Anda di halaman 1dari 7

TAKSONOMI AVERTEBRATA

“CAPUNG (Cordulegaster Obliquu)”

Disusun Oleh:

NURHASANAH : F1071171006
NUR HUDA : F1071171020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2019
CAPUNG (Cordulegaster Obliquus)

Capung (Cordulegaster Obliquus) merupakan salah satu hewan yang termasuk dalam
arthropoda. Arthropoda berasal dari bahasa yunani yaitu arthros yang berarti sendi atau ruas dan
podos yang berarti kaki. Oleh karena ciri utama hewan yang termasuk dalam filum ini adalah
kaki yang tersusun atas ruas-ruas. Jumlah spesies anggota filum ini terbanyak bila dibandingkan
dengan filum lainnya yaitu lebih dari 800.000 spesies. Habitat hewan anggota filum ini pada
umumnya adalah di air dan di darat. Sifat hidup arthropoda bervariasi, ada yang hidup bebas,
tetapi ada juga yang bersifat parasit apad organisme lain. Ancestor arthropoda kemungkinan
seperti annelid yang memiliki dinding tubuh berotot dan tubuh tidak terbagi menjadi daerah
tertentu. Ukuran dan jumlah segmen setiap pembagian tubuh tersebut berbeda di dalam
kelompok dan berhubungan erat dengan lingkungan dan aktivitas setiap spesies (Aswari, 2001).
Capung dikelompokkan dalam ordo Odonata. Odonata artinya rahang bergigi, di bagian
ujung labum (bibir bawah) terdapat tonjolan-tonjolan (spina) tajam menyerupai gigi. Odonata
terdiri atas subordo yaitu subordo Anisoptera memiliki tubuh lebih gemuk dan terbang dengan
cepat, kepala tidak memanjang dalam posisi melintang tetapi membulat, memiliki sayap
belakang lebih lebar pada bagian dasar dibandingkan dengan sayap depan dan sayap tersebut
direntangkan saat istirahat (Emrades, 2008).
Capung mengalami metamorfosis dalam periode kehidupannya seperti kupu-kupu.
Bedanya, kupu-kupu mengalami metamorfosis sempurna sedangkan capung tidak sempurna.
Metamorfosis ini dimulai dari telur kemudian menjadi larva dan akhirnya menjadi capung
dewasa. Hampir seluruh masa hidup capung sebenarnya dihabiskan pada saat mereka larva.
Larva capung sendiri hidup kira-kira 3 tahun, setelah itu mereka baru bermetamorfosis menjadi
capung dewasa yang bersayap. Capung dewasa ini hanya bertahan hidup beberapa minggu
karena tujuan mereka bermetamorfosis tersebut hanya untuk menemukan pasangan agar bisa
melangsukan perkawinan dan akhirnya bisa melanjutkan keturunan (Borror, 1992).
Capung merupakan serangga yang tidak menggigit ataupun bersengat. Capung
merupakan hewan yang memiliki peran sebagai sumber makanan bagi banyak hewan lain,
seperti burung, ikan, katak, ataupun kumbang air. Capung hidup dekat dengan air karena siklus
hidupnya yang membuat mereka tidak bisa hidup jauh dari air. Capung hidup di air bersih.
karena itu capung berperan bagi manusia sebagai indikator pencemaran lingkungan. Bila di suatu
sumber air tidak lagi ditemukan capung, artinya lingkungan itu sudah tercemar dan ekosistemnya
terganggu (Amirudin, 2006).
Pada beberapa jenis, capung jantan yang siap kawin memiliki kebiasaan untuk menguasai
suatu ‘wilayah’. Capung jantan umumnya berwarna cerah atau lebih mencolok daripada betina.
Warna yang mencolok ini membantu menunjukan wilayahnya kepada jantan lain. Perkelahian
diantara capung-capung jantan sering terjadi dalam memperebutkan wilayah masing-masing.
Bila ada seekor capung betina terbang mendekati salah satu wilayah, maka jantan penghuni akan
mencoba mengawininya. Capung melakukan perkawinan sambil terbang, umumnya disekitar
perairan dengan menggunakan umbai ekornya. Capung jantan akan mencengkram bagian
belakang kepala capung betina, kemudian capung betina akan membengkokkan ujung perutnya
menuju alat kelamin jantan yang sebelumnya sudah terisi sel-sel sperma. Keadaan ini
membentuk posisi yang menarik seperti lingkaran yang disebut “roda perkawinan”. Setelah
berhasil, sperma akan memasuki tubuh capung betina dan membasahi telur-telurnya (Herin,
2011).
Odonata merupakan salah satu ordo serangga yang sejak awal berbeda dalam penentuan
nama ordonya dengan serangga lain. Klasifikasi serangga yang dilakukan oleh Fabricius pada
tahun 1775-an menunjukkan bahwa semua serangga digolongan ke dalam ordo yang berbeda-
beda berdasarkan sayapnya kecuali Odonata, yaitu berdasarkan giginya. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang ada saat ini telah memungkinkan terjadinya perubahan ordo serangga di dunia
yang tidak hanya didasarkan pada bentuk sayap semata. Menurut Wiliam & Felmate (1992),
Ordo Odonata terdiri atas Capung (Dragonflies) dan Capung Jarum (Damselflies) yang terbagi
menjadi tiga subordo yaitu Anisoptera (8 famili), Zygoptera (17 famili), dan Anisozygoptera (1
famili; 10 famili telah punah). Spesies Odonata di dunia yang telah terindetifikasi sekitar ± 7.000
spesies. Banyaknya spesies serangga ini di bumi telah mengilhami para peneliti melakukan
berbagai research yang digunakan untuk kepentingan manusia dengan model Odonata. Di
Indonesia memang belum banyak kajian mengenai hal ini, oleh karena itu dengan kegiatan
Pameran Foto, Peluncuran Buku, dan Seminar Pelestarian Odonata sebagai Pusaka Alam
Indonesia oleh DDS ini akan sangat mendukung berkembangnya penelitian-penelitian Odonata
di Indonesia.
Berikut adalah klasifikasi dari capung Cordulegaster Obliquus :

Kingdom Animalia
Phylum Arthropoda
Class Insecta
Ordo Odonata
Family Cordulegastridae
Genus Cordulegaster
Spesies Cordulegaster Obliquus

Ciri-ciri Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng) :


 Bersayap membran dua pasang yang mengandung vena melintang yang kompleks
Predacious, kaki digunakan untuk menangkap insect lainnya.
 Kawin di udara, telurnya di tanah atau di air, atau ditanam dalam air, larvanya biasa
hidup dalam air.
 Pada capung besar dijumpai vena-vena yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata
facet yang besar.
 Metamorfose tidak sempurna (Holometabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat
tambahan berupa insang dan hidup di dalam air.
 Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga kecil yang
termasuk hama.
 Ukuran tubuhnya ada yang besar ada yang kecil.
 Tubuh sering berwarna jelas atau cerah.
 Mulut tipe menggigit.

Capung memiliki habitat menyebar luas di hutan-hutan, kebun, sawah, sungai dan danau,
hingga ke pekarangan rumah dan lingkungan perkotaan. Ditemukan mulai dari tepi pantai hingga
ketinggian lebih dari 3.000 m DPL. Umumnya jenis capung, merupakan penerbang yang kuat
dan luas wilayah jelajahnya. Beberapa jenis yang lain memiliki habitat yang spesifik dan wilayah
hidup yang sempit. Capung jarum biasanya terbang dengan lemah, dan jarang menjelajah sampai
jauh.
Metamorfosis atau perkembangan capung terjadi secara tidak sempurna. Berikut adalah
langkah-langkah atau proses metamorfosis pada capung :

1. Stadium Telur
Proses metamorfosis capung diawali dengan stadium telur. Telur capung dihasilkan dari
proses perkawinan antara induk capung jantan dan induk capung betina. Sepasang induk capung
umumnya melakukan perkawinan di udara. Jika Anda pernah melihat 2 ekor capung terbang
secara berdempetan, pada saat itulah proses perkawinan terjadi. Setelah sel telur betina terbuahi
oleh spermatozoa capung jantan, telur yang dikandung betina kemudian akan diletakan di sekitar
wilayah perairan. Yang paling sering ditemukan, induk betina meletakan telurnya di daun-
daunan tumbuhan air seperti eceng gondok, padi, dan rerumputan di tepi sungai. Peletakan telur
pada daerah yang dekat dengan air bukannya tanpa alasan. Saat telur nantinya menetas, nimfa
yang keluar dari cangkang telur capung tersebut hanya akan hidup jika berada di daerah perairan.

2. Stadium Nimfa
Setelah telur capung menetas, nimfa keluar dari cangkang telur untuk kemudian masuk
ke dalam dasar perairan yang dangkal. Nimfa capung tergolong karnivora yang sangat ganas. Ia
memakan semua mikroorganisme perairan seperti ganggang, berudu (larva katak), anak ikan, dan
mempredasi temannya sendiri. Untuk bertahan hidup di air, nimfa capung bernapas dengan
insang yang terdapat di ujung perutnya. Di dalam perairan, nimfa terus tumbuh dan berkembang.
Ia mengalami 8 sd 12 ganti kulit (ekdisis) dengan tiap tahapan yang disebut instar. Dalam proses
metamorfosis capung, stadium nimfa adalah stadium yang menghabiskan waktu paling banyak.
Stadium nimfa bisa menghabiskan waktu antara 4 minggu sd 4 tahun. Lamanya stadium nimfa
sangat dipengaruhi oleh spesies dan lingkungan tempat hidupnya.

3. Stadium Imago (Capung Dewasa)

Setelah melewati fase nimfa yang panjang, metamorfosis capung dilanjutkan dengan
stadium imago. Nimfa capung yang sebelumnya berada di dasar perairan secara perlahan akan
merayap keluar melalui ranting dedaunan tumbuhan air. Imago keluar dengan melepaskan kulit
terakhirnya dari nimfa yang disebut exuvia. Pada fase peralihan dari nimfa ke imago ini, kondisi
capung sangat lemah. Ia sangat rawan dimangsa oleh para aves, pisces, dan hewan insektivora
lainnya. Awal fase imago, capung sudah memiliki 2 pasang sayap, toraks, dan abdomen sama
seperti capung dewasa. Hanya saja tubuhnya masih sangat lunak. Ia sudah dapat terbang dan
mencari mangsa kesana kemari. Ia akan tumbuh menjadi capung dewasa dan menghabiskan
usianya yang hanya berlangsung selama 2 sd 4 bulan. Ia akan kembali bereproduksi, kawin
dengan pasangannya dan kembali meletakan telur-telur capung baru di dedaunan untuk
melanjutkan proses metorfosis selanjutnya. Nah, demikianlah uraian mengenai proses
metamorfosis capung dan penjelasannya. Dari penjelasan tersebut dapat kita ambil kesimpulan
bahwa metamorfosis capung termasuk jenis metamorfosis tidak sempurna karena tidak melalui
tahapan atau fase pupa.
Perbedaan jantan dan betina pada capung.
1. Ekor
Pada ujung ekor capung jantan terdapat tonjolan seperti tanduk. Sedangkan pada capung
betina tidak ada atau datar.

2. Cara terbang
Apabila ada capung yang terbang dengan posisi turun naik ketinggiannya maka biasanya
ini adalah jenis capung''jantan''karena kebiasaan capung jantan adalah''menjaga keamanan
sekitar lingkungannya.
Capung Betina

Capung Jantan

Anda mungkin juga menyukai