Anda di halaman 1dari 20

HUKUM WARIS 

Oleh
Drs. H. Asep Gupron S,H., M.H
Hakim pengadilan Agama Bandung

Disampaikan pada kegiatan Sosialisasi Ahli Waris di Hotel Homann jl. Bandung
Tanggal 21 Oktober 2021
HUKUM WARIS ISLAM

Hukum yang mengatur tentang


pemindahan hak kepemilikan harta
peninggalan (tirkah) pewaris, siapa
yang berhak menjadi ahli waris dan
bagian masing-masing ahli waris
(pasal 171 KHI)
PEWARIS

Seseorang yang pada saat meninggalnya atau dinyatakn


telah meninggal berdasarkan putusan pengadilan ia
beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta waris.
(Pasal 171 b KHI)
AHLI WARIS

Ahli waris adalah orang yang pada saat


meninggal dunia mempunyai hubungan darah
atau hubungan perkawinan dengan pewaris,
beragama islam dan tidak terhalang karena
hukum untuk menjadi ahli waris.
(Pasal 171 c KHI)
HARTA PENINGGALAN

 Harta peninggalan adalah harta yang


ditinggalkan oleh pewaris baik berupa harta
benda yang menjadi miliknya maupun hak-
haknya. (Pasal 171 d KHI)

HARTA PENINGGALAN

 Harta warisan ditambah dengan bagian dari harta


bersama setelah dipergunakan untuk keperluan
pewaris selama ia sakit sampai meninggalnya,
biaya penguburan jenazah, pembayaran hutang
dan pemberian untuk kerabat. (Pasal 171 e KHI)
AGAMA AHLI WARIS

Cara mengetahui beragama Islam atau tidaknya


seorang ahli waris dengan memeriksa kartu
identitasnya atau berdasarkan pengakuan yang
bersangkutan, atau dengan mengamati amal
perbuatannya atau berdasarkan kesaksian
orang lain.

(Pasal 172 KHI)


KELOMPOK AHLI WARIS

a. pewarisan hubungan darah:


 Golongan laki-laki: yang terdiri dari ayah, anak
laki-laki, saudara laki-laki, paman dan kakek
 Golongan perempuan: yang terdiri dari ibu, anak
perempuan, saudara perempuan dan nenek.
a. Hubungan perkawinan: terdiri dari duda atau
janda. (Pasal 174 KHI)
PENETAPAN AHLI WARIS / PAW

 Tidak ada sengketa


 Terdiri dari pada satu pihak (pemohon)
 Produk pengadilan atas perkara tersebut bentuknya
penetapan
 Upaya hukumnya kasasi (Pasal 49 huruf b UU No. 3
Tahun 2006)
AHLI WARIS PENGGANTI

Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari pewaris


maka kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya.
(pasal 185 1 KHI)
KOMPETENSI – KEWENANGAN PENGADILAN
AGAMA
(Pasal 49 huruf b UU No. 3 Tahun 2006)

 Perkara waris menjadi kompetensi


pengadilan agama yang dilakukan dalam
bentuk
 Sengketa waris = Akta perdamaian atau
putusan
 Tanpa sengketa = Penetapan
TATA CARA PEMBAGIAN WARIS

Tidak ada sengketa

Terdiri dari pada satu pihak (pemohon)

Produk pengadilan atas perkara tersebut bentuknya


penetapan

Upaya hukumnya kasasi (Pasal 49 huruf b UU No. 3 Tahun


2006)
KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA
DALAM SENGKETA WARIS
Melakukan Penyitaan (Sita Jaminan)
Objek Sengketa

Melakukan sita eksekusi

Melakukan eksekusi

Melakukan pelelangan dan


memberikan hasil lelang.
PERSYARATAN PERMOHONAN
PENETAPAN AHLI WARIS
A. PERSYARATAN PEMOHON:

1. Semua Ahli Waris yang sudah dewasa jadi Pemohon.


2. Apabila ada yang masih di bawah umur, maka terlebih
dahulu harus ditetapkan Perwalian oleh Pengadilan
Agama.
3. Semua Ahli Waris Wajib Hadir di persidangan (apabila
salah satu dari ahli waris berhalangan hadir, maka
dapat dikuasakan secara Insidentil kepada ahli waris
lain yang bisa hadir, dengan catatan pada saat sidang
pertama harus tetap hadir terlebih dahulu untuk
dikuasakan dihadapan Panitera Pengadilan Agama).
B. BUKTI SURAT DISAMPAIKAN
DALAM SIDANG
1. Photocopy KTP dan Kartu Keluarga semua ahli waris, disusun
sesuai nomor urut ahli waris dalam surat permohonan.
2. Photocopy Surat Nikah Pewaris (jika tidak ada/tidak tercatat
maka harus diajukan terlebih dahulu Isbat Nikah di Pengadilan
Agama).
3. Photocopy bukti kelahiran (Kenal lahir/Akta Kelahiran/surat
bukti kelahiran dari bidan atau Rumah Sakit), disusun sesuai
nomor urut ahli waris dalam surat permohonan.
4. Surat Kematian Pewaris dan Ahli waris lain yang sudah
meninggal.
Lanjutan ...
5. Silsilah Ahli Waris yang diketahui oleh Lurah/Kepala Desa tempat
tinggal Penggugat.
6. Surat Kepemilikan Harta (Sertifikat/Akta Jual Beli/Buku
Tabungan, dll).
7. Setiap satu bukti surat dibubuhi materai Rp. 10.000,- dan
distempel di Kantor Pos.
8. Semua bukti surat yang asli diperlihatkan kepada majelis Hakim,
dan semua photocopynya diserahkan kepada Majelis hakim.
C. BUKTI SAKSI
Sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang mengenal
Pewaris dan Ahli Waris dihadapkan dalam sidang
PERSYARATAN GUGATAN WARIS

1. Fotokopi KTP Penggugat/para Penggugat, pada kertas ukuran A4,


dimeterai 10.000, lalu di Cap di Kantor Pos;
2. Silsilah Ahli Waris yang diketahui oleh Lurah/Kepala Desa tempat tinggal
Penggugat.
3. Fotokopi Surat Keterangan Kematian Pewaris dari Lurah/Kepala Desa
tempat tinggal Pewaris, pada kertas ukuran A4, dimeterai 10.000, lalu di
Cap di Kantor Pos.
4. Membayar panjar biaya perkara ke Loket Bank yang disediakan.
5. Surat Gugatan dibuat 7 rangkap untuk Majelis Hakim, 1 rangkap untuk PP,
1 rangkap untuk di berkas dan sejumlah pihak dalam gugatan waris
tersebut menggunakan kertas ukuran A4, yang ditujukan kepada Ketua
Pengadilan Agama Bandung.
PERSYARATAN GUGATAN WARIS

5. Apabila Penggugat menggunakan Advokat/Pengacara harus dilampiri:

a. Surat Kuasa Khusus.

b. Fotokopi Berita Acara Penyumpahan.

c. Fotokopi Kartu Anggota Advokat/Pengacara yang masih berlaku.

d. Menyerahkan Soft copy surat gugatan.

6. Apabila Penggugat menggunakan Kuasa lnsidentil harus menyertakan surat izin


dari Ketua Pengadilan Agama.

7. Semua bukti surat difotokopi menggunakan kertas ukuran A4, untuk keperluan.

8. pembuktian di persidamngan semua bukti surat harus difotokopi dan dimeteraI


10.000,- lalu di Cap di Kantor Pos.
Thanks You

Anda mungkin juga menyukai