulkan, biasanya tulang rahang atas bergerigi, 1-4 pasang sungut peraba
terletak di rahang atas dan umumnya berupa sirip tambahan (Sukendi, 2010).
Sepasang dari sungut peraba sangat panjang sekali dan mencapai sirip
dubur. Sirip punggung mempunyai dua buah jari-jari keras, satu diantaranya keras
dan meruncing menjadi patil. Badan ikan baung tidak bersisik, bewarna coklat
kehijauan dengan pita tipis memanjang jelas di tutup insang hingga pangkal ekor,
panjang totalnya lima kali tingginya, sekitar 3-3,5 panjang kepala, serta
Sirip punggung mempunyai 2 jari – jari keras, satu diantaranya besar dan
runcing menjadi patil, jumlah jari – jari lemah 7 buah. Sirip dubur memiliki 12 –
13 jari – jari lemah, sirip perut memiliki 6 jari – jari lemah dan sirip dada
memiliki 8 – 9 jari – jari lemah. Kepala berukuran relatif besar, panjang tubuh 5
Ikan baung secara umum tersebar di beberapa daerah atau negara yaitu
Asia seperti Mekong, Chao Phraya dan Xe Bangfai basins, juga dari Malay
Peninsula, Sumatera, Java dan Borneo (Sukendi, 2010). Penyebaran ikan baung di
dan Jawa. Di daerah aliran sungai Batanghari dijumpai dari hulu sampai ke hilir,
dengan faktor kondisi terbaik terjadi pada bulan April dan terjelek ditemukan pada
Ikan baung banyak hidup di perairan tawar, daerah yang paling disukai
adalah perairan yang tenang, bukan air yang deras. Karena itu, ikan baung banyak
Sumatera, ikan baung banyak ditemukan di Danau Toba, tetapi populasinya terus
berkurang, karena adanya penangkapan yang tidak selektif. Selain itu ikan baung
juga sering ditemukan di sungai-sungai, tentu saja sungai yang berarusnya lambat
(Rukmini, 2012).
Ikan baung tergolong pada ikan pemakan segala (omnivora), tetapi lebih
cenderung suka pada jenis insekta air dan ikan atau mengarah pemakan daging
(karnivora). Hal ini juga dapat terlihat dari besarnya mulut ikan yang merupakan
ciri–ciri dari predator atau pemangsa. Insekta air yang sering dimakan oleh ikan
Baung adalah famili gyrinidae, yaitu sejenis kumbang yang hidup diperairan
7
tenang atau ikan Motan (Thynnichtys sp.) dan Selais (Ompok hypopthalmus)
banyak sekali terjadi tumpang tindih (overlap) yang disebabkan oleh keadaan
habitat ikan itu hidup. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
faktor ketersediaan makanan, faktor pilihan dari ikan itu sendiri serta faktor-faktor
makan, dan aktivitas lainnya) lebih banyak dilakukan pada malam hari. Selain itu,
baung juga memiliki sifat suka bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai
(Muflikhah et al., 2006). Pakan baung antara lain ikan-ikan kecil, udang-udang
suatu jenis ikan, terutama ikan-ikan ekonomis penting agar dapat diambil
menyatakan bahwa makanan ikan baung terdiri atas ikan, udang, insekta dan larva
ikan. Hasil penelitian membuktikan bahwa marga Mystus pada umumnya terdiri
atas ikan, krustacea, insekta dan sisa-sisa tumbuhan dan detritus. Ikan menduduki
8
kelompok pertama yang disukai ikan baung yang terdapat di danau Kenali dan
2.1.5. Reproduksi
itu sendiri. Umumnya pertambahan dalam gonad ikan betina 10-25% dan pada
ikan jantan 5-10% dari bobot tubuh. Pengetahuan tentang perubahan atau tahap-
gonad juga didapatkan keterangan bilamana ikan akan memijah, baru memijah
atau sudah selesai memijah. Ukuran ikan pada saat pertama kali gonadnya masak,
Ikan baung, sebagaimana ikan-ikan yang hidup di perairan umum air tawar
memijah pada awal musim hujan. Hal ini merupakan fenomena umum karena saat
musim hujan, kawasan (daerah) yang kering pada musim kemarau akan ditumbuhi
dan cukup terlindungi bagi ikan untuk melakukan pemijahan. Alawi et al. (1992)
melaporkan bahwa ikan baung di perairan Sungai Kampar (Riau) memijah pada
Pemeliharaan induk baung adalah tahap awal yang harus dilakukan dengan
tujuan untuk menghasilkan induk yang telah matang gonad. Kematangan gonad
sangat dipengaruhi oleh faktor umur dan lingkungan. Umumnya, ikan jantan
matang gonad lebih awal dari pada ikan betina. Selain umur dan lingkungan,
pakan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap proses
kematangan gonad, khususnya pada perkembangan ikan betina. Selain itu, pakan
akan berpengaruh terhadap fekunditas dan kualitas telur, serta sebagai bahan dasar
untuk sintesis vitelogenin dan hormon. Suhenda et al. (2009) menyatakan bahwa
embrio yang optimal, derajat pembuahan (>95%), derajat penetasan (>90%), dan
sintasan (>95%).
wadah fiber. Induk ikan baung akan memberikan benih ikan dengan kualitas baik
perlu ditangani secara seksama. Pada pemeliharaan secara terpisah, padat tebar
yang dapat digunakan untuk induk 0,5 ekor per m2. Induk baung yang dipelihara
di kolam ukuran 100 m2 dapat ditebar dengan kepadatan 50 ekor. Kolam yang
pengeluaran yang baik. Lokasi kolam induk, berbentuk persegi atau disesuaikan
dengan ruang yang tersedia (Muflikhah et al. 1994). Induk ikan baung, bisa juga
dengan kedalaman air 1,25 m. Kualitas air diupayakan dalam kondisi yang baik,
oksigen terlarut. Untuk itu pada malam hari digunakan aerasi dengan pompa air.
Secara umum, ukuran induk baung yang baik digunakan untuk proses
pemijahan berkisar 400-700 g. Ikan baung jantan dan betina cukup mudah
dibedakan dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Induk jantan ditandai dengan
tubuh ramping dan panjang, warna kulit lebih cerah dibanding warna ikan betina,
serta memiliki alat kelamin dengan ujung genital papilla yang meruncing
mengarah ke pangkal sirip anal. Ciri lain apabila diurut terkadang keluar cairan
berwarna putih. Persyaratan ikan jantan yang telah matang atau dewasa dicirikan
dengan panjang genital papilla sudah mencapai atau melebihi pangkal sirip anal.
Ciri induk betina ditandai dengan tubuh lebih gemuk dan lebih melebar terkesan
tampak lebih pendek, warna kulit agak kusam dibanding dengan ikan jantan, alat
kelamin betina berwarna kemerahan, serta bentuknya membulat dan hanya sedikit
menonjol. Induk betina yang sudah matang dicirikan dengan perutnya yang
gendut, permukaan kulit lebih lembut, bila bagian perut dilakukan pemijatan
Induk baung yang matang gonad dari kolam induk dipindakan (diberok) di
kolam pemberokan atau akuarium. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengurangi kandungan lemak yang ada pada tubuh induk ikan. Kandungan lemak
11
di dalam tubuh induk ikan yang berlebihan dapat mengganggu proses keluarnya
2.2.3. Pemijahan
Menurut Subagja et al. (2019), Proses pemijahan ikan baung belum bisa
pembuahan telur, dan inkubasi telur. Demikian juga dengan sprema dari ikan
jantan diperoleh dari hasil pembedahan. Setiap pemijahan dilakukan dengan rasio
Telur ikan baung bersifat menempel pada substrat (adhesive), pada proses
dasar wadah. Telur akan menetas optimal pada suhu 28°C. Telur yang terbuahi
berwarna bening atau transparan, sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna
putih pucat. Fekunditas telur ikan baung biasa mencapai 232.000 butir/ekor
dengan nilai derajat pembuahan sebesar 70-90%, derajat penetasan sebesar 30-
tersebut, cadangan makanan berupa kuning telur (yolk sack) pada larva sudah
12
mulai menipis. Umumnya, larva akan menetas dan berenang pada permukaan
wadah. Substrat diambil dari wadah penetasan sehingga yang tersisa hanya larva
yang menetas saja karena telur yang tidak menetas akan tetap menempel pada
substrat. Larva ikan baung yang baru menetas memiliki panjang 0,5 cm dengan
bobot 0,7 mg. (Kusmini et al. 2019) dengan kelangsungan hidup sebesar 50-60%
Larva merupakan fase kritis bagi ikan, yaitu fase awal di mana
perkembangan organ mulai terbentuk. Pada kondisi larva, ikan akan mudah
mengalami kematian pada kondisi kualitas air yang buruk. Pemeliharaan larva,
biasanya dilakukan di ruangan tertutup agar suhu tetap terjaga. Pemeliharaan larva
2.2.6. Pendederan
Pendederan bisa dilakukan pada kolam, akuarium, dan fiber. Pada pendederan,
ukuran larva ikan bisa mencapai sekitar 2 cm. Ikan baung dapat dipelihara dalam
berbagai wadah pemeliharaan seperti keramba, kolam, dan keramba jaring apung.
Kedalaman air 15 cm adalah yang terbaik dalam pemeliharaan larva ikan baung
mutlak sebesar 1,79 mm, dan tingkat kelangsungan hidup (SR) 64,75% (Rachimi
et al. 2015).
13
induk ikan baung. Lingkungan dapat meningkatan performa reproduksi induk ikan
induk ikan baung adalah suhu, tingkat keasaman (pH), oksigen terlarut, salinitas
dan amonia.
A. Suhu
memegang peran penting dalam perkembangan jaringan daging dan otot ikan
(Sfakianasis et al. 2011; Johnston et al. 2009). Oleh karena itu, suhu air yang
terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan mengakibatkan pertumbuhan pada ikan
pemeliharaan induk ikan baung sekitar 27°C (Ali dan Junianto 2014). Ikan baung
dapat hidup di perairan dari muara sampai ke bagian hulu sungai, bahkan dapat
dan berkembang dengan baik. Selain itu, suhu air pada pemeliharaan induk ikan
perubahan yang terjadi. Suhu air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan
14
1988). Pengaruh suhu air pada pemeliharaan induk ikan baung selain terhadap
suhu media penetasan akan mempercepat proses penetasan telur, namun suhu air
menyukai nilai pH sekitar 7–8,5 (Effendi 2000). Menurut Boyd (1982), kisaran
pH 6,5–9 cocok untuk produksi ikan. Kenaikan pH pada perairan umum, seperti
sungai atau rawa yang merupakan media habitat alamiah ikan baung, akan diikuti
dengan semakin kecilnya kelarutan dari senyawa-senyawa logam berat yang dapat
Pembesaran ikan baung pada perairan yang bersifat asam lebih berpotensi
tercemar logam berat dibandingkan yang berada dalam air dan sedimen. Kisaran
induk baung. Hasil penelitian Erlangga (2007) menunjukkan bahwa ikan baung
Provinsi Riau yang memiliki nilai pH air 4,5–6. Muflikhah dan Aida (1994)
menyatakan bahwa kisaran pH yang baik untuk induk ikan baung 5–7.
15
Ikan baung hidup optimal pada kadar oksigen antara 5–6 mg/L (Tang
2003). Menurut Effendi (2000), kandungan oksigen terlarut dalam air >4 mg/L
dibutuhkan untuk ikan baung. Induk ikan baung membutuhkan kadar oksigen
tinggi karena kadar oksigen terlarut yang optimum dapat mempercepat proses
rematurasi, oksigen terlarut menjadi stressor untuk induk ikan yang dipelihara
D. Ammonia
Kadar amonia dalam air tawar dapat bersifat racun bagi ikan apabila
jumlahnya >0,2 mg/L (Effendi 2000). Menurut Boyd (1982), tingkatan amonia
untuk jangka pendek berada di antara 0,6–2,0 mg/L. Menurut Modu et al. (2012),
kolam induk ikan baung dengan kadar total amonia nitrogen (TAN) 2,1–3,05
ikan dan organisme parasit akan memicu munculnya serangan penyakit pada ikan.
Insang ikan sangat sensitif terhadap perubahan fisik dan kimia dari media akuatik
dan terhadap setiap perubahan dalam lingkungannya. Hasil penelitian Modu et al.
kualitas air kolam ikan baung yang buruk akibat kadar amonia yang melebihi
16
yaitu parasit dan beberapa mikroba. Parasit monogeneans adalah jenis parasit ikan
yang sering ditemukan menyerang insang dan sirip ikan (Jiri et al. 2004).
E. Salinitas
Variasi salinitas di lingkungan hidup ikan baung mulai dari daerah estuaria
terhadap kisaran salinitas yang lebih besar dibandingkan ikan tawar lainya. Induk
baung hasil tangkapan alam memerlukan waktu adaptasi secara bertahap untuk
baung berhubungan dengan daya tetas telur yang dihasilkan. Kadar salinitas 2 ppt
merupakan salinitas terbaik untuk penetasan telur ikan baung. Kondisi ini sesuai
hasil penelitian Hadid et al. (2014) dengan persentase penetasan telur mencapai
85,33%. Sungai Kampar dengan salinitas berkisar 0–0,5‰ merupakan salah satu
perairan dengan populasi ikan baung tertinggi (Erlangga 2007). Kondisi ini
menggambarkan induk ikan baung dapat dipelihara dan dipijahkan di kolam air
tawar.
A. Suhu
kelangsungan hidup larva ikan baung. Bunasir et al. (2005) menyatakan suhu
untuk perawatan larva dan pertumbuhan benih ikan baung berkisar antara 27–
17
30°C. Menurut Ali dan Junianto (2014), suhu yang optimal untuk kelangsungan
proses fisiologis (Abbink et al. 2011; Kwong et al. 2014), sintasan (Hamid et al.
1994), serta kerusakan insang (Kwong et al. 2014). Setiap jenis ikan memiliki
kisaran toleransi pH air berbeda. Kisaran pH air optimum untuk budidaya ikan
berkisar 4,25– 9,4 (Oliveira et al. 2012; Courtenay dan Williams 2004).
Konsentrasi pH air optimum pada pemeliharaan benih ikan baung berkisar antara
Kisaran oksigen terlarut optimum pada pemeliharaan ikan yaitu 3–7 mg/L
(Mallya 2017). Kisaran oksigen terlarut optimum pada pemeliharaan benih ikan
D. Ammonia
sangat beracun bagi ikan (Benli et al. 2008). Sumber amonia di perairan berasal
dari pemecahan nitrogen organik (protein, urea, feses) dan nitrogen anorganik
yang berasal dari dekomposisi bahan organik oleh mikroba atau jamur (Boyd
perairan yang tidak tercemar <0,25 mg/L dan perairan tercemar konsentrasinya di
18
bawah 1,0 mg/L. Konsentrasi amonia optimum untuk pemeliharaan benih ikan
dalam kondisi lingkungan yang baik. Ikan yang sakit biasanya memperlihatkan
benda-benda seperti batu, atau pinggiran pematang kolam. Pada kasus lain
gerakan tidak seimbang dan pada akhirnya diam di dasar dengan sirip dada
sudah ditempeli parasit tertentu. Namun perubahan warna tubuh itu juga
b. Produksi lendir Ikan yang sakit memproduksi lendir berlebihan. Hal ini
jelas pada ikan yang berwarna gelap, seperti ikan baung dan jenis ikan
yang tidak bersisik lainnya seperti lele dan patin. Produksi lendir yang
tertentu pada bagian tubuh ikan misalnya berupa bintik-bintik putih pada
sirip, sisik maupun pada bagian lain. Bila serangan sangat hebat akan
Bagian kulit termasuk juga otot, tak luput dari serangan parasit yang
ikan. Untuk mencegah meluasnya wilayah yang terkena penyakit, dan untuk
dilakukan:
permukaan tanah dasar kolam selama 7-10 hari. Setelah tiu kolam siap
ditebari ikan.
b. Mengatur padat tebar ikan Ikan yang akan ditebar harus direndam dalam
larutan PK (20g/m3) malacyht hijau (40 mg/10 liter air) atau dengan
dan perairan. Pematang kolam dibersihkan dari tumbuhan liar yang sering
menjadi tempat persembunyai hewan darat seperti ular dan kodok. Pohon