Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN

“Keterlibatan Perusahaan Swasta Dalam Mempopulerkan Penggunaan Pestisida dan


Tanaman Tahan Penyakit Berketahanan Vertikal dan Dampaknya Terhadap Metode Pengendalian
Lain”

OLEH:

1. Jefriano D.P. Desousa


2. Hendrika Novita Mau Wale
3. Kornelia Ari Murti
4. Sriyani Lekeama
5. Yosephus M.L. Tang
6. Petrus L. Bayong

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG

2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan Industri merupakan tulang punggung perindustrian, sehingga terkadang
pembangunan ekonomi identik dengan industrialisasi. Permasalahan yang sering terjadi
adalah bagaimana proses industri tersebut dilaksanakan serta jenis industri apakah yang harus
dipilih oleh suatu negara. Industri kecil dan menengah, dimana sebagian besar masyarakat
terlibat di dalamnya, mengalami kerugian bahkan kehancuran. Di sisi lain, industri besar
dengan ternyata memiliki kinerja ekonomi yang buruk, sehingga perannya dalam
perekonomian dipertanyakan.
Peran pemerintah yang diimplementasikan melalui BUMN ternyata tidak optimal.
Bahkan, seringkali BUMN justru menjadi tunggangan ekonomi-politik dari penguasa.
Intervensi  pemerintah dalam manajemen BUMN merupakan kasus biasa di Indonesia,
terutama menyangkut pembagian peran antara pemerintah, swasta dan koperasi.
Badan usaha milik swasta (BUMS) adalah badan usaha yang didirikan dan dimiliki oleh
pihak swasta yang berorientasi pada laba. PT AGRICON merupakan salah satu badan usaha
milik perusahaan swasta nasional yang mengabdikan layanan di bidang usaha distribusi
pestisida. Sampai saat ini, PT. AGRICON telah banyak melakukan pengembangan usaha,
peningkatan kualitas produk serta pelayanan bagi pelanggan.
Oleh karena itu didalam makalah ini akan dijelaskan beberapa peran dari PT AGRICON
sebagai contoh yang turut ambil alih dalam mempopulerkan Pestisida.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui Keterlibatan Perusahaan Swasta Dalam Mempopulerkan


Penggunaan Pestisida dan Dampaknya Terhadap Metode Pengendalian Lain
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perusahaan Swasta


Badan Usaha Milik Swasta atau BUMS adalah badan usaha yang didirikan dan dimodali
oleh seseorang atau sekelompok orang. Berdasarkan UUD 1945 pasal 33, bidang- bidang
usaha yang diberikan kepada pihak swasta adalah mengelola sumber daya ekonomi yang
bersifat tidak vital dan strategis atau yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak.
BUMS adalah badan usaha yang seluruh modalnya berasal dari pihak swasta yang dimiliki
seseorang atau beberapa orang. BUMS bertujuan untuk mencari keuntungan seoptimal
mungkin, untuk mengembangkan usaha dan modalnya serta membuka lapangan pekerjaan.
Selain berperan dalam menyediakan barang, jasa, badan usaha swasta juga membantu
pemerintah dalam usaha mengurangi pengangguran serta memberi kontribusi dalam
pemasukkan dana berupa pajak.
Berdasarkan pasal 27 ayat 2 UUD 1945 dan alinea ketiga penjelasan pasal 33 UUD
1945, dapat ditarik kesimpulan bahwa hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup
orang banyak yang boleh ada di tangan seseorang yang kemudian di kenal dengan swasta.
Contoh badan Usaha milik swasta :
PT Pupuk Kaltim
PT XL. Axiata Tbk
PT djarum
PT Indosat Tbk
PT fastfood Indonesia Tbk (KFC), dll
2.2 Peran Perusahan Swasta dalam mempopulerkan pestisida dan tanaman tahan
penyakit berketahanan vertikal
a) Peran Perusahan Swasta dalam mempopulerkan pestisida
Berawal dari fenomena rawannya produksi tanaman pangan di Indonesia, tanggal 17
April 1969 PT AGRICON berdiri sebagai perusahaan swasta nasional yang mengabdikan
layanan di bidang usaha distribusi pestisida. Sampai saat ini, PT. AGRICON telah banyak
melakukan pengembangan usaha, peningkatan kualitas produk serta pelayanan bagi
pelanggan.
Pada awal berdiri, PT. Agricon hanya bergerak sebagai distributor pestisida terutama
produk yang berasal dari PT. ICI Pestisida Indonesia. Selanjutnya, perusahaan ini melakukan
pengembangan usaha dengan mendirikan pabrik pestisida di daerah Gunung Putri, Cibinong
Bogor. Pendirian pabrik pestisida pada tanggal 17 April 1994 inilah yang kemudian menjadi
langkah awal PT. Agricon untuk tidak lagi bergerak sebagai distributor tetapi sebagai
produsen pestisida, ini dibuktikan di saat krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1997, PT.
Agricon berhasil membuktikan dirinya tetap eksis dan berkarya menghasilkan produk-produk
unggul dan bermutu bagi pertanian dan perkebunan di Indonesia. Komitmen yang dijalankan
oleh PT. Agricon dalam mewujudkan visi dan misinya telah membawa berbagai
perkembangan bagi perusahaan. Di usianya yang ke-38, PT. Agricon telah menjadi
AGRICON Corporations yang membawahi lima anak perusahaan, diantaranya PT.
AGRICON LTD, PT. Agricon Putra Cipta Optima, PT. Asia Gala Kimia, dan PT. ASABI
( Agricon Sentra Agribisnis Indonesia ).
 Menjangkau Pertanian secara Menyeluruh
PT. Agricon sebagai produsen pestisida, berkonsentrasi pada penyediaan sarana
produk pertanian dengan layanan yang berkualitas tinggi, mencakup mata rantai
pertanian mulai dari pengolahan, hasil produksi, pendayagunaan hasil, distribusi, serta
penyimpanan hasil pertanian. Dengan demikian, PT. Agricon akan siap untuk
menjawab kebutuhan pelanggan pada setiap mata rantai pertanian. Atas tuntutan
permintaan terhadap produksi hasil pangan yang bermutu tinggi, membuat PT.
Agricon merasa bertanggung jawab terhadap kualitas sarana pertanian (pestisida)
yang digunakan petani. Oleh karenanya, PT. Agricon juga memberikan edukasi
tentang produk pestisida antara lain berupa teknis produk dan aplikasinya bagi para
petani Indonesia dengan cara mengadakan Sekolah Lapang Agricon di berbagai
tempat di Indonesia, khususnya pulau Jawa-Sumatera-Bali. Hal ini dirasa sangat
penting karena petani merupakan ujung tombak mata rantai produksi pangan. Jika
petani memiliki kualifikasi yang baik dalam berproduksi maka sejalan dengan
program peningkatan ketahanan pangan guna menunjang revitalisasi pertanian. Ini
merupakan cara inovatif yang dilakukan PT. Agricon dalam peningkatan pangan di
Indonesia. Sebagai perusahaan yang juga berorientasi pada kepuasan pelanggan, PT.
Agricon memberikan pelayanan optimal dengan menghasilkan produk-produk unggul
dan bermutu sesuai dengan kebutuhan pelanggan dari waktu ke waktu. Produk-produk
ini dihasilkan dengan menggunakan tekhnologi terbaru dengan didukung oleh para
tenaga profesional, dalam memberikan pelayanan optimal kepada para pelanggannya
dengan tepat waktu.
 Produk untuk Petani dan Masyarakat
Para peneliti tanaman pangan di Indonesia telah menemukan berbagai varietas padi
jenis unggul baru yang menyebabkan perluasan penanaman yang diintegrasi dengan
program perlindungan tanaman. Oleh karena itu, PT. Agricon ikut andil dengan
menghasilkan produk-produk pestisida yang berteknologi tinggi dan ramah tanaman.
Produk yang dihasilkan terdiri dari berbagai macam pestisida seperti insektisida
(Spontan 400 SL, Meteor 25 EC, Abuki 50 SL, Panzer 290 AS, Mospilan 30 EC,
Applaud 400 F, Omite 570 EC), herbisida ( Crash 480 AS, Aladin 865 AS, Win 10
WP, Cyclon 290 AS, Breeze 270/120 AS, Wrapup 480 AS ), fungisida ( Bazoka 80
WP, Belkute WP, Nimrod 250 EC ), rodentisida jenis Ratgone 0.005 RMB. Tidak
hanya menghasilkan produk-produk pertanian yang bermutu tinggi, PT. Agricon juga
memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan petani serta masyarakat melalui
edukasi dan media informasi yang diharapkan dapat memberikan bekal pengetahuan
yang berguna di lapangan pekerjaan.
b) Tanaman tahan penyakit berketahanan vertikal
Perkembangan penyakit dalam waktu memilahkan penyakit menjadi dua kategori sebagai
berikut:
1. Penyakit bunga tunggal yang perkembangannya sangat tergantung pada inokulum
awal atau intensitas penyakit awal.
2. Penyakit bunga berbunga yang perkembangannya tergantung pada inokulum awal
atau intensitas penyakit awal dan laju perkembangan penyakit, tetapi laju
perkembangan penyakit mempnyai peranan yang lebih menentukan.
Dengan mengacu kepada kedua kategori perkembangan penyakit tumbuhan tersebut
maka pengelolaan penyakit tumbuhan sebenarnya harus diarahkan pada:
1) Penurunan padat populasi inokulum awal atau intensitas penyakit awal.
2) Penurunan laju perkembangan intrinsik penyakit.
Pengendalian untuk Menurunkan Laju Intrinsik Penyakit menunjukkan bahwa berbagai
metode dan teknik pengendalian dapat dilakukan untuk menurunkan laju intrinsik penyakit,
di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Perlakuan pestisida pasca-tanam
2. Pengendalian alami dan hayati
3. Penggunaan tanaman tahan penyakit
4. Modifikasi lingkungan fisik tanaman
Pestisida yang diaplikasikan setelah tanam dimaksudkan untuk melindungi tanaman
sehingga disebut pestisida protektan. Pestisida protectan dapat berupa fungisida untuk
mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur, bakterisida untuk mengendalikan
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteria, atau nematisida untuk mengendalikan
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nematoda. Untuk menekan laju perkembangan
penyakit-penyakit polisiklik, pestisida protektan harus diaplikasikan beberapa kali setelah
tanam. Bila diaplikasikan hanya satu kali, pestisida protektan hanya akan menunda
perkembangan epidemi dan bukan menekan laju perkembangannya (Gambar a). Aplikasi
pestisida beberapa kali setelah tanam untuk menurunkan laju perkembangan penyakit
(Gambar b) juga sekaligus dapat menurunkan intensitas awal penyakit.

Akan tetapi, perlakuan aplikasi beberapa kali setelah tanam dan dengan penggunaan dosis
aplikasi yang tinggi, meskipun dapat menekan laju intrinsik penyakit, juga potensial
menimbulkan pengaruh samping berupa bahaya terhadap kesehatan manusia, dampak negatif
terhadap lingkungan, induksi penyakit bukan sasaran, dan ketahanan penyakit sasaran. Selain
itu, aplikasi pestisida beberapa kali dengan dosis tinggi juga akan meningkatkan biaya
pengelolaan penyakit karena harus disediakan pestisida dalam jumlah yang lebih banyak dan
biaya tenaga kerja yang juga semakin meningkat. Frekuensi dan dosis aplikasi fungisida
dengan demikian harus ditentukan untuk meminimalkan dampak samping dan
mengotimalkan biaya produksi terhadap nilai hasil tanaman yang dapat diselamatkan dengan
melakukan aplikasi dengan frekuensi dan dosis tertentu.
Tanaman tahan penyakit dapat menurunkan laju intrinsik penyakit bila ketahanannya
bersifat horizontal. Ketahanan horizontal adalah ketahanan tanaman yang dikendalikan oleh
banyak gen yang masing-masing memberikan kontribusi kecil tetapi bekerja terhadap banyak
isolat dalam jangka panjang (sehingga disebut horizontal). Misalnya, ketahanan kentang
kultivar Sebago terhadap Phytophthora infestans adalah ketahanan horizontal. Ketahanan
horizontal dikenal dengan banyak nama, meskipun tidak selamanya identik, misalnya
ketahanan poligenik, ketahanan jangka panjang (durable), atau ketahanan lapangan.
Ketahanan vertikal tidak menekan laju intrinsik penyakit, melainkan inokulum awal.
Mekanisme ketahanan tanaman terhadap patogen, baik ketahanan horizontal maupun vertikal,
dapat berupa mekanisme fisik-struktural atau fisiologis-biokemis. Mekanisme manapun yang
bekerja, ketahanan tanaman merupakan sifat relatif. Namun ketahanan vertikal memberikan
pengaruh yang lebih nyata dibandingkan ketahanan horizontal, tetapi mudah dipatahkan oleh
berkembangnya ras patogen baru. Ketahanan pada tanaman tahan penyakit hasil pemuliaan
pada dasarnya bersifat vertikal, sedangkan pada landraces tertentu bersifat horizontal.
Modifikasi lingkungan fisik tanaman yang dapat dilakukan untuk menurunkan laju intrinsik
penyakit adalah pengaturan tajuk tanaman dan alterasi tipe dan frekuensi irigasi. Laju
intrinsik penyakit hawar dini seledri dapat ditekan dengan menggunakan jarak tanam longgar
empat kali lebih longgar daripada jarak tanam normal. Pengairan dengan cara penggenangan
dapat memacu perkembangan penyakit yang memerlukan kondisi tanah jenuh air untuk
berkembang. Pada pihak lain, irigasi penyiraman (termasuk sprinkle) dapat memacu
perkembangan penyakit yang memerlukan peride kebasahan daun tertentu. Peningkatan
frekuensi irigasi pada umumnya memacu perkembangan banyak penyakit, tetapi pengurangan
frekuensi irigasi justeru memacu perkembangan penyakit yang disebabkan oleh patogen
lemah.
2.2 Kendala Pengelolaan Penyakit
Berbagai metode dan teknik pengelolaan penyakit telah dikembangkan, mulai dari
metode dan teknik yang sederhana sampai pada metode dan teknik yang paling canggih.
Namun dengan perkembangan metode dan teknik pengelolaan penyakit tersebut, berbagai
penyakit masih terus saja menyebabkan kehilangan hasil pada berbagai tanaman penting di
seluruh dunia. Penelitian untuk mengembangkan metode dan teknik pengelolaan penyakit
telah menggunakan biaya yang besar dan sementara itu nilai kehilangan hasil yang
diakibatkan oleh berbagai penyakit masih sangat sulit dapat diturunkan. Keberhasilan
pengelolaan penyakit agaknya tidak cukup hanya dengan tersedianya metode dan teknik
pengendalian penyakit. Berbagai faktor ikut menentukan dan dari faktor-faktor tersebut,
beberapa di antaranya justeru merupakan kendala dalam mencapai keberhasilan pengelolaan
penyakit tanaman.
Beberapa kandala yang sangat memperngaruhi keberhasilan pengelolaan penyakit adalah
sebagai berikut:
1. Kendala teknis berupa prioritas pada penggunaan pestisida dan tanaman tahan bersifat
vertikal.
2. Kendala ekonomis karena orientasi budidaya pertanian yang masih subsisten
3. Kendala politis karena batas-batas administratif pemerintahan terutama batas-batas
negara.
4. Kendala sosial karena tingkat keterdidikan yang masih rendah
5. Kendala budaya karena kepercayaan dan tradisi lokasi yang menyulitkan penerapan
pengelolaan penyakit.
2.3 Dampak Terhadap Metode Pengendalian Lain
1. Metode pengendalian lain akan ditinggalkan karena dengan menggunakan pestisida
lebih cepat dilihat dampaknya terhadap penurunan OPT
2. Penggunaan Pestisida yang berlebihan mampu menyebabkan populasi musuh alami
menjadi tergangu sehingga mempengaruhi pengendalian secara alami
3. Agen pengendalian hayati tidak bisa dilakukan karena lingkungan yang tercemar
pestisida.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Badan usaha milik swasta (BUMS) adalah badan usaha yang didirikan dan dimiliki oleh
pihak swasta yang berorientasi pada laba. PT AGRICON merupakan salah satu badan usaha
milik perusahaan swasta nasional yang mengabdikan layanan di bidang usaha distribusi
pestisida. Sampai saat ini, PT. AGRICON telah banyak melakukan pengembangan usaha,
peningkatan kualitas produk serta pelayanan bagi pelanggan.
Keterlibatan PT. Agricon dalam mempopulerkan Pestisida :
1. Menjangkau Pertanian secara Menyeluruh
PT. Agricon sebagai produsen pestisida, berkonsentrasi pada penyediaan sarana
produk pertanian dengan layanan yang berkualitas tinggi, mencakup mata rantai
pertanian mulai dari pengolahan, hasil produksi, pendayagunaan hasil, distribusi, serta
penyimpanan hasil pertanian. Dengan demikian, PT. Agricon akan siap untuk
menjawab kebutuhan pelanggan pada setiap mata rantai pertanian.
2. Produk untuk Petani dan Masyarakat
Para peneliti tanaman pangan di Indonesia telah menemukan berbagai varietas padi
jenis unggul baru yang menyebabkan perluasan penanaman yang diintegrasi dengan
program perlindungan tanaman. Oleh karena itu, PT. Agricon ikut andil dengan
menghasilkan produk-produk pestisida yang berteknologi tinggi dan ramah tanaman.
Dampak Terhadap Metode Pengendalian Lain
 Metode pengendalian lain akan ditinggalkan karena dengan menggunakan pestisida lebih
cepat dilihat dampaknya terhadap penurunan OPT
 Penggunaan Pestisida yang berlebihan mampu menyebabkan populasi musuh alami
menjadi tergangu sehingga mempengaruhi pengendalian secara alami
 Agen pengendalian hayati tidak bisa dilakukan karena lingkungan yang tercemar
pestisida.
DAFTAR PUSTAKA

Bahan ajar Epidemiologi Penyakit Tumbuhan


http://rodlial.blogspot.com/2014/02/makalah-bumn-bums-koperasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengendalian_hama

http://hanaannaa.blogspot.com/2012/11/pengendalian-hama-dan-penyakit.html

http://badanusaha.com/swasta

Anda mungkin juga menyukai