Anda di halaman 1dari 18

Kata pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat-Mu Tuhan karena atas berkat dan
rahmat bimbingan-Mu kami dapat membuat makalah yang berjudul “Radang
Panggul’’ (PID: Pelvic Inflammatory Disease).
Ucapan terima kasih juga kami berikan kepada semua teman-teman,sahabat dan
orangtua yang telah memberikan motivasi kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai pada waktunya.
Disini penulis juga mengharapkan kritik maupun saran dari berbagai pihak
tentang makalah ini yang berifat membangun sehingga makalah ini terbentuk
sesuai yang diharapkan dan bermanfaat bagi semua kalangan terlebih bagi
mahasiswa kebidanan pada umumnya.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang
telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi
wanita seperti rahim, tuba fallopii dan ovarium. Ini satu hal yang amat
mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan jiwa. Infeksi
tersebut juga sangat umum. Satu dari 7 wanita Amerika telah menjalani
perawatan karena infeksi ini dan kurang lebih satu juta kasus  baru
terjadi setiap tahun, demikian menurut Gay Benrubi, M.D.,
profesor pada Division of Gynegology Oncology,University of
Floridadi Jacksonville.
Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan untuk
memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula
kekhawatiran lainnya, serangan infeksi ini diketahui sangat meningkatkan risiko
seorang wanita untuk menjadi mandul. Ketika bakteri-bakteri yang menyerang
menembus tuba fallopii, mereka dapat menimbulkan luka di sepanjang lapisan
dalam yang lunak, menyebabkan sukarnya (atau tidak memungkinkannya) sebuah
telur masuk ke dalam rahim.
Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma yang sedang
bergerak melakukan kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya adalah
perkiraan yang mengkhawatirkan yaitu setelah satu episode infeksi ini, resiko
seorang wanita untuk menjadi mandul adalah 10%. Setelah infeksi kedua
resikonya menjadi dua kali lipat yaitu 20%. Jika wanita ini mendapatkan infeksi
untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung menjadi 55%. Secara
keseluruhan, dapat diperkirakan, penyakit radang pelvis menyebabkan kurang
lebih antara 125.000 hingga 500.000 kasus baru setiap tahun.
Kekhawatiran besar lainnya mengenai infeksi ini adalah bahwa gangguan medis
ini dapat meningkatkan resiko seorang wanita mengalami kehamilan di luar
kandungan sebesar enam kali lipat. Alasannya : karena tuba falopii sering
mendapatkan parut (bekas luka) yang timbul karena infeksi ini, telur yang turun
mungkin akan macet dan hanya tertanam di dinding tuba. Kurang lebih 30.000
kehamilan di luar kandungan per tahun dapat dipastikan disebabkan oleh infeksi
seperti ini.
Pada kesempatan ini akan dibahas beberapa penyakit radang panggul
seperti cervisitis, endometritis dan endometriosis.
BAB II
PEMBAHASAN

PELVIC INFLAMMATORY DISEASE


A.    Pengertian
        Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi
pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium,
tubafalopii, ovarium, miometrium, parametria, dan peritonium panggul. PID
adalah infeksi yang paling peting dan merupakan komplikasi infeksi menular
seksual yang paling biasa (Sarwono,2011; h.227)
Pelvic Inflamatory Disease adalah suatu kumpulan radang pada saluran genital
bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba
fallopi, ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum maupun secara
hematogen ataupun sebagai akibat hubungan seksual. (Yani,2009;h.45)
Pelvic Inflamatory Diseases (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari
uterus, tuba, ovarium, parametrium, peritoneum, yang tidak berkaitan dengan
pembedahan dan kehamilan. PID mencakup spektrum luas kelainan inflamasi alat
kandungan tinggi termasuk kombinasi endometritis, salphingitis, abses tuba
ovarian dan peritonitis pelvis. Biasanya mempunyai morbiditas yang tinggi. Batas
antara infeksi rendah dan tinggi ialah ostium uteri internum (Marmi, 2013; h.198)
 Bentuk-bentuk PID:

1.      Endometritis
           Endometritis adalah suatu peradangan pada endometrium yang biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan.
Endometritis paling sering ditemukan terutama:
a.       Setelah seksio sesarea
b.      Partus lama atau pecah ketuban yang lama
Diagnosa banding endometritis meliputi infeksi traktus urinarius, infeksi
pernafasan, septicemia, tromboflebitis pelvis, dan abses pelvis.
Penatalaksanaan pada endometritis:
a.       Pemberian antibotika dan drainase yang memadai
b.      Pemberian cairan intra vena dan elektrolit
c.       Penggantian darah
d.      Tirah baring dan analgesia
e.       Tindakan bedah
Menurut Yani (2010) endometritis dibagi 2:
1)      Endometritis akut
           Pada endometritis akut endometrium mengalami endema dan hiperemi
terutama terjadi pada post partum dan post abortus.
Penyebab :
a)      Infeksi gonorhoe dan infeksi pada abortus dan partus
b)      Tindakan yang dilakukan di dalam uterus seperti pemasangan IUD, kuretasi
Gejala-gejala :
a)      Demam
b)      Lochia berbau
c)      Lochia lama berdarah bahkan metrorhagia
d)     Tidak menimbulkan nyeri jika radang tidak menjalar ke parametrium atau
perimetrium
Penatalaksanaan :
        Dalam pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah berusaha
mencegah agar infeksi tidak menjalar. Adapun pengobatannya adalah:
a)      Uterotonik
b)      Istirahat, letak fowler
c)      Antibiotik
2)      Endometritis kronika
            Endometritis tidak sering ditemukan. Pada pemeriksaan microscopic
ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit
Gejala-gejala klinis endometritis kronika :
a)    Leukorea
b)    Kelainan haid seperti menorhagie dan metrorhagie.
Pengobatannya tergantung pada penyebabnya, endometritis kronika ditemukan :
a)    Pada tuberculosis
b)    Pada sisa-sisa abortus atau partus yang tertinggal
c)    Terdapat corpus alineum di cavum uteri
d)   Pada polip uterus dengan infeksi
e)    Pada tumor ganas uterus
f)     Pada salpingo ooforitis dan selulitis pelvis
2.Cervicitis
Pengertian
       Cervicitis adalah radang pada selaput lendir canalis cervikalis. Karena epitel
selaput canalis cervikalis hanya terdiri dari satu lapisan silindris mana dengan
muda terjadi infeksi. Pada seorang multipara dalam keadaan normal canalis
cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum
sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.
Penyebab
         Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis,
kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina
seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . kuman-kuman ini
menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi
kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma. Dapat juga disebabkan
oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat
kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.
Gejala
1.      Flour hebat biasanya kental atau purulen dan kadang-kadang berbau.
2.      Sering menimbulkan erosi pada portio yang tampak sebagian daerah yang
  merah menyala.
3.      Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulen
  keluar dari kanalis cervicalis. Kalau portio normal, tidak ada ektripion
  maka harus diingat gonorhoe.
4.      Perdarahan saat melakukan hubungan seks
Diagnosis
a) Biopsi (contoh jaringan diambil) mungkin dianjurkan jika muncul serviks
yang
  abnormal.
b) Kolposkopi adalah suatu prosedur yang menggunakan instrumen teropong
seperti
  untuk mendapatkan tampilan yang diperbesar dari permukaan leher
rahim.
c) Papsmear
Pengobatan
1.      Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococcus dalam secret
2.      Kalau cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam
AgNO3 10 % dan irigasi.
3.      Cervicitis yang tak mau sembuh ditolong operatif dengan melakukan
konisasi, kalau sebabnya ectropion dapat dilakukan lastik atau amputasi.
4.      Erosion dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, AgNO3 10 % atau
Albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa
kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak 

3.Endometriosis
Pengertian
Endometriosis adalah suatu penyakit di mana bercak-bercak
jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal
endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. Endometrium yang
salah tempat ini biasanya melekat pada ovarium (indung telur)
dan ligamen penyokong rahim. Endometrium juga bisa melekat pada lapisan
luar usus halus dan usus besar, ureter (saluran yang
menghubungan ginjal dengan kandung kemih), kandung
kemih, vagina, jaringan parut di dalam perut atau lapisan rongga dada.
Kadang jaringan endometrium tumbuh di dalam paru-paru. Endometriosis
yang berat bisa menyebabkan kemandulan karena menghalangi jalannya sel
telur dari ovarium ke rahim.

Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori
sebagai berikut:
1.    Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur).
Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur
ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam
rongga panggul/perut.
2.   Teori sistem kekebalan.
       Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di
daerah selain rahim. 
3.      Teori genetik
       Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang
tinggi terhadap endometriosis. Endometriosis bisa diturunkan dan lebih sering
ditemukan pada keturunan pertama (ibu, anak perempuan, saudara
perempuan). Setiap bulan ovarium menghasilkan hormon yang merangsang
sel-sel pada lapisan rahim untuk membengkak dan menebal (sebagai
persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan). Endometriosis juga
memberikan respon yang sama terhadap sinyal ini, tetapi tidak mampu
memisah dari jaringan dan terlepas selama menstruasi. Kadang terjadi
perdarahan ringan tetapi akan segera membaik dan kembali dirangsang pada
siklus menstruasi berikutnya. Proses yang berlangsung terus menerus ini
menyebabkan pembentukan jaringan parut dan perlengketan di dalam tuba
dan ovarium, serta di sekitar fimbrie tuba. Perlengketan ini bisa menyebabkan
pelepasan sel telur dari ovarium ke dalam tuba falopii terganggu atau tidak
terlaksana. Selain itu, perlengketan juga bisa menyebabkan terhalangnya
perjalanan sel telur yang telah dibuahi menuju ke rahim.

       Gejala
Jaringan endometriosis dalam ovarium menyebabkan terbentuknya
kista coklat. Akibat peradangan jaringan secara kronis, terbentuk jaringan
parut dan perlengketan organ-organ reproduksi. Sel telur sendiri terhalang
dalam jaringan parut yang tebal sehingga tidak dapat dilepaskan. Gejala
yang sering timbul:
a. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan
selama haid (dismenorea), penyebab mungkin ada hubungannya dengan
vaskularisasi dan perdarahan pada sarang endometriosis pada waktu
sebelum dan semasa haid.
b. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual (dispareunia), disebabkan
karena adanya endometriosis di kavum Douglasi.
c. Nyeri saat defekasi, khususnya pada waktu haid. Disebabkan oleh karena
adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid/kandung kencing.
d. Infertilitas, disebabkan jika mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan
perlekatan jaringan di sekitarnya. Jaringan endometrium yang melekat
pada usus besar atau kandung kemih bisa menyebabkan pembengkakan
perut, nyeri ketika buang air besar, perdarahan melalui rektum selama
menstruasi atau nyeri perut bagian bawah ketika berkemih. Jaringan
endometrium yang melekat pada ovarium atau struktur di sekitar ovarium
bisa membentuk massa yang terisi darah (endometrioma). Kadang
endometrioma pecah dan menyebabkan nyeri perut tajam yang timbul
secara tiba-tiba.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
a. Pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan lunak yang seringkali
   ditemukan di dinding belakang vagina atau di daerah ovarium.
b. Laparoskopi, merupakan pemeriksaan yang sangat berguna untuk
membedakan endometriosis dari kelainan-kelainan di pelvis.
c. Biopsi endometrium
d. Sigmoidoskopi dan sitoskopi, dapat memperlihatkan tempat perdarahan
pada waktu haid.
e. Transvaginal sonography, untuk diagnosis endometrium di ovarium.

Pengobatan
1. Pengobatan Hormonal
 Pengobatan hormonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga
jaringan endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat
pseudo-pregnancy atau pseudo-menopause. Yang digunakan adalah : 
a. Derivat testosteron
Contoh obat : Danazol , Gestrinone (Dimetriose)
Efek samping : Penambahan berat, jerawat, suara menjadi lebih
berapertumbuhan rambut, aliran panas, kekeringan vagina, pembengkakan
pergelangan kaki, kram otot, perdarah diantara menstruasi, ukuran
payudara mengecil, mood berubah-ubah, gangguan fungsi hati, gangguan
metabolisme lemak, carpal tunnel syndrome.
b. Progestogen
Contoh obat : Medroxyprogesterone (Provera), Norethisterone (Primolut)
Dydrogesterone (Duphaston)
 Efek samping : Perdarahan di antara menstruasi, mood yang berubah- ubah,
depresi, vaginitis atropik
c. GnRH (Gonadotropin-Releasing Hormon) analog
Contoh obat : Leuprorelin (Prostap), Goserelin (Zoladex), Nafarelin (Synarel),
Buserelin (Suprecur) Efek samping : Aliran panas, kekeringan vagina, kehilangan
kalsium dari tulang,mood berubah-ubah.
2. Pembedahan
Pembedahan bisa dilakukan secara laparoskopi atau laparatomi, tergantung
luasnya invasi endometriosis. Pada penderita dengan endometriosis yang
hebat pengobatan hormonal disertai dengan pembedahan. Seringkali
sebelum pembedahan diberi pengobatan untuk mengurangi jumlah dan
ukuran jaringan endometriosis. Pada saat pembedahan semua jaringan
endometriosis yang terlihat dan dapat dijangkau harus dihilangkan, dengan
sayatan atau pun pembakaran oleh sinar laser. Setelah pembedahan
diberikan pengobatan hormon untuk mengurangi peradangan dan
membersihkan jaringan endometriosis yang tersisa.
Syarat pembedahan
a. Bercak jaringan endometrium memiliki garis tengah yang lebih besar dari
3,8-5 cm
b. Perlengketan yang berarti di perut bagian bawah atau panggul
c. Jari ngan endometrium menyumbat salah satu atau kedua tuba
d. Jaringan endometrium menyebabkan nyeri perut atau panggul yang sangat
hebat,
  yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
e. Ovarektomi (pengangkatan ovarium)
dan histerektomi (pengangkatan rahim) hanya dilakukan jika nyeri perut
atau panggul tidak dapat dihilangkan dengan obat-obatan dan penderita
tidak ada rencana untuk hamil lagi.
Pembedahan Radikal
Pembedahan dilakukan dengan mengangkat rahim dan ovarium di
samping membersihkan jaringan endometriosisnya. Hal ini hanya dilakukan pada
wanita dengan endometriosis hebat yang tidak mengalami perbaikan dengan
pengobatan lain dan tidak lagi mengharapkan kehamilan. Setelah dilakukan
pembedahan diberikan terapi pengganti estrogen, karena pengangkatan rahim dan
ovarium menimbulkan akibat yang sama dengan menopause. Terapi pengganti ini
diberikan 4-6 bulan setelah pembedahan agar semua jaringan endometriosis yang
tersisa sudah habis dan tidak terbentuk kembali di bawah pengaruh estrogen
3.      Parametritis (celulit pelvica)
Parametritis yaitu radang dari jaringan longgar didalam ligament latum. Radang
ini biasanya unilateral. Diagnose banding adnexitis lebih tinggi dan tidak sampai
kedinding panggul biasanya bilateral.
Etiologi parametritis dapat terjadi:
a.       Dari endometritis dengan 3 cara
1)      Percontinuitatum: endometritis, metritis, paraetritis
2)      Lymphogen
3)      Haematogen: phlebitis, periphelbitis, parametritis.
b.      Dari robekan servik

Perforasi uterus oleh alat-alat (sonde, kuret, IUD).


Gejala:
1)      Suhu tinggi dengan demam menggigil
2)      Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah,
derense dll. Terapi antibiotic.
4.      Salpingitis akut
Diagnose banding kehamilan ektopik, tidak ada demam, KED tidak tinggi, dan
leokosite tidak seberapa. Jika tes kehamilan positif, maka adneksitis dapat
dikesampingkan, tetapi jika negative keduanya mungkin. Appendicitis tempat
nyeri tekan lebih tinggi (Mc burney). Salpingitis menjalar ke ovarium hingga
terjadi oophoritis. Salpingitis dan oophoritis diberi diberi nama adnexitis. Etiologi
paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh staphylococcus,
streptococcus dan bactery tbc.
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
a.       Naik dari kavum uteri
b.      Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari appendiks yang meradang
c.       Haematogen terutama salpingitis tuberculosa. Salpingitis biasanya bilateral.
Gejala:
a.      Demam tinggi dengan menggigil
b.      Nyeri perut kanan kiri bawah, terutama jika ditekan
c.      Defense kanan dan kiri atas ligament pourpart
d.      Mual dan muntah ada gejala abdomen akut karena terjadi rangsangan
peritoneum
e.      Terkadang ada tendensi pada anus karena proses dekat pada rectum dan
sigmoid
f.       Pada periksa dalam, nyeri jika portio digoyangkan, nyeri kiri dan kanan dari
uterus terkadang ada penebalan dari tuba.
5.      Pelvioperitonitis (Perimetritis)
Biasanya terjadi sebagai lanjutan dari salpingoophoritis. Kadang – kadang terjadi
dari endometritis.
Etiologi :
a.       GO
b.      Sepsis ( Post partum dan post abortus )
c.       Dari appendicitis.
Pelvioperitonitis dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan dari alat-alat dalam
rongga panggul dengan akibat perasaan nyeri atau ileus.
Dapat dibedakan menjadi 2 bentuk:
a.       Bentuk yang menimbulkan perlekatan-perlekatan tanpa pembuatan nanah.
b.      Bentuk dengan pembentukan nanah yang menimbulkan douglas abses.
1)      Pelvioperitonitis akut
Gejala : Nyeri diperut bagian bawah.
Diagnosa :
Pada periksa dalam teraba infiltrat dalam cavum douglasi, tapi kadang-kadang
hanya ada penebalan lipatan cavum douglasi yang teraba sebagai piggir yang
keras. Sebagai akibat pelveoperitonitis dapat terjadi douglas abces. Douglas abcas
ini dapat pecah ke dalam rectum atau ke dalam fornix posterior vaginae.
Douglas abses dapat terjadi karena :
a)      Nanah yang keluar dari salpingitis purulenta.
b)      Pyosalping yang pecah.
c)      Haematocele retrouterina yang terinfeksi.
d)     Abses ovarium yang pecah.
e)      Dari abses appendiculer.
f)       Pelveoperitonitis purulenta.
g)      Perforasi usus pada typus abdominalis ( terutama dinegara yang sedang
berkembang).
Gejala :
a)      Demam intermitens, pasien menggigil.
b)      Tanesmi ad anum.
Diagnosa :
a)      Pada periksa dalam teraba masa yang kenyal yang berfluktuasi dalam cavum
douglasi dan nyeri tekan.
b)      KED tinggi dan gambaran darah toksis.
Diagnosa banding :
a)      Haematocele retroutenia : terjadi lambat laun dan setelah beberapa lama
menjadi keras.
b)      Tumor tumor retrouterin: biasanya batas batasanya jelas, kadang kadang
dapat digerakkan.
c)      Abses dalam parametrium: terletak dalam ligamen sakro uterinum
Terapi :
a)      Antibiotik bordspecrtum
b)      Istirahat dalam letak flower
c)      Opiat untuk mengurangi rasa nyeri
d)     Infus untuk mempertahankan galance elektrolit
e)      Dekompresi dengan Abott  Miller Tube
f)       Pada douglas abses dilakukan kolpotomia posterior , kalau setelah
kolpotomi  tidak segera ada perbaikan harus dicari sebab-sebab ekstra genital,
misal perforasi usus karena typus abdominalis.

B.     Etiologi
Kebanyakan PID merupakan sekuele dari infeksi serviks karena
penyakit menular seksual yang terutama disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae dan Chlamidia trachomatis. Selain kedua organisme ini,
mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya PID adalah:
a.       Cytomegalovirus (CMV) : CMV ditemukan di saluran genital bagian atas
pada wanita yang mengalami PID, diduga merupakan penyebab yang
penting untuk terjadinya PID
b.      Mikroflora endogenic
c.       Gardnerella vaginalis
d.      Haemophilus influenza
e.       Organisme enteric gram negative (E.coli)
f.       Spesies peptococcus
g.      Streptococcus agalactia
h.      Bacteroides fragilis, yang dapat menyebabkan dekstruksi tuba dan epitel
C.    Manifestasi Klinis
Gejala pelvic inflamatory desease :
1.      Tegang nyeri abdomen bagian bawah
2.      Tegang nyeri adneksa unilateral dan bilateral
3.      Tegang nyeri pada pergerakan servik
4.      Temperatur di atas 38 o C
5.      Pengeluaran cairan servik atau vagina abnormal
6.      Peningkatan C reaktif protein
7.      Pada pemeriksaan lendir servik dijumpai clamidia trachomatis atau neisseria
gonorhoe
8.      Laju endap darah meningkat
Diagnosis banding penyakit radang panggul adalah:
1.         Kehamilan ektopik yang pecah intak
2.         Toxis kista ovarium
3.         Appendicitis acuta
4.         Pervorasi dan typus abdominalis
D.    Komplikasi
Komplikasi penyakit radang panggul (PRP) dapat berupa penyakit
menaun dengan keluhan yang tidak pernah sembuh, terjadinya timbunan
nanah dalam alat genetalia bagian dalam ( abses saluran telur dan indung
telur, pernanahan di pelvis bagian bawah ), penyebaran melalui darah
(sepsis), pernanahan pecah sehinggga memerlukan tindakan darurat.
(Ida ayu chandranita manuaba,2006;h.19)
Menurut Ida ayu chandranita manuaba (2006;h.20) komplikasi lanjut
penyakit radang panggul dapat terjadi karena:
1.      Penyakit menahun dengan keluhan ketidaknyamanan di daerah kemaluan,
gangguan menstruasi nyeri saat menstruasi (dismenorea), nyeri saat
berhubungan seks (disparenia). Dan keputian (leukorea) yang sulit sembuh.
2.      Adanya infeksi penyakit hubungan seks atau melakukan gugur kandung
yang kurang legeartis (sesuai prosedur).
3.      Pengobatan penyakit hubungan sekssual yang gagal, yang mengakibatkan
gangguan fungsi alat genetalia bagian dalam.
E.     Penanganan
Terapi PID harus ditunjukan untuk mencegah kerusakan tuba yang
menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan infeksi
kronik. Banyak pasien yang berhasil diterapi dengan rawat jalan dan terapi
rawat jalan dini harus menjadi pendekatan terapeutik permulan. Pemilihan
antibiotika harus ditunjukan pada organisme etiologic utama ( N. gonorrhea
atau C. trahomatis) tetapi juga harus mengarah pada sifat polimikrobial PID.
Untuk pasien denagn PID ringan atau sedang terapi oral dan parenteral
mempunyai daya guna yang sama. Sebagian besar klinisi menganjurkan
terapi parenteral paling tidak selama 48 jam kemudian dilanjutkan dengan
terapi oral 24 jam setelah ada perbaikan klinis.
1.      Terapi Parenteral
a.       Rekomendasi terapi parenteral A
1)      Sefotetan 2  g intravena setiap 12 jam atau
2)      Sefoksitin 2 g intravena setiap 6 jam ditambah
3)      Doksisiklin 100 mg oral atau parental setiap 12 jam
b.      Rekomendasi terapi parenteral B
1)      Klindamisin 900 mg  setiap 8 jam ditambah
2)      Gentamisin dosis muatan intravena atau intramuskuler  (2 mg/kg berat
badan) diikuti dengan dosis pemeliharaan (1,5 mg/kg berat badan) setiap 8
jam. Dapat digantikan dengan dosis tunggal harian.
c.       Terapi parenteral alternatif
Tiga terapi alternatif telah dicoba dan mereka mempunyai cakupan
spektrum yang luas.
1)      Levofloksasin 500 mg intravena 1x sehari dengan atau tanpa metronidazol
500 mg intravena setiap 8 jam atau.
2)      Ofloksasin 400 mg intravena setiap 12 jam dengan atau tanpa metronidazol
500 mg intravena setiap 8 jam.
3)      Ampisilin/sulbaktam 3 g intravena setiap 6 jam ditambah doksisiklin 100
mg oral atau intravena setiap 12 jam.
2.      Terapi Oral
Terapi oral dapat dipertimbangkan umtuk penderita PID ringan atau
sedang karena kesudahan klinisnya sama dengan terapi parenteral. Pasien
yang mendapat terapi oral dan tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam
harus dire-evaluasi untuk memastikan diagnosanya dan diberikan terapi
parenteral baik dengan rawat jalan maupun inap.
a.       Rekomendasi terapi A
1)      Levofloksasin 500 mg oral 1x setiap hari selama 14 hari atau doksisiklin
400 mg 2x sehari selama 14 hari, dengan atau tanpa
2)      Metronidazol 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari.
b.      Rekomendasi terapi B
1)      Seftriaxon 250 mg intramuskuler dosis tunggal ditambah doksisiklin oral 2x
sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazol 500 mg oral 2x sehari
selama 14 hari, atau
2)      Sefoksitin 2 g intramuskuler dosis tunggal dan probenesid ditambah 
doksisiklin oral 2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazol
500 mg oral 2x sehari selama 14 hari, atau
3)      Sefalosporin generasi ketiga (misal seftizoksin atau sefotaksim) ditambah
doksisiklin oral 2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazol
500 mg oral 2x sehari selama 14 hari.
(Sarwono.2011;h.230)
F.     Dampak
Sekitar 25 % pasien PID mengalami akibat buruk jangka panjang.
Infertilitas terjadi sampai 20 %. Perempuan dengan riwayat PID mempunyai
6 sampai 10 kali lebih tinggi risiko kehamilan ektopik. Telah dilaporkan
terjadinya nyeri panggul kronik dan dispareunia.
Sindroma Fitz-Hugh-Crutis adalah terjadinya perlengketan fibrosa
perihepatik akibat proses peradangan PID. Ini dapat menyebabkan nyeri
akut dan nyeri tekan kuadran kanan atas (Sarwono,2011;h.231).
1.      Infertilitas
PID dapat menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada tuba fallopi.
Jaringan parut tersebut dapat menyumbat saluran tuba fallopi dan mencegah
sel telur untuk dibuahi.
2.      Kehamilan ektopik
Jaringan parut yang terbentuk pada PID juga dapat mencegah sebuah
sel telur yang telah dibuahi melanjutkan perjalanannya menuju ke uterus.
Sebaliknya, sel telur yang dibuahi tersebut dapat mulai bertumbuh di tuba
fallopi. Akibatnya tuba fallopi dapat mengalami rupture (pecah) dan
menyebabkan terjadinya perdarahan pada rongga abdomen (perut) dan
pelvis (panggul) yang mengancam  jiwa penderitanya. Tindakan
pembedahan emergensi (darurat) mungkin sekali dibutuhkan apabila
kehamilan ektopik tidak terdiagnosis secara dini.
3.      Nyeri pelvis kronis. PID dapat menimbulkan nyeri pelvis yang bertahan
lama. (Marmi,2013;h.203)

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Penyakit radang panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genetalia interna,


yang disebabkan berbagai mikroorganisme dapat menyerang endometrium, tuba,
ovarium parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dan
organ sekitarnya, secara homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan
seksual.
Perdangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk
melalui vagina dan bergerak ke dalam rahim lalu ke tuba fallopi 90 – 95 % kasus
PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebanbkan terjadinya penyakit
menular seksual (misalnya clamidia, gonare, mikroplasma, stafilokokous,
streptokus).
Gejala biasanya muncul segera setalah siklus menstruasi. Penderita merasakan
nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual
atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat
bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun,
perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan, infeksi bisa menyebar
ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan perut dan
perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ perut serta
menyebabkan nyeri menahun.
DAFTAR PUSTAKA
nugroho, t., & utama, b. i. (2014). masalah kesehatan reproduksi. yogyakarta:
nuha medika.
taber, b.-z. (1994). kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. jakarta:
buku kedokteran EGC.
Widyastuti, y., & Rahmawati, a. (2009). Kesehatan Reproduksi. yogyakarta:
Fitramaya.
Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta. EGC.
Gloria, M. B., Howard, K. B., Joanne, M. D., & Cheryl, M. W. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). United States of America: ISBN:978-0-
323-10011-3.
Moorhead, S., Johnson, M., Meridean, L. M., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC). United States of America: ISBN:978-0-323-
10010-6.

Anda mungkin juga menyukai