Anda di halaman 1dari 11

ORGAN REPRODUKSI DAN GAMET KATAK (Fejerfarya cancrivora)

Asni Rahmani1, Dini Siti Aisah2, Dita Nur Febriani3, Fahmi Atoillah4.
Program Studi Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) memiliki kulit yang selalu basah dan berkelenjar, tidak
bersisik luar. Memiliki dua pasang kaki untuk berjalan dan berenang. Katak bertelur di air
atau menyimpan telur di tempat lembab dan basah. Ketika menetas, larvanya dikatakan
berudu yang hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernafas dengan insang. Berudu
kemudian berubah bentuk menjadi katak dewasa yang umumnya hidup di darat.
Katak jantan memiliki sepasang testis bentuknya oval, berwarna kekuningan, digantung oleh
mesorsium, dan terletak di atas ginjal. Organ reproduksi betina terdiri atas
sepasang ovarium yang terdapat pada bagian belakang rongga tubuh diikat oleh
penggantungnya yang disebut mesovarium. Tujuan pengamatan ini adalah untuk mengetahui
organ reproduksi dan gamet pada katak jantan dan katak betina. Berdasarkan hasil
pengamatan diketahui bahwa organ reproduksi katak terdiri dari bagian internal dan
eksternal. Organ eksternal terdiri dari kloaka dan organ internal terdiri dari sepasang testis
dengan panjang 1,5 cm pada katak jantan dan pada katak betina terdapat oviduk serta
ovarium yang meliputi telur yang belum matang didalamnya dengan berat 50 gr dan panjang
6 cm. Didapatkan berat katak jantan 50 gr dan katak betina seberat 105 gram.
Keyword: katak, reproduksi, testis, oviduk, ovarium, kloaka, jantan, betina

PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
Katak merupakan salah satu anggota dari Classis Amphibia. Panjang tubuhnya mulai dari
3,5 cm hingga ada yang mencapai 90 cm, lebar atau sempit, kulitnya licin atau kasar, berekor
atau tidak, jumlah kaki-kakinya juga bermacam-macam, bervariasi mulai dari empat buah
kaki, dua buah kaki atau bahkan sama sekali tidak berkaki. Sifat lingkungan tempat hidupnya
bermacam-macam mulai dari daerah kering hingga daerah berawa-rawa dan genangan air
yang permanen, dan mereka terdapat mulai dari equator hingga lingkaran kutub utara. Setiap
bentuk lingkungan ialah spesifik untuk setiap spesies (Radiopoetro, 1983).
Fejervarya cancrivora Gravenhorst 1829, merupakan kelompok dari kelas amfibi yang
habitatnya sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi habitat dan aktivitas manusia. Sel telur
yang telah difertilisasi akan menetas dan mengalami pertumbuhan dan perkembangan,
keduanya sangat dipengaruhi dari jenis pakan yang diberikan. Umumnya berudu adalah
herbivore (Putri, 2013: 191).
Katak seperti hewan lainnya memiliki kisaran kebutuhan akan faktor-faktor lingkungan
yang spesifik setiap jenisnya. Keberadaan jenis-jenis katak yang umum dijumpai pada habitat
yang terganggu merupakan indikasi awal bahwa suatu habitat mulai mengalami gangguan
(Ario, 2010).
Musim kawin katak sering berlangsung rumit. Katak jantan dan betina berkumpul
bersama dalam jumlah besar. Setelah membuahi telur, biasanya katak tidak lagi
mempedulikan telurnya. Hanya sedikit jenis katak yang melindungi telur. Umumnya spesies
katak kecil mengandalkan penyamaran atau melarikan diri saat terancam pemangsa. Ada
pula katak yang mengandalkan kulit yang mencolok untuk menakuti musuh (Darmawati,
2009).
Katak bertelur di air atau menyimpan telur di tempat lembab dan basah. Ketika menetas,
larvanya dikatakan berudu yang hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernafas dengan
insang. Setelah beberapa lama berudu kemudian berubah bentuk menjadi katak dewasa yang
umumnya hidup di darat atau di tempat yang lebih kering dan bernafas dengan paru-paru.
(Djuanda, 1982).
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) memiliki ciri-ciri khusus diantaranya memiliki
kulit yang selalu basah dan berkelenjar, tidak bersisik luar. Memiliki dua pasang kaki untuk
berjalan dan berenang, berjari 4 pada kaki bagian depan dan berjari 5 pada kaki bagian
belakang. Tidak memiliki sirip dan pernapasannya dengan menggunakan insang ketika masih
berbentuk berudu dan menggunakan kulit dan paru-paru ketika telah dewasa. Cor terbagi atas
3 ruangan, yakni dua ruangan auricula dan satu ventriculum. Terdapat 2 buah nares, mata
berkelopak yang dapat digerakan, mulut bergigi dan berlidah. Katak jantan memiliki
sepasang testis bentuknya oval, berwarna kekuningan, digantung oleh mesorsium, dan
terletak di atas ginjal. Testis berfungsi menghasilkan sperma. Dari testis, sperma akan
menuju ke saluran ginjal. Sperma akan dikeluarkan bersama urin melalui kloaka. Organ
reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium yang terdapat pada bagian belakang rongga
tubuh diikat oleh penggantungnya yang disebut mesovarium (Storer, 1983).
Keberadaan Amphibia di suatu habitat  sangat dipengaruhi oleh tipe habitat
tersebut. Fejervarya cancrivora umumnya ditemukan pada daerah persawahan, 
Ranaerythraea umumnya hidup di perairan tergenang seperti rawa, danau, dan telaga. Pada
beberapa jenis hanya ditemukan di hutan primer, dan beberapa spesies lainnya ditemukan di
hutan sekunder dan hutan yang telah terdegradasi. Keberadaan beberapa jenis katak dapat
membantu para peneliti untuk memahami bagaimana aktivitas manusia dapat merubah
habitat. Katak sawah sangat mudah di dapat pada habitat aslinya dan juga sebagai wakil
dari class amphibians yang tidak baracun dan berbahaya. Selain itu anatomi tubuh katak juga
sederhana dan tidak terlalu rumit untuk dipelajari (Putra, 2012).
Saat katak kawin, Peran hormon hipofisa dalam injeksi khususnya terletak pada
kandungan LH untuk induksi ovulasi, sebab kondisi fisiologis sel telur katak telah melalui
tahapan pematangan sel folikel oleh FSH sehingga injeksi hipofisa dapat meningkatkan
jumlah LH yang menyebabkan sintesis progesteron yang berada di sel-sel folikel yang
mengelilingi oosit, sehingga progesteron dapat berikatan pada reseptor oosit untuk
menginduksi terjadinya ovulasi. Kelebihan penggunaan ovaprim yaitu terdapat kandungan
anti-dopamin yang berfungsi untuk menghambat sintesis dopamin, sehingga sekresi
gonadotropi (Putri, 2013: 192).
Fase pembelahan sel telur katak berlangsung selama tiga setengah jam setelah
terfertilisasi. Tahapan pembelahan sel telur dimulai sesaat setelah sperma membuahi sel
telur, sel telur akan terbungkus oleh dua layer yang disebut zona pelusida dan membran
vitelin. Pembelahan pertama disebut cleavage, 64 sel hingga 128 sel disebut blastula,
kemudian dilanjutkan dengan tahap gastrulasi yang merupakan pembentukan tiga lapisan
yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm sebagai fase awal terjadinya diferensiasi sel
(Putri, 2013: 193).
Awal metamorfosis berudu katak nampak oleh munculnya kaki belakang (hind limb)
pada minggu kedua yaitu antara hari ke 14 sampai hari ke 16. Perkembangan selanjutnya
sampai tahap munculnya kaki depan (fore limb) Fase berudu (feeding tadpole) menunjukkan
persentase berudu katak sebanyak (Putri, 2013: 193).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada berudu antara
lain kondisi air, jumlah asupan pakan, dan tingkat kerapatan individu. Kondisi lingkungan air
kotor dapat memengaruhi tingkat survival rate selama masa pertumbuhan. Setelah
menyelesaikan fase metamorfosis ditemukan kandungan kalsium oksalat yang cukup tinggi
dalam ginjal katak (Putri, 2013: 194).
Perkembangan dan kematangan gonad dicirikan oleh penampakan gonad yang meliputi
warna, struktur permukaan, dan volume gonad. Menurut Inger (1996), penyebaran F.
cancrivora mencakup daerah persawahan, rawa, kolam, selokan, tempattempat berair di
hutan, dataran rendah di pesisir pantai, sungai-sungai dan lembah yang luas.
Faktor makanan dan lingkungan berpengaruh terhadap pertumbuhan F. cancrivora.
Lingkungan yang masih alami menyediakan makanan yang berlimpah dan suhu yang sejuk
sesuai untuk habitat F. cancrivora yang berdarah dingin (Setiawan 2000).
Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu hewan memijah.
Jumlah telur yang dihasilkan bervariasi untuk setiap jenis individu. Hal ini dikarenakan
adanya perbedaan pengaruh lingkungan, fisik dan jenis individu.) F. cancrivora betina dapat
menghasilkan telur sekitar 8.000-20.000 (Effendi, 1992).
Dari hasil penelitian Setiawan (2000), yang berkisar antara 1.723–7.428 butir telur,
diduga karena perbedaan ukuran gonad dan ukutan tubuh. Ukuran tubuh, bobot tubuh dan
bobot gonad juga mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan. Hubungan bobot tubuh dan
bobot gonad menunjukan bahwa bobot tubuh dan bobot gonad tumbuh secara bersamaan
artinya memiliki hubungan yang sangat kuat. Apabila bobot gonad bertambah maka
berpengaruh juga pada bobot tubuh. Jumlah telur yang dihasilkan oleh F. cancrivora
berkaitan dengan besarnya bobot gonad dan bobot tubuh. Semakin besar ukuran katak
semakin banyak jumlah telur yang dihasilkan (Rugh, 1951).

B. Tujuan
Tujuan  dari  praktikum ini adalah untuk mengetahui organ reproduksi dan gamet pada
katak jantan dan katak betina.
METODE
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang dugunakan dalam praktikum pengamatan organ reproduksi dan gamet
katak yaitu: pisau, gunting, nampan, jarum pentul, label dan handphone.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan organ reproduksi dan gamet katak
yaitu: Katak (jantan dan betina), alkohol Tissue dan Kapas.
B. Prosedur Kerja

Masukkan katak ke dalam Beri label organ-organ Setelah organ


toples yang berisi kapas yang Anda temukan, reproduksi katak yang
beralkohol diantaranya testis pada Anda bedah
katak jantan dan ovarium digambar, selanjutnya
pada katak betina serta angkat ovarium
bagian kloaka. maupun testis dari
Setelah pingsan letakkan rongga tubuh.
katak di nampan bedah Pengangkatan
ovarium dan testis
harus dilakukan
Indentifikasi dan dengan hati-hati agar
gambar dengan saluran testis dan
jelas, benar dan saluran telurnya tidak
proporsional putus
Lakukan pembedahan
organ-organ
secara hati-hati agar organ
eksternal dan
dalam katak tidak rusak
internal yang ada
di dalam rongga Catat dan ukurlah
tubuh katak yang Panjang testis,
Anda bedah. Panjang ovarium
Pembedahan dimulai dari katak serta hitung
menyayat perut katak jumlah telurnya.
dengan pisau bedah,
HASIL DAN PEMBAHASAN
selanjutnya membuka
A. Hasil
selaput rongga perut Dinding tubuh yang telah dipotong
dengan menggunakan dibuka dengan menfiksasinya
gunting bedah dengan jarum pentul
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Hasil
Tabel Hasil Pengamatan
Organ Jantan Organ Reproduksi Betina
Eksternal Internal Eksternal Internal

Gambar
tulis
beserta
keterang
an

Ovarium

Dokume
ntasiAnusAnus
Testis
organ
asli
Oviduk
beserta
keterang
Telur
an

Panjang 1,5 cm

Berat 5 gram
Panjang 6 cm
Jumlah
±5000 butir telur
telur
C. Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan dengan membedah tubuh katak jantan dan betina,
dapat mengamati organ reproduksi dan gamet pada katak. Katak jantan dan betina dapat
dibedakan dengan mengamati morfologi tubuh luar katak yang memiliki perbedaan diantara
keduanya. Dari hasil pengamatan, katak jantan memiliki tubuh yang lebih kecil dibandingkan
dengan katak betina, selain itu pada katak jantan selalu mengeluarkan bunyi nyaring dan terdapat
perbedaan pada bagian bawah kepala dibanding dengan katak betina, selain itu juga morfologi
lain yang dapat dijadikan bahan perbandingan antara katak jantan dan betina yaitu terletak pada
kaki katak. Hal tersebut diperkuat oleh teori dari Sugiri (1999) bahwa F. cancrivora betina
berukuran lebih besar dari yang jantan. Selain itu juga hal tersebut dapat diperkuat herdasarkan
hasil penelitian lain menurut Antus (2018: 42) bahwa ciri yang membedakan katak jantan dan
katak betina yaitu pada jantan terdapat warna hitam dibagian bawah tenggorokannya. Ciri tubuh
morfologi F. cancrivora menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Antus (2018: 41) secara
umum yaitu katak berwarna abu-abu dengan bagian punggung terdapat bercak berwarna hitam
dan lipatan kulit yang tidak teratur yang membentuk seperti benjolan. Pada bagian mulut terdapat
bercak hitam, timpanin terlihat jelas, pada bagian belakang mata terdapat garis berwarna hitam,
punggung berwarna coklat dan ada yang berwarna hijau. Ciri yang berbeda antara betina dan
jantan, betina membentuk timpanin dimana terdapat dua lingkaran bagian luar dan dalam, ukuran
tubuh yang lebih besar dari jantan, sedangkan jantan terdapat warna hitam di sudut
kerongkongan.
Organ reproduksi katak jantan terdiri atas testis, saluran reproduksi, vesikula seminalis,
korpus adiposum dan kloaka. Testis pada katak yang kami bedah ditemukan berjumlah sepasang
dengan bentuk silindris kecil sekitar 1,5 cm berwarna kuning. Testis tersebut ditemukan pada
daerah abdomen katak dan terletak didekat ginjal. Hal tersebut diperkuat dengan teori menurut
Kuramoto dan Joshy (2000) bahwa katak jantan memiliki sepasang testis yang berada dekat
terletak disebelah ventral ginjal. Testis dan ginjal dihubungkan oleh saluran vas deferens. Di
dalam testis terjadi pematangan sperma jantan. Menurut Kuramoto dan Joshy (2000) apabila
sperma telah matang dan siap dibuahi, maka sperma akan disalurkan melalui saluran vas
deferens kemudian menuju ke duktus wolffi. Dari duktud wolffi ini sperma dialirkan menuju
kloaka dan siap untuk melakukan fertilisasi eksternal dengan ditambahi cairan yang berasal dari
vesikula seminalis.
Sedangkan pada organ reproduksi katak betina terdiri atas ovarium, saluran reproduksi
betina yakni oviduk yang bermuara ke kloaka. Ovarium katak betina berjumlah sepasang terlihat
berwarna hitam dengan bintik kekuningan yang ditemukan jelas pada bagian abdomen. Ovarium
yang ditemukan pada katak yang kami bedah seberat 5 gram dengan panjang sekitar 6cm dan
memiliki banyak bakal telur yang belum dikeluarkan karena masih belum matang. Katak
merupakan hewan yang melakukan fertilisasi secara eksternal sehingga akan mengeluarkan telur
yang sudah siap di buahi nanti melewati saluran oviduk menuju kloaka. Hal tersebut dapat
diperkuat dengan pendapat Hayati (2019: 15) bahwa pada katak betina, sepasang ovarium akan
melepaskan sel telur ke lingkungan melalui saluran oviduk. Ovariam katak ini memiliki struktur
seperti kantong berongga yang diselimuti oleh jaringan mesovarium, yaitu lapisan tipis dari
jaringan peritoneum. Struktur kantong berongga tersebut bermuara pada saluran ovarium yang
panjang, dimana pada musim kawin folikel-folikel yang berisi sel-sel telur tumbuh dan
berkembang hingga terbentuk sel telur dewasa yang siap untuk disekresi melalui saluran ovarium
menuju ke oviduk. Saluran oviduk ini berfungsi sebagai tempat transportasi sel telur menuju
kantung telur. Kantung telur berfungsi sebagai tempat penampungan sel-sel telur yang siap untuk
pemijahan.
Telur yang terdapat dalam ovarium katak betina kelompok kami ada sekitar ±5000 butir
telur dengan berat gonad 5 gram. Didapatkan hasil jumlah telur ±5000 butir karena telah dihitung
menggunakan rumus perkiraan dengan bobot gonad dan bobot tubuh katak. Hal tersebut dapat
diperkuat dengan hasil penelitian Saputra (2014, 84) menunjukan bahwa jumlah telur yang
dihasilkan pada katak betina berkisar antara 4000-18.000 telur, bergantung pada bobot tubuh dan
bobot gonad. Hal tersebut juga dapat diperkuat dengan hasil penelitian oleh Setiawan (2000)
bahwa ukuran tubuh, bobot tubuh dan bobot gonad juga mempengaruhi jumlah telur yang
dihasilkan. Pada penelitian Saputra (2014, 84), pada katak yang memiliki bobot gonad sebesar
5,32 gram menunjukan jumlah telur berkisar 5.271 butir telur.
Katak merupakan hewan yang melakukan fertilisasi secara eksternal. Maka dari itu, telur
yang teramati dalam katak betina merupakan telur yang belum matang dan masih tersimpan
dalam folikel-folikel ovarium. Perkembangan dan kematangan gonad dicirikan oleh
penampakan gonad yang meliputi warna, struktur permukaan, dan volume gonad. Menurut
Hayati (2019: 17) dalam folikel muda atau folikel primer terdapat bakal kuning telur (yolk)
dengan ukuran berkisar dari yang mikroskopik hingga makroskopik, tergantung pada tingkat
perkembangan folikel dan kematangan yolk didalamnya.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa untuk membedakan katak
(Fejervarya cancrivora) jantan dan betina digunakan teknik dengan cara pengamatan morfologi
dan anatomi yaitu dengan cara melihat bagian tubuh katak. katak jantan memiliki ukuran tubuh
lebih kecil dan ramping memiliki tonjolan di bagian kaki depan serta memiliki kantung suara.
Pada katak betina memiliki ukuran tubuh lebih besar dan bagian perut membuncit atau lebar dan
tidak terdapat tonjolan di bagian kaki depan.
katak (Fejervarya cancrivora) jantan mempunyai organ reproduksi internal yang terdiri
dari testis, saluran reproduksi, vesikula seminalis, korpus adiposum dan kloaka. Testis pada
katak yang kami bedah ditemukan berjumlah sepasang dengan bentuk silindris kecil sekitar 1,5
cm berwarna kuning. Testis tersebut ditemukan pada daerah abdomen katak dan terletak didekat
ginjal.. Sedangkan organ eksternalnya berupa kloaka. Sedangkan pada organ reproduksi katak
betina terdiri atas ovarium, saluran reproduksi betina yakni oviduk yang bermuara ke kloaka.
Ovarium katak betina berjumlah sepasang terlihat berwarna hitam dengan bintik kekuningan
yang ditemukan jelas pada bagian abdomen. Sedangkan pada organ reproduksi eksternalnya
berupa anus atau kloaka. Pada kedua buah ovarium tersebut terdapat telur yang jumlahnya
sekitar ±5000 butir telur dengan berat gonad 5 gram.

DAFTAR PUSTAKA

Antus, Marsela R., dkk. 2018. Ecological Analysis, Morphology and Nutritional Value of Rana
cancrivora in East Manggarai. Jurnal Biotropikal Sains. 15 (2): 38-44.

Ario, A. 2010. Panduan Lapangan Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jakarta:
Consevation International Indonesia.

Darmawati, S. 2009. Keanekaragaman Genetik Salmonella tiphy. Semarang: FIKKER UNIM .


Effendy, Onong Uchjana. 1992. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Hayati, Alfiah. 2019. Biologi Reproduksi Ikan. Surabaya: Airlangga University Press.
Inger, RF. 1996. Comentary on Proposed Classification of The Family Ranidae. Jurnal
Herpetologica: Vol. 52, no. 2, hal. 241-246.
Kuramoto, dkk. 2000. Sperm Morphology of Some Indian Frogs as Revealed by SEM. Current
Herpetology. 19(2): 63-70.
Putra, Karisma. 2012. Komunitas Anura (Amphibia) pada Tiga Tipe Habitat Perairandi Kawasan
Hutan Harapan Jambi. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 2, pp. 156.
Putri, dkk. 2013. Pengaruh Hormon Hipofisa Dan Ovaprim Terhadap Ovulasi Katak Serta
Perbedaan Pakan Terhadap Pertumbuhan Berudu Katak Fejervarya cancrivora. Jurnal
Biotropika: Vol 1 No 5 hal 191- 195.
Radiopoetro. 1983. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Rugh, R, 1951. The Frog, Reproduction and Development. New York: Graw-Hill Book
Company inc,
Saputra, Deki, dkk. 2014. Karakteristik Populasi Katak Sawah (Fejervarya cancrivora) di
Persawahan Sungai Raya Kalimantan Barat. Jurnal Protobiont. 3(2): 81-86.
Setiawan, H. 2000. Telaah Beberapa Aspek Reproduksi dan Pertumbuhan Kodok Sawah (Rana
cancrivora) di Dusun Pande, Kabupaten Tabanan, Bali. Skripsi, Bogor : IPB.
Storer, T. I, R. L. Usinger, R. C. Stebbins, dan J. W. Nybakken. 1983. General Zoology. New
Delhi: McGaw-Hill Publishing Company.
Sugiri N, Rahardjo MF, Farajallah A. 1999. Morfometri, habitat, reproduksi, dan
keanekaragaman genetik Rana cancrivora Gravenhorst di Jawa Barat. Prosiding Seminar
Nasional Konservasi Keanekaragaman Amfibia dan Reptilia di Indonesia. Bogor 4
November 1999. Hal 1-11.
LAMPIRAN
Gambar Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai