Anda di halaman 1dari 9

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Kerapu Bebek


2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Menurut Waber dan Beofort, (1940) klasifikasi ikan kerapu bebek adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Osteichtyes
Sub-class : Actinopterigi
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidae
Famili : Serranidae
Sub family : Epinephelinae
Genus : Cromileptes
Spesies : Cromileptes altivelis
Ikan kerapu bebek berbentuk pipih dan warna dasar kulitanya abu-abu dengan
binti-bintik hitam di seluruh permukaan tubuh. Kepala berukuran kecil dengan
moncong agak meruncing. Kepala yang kecil mirip bebek meyebabkan jenis ikan
ini populer disebut kerapu bebek, namun adapula yang menyebutnya sebagai
kerapu tikus, karena bentuk moncongnya yang meruncing meyerupai moncong
tikus (Putri dkk, 2013). Untuk lebih jelasnya morfologi ikan kerapu bebek dapat
dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Morfologi kerapu bebek

2
Identifikasi kerapu bebek pertama kali dilakukan oleh Swanson dalam
Randall (1987) dengan sirip dorsal X 17-19, sirip anal, 10. Sirip pectoral 17-18,
sirip garis lateral 53-55, sisik berbentuk sikloid bagian dorsal meninggi berbentuk
concave (cembung), tebal tubuh 2,6-3,0 inchi, tidak mempunyai gigi canine.
Lubang hidung besar berbentuk bulan abit vertikal, sirip caudal membulat. Warna
kulit terang abu-abu kehijauan dengan bintik-bintik hitam di seluruh kepala,
badan dan sirip. Kerapu bebek mempunyai bintik hitam lebih besar dan sedikit.
Kerapu bebek dapat mencapai panjang maksimun 70cm (Juknis BBPBL
Lampung, 2018).
Wardana dan Tridjoko (2015) mengemukakan bahwa, spot hitam atau bintik
hitam pada bagian permukaan tubuh kerapu bebek, merupakan gambaran yang
unik dan jumlahnya akan bertambah sejalan dengan bertambahnya umur ikan
tersebut. Setiap individu memiliki jumlah dan pola bintik hitam yang berbeda
pada tubuhnya, baik pada bagian sirip dada, sirip ekor, sirip punggung maupun
pada sirip perut. Spot mulai terbentuk pada umur 10 hari setelah menetas (D10)
dengan tanda bintik kecil hitam pada bagian atas sirip anal.
2.1.2 Siklus Hidup
Putri dkk, (2013) menyatakan bahwa sebagian besar ikan kerapu muda hidup
di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5-3 meter selanjutnya menginjak
masa dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7-40 m, biasanya
perpindahan ini berlangsung pada siang hari dan sore hari. Telur dan larva bersifat
pelagis sedangkan ikan kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal.
Perkembangan larva ikan terdiri dari dua tahap yaitu prolarva dan post larva.
Prolarva adalah larva yang masih mempunyai kuning telur dan tubuh transparan.
Post larva adalah larva yang kuning telurnya telah habis dan organ-organ
tubuhnya telah terbentuk sampai larva tersebut memiliki bentuk menyerupai ikan
dewasa. Sedangkan untuk perkembangan larva ikan kerapu terbagi atas 4 fase
yaitu: 1) fase yolk sac yaitu mulai dari menetas hingga kuning telur habis, 2) fase
prefleksion yaitu dimulai dari kuning telur habis terserap sampai terbentuk spin,
3) fase fleksion yaitu dimulai dari terbentunya spina, calon sirip ekor, perut dan
punggung sampai hilangnya spina, 4) fase pasca fleksion yaitu dimulai dari hilang
atau tereduksinya spina sampai menjadi juvenil (Usman dkk, 2003).

3
2.1.3 Reproduksi
Ikan kerapu (grouper) bersifat protogynus hermaprodit dimana betina dewasa
akan mengalami perubahan kelamin menjadi jantan, sehingga secara umum berat
tubuh (BW) induk jantan lebih besar dari betina. Perubahan kelamin pada kerapu
betina tergantung ukuran, umur dan spesies. Pada ikan kerapu bebek berat
pertama induk betina matang gonad adalah 0,8 kg dan induk jantan 2, 5 kg,
sedangkan pada ikan kerapu macan berat minimum matang gonad adalah 2,5 kg
(sebagian besar 3-7 kg) dan induk jantan 5,4 kg (Mayunar, 1996).
2.1.4 Habitat dan Penyebaran
Ikan kerapu tersebar luas dari wilayah asia Pasifik termasuk Laut Merah,
tetapi lebih terkenal di Teluk Persia, Hawai atau Polinesia dan hampir seluruh
perairan pulau tropis Hindia dan Samudera Pasifik Barat dari Pantai Timur Afrika
sampai dengan Mozambika. Ikan kerapu bebek di Indonesia banyak terdapat di
daerah perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru dan Ambon. Salah
satu indikator adanya kerapu adalah daerah berkarang. Kerapu bebek muda dan
larva banyak terdapat di perairan pantai dekat muara sungai dengan dasar perairan
berupa pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Kerapu dewasa
bermigrasi ke perairan yang lebih dalam antara 7-40m, biasanya perpindahan
berlangsung pada siang dan sore hari. Telur dan larva bersifat pelagis sedangkan
kerapu mudah hingga dewasa bersifat demersal (Setianto, 2011).
Menurut Tuffer dan Sheriff, (2008) bahwa ikan kerapu bebek hidup di daerah
terumbu karang, laguna dan daerah berlumpur dengan kisaran kedalaman 2-40m.
Kordi, (2001) juga menambahkan bahwa suhu yang ideal bagi kehidupan ikan
kerapu bebek adalah 27-32oC, pH 7,6-8,0, salinitas 30-35 ppt, oksigen terlarut
tidak boleh kurang dari 4 mg/l.
2.1.5 Jenis Pakan dan Kebiasaan Makan
Tuffer dan Sheriff, (2008) mengemukakan bahwa pada saat stadia larva ikan
kerapu bebek memakan copepoda dan beberapa jenis zooplankton lainnya
kemudian beralih ke jenis krustasea yang ukurannya lebih besar seperti
amphipods dan mysis udang Sementara kerapu stadia juvenil dan dewasa
memakan ikan, kepiting udang, lobster dan moluska.

4
Uskelwar dkk, (2018) juga menambahkan bahwa ikan kerapu termasuk
carnivor dengan makanan utama kepiting sebanyak 37,39%, ikan 31,88% dan
udang 30,37%. Ikan kerapu mempunyai sifat menelan makanan tanpa menguyah
dan mengambil makanannya dengan cara dipatuk, aktif bergerak di kolom air
pada malam hari untuk mencari makan (nocturnal) dan pada siang hari lebih
banyak bersembunyi di liang-liang karang.
2.2 Teknik Pembenihan
2.2.1 Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan.
Pemilihan bentuk wadah diperhatikan melalui sifat dan ukuran dari ikan yang
dibudidayakan hal ini agar tidak membuat aktivitas ikan menjadi stres,
pemanfaatan air menjadi lebih efesien dan lebih berkualitas bagi ikan budidaya
(Satyani, 2012).
Wadah pemeliharaan induk kerapu sekaligus digunakan untuk pemijahan
berbentuk bulat yang terbuat dari beton. Ukuran bak berdiameter 10m dengan
kedalaman 3m dan kapasitas bak 300m3 serta memiliki kemiringan 5-10% ke arah
saluran outlet di tengah bak. Bak yang digunakan untuk pemeliharaan induk
terlebih dahulu dicuci dengan larutan kaporit dosis 100-150 ppm dan dibiarkan
selama kurang lebih sehari semalam (Prayogo dan Hidayat, 2014).
2.2.2 Pengelolaan Induk
1. Penyediaan dan seleksi induk
Suatu budidaya dalam bidang pembenihan memilih faktor utama penyediaan
induk yang berkualitas untuk menghasilkan telur yang bermutu. Faktor
penyediaan induk yang harus diperhatikan seperti jumlah, kualitas dan ukuran
yang seragam (Akmal, 2011). Induk kerapu bebek yang dibutuhkan untuk
pemijahan biasanya mempunyai berat 2-3 kg untuk betina dan 1-1,5 kg untuk
jantan (Prayogo dan Hidayat, 2014).
Seleksi induk bertujuan agar menghasilkan individu yang memiliki sifat
kualitas unggul seperti pertumbuhan cepat, daya tahan terhadap penyakit tinggi
dan lainnya (Ariyanto, 2015). Induk yang berkualitas mempunyai kriteria tidak
cacat, anggota tubuh lengkap, tidak tampak kelainan bentuk, aktif bergerak,
berusia lebih dari 3 tahun untuk jantan dan lebih dari 2 tahun untuk betina dengan

5
panajang total lebih dari 40 cm untuk jantan serta 30-40 cm untuk betina (SNI,
2011).
2. Manajemen pakan dan kualitas air
Kualitas pakan yang diberikan pada induk sangat berpengaruh terhadap
kematangan gonad dan kualitas telur yang dihasilkan. Pakan yang diberikan pada
induk biasanya berupa ikan rucah (ikan layang dan cumi) yang dicampur dan
ditambahkan vitamin mix. Pemberian pakan dilakukan secara adlibitum. Upaya
yang dilakukan untuk menjaga kualitas air dengan baik pada bak pemeliharaan
induk adalah pergantian air dengan cara sirkulasi sebanyak 300-400% per hari
(Prayogo dan Hidayat, 2014).
3. Seleksi tingkat kematangan gonad
Seleksi kematangan gonad dilakukan dengan tujuan untuk memilih induk
yang siap dipijahkan. Seleksi dilakukan sebelum pemijahan yaitu saat menjelang
bulan gelap setiap sebulan sekali. Seleksi tingkat kematangan gonad dengan
menggunakan selang kanulasi yang dimasukkan ke dalam lubang urogenital
sedalam 5-10 cm , kemudian selang dihisap dan ditarik secara perlahan-lahan
(Hidayatullah, 2012).
Ciri-ciri induk betina matang gonad yaitu telur yang telah dihisap mudah
dipisahkan dengan yang lain, transparan, berbentuk bulat dan berdiameter 700
mikron. Sedangkan untuk induk jantan distriping pada bagian perut ke arah
lubang urogenital akan mengeluarkan sperma yang berwarna putih susu dan
kental (Hidayatullah, 2012).
2.2.3 Pemijahan
Pemijahan merupakam proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan
sperma oleh jantan yang diikuti dengan pembuahan sel telur oleh sperma
(fertilisasi). Secara umum pemijahan ikan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
secara alami dan induksi. Pemijahan secara alami adalah pemijahan yang
dilakukan di alam terbuka sesuai dengan sifat hidupnya tanpa perlakuan tambahan
dan bantuan manusia. Sedangkan pemijahan induksi adalah pemijahan yang
dilakukan dengan bantuan atau penanganan manusia melalui pemberian hormon
yang dimaksudkan untuk melancarkan proses kematangan gonad sehingga dapat
mempercepat proses pemijahan ikan tersebut (Bhagawati, 2015).

6
Menurut Prayogo dan Hidayat, (2014) pemijahan induk kerapu bebek terjadi
pada malam hari umumnya sekitar pukul 23.00-03.00. Kerapu bebek memijah
secara alami dua kali dalam satu bulan yaitu pada saat bulan terang (tanggal 15)
dan bulan gelap (tanggal 1) pada penanggalan hijriah. Namun hasil pemijahan
terbaik terjadi pada bulan gelap dengan kualitas dan kuantitas telur yang lebih
baik dari bulan terang.
2.2.4 Penanganan Telur
Penanganan yang dilakakukan yaitu panen telur, pengamatan telur dan seleksi
telur. Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari atau jika telur telah mengalami
perkembangan embrio fase grastula, sehingga telur cukup kuat untuk dipindahkan.
Telur yang terbuahi akan mangapung di permukaan air dan akan terbawa keluar
mengikuti aliran air. Telur yang telah terkumpul pada kolektor dipanen dan
ditempatkan pada bak fiber transparan untuk memudahkan pemisahan telur yang
dibuahi dan yang tidak dibuahi (Prayogo dan Hidayat, 2014).
Telur yang telah dipanen dimasukkan ke dalam bak fiberglass untuk
memisahkan telur yang terbuahi dan yang tidak terbuahi. Telur yang terbuahi akan
mengapung di permukaan sedangkan telur yang tidak terbuahi mengendap di
dasar wadah. Telur dipisahkan dengan cara disipon. Telur yang telah dipisahkan
dipindahkan ke bak inkubasi (Prayogo dan Hidayat, 2014).
2.2.5 Pemeliharaan Larva
Penebaran larva ikan kerapu bebek dapat dilakukan antara 4.00-5.000
butir/wadah. Kegiatan pemeliharaan larva bertujuan untuk memperoleh benih
yang dihasilkan secara optimal bisa dilakukan selama 45-55 hari . larva kerapu
bebek yang baru menetas berwarna bening transparan melayang-layang mengikut
gerakan air dari aerasi dan cenderung bergerombol (Prayogo dan Hidayat, 2014).
Parayogo dan Hidayat (2014) mengemukakan bahwa pakan yang digunakan
dalam pemeliharaan larva yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang
banyak digunakan dalam pemeliharaan larva adalah Nannochloropsis sp, Rotifer
dan artemia. Keberhasilan pembenihan ikan laut sangat ditentukan pada
keberhasilan dalam penyediaan pakan alami serta cukup mutu, jumlah dan
kontinyuitas.

7
2.2.6 Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan air pemeliharaan mutlak diperlukan guna menjaga kualitas air
yang digunakan. Pengelolaan yang dilakukan adalah dengan mengganti air
pemeliharaan. Pengelolaan yang dilakukan pada pemeliharaan induk adalah
pergantian air secara sirkulasi sebanyak 300-400% per hari, sedangkan pada larva
pergantian air dilakukan setelah larva berumur 10 hari setelah menetas sebanyak
5%. Selanjutnya persentase pergantian air ditingkatkan sampai dengan sistem air
mengalir pada saat larva sudah kuat (Prayogo dan Hidayat, 2014).
Pembersihan dasar bak dengan penyiponan dimulai setelah larva berumur 10
hari setelah menetas. Untuk menghindari stres pada larva penyiponan dilakukan
secara hati-hati . Selanjutnya penyiponan dilakukan setelah larva berumur 15,17,
20 hari setelah menetas dan selanjutnya dilakukan setiap hari (Prayogo dan
Hidayat, 2014).
2.3 Analisis Finansial

Ismail, dkk (2013) berpendapat bahwa untuk memulai siatu usaha budidaya,
selain pengetahuan secara teknis, pengusaha atau petani juga harus mengetahui
analisis usaha yang harus dijalankan. Parameter-parameter yang dapat menjadi
tolak ukur suatu analisa usaha antara lain analisa rugi laba, analisa titik impas
(Break Even Point) perbandingan manfaat dengan biaya (Benefit Cost Ratio) dan
Payback Period.

2.3.1 Perhitungan Biaya


Perhitungan biaya dalam suatu analisa usaha meliputi:
1. Biaya investasi
Investasi adalah biaya tetap yang dikeluarkan pada saat memulai usaha
(Muhammad, 2010). Sedangkan menurut Akmal (2011) biaya investasi yaitu
modal awal yang harus dikeluarkan untuk suatu usaha. Biaya investasi ini
mencakup barang-barang yang lebih dari satu tahun penggunaannya.
2. Biaya produksi

Hasnidar, dkk (2017) menjelaskan bahwa biaya produksi merupakan modal


yang harus dikeluarkan untuk usaha, mulai dari persiapan sampai akhir. Biaya
produksi dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost)

8
adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha/pembudidaya yang penggunaannya
tidak habis dalam satu masa produksi. Besar kecilnya biaya produksi tersebut
tidak dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dihasilkan. Biaya variabel adalah
biaya yang besarnya sangat tergantung pada jumlah produksi.

2.3.2 Analisa Rugi Laba


Menurut Hasnidar dkk, (2017) analisa rugi laba merupakan selisih
antara nilai hasil produksi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan
pengusaha/pembudidaya. Untuk melihat perbandingan keuntungan yang diperoleh
sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya hasil produksi dan didukung oleh
tingkat harga jual produk itu sendiri. Berlia dkk, (2017) juga menambahkan
bahwa analisa laba rugi adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang
dikeluarkan untuk produksi. Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila total
penjualan lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan.
2.3.3 Analisa Titik Impas (Break Even Point)
Titik impas yaitu suatu keadaan yang menggambarkan keuntungan usaha
yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan, dengan kata lain keadaan
dimana kondisi usaha tidak mengalami keuntungan maupun kerugian (Hasnidar
dkk, 2017).

Berlia dkk, (2017) juga menambahkan bahwa analisa titik impas merupakan
suatu cara untuk menentukan volume penjualan agar tidak terjadi kerugian. BEP
dibagi atas dua yaitu BEP produksi dan BEP harga. BEP produksi diperoleh dari
hasil bagi antara total biaya produksi dengan harga penjualan. Sedangkan BEP
harga diperoleh dari hasil bagi antara total biaya produksi dengan total produksi.

2.3.4 Perbandingan Keuntungan dan biaya (Benefit cost ratio)

Ningsih dkk, (2013) mengemukakan bahwa benefit cost ratio (B/C) diperoleh
dari hasil perhitungan antara jumlah sekarang dari pendapatan dan nilai sekarang
dari biaya, sepanjang usaha tersebut berjalan. Apabila didapat nilai B/C ratio lebih
besar daripada satu maka usaha tersebut layak untuk diteruskan dan jika lebih
kecil daripada satu maka usaha tersebut tidak layak diteruskan. Hasnidar dkk,
(2017) juga menambahkan bahwa suatu usaha dikatakan layak apabila nilai B/C
lebih besar dari 1 (B/C>1).

9
2.3.5 Payback Period
Menurut Berlia dkk, (2017) bahwa payback period merupakan metode
yang menghitung berapa cepat investasi yang dikeluarkan bisa kembali.
Ningsih dkk, (2013) menambahkan bawa payback period merupakan suatu cara
penilaian investasi yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh
keuntungan atau dengan kata lain waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
modal yang ditanam. Payback period dalam suatu usaha berfungsi untuk
mengetahui berapa lama usaha yang akan dilakukan dapat mengembalikan
investasi. Tingkat pengembalian modal suatu usaha dikategorikan cepat jika nilai
PP< 3 tahun, tingkat pengembalian modal dikategorikan sedang jika nilai PP
sebesar 3 tahun dan dikatakan dalam kategori tingkat pengembalian lambat jika
nilai PP >5 tahun.

10

Anda mungkin juga menyukai