Anda di halaman 1dari 15

5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Menurut Bachtiar (2002), klasifikasi ikan mas yaitu sebagai berikut:

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Sub Ordo : Cyprinoidae

Famili : Cyprinidae Gambar 1. Morfologi Ikan Mas (C. carpio)


(Bachtiar, 2002)
Genus : Cyprinus

Spesies :Cyprinus carpio

Menurut Ghufran dan Kordi (2010), bentuk tubuh ikan mas agak

memanjang dan memipih tegak (compressed). Mulut ikan mas dapat

disembulkan (protaktil) dan terletak diujung tengah (terminal). Bagian anterior

mulut terdapat dua pasang (4 buah) sungut atau kumis (barbel). Hampir seluruh

tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik. Sisik ikan mas berukura relatif besar dan

digoongkan dalam sisik tipe sikloid. Ikan mas mempunyai usus yang tidak begitu

panjang. Ikan ini juga tidak memiliki lambung, juga tidak bergigi (ompong)

sehingga bila mencerna makanan sebagai pengganti penggerusnya adalah gigi

kerongkongan. Morfologi ikan mas dapat disajikan pada gambar 1.

2.1.2 Habitat dan Penyebaran

Menurut Ciptanto (2010), pada umumnya habitat ikan mas yaitu pada air

tawar dimana airnya tidak terlalu dalam dan dengan aliran air yang tidak terlalu
6

deras, contohnya seperti pada pinggiran sungai atau danau. Ikan mas sendiri

merupakan gologan ikan omnivor atau ikan pemakan segala atau memakan

berbagai jenis pakan seperti dari tumbuh - tumbuhan maupun binatang renik.

Untuk makanan utama ikan mas adalah binatang dan tumbuh - tumbuhan yang

berada didasar dan ditepi perairan.

Menurut Ghufran dan Kordi (2010), ikan mas awalnya berasal dari Cina

dan Rusia, dan kini tersebar diberbagai negara Eropa dan Asia. Sejak tahun

1860 ikan mas telah dipelihara di Indonesia (di Jawa) yaitu didaerah Galuh

(Ciamis). Dengan demikian ikan mas diduga pertama kali diintroduksi ke pulau

Jawa. Pada tahun 1972 dan 1930 terdapat dua varietas ikan mas dimasukkan ke

Indonesia yaitu varietas galisia (karper gajah) dan varieas frankisia (karper kaca).

Kedua karper tersebut sangat digemari oleh petani karena pertumbuhanya yang

lebih cepat bila dibandingkan dengan varietas lokal dan rasa dagingnya yang

lebih padat, dan durinya (tulangnya) sedikit.

2.1.3 Siklus Hidup

Menurut Bachtiar (2002), Siklus hidup ikan mas dimulai didalam gonad,

yakni ovarium pada ikan betina dan testis pada ikan jantan. Ovarium pada ikan

betina menghasilkan sel telur dan testis pada ikan jantan menghasilkan

spermatozoa. Fertilisasi (pembuahan telur oleh sperma) terjadi apabila sel-sel

telur segera terbuahi oleh sperma. Di dalam air, sel sperma bergerak aktif dan

masuk membuahi sel telur melalui lubang kecil pada chorion. Telur yang telah

dibuahi oleh spermatozoa akan menghasilkan embrio yang tumbuh didalamnya.

kira-kira 2-3 hari kemudian, telur-telur tersebut akan menetas dan tumbuh

menjadi larva. Larva ikan mas memiliki panjang antara 0,5-0,6 mm dan bobot

antara 0,18-20 mg. Biasanya larva senang menempel pada substrat dan

bergerak secara vertikal. Larva kemudian berubah menjadi benih yang

membutuhkan makanan dari luar untuk hidupnya. Benih hidup dengan


7

mendapatkan pakan alami yang diperolehnya, seperti zooplankton, rotifer, naupli,

moina dan daphnia. Kira-kira 2-3 minggu, benih tumbuh menjadi burayak. Ukuran

panjang burayak antara 103 cm dengan bobot antara 0,1-0,5 g. Setelah 2-3

minggu, burayak tumbuh menjadi putihan. Putihan ini berukuran panjang antara

3-5 cm dan berbobot antara 0,5-2,5 g. Putihan secara alami tumbuh terus dan

setelah 3 bulan menjadi benih gelondong atau kepalang dengan bobot mencapai

kurang lebbih 100 g setiap ekornya. Benih gelondong tumbuh terus dan akhirnya

mencapai indukan. Setelah 6 bulan, ikan jantan dapat mencapai bobot kia-kia 0,5

kg. Seekor ikan mas betina yang telah mencapai umur 15 bulan dapat memiliki

bobot 1,5 kg.

Menurut Ciptanto (2010), di alam ikan mas memijah pada awal musim

hujan. Secara alami pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar.

Telur ikan mas menempel pada substrat tanaman air dan rerumputan yang

menutup permukaan. Telur ikan berbentuk bulat, bening dengan diameter 1,5-1,8

mm dan berbobot 0,17-0,2 mg. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur

sebagai cadangan makanan yang akan habis 2-4 setelah telur menetas. Larva

ikan mas menjadi kebul setelah 4-5 hari. Pakan alami kebul yaitu zooplankton,

seperti rotifera, miona, daphina. Pada umur 2-3 minggu, kebul akan menjadi

burayak berukuran 1-3 cm, dengan bobot 0,1-0,5 g. Umur 5-6 minggu burayak

tumbuh menjadi putihan yang berukuran panjang 3-5 cm dan bobot 0,5-2,5 g.

Setelah berumur 3 bulan, burayak akan menjadi gelondongan yang mempunyai

bobot sekitar 100 g/ekor.

2.1.4 Sistem Reproduksi

Menurut Bachtiar (2002), siklus hidup ikan mas dimulai didalam gonad,

yakni ovarium pada ikan betina dan testis ada ikan jantan. Ovarium pada ikan

betina menghasilkan sel telur dan testis pada ikan jantan menghasilkan

spermatozoa. Ikan mas memijah sepanjang tahun dan tidak terpengaruh oleh
8

musim. Pemijahan alami ikan mas terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar.

Induk-induk ikan mas akan lebih agresif saat akan memijah. Biasanya sebelum

memijah ikan mas cenderung mencari tempat rimbun dengan tanaman air atau

rumput-rumput yag menutupi permukaan air. Lingkungan tersebut selain sangat

baik untuk merangsang proses pemijahan, juga dapat menjadi tempat untuk

meletakkan telur-telurnya.

Menurut Murtidjo (2001), pada sistem produksi ikan air tawar, gonad

memiliki peran penting. Pada kelamin ikan betina, gonad disebut ovarium,

sedangkan untuk ikan kelamin jantan disebut testis. Ikan betina, bentuk ovarium

umumnya memanjang dan agak bulat. Letaknya ovarium ikan ada yang melekat

langsung pada dinding rongga tubuh sebelah dorsal dan ada pula yang

menggantung pada rongga tubuh. Tekstur ovarium ikan air tawar terlihat sangat

beragam sesuai dengan tingkat pekembanganya. Pada ikan air tawar kelamin

jantan, testis ikan memiliki bentuk memanjang dalam rongga tubuh dibagian

depan gelembung renang karena jaringan pengikat yang disebut mesenterium.

Testis ikan ada sepasang, ada yang sama panjang, dan ada pula yang satu lebih

pendek dari yang lainya. Namun pada umumnya ikan air tawar umumnya

memiliki panjang testis yang sama.

2.2 Karakteristik Induk Ikan Mas

Menurut Murtidjo (2001), ikan karper yang berumur 1-2 tahun atau

setelah induk mencapai berat tubuh 1,5-2,0 kg sudah dapat dijadikan induk untuk

dipijahkan. Hal ini dapat dilakukan jika induk ikan karper tersebut sudah terlihat

membesar, berenang dengan pergerakan lamban, lubang anus terlihat agak

terbuka dan warnanya memerah, dan jika perutnya diraba terasa lunak. Induk

ikan karper yang berpijah untuk pertama kali dapat dievaluasi dari telur hasil

pemijahan. Induk ikan karper dapat disebut induk yang baik jika telur hasil
9

pemijahan dapat menyebar ke tempat perlekatan.

Menurut Djarijah (2011), ikan mas di daerah tropis cenderung lebih cepat

matang gonad dan umur ideal yang layak dan produktif untuk dipijahkan berkisar

2-4 tahun. Beberapa hal yang digunakan sebagai pertimbangan untuk

melakukan seleksi induk adalah berat ikan, umur ikan dan tingkat kematangan

gonad. Induk ikan mas jantan dan betina dapat diseleksi menurut perbedaan

kelamin sekunder. Ciri-ciri induk betina yang matang gonad adalah badannya

sintal dan bulat, perut lembek dan tampak berisi, alat kelamin bundar dan

berwarna kemerah-merahan, warna cenderung lebih pucat terutama sebelum

proses ovulasi. Sedangkan induk jantan bersifat lebih cepat matang gonad

dengan memiliki ciri-ciri seperti apabila permkaan perut diurut ke arah alat

kelamin akan mengeluakan cairan kental berwarna putih, berbadan langsing, alat

kelamin relatif kecil seolah-olah menyatu dengan lubang anus dan permukaan

punggung serta sirip dada agak kasar.

2.3 Pemijahan dan Pembuahan Ikan Mas

Menurut Pratiwi (2008), pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang

tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun dihabitat aslinya, ikan mas

sering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma

tanah kering yang tergenang air. Pemijahan terjadi pada malam hari sampai akhir

fajar. Sebelum memijah, induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun,

seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air.

Dalam pemijahan secara buatan, pembuahan telur oleh sperma dilakukan

di dalam wadah. Telur ikan mas yang tercelup dalam air akan mengembung dan

dalam waktu 45-60 detik lubang microphyl akan tertutup oleh suatu lapisan.

Dalam waktu beberapa detik, telur ikan mas yang sudah terbuahi akan

mengeluarkan lapisan pelekat sehingga mudah menempel pada substrat atau


10

benda lain. Apabila telur bersentuhan maka akan berlekatan satu sama lain.

Dalam keadaan normal, telur yang terbuahi akan segera berkembang dan

membutuhkan oksigen sebagai sumber energi untuk perkembangannya. Apabila

telur yang terbuahi kekurangan oksigen akan rusak atau mati (Djarijah, 2011).

2.4 Daya Rekat Telur Ikan Mas

Telur ikan mas yang telah terbuahi memiliki sifat menempel (adhesif) dan

menggantung pada permukaan substrat. Telur yang tidak menemel pada

substrat akan tenggelam ke dasar dan kemudian akan mati. Diameter telur ikan

dalam keadaan kering (normal) adalah 1-1,5 mm dengan bobot 0,001-0,0014

g/butir. Sedangkan pada telur ikan mas saat dalam keadaan membengkak

adalah 1,5-2,5 mm dengan bobot setelah terbuahi menapai 0,0033-0,0125 g/butir

(Djarijah, 2011).

Ikan mas mempunyai telur yang merekat atau adhesif yang disebabkan

oleh lapisan globulin. Telur yang sudah merekat pada substrat tidak akan jatuh

meskipun tertimpa aliran air yang sedikit kencang. Jika dipaksakan untuk

dilepaskan, dapat menyebabkan kerusakan pada telur. Kebiasaan sebelum

memijah dialam, ikan mas mencari tempat rimbun dengan tanaman air atau

rumput yang menutupi permukaan perairan. Ikan mas dewasa yang telah

menguasai medan akan dengan mudah menemukan tempat yang sesuai untuk

memijah ( Susanto,1987).

2.5 Embriogenesis

Menurut Sutisna dan Sutarmanto (1995), perkembangan embrio pada

ikan diawali dengan terjadinya pembuahan sel telur dengan spermazoa dan

makhluk yang berbentuk seperti ini disebut zygote. Pembuahan ini terjadi secara

eksternal dan telur yang tidak dibuahi akan mengalami kematian. Proses

pembelahan sel akan diikuti oleh perkembangan selanjutnya yang berupa proses
11

blastulasi, gastrulasi, organogenesis sampai telur tersebut menetas. Urutan

perkembangan embrio ikan adalah sebagai berikut:

 Clevange : Pembelahan zygote secara cepat menjadi unit-unit sel yang

lebih kecil yang disebut blastomer.

 Blastulasi : Proses yang menghasilkan blastula. Blastula adalah campuran

sel-sel blastoderm yang telah membentuk rongga penuh cairan yang

disebut blastocoel. Pada akhir blastulasi sel-sel blastoderm akan menjadi

neural, epidermal, notochordal, mesodhermal, dan entodermal yang

merupakan bakal pembentuk organ tubuh.

 Gastrulasi : Proses pembentukan bakal organ yang telah terbentuk pada

saat gastrulasi.

 Organogenesis : Proses pembentukan berbagai organ tubuh. Pada

organogenesis ini terbentuk susunan syaraf, notochord, mata, somit,

olfactorysac, ginjal, usus, linea lateralis, jantung dan insang infundibulum,

serta lipatan-lipatan sirip.

Menurut Tsai et al., (2013), perkembangan embrio pada ikan mas dimulai

dari zygot, pembelahan 2 sel, pembelahan 4 sel, pembelahan 6 sel, pembelahan

8 sel, pembelahan 16 sel, pembelahan 32 sel, pembelahan 64 sel, morula,

blastula, gastrula, neurula, organogenesis dan menetas. Seperti pada tabel. 1

berikut:

Tabel 1. Proses Embriogenesis pada Ikan Mas (Tsai et al., 2013)

No. Gambar Stadia

1. Zigot
12

2. Pembelahan 2 sel

3. Pembelahan 4 sel

4. Pembelahan 8 sel

5. Pembelahaan 16 sel

6. Pembelahan 32 sel

7. Pembelahan 64
13

8. Morula

9. Blastula

10. Gastrula

11. Neurula

12. Organogenesis

13. Menetas
14

Menurut Effendie (2002), proses-proses embriologis terjadi pada masa

pengeraman telur setelah dibuahi sampai menetas. Protoplasma akan mengalir

ke tempat spermatozoa lalu masuk dan membentuk kepingan protoplasma

kemudian akan diikuti oleh pembelahan sel setelah spermatozoa melebur

dengan inti telur. Pembelahan-pembelahan sel berikutnya sedikit sulit diikuti,

namun hasil dari pembelahan-pembelahan itu akan terbentuk 16, 32, 64 sel dan

seterusnya.

2.6 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lamk)

Menurut Suwahyono (2008), Klasifikasi Tanaman Kelor sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Super Devisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Capparales

Keluarga : Moringaceae

Marga : Moringa

Jenis : Moringa oleifera Lamk

Gambar 2. Tanaman Kelor (Nurcahyati, 2014)


15

Menurut Hidayati dan Napituputu (2015), morfologi tanaman kelor yaitu

pohon dengan tinggi 7- 11 m. Memiliki batang tegak, berwarna putih kotor, kulit

yang tipis, permukaan kasar, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh

lurus dan memanjang. Daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling,

beranak daun ganjil, helai daun saat muda berwarna hijau muda. Bunga

berwana putih kekuning- kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna

hijau. Buah berbentuk panjang segitiga, panjang 20- 60 cm, buah muda

berwarna hijau, setelah tua menjadi cokelat, bentuk biji bulat berwarna cokelat

kehitaman. Morfologi tanaman kelor dapat disajikan pada gambar 2.

2.7 Penyebaran dan Habitat Tanaman Kelor

Para ahli botani mengatakan bahwa tumbuhan kelor berasal dari daerah

sekitar Himalaya di Utara India. Namun, saat pohon kelor sudah dapat ditemukan

seluruh daerah tropis diseluruh belahan dunia mulai dari belahan Asia Selatan

sampai dengan belahan Afrika Barat. Bahkan sekarang, pohon kelor juga sudah

ditanam dan juga menjadi pemandangan di taman-taman di Kepulauan Pasifik

mulai dari Karibia sampai ke arah utara Marianas (Jonni et al., 2008).

Menurut Hidayati dan Napituputu (2015), pohon kelor tumbuh didaerah

tropis dan subtropis. Tumbuh baik pada tanah lempung berpasir dengan derajat

keasaman netral sampai sedikit asam, pohon kelor ini juga sangat toleran

terhadap tanah yang miskin, termasuk daerah pantai. Secara alamiah tanaman

kelor ini dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian lebih dari

1000 M diatas permukaan laut, dijumpai banyak tumbuh di tebing- tebing

pegunungan, namun tidak jarang dijumpai didaerah dataran rendah dengan

curah hujan rata- rata antara 250- 3000 mm pertahun, suhu antara 25- 40°C

walau toleran terhadap suhu hingga 48°C. Tanaman kelor tersebar di Asia,

Amerika dan Afrika didaerah yang beriklim tropis.


16

2.8 Kandungan Daun Kelor

Menurut Putra et al., (2016), hasil uji fitokima ekstrak daun kelor

menunjukkan bahwa terdapat senyawa alkanoida, flavonoida, saponin, fenol,

steroida/ triterpenoida dan tanin sebagaimana dalam tabel 2.

Tabel 2. Uji Fitokima pada Daun Kelor (Putra et al.,2016)

No. Uji Fitokimia Pereaksi Perubahan Keterangan


Warna
1. Alkaloid HCl 2+pereaksi Terbentuk Alkanoid (+)
Wagner endapan coklat
Wilstater Hijau kecoklatan
menjadi hijau
kekuningan
2. Flavonoid Bate Smith- Hijau kecoklatan Flavonoid (+)
Metcalfe menjadi hijau
kekuningan
NaOH 10% Hijau kecoklatan
menjadi hijau
kekuningan
3. Saponin Akuades, Tidak terbentuk Saponin (-)
diapanaskan, busa yang stabil
kocok+HCl 2N
4. Fenolat FeCl3 Hijau kecoklatan Saponin (-)
menjadi hijau
kehitaman
5. Triterpenoida Lieberman- Hijau kecoklatan Fenolat (+)
Burchard menjadi hijau Triterpenoid/
keunguan
Steroida Hijau kecoklatan
H2SO4 menjadi hijau Steroid (+)
keunguan
6. Tannin FeCl3 Hijau kecoklatan Tannin (+)
menjadi hijau
kehitaman
Terbentuk
Gelatin endapan

Menurut Rohyani et al., (2015), daun kelor positif mengandung semua

senyawa metabolit sekunder yang diujikan. Diantaranya Flavonoid, alkaloid,

steroid, tanin, saponin, antrakuinon dan terpenoid. Adanya kandungan senyawa-

senyawa metabolit tersebut menyebabkan daun kelor dikenal sebagai tanaman

obat yang berkhasiat saat ini, seperti ditunjukkan pada tabel.3.


17

Tabel 3. Uji Fitokimia Tanaman Obat Lokal Lombok (Rohyani et al., 2015)

Tanaman obat lokal


Uji Fitokimia Daun Daun Daun Daun
Daun pule
pegagan kelor asam ciplukan
Favonoid + + + + +
Alkaloid - + + + +
Steroid/
+ + + + +
triterpenoid
Tanin/
+ + + + +
polifenol
Saponin + + - + +
Antrakuinon/
- + + + -
antracena
Terpenoid + + + + +
Keterangan: (+) terjadi perubahan warna sesuai uji ; (-) tidak ada perubahan
warna

2.9 Tanin

Tanin merupakan senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawa

polifenl kompleks, dibangun dari elemen c, H dan O serta sering membentuk

molekul besar dengan berat molekul lebih besar dari 2000. Tanin adalah suatu

senyawa polifenol dan dari struktur kimianya dapat digolongkan menjadi dua

macam, yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin memiliki sifat

umum seperti memiliki gugus phenl dan bersifat koloid. Karena itu didalam air

tanin bersifat koloid dan asam lemah. Semua jenis tanin dapat larut dalam air.

Umumnya tanin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah

dioksidasi menjadi suatu polimer ( Irianty dan Yenti, 2014).

Tanin terdapat pada daun, buah yang belum matang, merupakan

golongan senawa aktif tumbuhan yang termasuk golongan flavonoid dan

mempunyai rasa sepat (Robinson, 1995). Tanin tergolong senyawa polifenol

dengan karakteristiknya yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan

makromolekul lainya (Jayanegara dan Sofyan, 2008).


18

2.10 Kualitas Air

2.10.1 Suhu

Menurut Cahyono (2000), suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan ikan. Ketika suhu air tidak cocok hal ini dapat menyebabkan ikan

tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Suhu air yang cocok untuk

pertumbuhan ikan adalah berkisar antara 15°C - 30°C dan perbedaan suhu

antara siang dan malam kurang dari 5°C. pada suhu dibawah 15,5°C - 12°C,

umumnya ikan tidak dapat hidup dengan baik. Suhu air yang paling ideal untuk

pertumbuhan ikan mas adalah 25°C - 27°C. Menurut Djarijah (2001), Ikan mas

sering disebut dengan ikan karper. Ikan mas termasuk jenis ikan thermophil yang

mampu beradapasi atau toleran terhadap perubahan suhu air (lingkungan)

antara 4°C - 30°C.

2.10.2 Derajat Keasaman (pH)

Menurut Cahyono (2000), derajat keasaman (pH) air dapat

mempengaruhi pertumbuhan ikan. Derajat keasaman air yang sangat rendah

atau sangat asam dapat menyebabkan kematian ikan dengan gejala gerakanya

tidak teratur, tutup insang bergerak sangat aktif, dan berenang sangat cepat

dipermukaan air. Ketika keadaan air yang sangat basa dapat juga dapat

menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Kisaran derajat keasaman air yang

cocok untuk budidaya ikan mas adalah berkisar 7,5 – 8,5. Perairan yang asam

juga berpengaruh terhadap nafsu makan ikan (selera makan ikan akan

berkurang).

Nilai pH yang optimal bagi pertumbuhan ikan selama kegiatan budididaya

berlangsung yaitu sebesar 7. Ikan budidaya dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik pada lingkungan perairan dengan konsentrasi alkalinitas rendah

atau netral. Pertumbuhan ikan budidaya mengalami penurunan pada lingkungan

dengan pH yang rendah. Walaupun demikian ikan budidaya masih dapat tumbuh
19

dengan baik pada kisaran pH 5-10. Batas pH yang dapat mematikan ikan

budidaya adalah 11 atau lebih. Sebaiknya pH air dipertahankan pada nilai netral

atau pada kisaran 6,5-8,0 (Carman dan Sucipto, 2013).

2.10.3 Oksigen Terlarut

Ikan bernafas untuk mengambil oksigen, kemudian setelah itu oksigen

diikat oleh butir- butir darah merah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Jika dalam

kolam budidaya air keruh maka hal ini dapat menyebabkan ikan mengalami

stres. Kandungan oksigen pada suhu 20° - 30°C yaitu berkisar antara 5 – 7 ppm,

sedangkan pada kandungan 3 ppm dianggap kritis. Hal ini dapat menyebabkan

kematian pada ikan (Djatmika, 1986).

Kandungan oksigen sangat diperlukan untuk pernafasan dan

metabolisme ikan dan jasad- jasad renik dalam air. Kandungan oksigen yang

tidak mencukupi kebutuhan ikan dan biota lainya dapat menyebabkan penurunan

daya hidup ikan. Kandungan oksigen terlarut dalam air yang cocok untuk

kehidupan dan pertumbuhan ikan mas berkisar 5 – 7 ppm. Pengaliran air yang

baik dan permukaan kolam yang selalu terbuka dapat meningkatkan kadar

oksigen dalam air (Cahyono, 2000).

Anda mungkin juga menyukai