Anda di halaman 1dari 44

anggang (Gerridae)

June 15, 2014amaliank Leave a comment

Nama Indonesia          : Anggang-anggang


Nama Ilmiah               : Gerridae
Nama Inggris              : Anggang

Klasifikasi :
Kerajaan              : Animalia
   Filum                    : Anthropoda
      Kelas                     : Insecta
         Ordo                     : Hemipreta
            Upaordo              : Heteropreta
                Infraordo            : Hemipreta
                       Famili                   : Gerridae

Klasifkasi gerridae :
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Gerridae
Genus : Halobates
Spesies : Halobates sp
Gerridae merupakan avertebrata yang mudah dikenali karena kebiasaan
hidupnya yang selalu berjalan atau melompat di permukaan air, gerakannya pun cepat,
hingga dapat mencapai 1.5 m/s. Hewan ini kebanyakan hidup di perairan tenang.
Hewan ini menjadi model dalam penelitian biofisika tentang kemampuan tekanan
permukaan dalam menyangga beban. Ada dua aspek yang menjadi perhatian yaitu,
kemampuan mengapung dipermukaan dan kemampuannya bergerak ke depan secara
cepat
Kemampuan mengapung berasal dari adanya rambut-rambut yang sangat
kecil (microsetae) yang tersusun dengan arah tertentu dengan lekukan-lekukan dalam
ukuran nanometer yang terdapat pada ujung tungkainya dan dilengkapi dengan
lapisan malam (lilin), tetapi efek hidrofobik lebih disebabkan oleh struktur fisik tungkai
daripada lapisan malam yang ada.  Diketahui pula, terdapat sudut kontak efektif tungkai
dengan air sebesar 167.6° ± 4.4°. Karena rapatnya rambut-rambut kecil serta lekukan-
lekukan yang ada, udara terperangkap pada struktur itu dan berfungsi sebagai
"bantalan" pada permukaan air. (Hawkes,1997)

Trichoptera
Klasifikasi Trichoptera :
Kingdom : Animalia
Filum : Anthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Trichoptera
Family : Hydroptilidae
Genus : Hydroptila
Species : Hydroptila angulata
Nama lainnya lalat ngengat adalah serangga-serangga berukuran kecil hingga
agak mirip dengan lalat ngengat pada umumnya. Empat sayap yang berselaput tipis
agak berambut ( kadang-kadang mengandung sisik juga), memiliki sungut yang
panjang dan ramping. Kebanyakan adalah serangga yang berwarna gelap, tetapi
beberapa kelihatan berpola. Bagian-bagian mulutnya adalah tipe penggigit dengan
palpus yang berkembang baik tetapi dengan mandibel yang sangat menyusut.
Mengalami metamorfosis yang sempurna, dan larvanya akuatik. (Odum, 1993).
Trichoptera berasal dari bahasa Yunani yaitu thrix, "rambut" dan pteron, "sayap".
Trichoptera merupakan serangga dengan jumlah spesies sekitar 12.000 spesies.
Mereka merupakan ngengat, yang mirip seperti serangga kecil yang memiliki dua
pasang sayap. Larva Trichroptera biasa ditemukan diberbagai habitat seperti sungai,
danau, kolam, dan perairan lainnya. Larvanya biasanya membuat pelindung dari sutra
dengan kerikil, pasir, ranting mapun sisa tanaman, dengan bantuan kelenjar ludah
mereka. Meskipun mereka dapat ditemukan di berbagai perairan, namun pada
umumnya mereka lebih suka tinggal di air yang bersih. Trichoptera ini dapat dibagi
menjadi tiga kelompok yang didasarkan pada perilaku mereka dari penggunaan sutra:
net-making dan case-making yang mungkin memperbesar struktur larva mereka, dan
hidup bebas. Net-making biasanya hidup di air. (Odum, 1993).
http://oky18aditya.blogspot.com/2012/11/laporan-tugas-terstruktur-ekologi.html

0.15  perikanan  No comments

LAPORAN TUGAS TERSTRUKTUR


EKOLOGI PERAIRAN
Sungai Klawing
Disusun oleh :

DONNA MUSTIKA H1G011001


AGNES IMELSIA H1G011007
SHINTA PRANINGTYAS H1G011013
OKY ADITYA PRATAMA H1G011023
YUNIAR. A H1H011003
M.AZHARUL RIJAL H1H011037
ARIA BELA.P H1H011039
AHMAD WAHYU. W H1K011007

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2012

Anggang-anggang merupakan sekelompok serangga pemangsa yang semuanya termasuk dalam


suku Gerridae. Anggota-anggotanya, sekitar 340 jenis, banyak yang sulit dibedakan. Dalam
literatur dikenal juga secara salah kaprah sebagai "laba-laba air", walaupun ia sama sekali bukan
laba-laba. Nama "anggang-anggang" sendiri berasal dari gerakannya yang maju-mundur sambil
mengapung.[1]

Serangga ini sangat mudah dikenali karena kebiasaan hidupnya yang selalu berjalan/melompat di
permukaan air. Gerakannya cepat, dapat mencapai 1.5 m/s. Kebanyakan hidup di perairan
tenang, namun ada lima jenis (dari marga Halobates) yang diketahui hidup di permukaan
samudera.[2] Dari permukaan air, anggang-anggang mengincar mangsa (biasanya serangga lain)
yang berada di dekat permukaan.
Hewan ini menjadi model dalam penelitian biofisika tentang kemampuan tekanan permukaan
dalam menyangga beban. Ada dua aspek yang menjadi perhatian: kemampuan mengapung di
permukaan dan kemampuannya bergerak ke depan secara cepat.

Kemampuan mengapung berasal dari adanya rambut-rambut sangat kecil (microsetae) tersusun
dengan arah tertentu dengan lekukan-lekukan dalam ukuran nanometer pada ujung tungkainya
dan dilengkapi dengan lapisan malam (lilin), tetapi efek hidrofobik lebih disebabkan oleh
struktur fisik tungkai daripada lapisan malam yang ada. [3] Diketahui pula, terdapat sudut kontak
efektif tungkai dengan air sebesar 167.6° ± 4.4°. Karena rapatnya rambut-rambut kecil serta
lekukan-lekukan yang ada, udara terperangkap pada struktur itu dan berfungsi sebagai "bantalan"
pada permukaan air.

Gerris sp.

Kemampuan bergerak secara cepat juga menarik perhatian ilmuwan. Untuk bergerak, anggang-
anggang menekan permukaan air dengan pasangan tungkai tengahnya tanpa menembus
permukaan, membentuk cekungan di permukaan. Cekungan ini cukup dalam untuk mendorong
tubuh serangga ke depan. Selain itu, beberapa individu dapat menggunakan sayap yang kadang-
kadang dimiliki oleh serangga ini. Dalam kondisi hidup kurang menguntungkan, anggang-
anggang cenderung tidak bersayap. [4]

http://id.wikipedia.org/wiki/Anggang-anggang

Gyrinidae adalah salah famili kumbang putar.[1] Famili kumbang putar merupakan kumbang-
kumbang kecil dengan panjang kurang lebih 7mm.[1] Spesies yang tergolong familia ini banyak
hidup di permukaan air dan pandai menyelam.[1] Gyrinidae adalah termasuk serangga yang
langka.[2] Secara morfologi, spesies jantan dan betina sangat berbeda.[2] Beberapa betina bersayap
dan menyerupai semut.[2] Antena hewan ini memiliki sepuluh segmen.[2] Kebanyakan spesies
Dryinidae adalah parasitoid nimfa dan dewasa dari Homoptera.[2] Ada 1410 spesies yang telah
ditemukan di seluruh dunia.[2] Spesies yang sudah dewasa biasanya kecil, dengan panjang
maksimum 11 mm.[2] Famili ini termasuk dalam kingdom animalia.[3] Termasuk hewan yang
bersimetri bilateral.[3] Termasuk ke dalam kelas insecta.[3] Famili Gyrinidae merupakan hewan
parasit dengan inang dari kelompok Auchenorrhyncha.[4] Famili ini termasuk serangga soliter.[5]
Bagian perut ditandai dengan penyempitan basal dengan bentuk pinggang yang sederhana.[5]
Jumlah segmen perut pada hewan betina ada enam segmen dan pada hewan jantan ada tujuh.[5]
Ovipositor betina tidak tampak menonjol, dimodifikasi sebagai sengatan.[5] Spesies yang
tergolong familia ini di Inggris ada 46, diantaranya adalah Agonatopoides, Anteon, Aphelopus,
Chelogynus, Dicondylus, Donisthorpina, Dryinus, Gonatopus, Mesodryinus, Monogonatopus,
Mystrophorus, Neogonatopus, Plectrogonatopus, Pseudogonatopus, Prenanteon, dan
Tetrodontochelys.[5]

http://id.wikipedia.org/wiki/Gyrinidae

Anjing tanah ( Gryllotalpha africana )


Klasifikasi
Kingdom: Animalia
Philum: Arthropoda
Class:Insecta
Ordo:Orthoptera
Family: Gyllotalpidae
Genus: Gryllotalpha
Spesies: Gryllotalpha africana
Sunday, May 27, 2012
ORONG - ORONG SI ANJING TANAH

Penulis sempat kaget ketika bangun pagi di depan pintu kamar


bertemu dengan Anjing Tanah yang sedang sekarat, mungkin terkena semprotan obat nyamuk. Hanya
saja yang penulis herankan di kota besar seperti Jakarta kok masih terdapat Anjing Tanah padahal
denger suara “gonggongannya” saja tidak pernah. Nama Anjing Tanah bukan berarti hewan berkaki
empat yang suka berantem dengan kucing, namun Anjing Tanah ini adalah sebangsa serangga dari famili
Gryllotalpidae yang dalam bahasa Jawa lebih sering disebut sebagai Orong-Orong atau keredek. Orang
Sunda menyebutnya sebagai gaang, dan dalam bahasa Toba lebih dikenal sebagai singke. Binatang yang
sering dinamai juga sebagai gangsir tanah ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai mole cricket.

Orong – Oronga merupakan serangga yang kadang-kadang ditemukan dapat berlari cepat ini juga sering
pula terbang hingga sejauh 8km dalam musim kawin. Hewan muda memiliki sayap yang pendek. Hewan
ini aktif pada malam hari (nokturnal) dan pada musim dingin melakukan hibernasi. Pada musim kawin
hewan ini dapat menghasilkan suara melalui mekanisme mirip jangkrik (dengan organ stridulasi), namun
dengan suara yang jauh berbeda. Suaranya bersifat monoton, tanpa jeda, dan amat mengganggu
pendengaran. Orong - Orong merupakan serangga yang hidup di tanah dengan ciri khas sepasang
tungkai depan yang termodifikasi menyerupai cangkul bergerigi. Bagi anjing tanah (orong-orong),
tungkai ini berfungsi untuk menggali tanah atau berenang. Anjing tanah adalah hewan yang agak jarang
terlihat karena lebih suka bersembunyi dalam lubang dan aktif pada malam hari mencari makan. Orong-
Orong membuat sarangnya di dalam tanah seperti gangsir hanya saja sarang Anjing Tanah ini lebih
horizontal atau dekat dengan permukaan tanah dibanding dengan sarang gansir.
Selain sepasang tungkai depannya yang besar dan
bergerigi, anjing tanah mempunyai bentuk kepala khas yang besar dan bercangkang keras. Hewan ini
juga memiliki sepasang sayap kecil. Warna tubuhnya mulai dari kecoklatan hingga hitam dengan panjang
tubuh berkisar antara 27-35 mm. Sekilas tampang serangga ini memang menakutkan dan primitif. Tidak
menherankan, karena diperkirakan anjing tanah (mole cricket) telah ada sejak 35 juta tahun silam.
Walaupun dengan tampang yang menyeramkan hewan ini tidak menyerang manusia, bahkan jika
menggigit pun tidak menimbulkan luka yang serius.

Sebagai salah satu hewan nokturnal Orong-orong atau anjing tanah beraktifitas di malam hari. Hewan ini
juga mampu mengeluarkan suara melalui organ stridulasi seperti jangkrik, meskipun suaranya terdengan
lebih monoton ketimbang jangkrik. Anjing tanah mengeluarkan suaranya dari dalam lubang
persembunyian atau rumah yang berupa terowongan di dalam tanah. Bila lubang persembunyiannya
didekati, ia akan berhenti bersuara namun akan memulai lagi begitu merasa gangguan berlalu.

Anjing tanah merupakan binatang karnivora yang memakan


larva-larva serangga lain dan cacing tanah. Namun sering kali Orong-Orong juga memakan akar, tunas-
tunas tanaman, dan rerumputan. Pemangsa alami Orong-Orong bermacam-macam, mulai dari burung,
ayam, tikus, musang, hingga rubah. Diperkirakan ada sekitar 60 jenis anjing tanah di seluruh dunia.
Spesies orong-orong ini terkelompokkan dalam tiga genus yaitu Gryllotalpa, Scapteriscus, dan
Neocultilla. Di Indonesia terdapat beberapa spesies Orong-orong diantaranya adalah Gryllotalpa
orientalis, G. hirsuta, G. africana, G. hexadactyla, dan G. brachyptera. Anjing tanah di beberapa tempat
berstatus terancam punah karena peralihan habitat dan erosi tanah. Pembasmian akibat dianggap hama
juga mengganggu kehidupannya. Walaupun dianggap sebagai hama sebenarnya tidak mempunyai daya
rusak yang hebat dibandingkan dengan hama tanaman lainnya

Habitat yang disukai adalah ladang yang kering, pekarangan, serta lapangan rumput. Orong – Orong juga
sering di jumpai di tanah – tanah gembur yang banyak terdapat larva, hewan kecil atau pun cacing.
Hewan ini dapat ditemukan di semua tempat, kecuali daerah dekat kutub bumi.

Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Arthropoda; Kelas: Insecta; Ordo: Orthoptera; Upaordo:
Ensifera; Superfamili: Grylloidea; Famili: Gryllotalpidae; Genus:Gryllotalpa, Scapteriscus, dan Neocultilla.
Spesies: (diantaranya) Gryllotalpa hirsuta,Neocurtilla hexadactyla, Gryllotalpa gryllotalpa, Gryllotalpa
orientalis, Scapteriscus borellii, dll.

Posted by elhasani.com at 6:31 PM

http://flora-faunaindonesia.blogspot.com/2012/05/orong-orong-si-anjing-tanah.html

May

6
Parasitologi ; Dermatitis Paederin oleh
Kumbang Paederus sp.

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Keberadaan “Tomcat” saat ini ramai diberitakan dan sangat mengemuka karena dampak buruk

dari gigitannya, namun tahukan kita siapa Tomcat sesungguhnya? Tomcat adalah salah satu jenis

serangga yang populer disebut semut kanai, semut kayap atau kumbang rove.

Tomcat sesungguhnya adalah sahabat para petani karena termasuk jenis Paederus yang berguna

untuk mengusir hama seperti wereng. Wereng merupakan mangsa bagi serangga Tomcat. kumbang

Paederus sebenarnya merupakan serangga yang menguntungkan bagi petani. Paederus adalah predator

bagi hama seperti wereng.

Jika serangga ini sampai menyerang manusia, seperti yang terjadi di Surabaya, maka sebenarnya

serangga hanya bermaksud melindungi diri. Kemungkinan ada aktivitas manusia yang mengganggu. Di

kawasan perkotaan, serangga jenis ini bisa hidup di kawasan taman kota. Biasnya, serangga ini

memakan telur serangga pemakan daun yang terdapat di habitatnya.

Warga juga diharapkan agar tidak panik menghadapi serangan Tomcat ini karena racunnya tidak

mematikan. Wabah Tomcat itu hanya merupakan tindakan mempertahankan diri dari ancaman musuh.

Tomcat sebenarnya tidak bermusuhan dengan manusia.


Maka pada pembahasan kali inilah dibahas mengenai segala hal tentang Tomcat yang sedang

menjadi objek pembicaraan sekitar.

I.2 Tujuan

            Berikut tujuan pembahasan mengenai hewan tomcat ini ialah untuk mengetahui apa itu tomcat

dari segi morfologi, habitat, perilaku, gejala yang ditimbulkan, manifestasi klinis, serta pemcegahan dan

pengobatan dari penyakit yang ditimbulkan oleh serangga ini.

                                                                         BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tomcat merupakan sebutan untuk nama serangga penyebab peradangan kulit atau Dermatitis

Paederus. Di Malaysia dikenal dengan istilah bukan Tomcat tetapi Charlee, semut semai atau semut

kayap. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Rove beetle, atau Kumbang jelajah atau kumbang

pengembara. Dermatitis ini merupakan bentuk  reaksi alergi akibat kontak dengan kumbang atau ordo

Coleoptera,  famili Staphylinidae, genus Paederus yang keberadaanya umum di seluruh dunia,

khususnya banyak ditemukan di daerah tropis. Kumbang ini sesungguhnya tergolong serangga berguna

karena berperan sebagai predator aktif pada beberapa serangga pengganggu tanaman padi, seperti

wereng batang coklat, wereng punggung putih, wereng zigzag, wereng hijau dan hama kedelai yang

banyak terdapat di iklim tropis.

Serangga Tomcat  di Indonesia banyak dikenal sebagai ‘Semut Semai’ atau ‘Kumbang Rove’.

Serangga ‘Tomcat’ biasanya berada tinggal di pohon bakau atau mangrove. Tomcat juga masuk ke dalam

keluarga serangga kumbang Staphylinidae, yang mana terbagi menjadi empat jenis yakni Ocypus sp.,

Tachyporus Obtusus, Ocypus Olens dan Paederus Littoralis.


Klasifikasi taksonomi Paederus sp. sebagai berikut :

Kingdom: Animalia

Phylum : Arthropoda 

Kelas    : Hexapoda 

Ordo     : Coleoptera 

Famili   : Staphylinidae 

Genus   : Paederus 

Spesies : Paederus literrarius, Paederus  Fuscipes

Kumbang  ini  dikenal  dengan  nama  semut  semai, semut  kayap  (rove  beatle),  kumbang 

jelajah  dan nama  lainnya  disetiap  wilayah  di Indonesia  memiliki nama tersendiri. Umum  ditemukan 

diseluruh  dunia,  khususnya daerah tropis. Kumbang ini sesungguhnya tergolong serangga  berguna 

karena  berperan  sebagai predator aktif  pada  beberapa serangga  pengganggu  tanaman padi, seperti

wereng batang coklat, wereng punggung putih, wereng zigzag, wereng hijau dan hama kedelai.

Kumbang Paederus fuscipes dikenal umum dengan nama Kumbang tomcat karena bentuk

tubuhnya yang seklias menyerupai pesawat tempur Amerika, tomcat.

Kumbang dewasa berpindah dari habitatnya dengan berjalan di permukaan tanah atau melalui

tajuk tanaman. Pada malam hari ia tertarik pada lampu pijar dan neon, dan sebagai akibatnya, secara

tidak sengaja bersentuhan dengan kehidupan manusia. Kumbang ini akan menjadi penggganggu utama

ketika jendela atau pintu bangunan rumah dibiarkan terbuka.


Morfologi Paederus sp.

Kumbang Paederus dewasa umumnya berukuran 7 sampai 10 mm panjang dan 0,5 sampai 1 mm

lebar. Di Indonesia jenis yang paling banyak dijumpai adalah Paederus fuscipes (Kalshoven 1981) dan

satu jenis lagi tetapi tidak sebanyak yang pertama yaitu Paederus tamulus.  Tubuh kumbang Paederus

berbentuk memanjang, terbagi menjadi tiga yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Bagian kepala, perut

bagian bawah, dan elitera (struktur sayap pelindung) berwarna hitam, dan bagian dada serta perut atas

berwarna merah oranye. Kakinya terdiri atas tiga pasang dengan jumlah ruas tarsi kaki depan, tengah,

dan belakang adalah 5-5-5, serta tidak berkuku. Sayapnya dua pasang, tetapi tidak menutupi seluruh

abdomen, hanya menutupi ruas abdomen kesatu sampai dengan ketiga. Sayap depan mengeras disebut

elitera, dan berfungsi sebagai perisai, sedangkan sayap yang kedua membranus atau bening digunakan

untuk terbang. Bersayap  tidak  sempurna  dan  berwarna  gelap, terdiri  dari  dua  pasang,  tetapi  tidak 

menutupi seluruh abdomen. Bila  terancam  akan  menaikkan  bagian  perut (abdomen)  sehingga 

nampak  seperti kalajengking. Berkaki panjang, tipe serangga pejalan cepat.

Serangga ini sebenarnya terbang dengan cara yang unik. Terbangnya vertikal. Tak seperti

serangga umumnya yang terbang dalam posisi tubuh horisontal, serangga ini terbang dengan tubuh
tegak. Alhasil, kepala serangga ini pun menghadap ke atas saat terbang. Cara terbang serangga yang

termasuk dalam ordo Coleoptera ini bisa jadi merupakan akibat dari karakteristik sayap yang dimiliki.

Biasanya sayap serangga menutupi seluruh bagian tubuh. Tapi sayap serangga ini tidak. Mungkin karena

sayap tersebut cara terbang serangga ini berbeda.

Jenis Paederus fuscipes, terlihat pronotumnya berbentuk oval memanjang, kaki-kakinya

berwarna kuning kecoklat-coklatan (oranye) kecuali bagian apeks femur ketiga. Terminal segmen pada

palpi berwarna coklat. Bagian basal elitera berjarak sangat dekat dan terlihat seperti menempel pada

pronotum.

Berbeda dengan P. fuscipes, jenis P. tamulus  memiliki pronotum berbentuk agak membulat

tidak memanjang seperti pada P. fuscipes semua kaki-kakinya berwarna coklat kehitam-hitaman,

terminal segmen pada palpi juga berwarna coklat kehitam-hitaman, bagian basal elitera berjarak tidak

terlalu dekat sehingga terlihat tidak menempel pada pronotum.

Habitat dan Daur Hidup  Paederus sp.

Kumbang ini berkembang biak di habitat yang lembab seperti  daun busuk basah dan tanah.

Menurut FAO (1994) serangga ini efektif memangsa wereng coklat hama padi di Bogor dengan daur

hidup dari telur sampai menjadi imago selama 18 hari. Stadium telur = 4 hari, larva = 9,2 hari, prepupa
= 1 hari, dan pupa = 3,8 hari. Lama hidup serangga betina adalah 113,8 hari dan serangga

jantan adalah 109,2 hari. Kemampuan bertelur 106 butir per betina. Masa inkubasi telur selama 4 hari.

Persentase penetasan 90,20 persen. Persentase menjadi dewasa adalah 77,60 persen. Kemampuan

memangsa wereng coklat hama adalah 7,3; 7,5; 4,2; 3,2; dan 2,3 masing-masing instar 1, 2, 3, 4, dan 5.

Serangga ini berkembang biak di dalam tanah di tempat-tempat yang lembab, seperti

di galangan sawah, tepi sungai, daerah berawa dan hutan. Telurnya diletakkan di dalam

tanah, begitu pula larva dan pupanya hidup dalam tanah. Setelah dewasa (menjadi kumbang)

barulah serangga ini keluar dari dalam tanah dan hidup pada tajuk tanaman.

Menurut Kalshoven (1981) P. fuscipes  yang ada di Indonesia tidak efektif sebagai predator

wereng coklat hama padi karena sifatnya yang polifagus, tetapi beberapa petani dan praktisi di lapangan

serta FAO (1994) menyatakan bahwa serangga ini cukup potensial sebagai musuh alami hama pada

tanaman padi. Oleh karena itu meskipun genus Paederus ini dimanfaatkan sebagai musuh alami hama

tanaman, semua harus waspada dan hati-hati. Paederus akan berbahaya bagi manusia apabila tergenjet

dan hemolimfe atau darahnya bersinggungan dengan kulit manusia.

Populasi kumbang meningkat pesat pada akhir bulan musim hujan (bulan Maret dan April) dan

kemudian dengan cepat berkurang dengan timbulnya cuaca kering pada bulan-bulan berikutnya.

Beberapa laporan penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pesat dalam populasi mereka telah

dikaitkan dengan peningkatan hujan terkait dengan fenomena el Nino di beberapa negara beberapa

waktu yang lalu.

Gejala Klinis
Kulit  yang  terkena  (biasanya  daerah  kulit yang terbuka) dalam waktu singkat akan terasa

panas. Setelah 24-48 jam akan muncul gelembung pada kulit dengan  sekitar  berwarna  merah 

(erythemato-bullous lession) yang menyerupai lesi akibat terkena air panas atau  luka  bakar. 

Segera setelah terkena Paederin, reaksi pertama pada kulit adalah timbul Kemerahan yang

disertai sensasi Panas dan Nyeri ringan. Kadang diikuti gatal.

Setelah beberapa saat, biasanya dalam 12 jam, jaringan kulit akan mulai mati karena  Iritasi Asam

Paederin (Nekrolisis).

Diawali dengan timbulnya gelembung kecil pada kulit (Vesikel), yang kelamaan akan menjadi

Nanah (Kumpulan jaringan Kulit yang mati), mengeras kasar dan menimbulkan gambaran seperti

Jaringan Parut pada permukaan kulit. Besarnya kurang lebih seperti Jerawat. Namun jumlahnya banyak

dan kecil-kecil.

Bentuk Lesi

Foto diatas menunjukan bentuk Lesi/Gejala dari Dermatitis Paederus.] pada lipatan kulit. Karena

tidak segera dicuci, namun dibiarkan, maka cairannya mengenai area kulit sebelahnya. Sehingga

membentuk area Lesi yang Simetris. Mirip seperti “Bayangan pada Cermin” (Mirror) atau “bekas Lipstik

yang menempel pada kulit” (Kissing)


Bentuknya gejala atau Lesi awal pada kulit memang mirip seperti agak Cacar Air, Herpes

Zoster atau Herpex Simplex. Namun sama sekali bukan bisa menjadi Herpes.

Lesi Herpes tipe 1

Foto diatas menunjukan gejala Herpes tipe 1, yaitu berupa Gelembung (Vesikel/Bula)

Transparan dan Bening.

Akibat mengusap Paederin pada kulit. Terlihat area Lesi meluas karena gosokan.
Lesi Memanjang ini terjadi karena secara refleks memukul Paederus yg bertengger di Dahi, lalu

menggosoknya ke arah hidung

Ini akibat setelah menepuk Paederus tidak mencuci tangan, lalu langsung mengucek mata

Manifestasi Klinis

Kumbang ini tidak menggigit atau menyengat, tapi secara tidak disengaja tersapu atau tergaruk

tangan sehingga bagian tubuhnya hancur di atas kulit. Ketika itu ia akan mengeluarkan cairan

hemolimfe, yang berisi pederin (C25H45O9N), zat kimia iritan kuat, yang akan menimbulkan reaksi gatal-

gatal, rasa terbakar, eritema dan mengalir keluar 12-48 jam kemudian. Lesi-lesi kulit biasanya linear, dan
kulit melepuh (vesiko-vitiliginous), bisa juga terjadi konjungtivitis pada mata atau bungkul-bungkul

kemerahan. Racun tersebut tidak mematikan meskipun konsentrasi yang dikeluarkan cukup tinggi.

Beberapa laporan penelitian menunjukkan bahwa biosintesis pederin terjadi hanya pada

kumbang betina tertentu. Keberadaan bakteri endosymbiotic gram negatif tertentu pada betina (+)

tampaknya berperan penting untuk sintesis pederin. DNA dari bakteri simbiotik tergolong dalam genus

Pseudomonas, dan Pseudomonas aeruginosa. Oleh karenanya, serangga betina yang infektif membawa

bakteri tersebut haemolymphnya mengandung paederin yang bersifat racun yang dapat menyebabkan

gejala radang dan melepuh pada kulit manusia.

Paederin inilah salah satu bahan inflamasi yang sangat kuat. Respon yang berbeda terlihat di

kulit tergantung pada, durasi konsentrasinya pemaparan, dan karakteristik individu. Pada kasus

penderita yang mempunyai riwayat kulit sensitif atau penderita alergi dan asma biasanya mempunyai

manifestasi yang lebih berat. Pada kasus ringan, biasanya terdapat sedikit eritema atau kemerahan di

kulit yang berlangsung selama beberapa hari.

Dalam kasus sedang, eritema berkembang menjadi vesikel dan bula atau timbul bintil berisi

cairan mulai kecil dan melepuh melebar selama beberapa hari. Selanjutnya, diikuti dengan tahap

skuamosa ketika lepuh mengering lebih dari seminggu, dan kemudian  meninggalkan bercak hiper-atau

hypopigmented. Pada kasus yang berat, di samping menunjukkan kemerahan dan kulit melepuh lebih

luas, dapat menunjukkan gejala tambahan, seperti demam, nyeri persarafan (neuralgia), nyeri tulang

(arthralgia), dan muntah.

Biasanya, ada sedikit ketidaknyamanan akibat dermatitis, mulai ringan sampai sedang bila

terkena sentuhan. Individu yang terkena mungkin secara tidak sengaja mentransfer cairan paederin ke

area lain dari tubuh, seperti alat kelamin atau wajah. Jika cairan tersebut terkena tangan dan penderita
menggosok mata di daerah sekitar mata maka akan terjadi konjungtivitis kejadi ini pernah dilaporkan di

Afrika timur yang disebit dengan istilah "Nairobi eye".

Serangga Tomcat otomatis akan mengeluarkan cairan apabila terjadi sentuhan atau benturan

dengan kulit manusia secara langsung. Bisa juga dengan sentuhan tidak langsung melalui handuk, baju

atau alat lain yang tercemar oleh racun tomcat tersebut. Itu sebabnya, jika sudah terkena dermatitis

otomatis seperti seprei, sarung bantal, handuk maupun alat-alat yang diduga terkena racun tomcat

harus dibersihkan.

Pencegahan

Upaya mencegah kontak dengan kumbang ini merupakan metode utama untuk menghindari

dermatitis Paederus. Oleh karena itu perlu belajar mengenali bentuk kumbang Paederus, agar sedapat

mungkin bila kenal maka tidak akan menggencet atau menghancurkan serangga ini, dan infeksi dapat

dicegah. Jika kumbang hinggap pada kulit anda, tiuplah dengan mulut agar dia terbang atau upayakan

agar kumbang  berjalan ke secarik kertas dan setelah itu singkirkan jauh-jauh. Daerah kulit bekas kontak

dengan kumbang harus segera dicuci dengan sabun dan air, dan setiap pakaian yang berkontak dengan

kumbang harus dicuci juga. Pintu harus tetap tertutup dan skrining jendela harus tetap dalam keadaan

baik untuk membantu mengurangi masuknya serangga ke dalam bangunan. Karena kumbang tertarik

pada cahaya, lampu harus dimatikan ketika orang tidur. Serangga yang ada di sekitar dapat dikendalikan

dengan menggunakan insektisida rumah tangga atau bila populasi menyebar ke wilayah yang luas maka

dapat dilakukan penyemprotan insektisida. Lingkungan yang menjadi tempat perkembangbiakan

pradewasa serangga seperti timbunan sampah vegetasi yang busuk, serasah dan sejenisnya

dibakar,dibersihkan dan disingkirkan dari sekitar permukiman.


Berikut merupakan langkah-langkah yang bisa membantu mengantisipasi serangan si kumbang

penjelajah.

1.      Jika menemukan serangga ini, jangan dipencet, agar racun tidak mengenai kulit. Masukkan ke dalam

plastik dengan hati-hati, terus buang ke tempat yang aman.

2.       Hindari terkena kumbang ini pada kulit terbuka.

3.      Usahakan pintu tertutup dan bila ada jendela diberi kasa nyamuk untuk mencegah kumbang ini masuk.

4.      Tidur menggunakan kelambu jika memang di daerah Anda sedang banyak masalah ini.

5.      Bila serangga banyak sekali, sebaiknya lampu diberi jaring pelindung untuk mencegah kumbang jatuh ke

manusia.

6.      Jangan menggosok kulit dan mata bila kumbang ini terkena kulit kita.

7.      Bila kumbang ini berada di kulit kita, singkirkan dengan hati-hati, dengan meniup atau menggunakan

kertas untuk mengambil kumbang dengan hati-hati.

8.      Lakukan inspeksi ke dinding dan langit-langit dekat lampu sebelum tidur. Bila menemuinya, segera

dimatikan dengan menyemprotkan racun serangga. Singkirkan dengan tanpa menyentuhnya.

9.      Segera beri air mengalir dan sabun pada kulit yang bersentuhan dengan serangga ini.

10.  Bersihkan lingkungan rumah, terutama tanaman yang tidak terawat yang ada di sekitar rumah yang bisa

menjadi tempat kumbang Paederus.

11.  Jika  populasi Paederus  sp. sedikit,  maka lakukan penyemprotan  langsung  pada target  serangga

dengan insektisida rumah tangga.     

12.  Jika  populasi  Paederus  sp.  padat  pada permukiman,  maka  lakukan  penyemprotan residual,  dengan 

tetap  mengedepankan pemakaian insektisida nabati. 


Pengobatan

Apabila tubuh Paederus terlanjur hancur karena tertepuk/terpencet, baik sengaja maupun tidak

sebaiknya melakukan hal di bawah ini, yaitu:

1.      Segera cuci tangan dan bagian yang terkena cairan paederin dengan air mengalir dan  sabun. sabun

bersifat basa, tentunya akan menggumpalkan paederin yang bersifat asam. sehingga mengurangi kadar

iritasinya. diamkan sabun selama beberapa menit sebelum membilasnya, supaya lebih banyak paederin

yang terikat oleh sabun. air yang mengalir tentunya membuang sisa-sisa paederin, baik yang telah

terikat dengan sabun maupun yang belum.

2.      Hindari mencuci di air yang tergenang, dalam baskom atau gayung misalnya. karena paederin tidak

kemana-mana, melainkan justru akan menyebar ke seluruh tangan

3.      Dalam kondisi sangat darurat, tidak ada air atau sabun. bisa menggunakan air ludah sebagai pencegahan

pertama. Ludah kita bersifat basa lemah. meski tidak sekuat sabun, paling tidak bisa mengurangi efek

paederin. Tetap dibasahi dengan Ludah sampai kita menemukan Air Mengalir & Sabun.

4.      Jangan menggosok atau mengusap bekas paederin. Jangan dipegang-pegang, karena akan menempel

dan menyebar ke area kulit yang lain.

5.      Jika terpencet oleh buku ketika Paederus berada di lantai sebaiknya segera bersihkan cairan paederin yg

terdapat di lantai dengan air sabun. aangan dibiarkan. Karena paederin sangat kental dan lambat

menguap, jika terinjak akan mengiritasi telapak kaki.

6.      Segera cuci dengan air mengalir dan sabun pada kulit  yang  bersentuhan  dengan  serangga tersebut.

7.      Berikan  pengobatan  sebagaimana  penanganan pada  kasus  dermatitis  contact  irritant, contohnya

pemberian  krim kortikosteroid. 

8.      Apabila  sudah  timbul  lesi  seperti  luka  bakar, segera  kompres  kulit  dengan  cairan  antiseptik dingin. 

9.      Apabila  lesi  sudah  pecah,  dapat  diberi  krim antibiotik dengan kombinasi steroid ringan.
10.  Ingatkan  kepada  pasien  agar  jangan menggaruk luka. Taburi  luka  dengan bedak sehingga tidak terjadi

infeksi sekunder. 

11.  Beri  antihistamin  dan  analgesik  oral  untuk simptomatis

12.  Berikan berbagai jenis salep yang mengandung hidrokortison atau antibiotik, langsung ke atas

permukaan kulit, atau kalau sangat parah maka perlu konsultasi dengan dokter kulit. Tidak perlu panik,

karena luka tersebut dalam waktu kurang lebih dua minggu akan sembuh.

BAB III

KESIMPULAN

Tomcat adalah nama populer untuk serangga rove beetle (kumbang pengembara). Serangga ini

merupakan satu famili Staphylinidae, Ada ribuan genus dan spesies dalam famili ini. Ukurannya

bervariasi antara 1 mm sampai 35 mm. Warnanya bervariasi antara kuning, cokelat kemerahan, cokelat,

sampai hitam.

Paederus sp merupakan salah satu jenis dari famili Staphilynidae yang tersebar luas di seluruh

dunia. Di antara spesies rove beetle lainnya, Paederus sp memiliki warna warni yang lebih terang.

Meskipun sebagian serangga dewasa menghindari sinar matahari, namun Paederus sp aktif mencari

makan pada siang hari dan tertarik pada sumber-sumber cahaya, misalnya lampu saat malam hari.

Serangga ini bisa ditemukan di hutan di sekitar tumpukan daun dan ranting yang membusuk, di

bawah batu di atas tanah lembab, di sekitar daerah perairan sejuk, dan di sekitar area pertanian.

Makanannya adalah serangga lain yang berukuran lebih kecil, sehingga serangga ini sebenarnya

merupakan sahabat petani karena membantu mengendalikan jumlah hama wereng dan kutu padi.
Paederus yang menyerang warga di beberapa kota di Jawa Timur adalah spesies Paederus

littoralis yang memiliki ciri tubuh pipih, berbulu halus, warna tubuh cokelat kemerahan dengan warna

hitam pada bagian kepala, dada, dan ekor. Memiliki 3 pasang kaki dan 1 pasang antena. Panjangnya

sekitar 15 mm. Di habitat aslinya populasi serangga ini dikendalikan oleh burung pemangsanya.

Serangga ini bergeser habitat ke sekitar pemukiman diduga karena habitat aslinya terdesak oleh

pembangunan yang dilakukan oleh manusia. Akibatnya burung pemangsa enggan datang ke daerah

pemukiman yang padat dan mencari mangsa di wilayah lain. Sehingga populasi Tomcat terus melonjak

tak terkontrol dan dampaknya mulai dirasakan oleh manusia.

Serangga ini tidak menggigit atau menyerang. Bila dia merasa terancam maka dia akan

mengerutkan badannya dan berdiri seperti kalajengking. Menurut Medical Veterinary and Entomology,

ada sekitar 20 dari 600 spesies subfamili Paederus yang sering menyebabkan paederus dermatitis.

Paederus dermatitis disebabkan oleh teriritasinya kulit karena racun paederin yang terdapat

pada cairan hemolymph (=cairan yang berfungsi seperti sirkulasi darah pada hewan arthropoda)

serangga betina Paederus. Paederin ini bukan dihasilkan oleh tubuh serangga itu sendiri, namun dari

bakteri normal flora yang terdapat pada tubuh serangga ini. Diduga bakteri ini dari jenis Pseudomonas.

Bila kulit berkontak dengan paederin, reaksi iritasi tidak langsung terjadi. Dalam waktu 12

sampai 36 jam kemudian, kulit menjadi merah, timbul vesikel, bula, dan secara perlahan kulit melepuh.

Keluhan yang dirasakan oleh penderita ialah rasa menyengat dan sensasi terbakar pada lesi.

Untuk meminimalkan lesi paederus dermatitis, ada beberapa saran yang berguna:

1. Bila kulit kita berkontak dengan serangga Paederus, segera usir serangga tersebut tanpa melukai

tubuhnya untuk mencegah supaya racun paederin tidak keluar dari tubuhnya.
2. Segera setelah kontak dengan serangga Paederus, bilas kulit yang berkontak tersebut dengan air

sebanyak- banyaknya dan sabun. Tujuannya adalah membilas racun paederin dan mengurangi

kontak dengan kulit sehingga reaksi iritasi bisa diminimalkan.

3. Segera ke dokter untuk mencari pengobatan yang sesuai bila muncul reaksi iritasi akibat racun

paederin.

Dengan pengobatan yang tepat, Paederus dermatitis akan sembuh dalam waktu 2 hingga 3

minggu dengan meninggalkan bekas kulit yang kehitaman dan akan memudar dalam beberapa bulan.

Paederus dermatitis tidak akan menimbulkan scar atau bopeng bila tidak terjadi infeksi sekunder akibat

terapi yang salah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Tomcat Hexapoda. http://biologi-gonzaga.blogsopt.com./. Diakses pada tanggal 11 April


2012, pukul 20.25 WITA. Makassar

Anonim, 2012. Panduan Pencegahan dan Pengendalian Kumbang Paederus. blogsehat.blogsopt.com./.


Diakses pada tanggal 11 April 2012, pukul 20.30 WITA. Makassar

Armstrong, R, K dan Winfield J, L., 1969. Paederus fuscipes dermatitis: an epidemic on Okinawa. The American
Journal of Tropical Medicine and Hygiene. 18:147–150.

Mullen, G. dan Durden L, 2009. Medical and Veterinary Entomology. 2nd ed. London,   UK: Academic Press;
Beetles (Coleoptera) p. 102.

Upik, 2012. Fenomena Tomcat atau Dermatitis Paederus. http:// upikke.blogsopt.com./. Diakses pada
tanggal 11 April 2012, pukul 20.40 WITA. Makassar
Rahman, S., 2006. Paederus dermatitis In Sierra Leone. Dermatol Online J. 12:9.

Uslular, C dan Kavukcu H., 2002. An epidemicity of Paederus species in the Cukurova region. Cutis ; 69:277–
279.

http://nightray13-kuro.blogspot.com/2012/05/parasitologi-dermatitis-paederin-oleh.html

Klasifikasi semut hitam, semut ireng

 
Klasifikasi semut hitam, semut ireng
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Invertebrata
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Familia : Formicidae
Genus : Dolichoderus
Spesies : Dolichoderus bituberculatus
Pengertian Semut
Semut merupakan jenis serangga dengan jumlah spesies dan individu yang sangat besar. Jumlah semut
di permukaan bumi terdiri lebih dari 12.000 spesies, akan tetapi baru sekitar 7600 spesies dari 250
genus yang telah diberi nama dan dideskripsikan. Keanekaragaman semut yang terbesar berada di
daerah tropis. Semut tersebar luas di seluruh tempat kecuali di lautan, mulai dari daerah Arctic di utara
sampai daerah kutub di selatan (Daly et al., 1978).

Semut memegang banyak peranan di alam, baik yang bermanfaat maupun yang merugikan, tergantung
pada kondisi lingkungan tempat hidupnya. Menurut Anonim (1998), semut sangat bermanfaat dalam
kehidupan, antara lain:

a. Sarang semut di tanah membuat udara dapat masuk ke dalam tanah


b. Beberapa jenis semut memakan serangga pengganggu (hama)
c. Semut pemakan tanaman membantu lingkungan dengan memakan tanaman yang mengganggu
d. Semut menyuburkan tanah ketika memproses makanannya
e. Semut dapat berperan sebagai dekomposer
f. Semut membantu menyebarkan biji-bijian

Semut hitam Dolichoderus thoracicus Smith merupakan spesies semut yang daerah penyebarannya
tersebar luas di Asia Tenggara, terutama di daerah dengan ketinggian kurang dari 1.300 meter di atas
permukaan laut. Semut hitam banyak dijumpai pada tanaman jeruk, kakao, kopi, dan mangga
(Kalshoven, 1981). Sarang semut hitam biasanya berada di atas permukaan tanah (tumpukan seresah
daun kering) dan juga pelepah daun kelapa (jika kakao ditanam bersama dengan kelapa) atau di tempat-
tempat lain yang kering dan gelap serta tidak jauh dari sumber makanan (Way and Khoo, 1992).
Semut hitam D. thoracicus biasanya keluar dari sarangnya pada waktu pagi dan sore hari ketika suhu
tidak terlalu panas. Semut akan menuju pucuk- pucuk tanaman untuk mendapatkan cahaya matahari
sambil menjalankan aktivitasnya. Akan tetapi pada siang hari ketika suhu udara panas, semut akan
bersembunyi pada tempat-tempat yang terlindung dari sengatan sinar matahari secara langsung, seperti
di dalam sarang, di balik dedaunan, di tanah, dan lain-lain (Elzinga, 1978 dalam Rahmawadi, 1997).

Semut hitam D. thoracicus termasuk dalam Ordo Hymenoptera (serangga bersayap bening) dan masuk
dalam Familia Formicidae. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi semut hitam D. thoracicus adalah
sebagai berikut :

Filum : Arthropoda

Kelas : Hexapoda

Ordo : Hymenoptera

Famili : Formicidae

Sub famili : Dolichoderinae

Genus : Dolichoderus

Spesies : Dolichoderus thoracicus Smith

Semut hitam Dolichoderus thoracicus hidup dalam organisasi sosial yang terdiri dari sejumlah individu
dan membentuk suatu masyarakat yang disebut koloni. Koloni semut terdiri dari kelompok-kelompok
yang disebut kasta. Semut hitam terdiri dari beberapa kasta, yaitu: ratu, pejantan, dan pekerja. Semut
pekerja dibagi dua, yaitu pekerja dan prajurit. Kasta-kasta semut mempunyai tugas yang berbeda-beda,
akan tetapi tetap saling berinteraksi dan bekerja sama demi kelangsungan hidupnya (Putra, 1994).
a. Semut Ratu

Semut ratu memiliki tubuh yang lebih besar daripada anggota koloni yang lain, panjangnya sekitar 4,9
milimeter, komponen-komponen mata berkembang dengan sempurna, dan memiliki mekanisme
terbang berupa sayap yang telah berkembang dengan baik sejak memasuki fase imago. Dalam satu
koloni biasanya terdapat lebih dari seekor ratu. Pada setiap 100 - 200 semut pekerja biasanya terdapat
seekor ratu (Kalshoven, 1981). Semut ratu lebih banyak ditemukan pada musim penghujan daripada
ketika kemarau. Hal ini dikarenakan pada musim penghujan tersedia banyak sumber makanan dan
tanaman untuk membuat sarang sehingga mendukung untuk pertumbuhan koloninya (Mele dan Cuc,
2004).

b. Semut Jantan

Semut jantan ukuran tubuhnya lebih kecil daripada ratu, berwarna kehitam-hitaman, memiliki antena
dan sayap seperti ratu, dan komponen- komponen mata telah berkembang sempurna. Semut jantan
jumlahnya lebih banyak daripada ratu, akan tetapi masa hidupnya singkat. Semut jantan hanya
diproduksi pada saat-saat tertentu dalam satu tahun, yaitu pada musim kawin dan setelah melakukan
perkawinan dengan ratu, semut jantan biasanya akan mati (Anonim, 1988).

c. Semut Pekerja

Semut pekerja mempunyai ciri-ciri yang mudah dikenal, panjangnya 3,6 - 4,1 milimeter, kaki berwarna
cokelat, thoraks mereduksi, dan mekanisme terbangnya tidak pernah berkembang (tidak memiliki
sayap), abdomen bagian depan mengecil dengan satu atau dua tonjolan ke arah dorsal, antena
berwarna cokelat dan bertipe geniculate, yaitu ruas pertama memanjang dan ruas berikutnya pendek-
pendek membentuk sudut dengan ruas yang pertama (Samiyanto, 1990).

d. Semut Prajurit

Semut pekerja berbeda-beda ukuran tubuhnya. Generasi pekerja dari telur ratu yang pertama kali
membangun sarang ukuran tubuhnya lebih kecil dibandingkan dengan pekerja yang dilahirkan sesudah
itu. Dalam hal ini muncul 2 kasta pekerja yang berbeda, yang memiliki ukuran tubuh besar disebut
prajurit dan yang ukurannya kecil menjadi pekerja. Semut prajurit memiliki kepala yang besar, terdiri
dari bahan kitin yang kokoh dan rahang atas mandibula yang kuat. Tugas prajurit adalah berkelahi dan
melindungi sarang. Selain itu semut prajurit juga membantu pekerja yang tubuhnya kecil-kecil
mengangkut makanan ke dalam sarang (Anonim, 1988).

Siklus Hidup Semut Hitam D. thoracicus


Semut melalui proses perkembangan bentuk tubuh yang berbeda-beda mulai dari telur sampai dewasa.
Proses perubahan bentuk ini disebut metamorfosis. Semut hitam D. thoracicus termasuk serangga yang
mengalami metamorfosis sempurna atau metamorfosis holometabola. Siklus hidup semut adalah: telur,
larva, pupa, dan imago atau dewasa (Karindah, 1992).

a. Telur

Telur semut berwarna putih, berbentuk lonjong, panjangnya 1-1,5 milimeter, dan lama fase telur adalah
14 hari (Cadapan et al., 1990). Telur diproduksi 10-20 hari setelah kopulasi antara ratu dan semut jantan.
Produksi telur semut hitam rata-rata 1.300 - 1.700 butir per tahun. Telur-telur tersebut diletakkan di
dalam sarangnya yang berada di lubang-lubang pohon atau di balik dedaunan (Elzinga, 1978 dalam
Rahmawadi, 1997).

Telur-telur semut di sarang dirawat oleh semut pekerja. Semut pekerja akan memindahkan telur dari
sarang jika kondisi sarang berubah lembab atau memburuk, dan mengembalikannya ke dalam sarang
jika keadaan sudah normal. Hal ini dilakukan untuk menghindari infeksi cendawan dan gangguan dari
luar seperti predator, semut antagonis, dan lain-lain. Telur-telur dipindahkan ke ruangan-ruangan yang
berbeda di dalam sarang berdasarkan suhu di masing- masing ruangan tersebut dengan tujuan untuk
mempercepat waktu penetasan (Anonim, 1988).

b. Larva
Telur-telur semut selanjutnya akan menetas menjadi larva. Larva semut tampak seperti belatung,
berwarna putih, kepala terdiri atas 13 segmen, dan lama fase larva adalah 15 hari (Cadapan dkk., 1990).
Larva semut hitam mendapatkan pakan berupa cairan ludah dari kelenjar saliva ratu, dari cadangan
lemak otot terbang ratu, atau jika koloni sudah memiliki pekerja maka diberi makan oleh pekerjanya
(Samiyanto, 1990).

Larva biasanya makan sepanjang waktu karena mereka harus menyimpan energi yang cukup untuk
memasuki fase pupa. Para pekerja memberi makan larva dengan embun madu dan serangga-serangga
kecil atau jika makanan sulit didapatkan, larva akan memakan telur yang tidak menetas (Anonim, 1998).

Semut pekerja memisahkan larva ke dalam kelompok-kelompok menurut ukuran tubuh dan umurnya.
Pekerja akan memberikan perhatian yang lebih apabila terdapat seekor individu yang ukurannya besar,
karena biasanya individu tersebut akan menjadi ratu atau semut jantan. Pemisahan larva dalam
kelompok- kelompok yang ukurannya sama menjamin bahwa setiap larva akan mendapat perhatian dan
makanan yang cukup (Anonim, 1988).

c. Pupa

Larva semut kemudian akan berubah menjadi pupa. Pupa semut hitam berwarna putih, tidak
terbungkus kokon seperti kebanyakan serangga yang lain, dan lama fase pupa adalah 14 hari. Pada saat
berbentuk pupa, semut hitam mengalami periode tidak makan atau non-feeding periode (Cadapan dkk.,
1990).

d. Imago

Fase terakhir dalam metamorfosis semut adalah imago. Imago berwarna hitam, organ-organ tubuh
mulai berfungsi, dan mulai terpisah menurut kastanya masing-masing. Koloni akan lebih banyak
menghasilkan pekerja daripada kasta- kasta yang lain pada awal-awal terbentuknya koloni. Hal ini
dilakukan untuk meringankan tugas ratu karena sebagian besar aktivitas koloni akan dilaksanakan oleh
pekerja. Lama siklus hidup semut hitam sekitar 40 hari dan semut dapat bertahan hidup selama 2-3
tahun (Cadapan dkk., 1990).

http://biologi-indonesia.blogspot.com/2014/08/penjelasan-tentang-semut-hitam.html

Berikut adalah Klasifikasi dan Morfologi Walang Sangit ((Leptocorisa Acuta Thunberg))

 Kingdom : Animalia
 Phylum : Arthropoda
 Kelas : Insecta
 Ordo : Hemiptera
 Famili : Alydidae
 Genus : Leptocorixa
 Spesies : Acuta
 Author : Thunberg

Bioekologi dan Morfologi


Walang sangit (L. acuta) mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia
telur, nimfa dan imago. Imago berbentuk seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif
panjang. Warna tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 – 30 mm (Harahap
dan Tjahyono, 1997). 

Telur. 

Telur berbentuk seperti cakram berwarna merah coklat gelap dan diletakkan secara berkelompok.
Kelompok telur biasanya terdiri dari 10 - 20 butir. Telur-telur tersebut biasanya diletakkan pada
permukaan atas daun di dekat ibu tulang daun. Peletakan telur umumnya dilakukan pada saat padi
berbunga. Telur akan menetas 5 – 8 hari setelah diletakkan. Perkembangan dari telur sampai imago
adalah 25 hari dan satu generasi mencapai 46 hari (Baehaki, 1992).

Nimfa.

Nimfa berwarna kekuningan, kadang-kadang nimfa tidak terlihat karena warnanya sama dengan warna
daun. Stadium nimfa 17 – 27 hari yang terdiri dari 5 instar (Harahap dan Tjahyono, 1997).

Imago. Imago walang sangit yang hidup pada tanaman padi, bagian ventral abdomennya berwarna
coklat kekuning-kuningan dan yang hidup pada rerumputan bagian ventral abdomennya berwarna hijau
keputihan. Bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputan lainnya secara
kelompok dalam satu sampai dua baris (Rismunandar, 2003).

Aktif menyerang pada pagi dan sore hari, sedangkan di siang hari berlindung di bawah pohon yang
lembab dan dingin (Baehaki, 1992). 

Iklim Mikro

Perkembangan yang baik bagi hama Walang sangit terjadi pada suhu antara 27 – 30 C. Perkembangan
Walang Sangit telah diketahui Gejala Serangan dan Kerusakan yang ditimbulkanterjadi pada waktu
temperatur sedang, curah hujan rendah dan sinar matahari terang. Walang sangit dapat berkembang
biak di lahan dataran rendah maupun di dataran tinggi (Mudjiono, 1991).

Gejala Serangan dan Kerusakan yang ditimbulkan

Nimfa dan imago mengisap bulir padi pada fase masak susu, selain itu dapat juga mengisap cairan
batang padi. Malai yang diisap menjadi hampa dan berwarna coklat kehitaman. Walang sangit mengisap
cairan bilir padi dengan cara menusukkan styletnya.
Nimfa lebih aktif daripada imago, tapi imago dapat merusak lebih banyak karena hidupnya lebih lama.
Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi mengecil jika cairan dalam bilir tidak dihabiskan. Dalam
keadaan tidak ada bulir yang matang susu, maka dapat menyerang bulir padi yang mulai mengeras,
sehingga pada saat stylet ditusukkan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phyllum   : Arthropoda

Classis     : Insecta

Ordo        : Hymenoptera

Sub Ordo : Apocrita

Family     : Formicidae

Genus      : Formica

Species    : Formica sp.

Deskripsi :

            Formica sp. Termasuk ke dalam familia formicidae (semut-semut) adalah sekelompok
yang sangat umum dan menyebar luas. Mereka hidup di habitat dimana-mana, di habitat darat
jumlahnya sangat besar. Satu dari sifat struktural yang jelas adalah bentuk tungkai (pedicel)
metasoma, satu atau dua ruas dan mengandung sebuah gelambir yang mengarah ke atas.
Sungutnya biasanya menyiku ( yang jantan sungutnya berbentuk rambut) dan ruas pertama
sangat panjang.

            Semut merupakan serangga seusional (terdapat beberapa parasitik). Hidup berkoloni.
Terdapat 3 kasta, yaitu ratu, jantan dan pekerja. Ratu lebih besar dari anggota yang lainnya dan
biasanya bersayap, sayapnya dicampakkan sesudah terbang perkawinan. Peneluran di koloni.
Yang jantan juga bersayap namun lebih kecil dari pada ratu. Pejantan berumur pendek dan akan
mati setelah kawin. Pejantan hanya sekali dalam memproduksi sperma dalam seumur hidupnya.
Pekerja adalah betina yang mandul dan tidak memiliki sayap dan hidup berkoloni. Semut kecil
biasanya terdapat 3 tipe individu. Pada koloni terdapat 2 atau 3 tipe dalam kasta pekerja yang
bervariasi bentuk, ukuran dan kelakuan.
            Koloni semut ada dimana-mana. Sarang semut biasanya ada di segala tempat. Di dalam
rongga tanaman (batang-batang, di dalam biji tanaman, di dalam bungkul, dsb.). Kebiasaan
semut beragam, ada yang karnivor (makan daging hidup atau mati), beberapa herbivor
(memakan tanaman), beberapa memakan jamur, dan makan cairan tumbuhan seperti madu.

Semut menghasilkan sekresi eksokrin yang berfungsi dalam penyerangan, pertahanan dan
komunikasi. Ini dikeluarkan pada lubang kepala atau ujung metasoma. Semut memiliki mulut
penggigit. Beberapa semut mengeluarkan zat bau dari dubur sebagai pertahanan.

Belalang Hijau yang Menawan


02 July 2014
Katalog Kategori: Hewan
Penulis: Apris Nur Rakhmadani
Dibaca: 2950 Kali
Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini
memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor
pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan
menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau
karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang
cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat
dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang
jantan. Dalam Agama Islam, Belalang adalah salah satu dari dua hewan yang apabila telah
terlebih dahulu mati masih dihalalkan untuk dimakan, bersama Ikan
Kingdom Animalia Linnaeus, 1758

Phylum Arthropoda Latreille, 1829


Class : Insecta Linnaeus, 1758
Order : OrthopteraLatreille, 1793
Family : AcrididaeMacLeay, 1821 (grasshoppers, locusts)
Genus : Oxya Serville, 1831
Species : Oxya chinensis (Thunberg, 1815)

Acrididae adalah keluarga belalang (grasshoppers, locusts) yang mempunyai antena relatif
pendek dan tebal (short-horned grasshoppers), beda dengan Tettigoniidae yang merupakan
keluarga belalang daun (bush crickets atau katydids) yang mempunyai antena yang relatif
panjang yang biasanya melebihi panjang tubuhnya (long-horned grasshoppers).
Locusts adalah sebutan untuk grasshoppers yang mengalami perubahan warna dan prilaku
diakibatkan oleh tingginya tingkat populasi yang ada.
Nama yang tertera di belakang nama taksonomi merupakan nama orang yang pertama kali
memberi deskripsi atau gambaran mengenai takson tersebut (deskriptor).
Jika suatu spesies digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku sekarang, nama
deskriptor ditulis dalam tanda kurung.
 

---

Spesies:
Oxya chinensis, dari ordo orthopetra

Nama Local:
Belalang Hijau yang Menawan

Nama Latin:
short-horned grasshoppers

Habitat:
Perkebunan, persawahan, pekarangan rumah

Distribusi:
-
Manfaat/Keunikan:
Mempunyai bentuk yang unik dengan corak hijau yang khas

Carabidae, umumnya disebut kumbang tanah adalah sejenis kumbang dalam famili besar,
Carabidae, dengan lebih dari 40,000 spesies di seluruh dunia. Carabidae masih dibagi dalam 34
subfamili. Serangga dari Ordo Coleoptera ini merupakan predator beberapa spesies invertebrata,
termasuk banyak hama, kebanyakan kumbang tanah dianggap organisme menguntungkan.
Calosoma sycophanta L. termasuk kedalam famili Carabidae dan dalam rantai makanan berperan
sebagai predator. Mangsa C. sycophanta L. adalah larva dan pupa dari Lepidoptera, suatu
serangga yang merupakan hama bagi tanaman kina.

Klasifikasi
Kerajaan: Animalia
Filum: Artropoda
Kelas: Insekta
Ordo: Coleoptera
Subordo: Adephaga
Superfamili: Caraboidea
Famili: Carabidae (Latreille, 1802)
 About

Adearisandi's Blog
Indonesian Animal Channel

Siklus Hidup Undur Undur


13 April 2011

Undur undur
KLASIFIKASI UNDUR UNDUR

Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Neuroptera
Family: Myrmeleontidae
Genus: Myrmeleon
Species: formicarius
Harapan hidup: 3 tahun (larva), 1 bulan (imago)

Nama latin undur undur adalah Myrmeleon formicarius. Myrmeleon


merupakan penggabungan dua suku kata dari bahasa latin, mymex yang
berarti semut dan leon yang berarti singa. Sehingga dalam bahasa inggris
undur undur dikenal dengan nama antlion.

jebakan undur undur

HABITAT

Undur undur hidup di dalam tanah berpasir halus yang terlindung dari
cahaya matahari langsung. Keberadaan undur undur dapat diketahui dari
banyaknya lubang yang mereka buat sebagai sarang mereka.
semut, makanan utama undur undur

MAKANAN

Makanan undur undur adalah semut yang terjebak dalam lubang yang
mereka buat. Undur undur makan dengan cara menghisap cairan tubuh
semut, sementara bagian tubuhnya tidak dimakan.

METAMORFOSIS UNDUR UNDUR

Metamorfosis pada undur undur adalah metamorfosis sempurna (telur,


larva, pupa, dan imago). Undur undur termasuk dalam kelompok hewan
holometabola, yaitu kelompok serangga yang mengalami metamorfosis
sempurna. Berdasarkan ciri sayap dan mulutnya, undur undur masuk dalam
ordo Neuroptera (serangga bersayap jala).

telur undur undur

TELUR

Capung undur undur betina biasanya akan meletakkan telur mereka di


dalam tanah berpasir halus atau berdebu. Namun, ada juga jenis undur
undur yang bertelur pada permukaan daun. Setelah 5 hari, telur akan
menetas dan berkembang menjadi larva. Ditandai dengan adanya sarang
berupa galian tanah.

larva undur undur menetas

LARVA

Telur capung undur undur betina akan menetas menjadi larva yang kita
kenal dengan nama undur undur atau doodlebug. Undur undur
menghabiskan hampir seluruh hidupnya sebagai larva. Pada tahap ini, undur
undur menggali lubang di pasir dan menunggu serangga lain, seperti semut,
untuk lewat dan jatuh ke dalamnya. Dengan rahangnya yang besar, undur
undur akan menghancurkan tubuh mangsanya hingga cairan tubuhnya
keluar dan dihisapnya. Tahap larva berlangsung antara 1 hingga 3 tahun.

pupa/kepompong undur undur

PUPA

Pupa adalah kepompong pada saat undur undur sudah tidak lagi melakukan
kegiatan, pada saat itu juga terjadi penyempurnaan dan pembentukan
organ. Adanya gumpalan tanah berbentuk bola merupakan ciri undur undur
dalam fase pupa. Proses ini biasanya berlangsung sekitar 3 minggu sampai 1
bulan.

imago undur undur

IMAGO

Imago adalah fase dewasa atau fase reproduktif undur undur. Imago lebih
aktif saat malam (nokturnal). Makanan imago sebagai dewasa adalah
nektar. Fokus utama imago undur undur adalah reproduksi. Capung undur
undur dewasa dapat kawin hingga 2 jam lamanya. Imago hidup antara 1
bulan hingga 45 hari. Banyak orang yang tidak tahu kalau bentuk fase
dewasa undur undur adalah capung. Meskipun demikian bentuk tubuh
capung undur undur dengan capung biasa tidak sama.

MANFAAT UNDUR UNDUR

Undur undur berkhasiat menurunkan kadar gula penderita diabetes.


Serangga ini mengandung zat sulfonylurea yang dapat melancarkan kerja
pankreas dalam memproduksi insulin. Insulin berfungsi menyeimbangkan
kadar glukosa dalam darah. Sebagai obat, undur undur hidup biasanya
dimasukkan ke dalam kapsul tanpa dicuci sebelumnya, kemudian ditelan.

TEKNIK BERBURU UNDUR UNDUR

– Ditiup dengan sedotan

Dengan cara ditiup, massa pasir yang lebih ringan akan keluar terbawa
tiupan angin. Sedangkan undur undur dengan massa yang lebih berat akan
tertinggal, sehingga mudah ditangkap.

– Disendok dan diayak dengan jaring/ saringan teh


Setelah disendok, undur undur yang diperkirakan ada di dalam sendok
bersama pasir, dituang ke dalam jaring dan diayak, undur undur akan
kelihatan dan mudah ditangkap.

Anda mungkin juga menyukai