Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS

KONSEP TEORI

A. Pengertian
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan
dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3
x / minggu, tanpa memakai metode pencegahan selama 12 bulan.
Pasangan suami-istri dianggap fertil untuk bisa memiliki anak apabila suami
memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan
dan menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa) ke dalam organ reproduksi istri
dan istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh
spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin,
embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan, jika, salah satu atau
keduanya tidak memenuhinya maka di katakan infertil.
Infertil dapat terjadi pada pria ataupun wanita.

A. Klasifikasi infertilitas

Menurut pembagiannya, infertilitas dapat diklasifikasikan sebagai infertilitas


primer dan infertilitas sekunder.

a. Infertilitas primer adalah pasangan suami-istri belum mampu dan belum


pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali
per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b. Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri telah atau pernah memiliki
anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1
tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan
alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk apapun anak lagi setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat
atau metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.

B. Prevalensi
Prevalensi pasangan infertil di dunia diperkirakan satu dari tujuh pasangan
bermasalah dalam hal kehamilan. Survei kesehatan rumah tangga di Indonesia
tahun 2000, diperkirakan ada kurang lebih 3,5 juta pasangan (7 juta orang) infertil.
Pasangan infertil telah meningkat mencapai 15-20% dari sekitar 50 juta. Infertilitas
sebanyak 40% disebabkan oleh wanita, 20% oleh pria dan 40% lainnya di sebabkan
oleh faktor pria dan wanita. Prevalensi kejadian infertilitas perempuan di Indonesia
sebanyak infertil primer 15% pada usia 30-34 tahun, meningkat 30% pada usia 35-
39 tahun dan 64% pada usia 40-44 tahun.

C. Penyebab dan faktor resiko

a. Infertilitas Pada wanita


1. hormonal ( gangguan stimulasi hipofise hipotalamus yang mengakibatkan
pemberian FSH dan LH tidak ade kuat sehingga mengganggu proses ovulasi)
Sindrom Ovarium Polikistik
Sindroma ovarium polikistik merupakan suatu kumpulan gejala yang diakibatkan
oleh gangguan sistem endokrin, Kelainan ini banyak ditemukan pada wanita usia
reproduksi. Gejala tersering yang ditimbulkannya antara lain infertilitas karena
siklus yang anovulatoar, oligo sampai amenore, obesitas dan hirsutisme.
2. Radiasi atau toksik yang mengganggu ovulasi.
3. Kelainan bentuk anatomi sistem reproduksi (cedera tuba atau perlengketan
pada tuba fallopii, kelinan bentuk uterus yang tidak mampu menerima hasil
konsepsi. Kontraksi vagina dan uterus mempengaruhi dalam transportasi
spermatozoa. Kontraksi yang terjadi karena pengaruh prostaglandin dalam air
mani dapat membuat uterus berkontraksi secara ritmik. Prostaglandin
berpengaruh dalam transport spermatozoa ke dalam uterus dan melewati
penyempitan batas uterus dengan tuba. Uterus sangat sensitif terhadap
prostaglandin pada akhir fase proliferasi dan permulaan fase sekresi, sehingga
apabila prostaglandin kurang dalam mani dapat menyebabkan masalah
infertilitas. Kelainan pada uterus bisa disebabkan oleh malformasi uterus yang
menggangu pertumbuhan fetus (janin). Mioma uteri dan adhesi uterus
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus
sehingga akhirnya terjadi abortus berulang.
Infeksi , beberapa infeksi menyebakan infertilitas dengan melibatkan sistem
imun sehingga terjadi gangguan interaksi ovum dan sperma. Infeksi apabila
terjadi pada vagina akan menyebabkan kadar keasamaan dalam vagina
meningkat, sehingga menyebabkan sperma mati sebelum sempat membuahi sel
telur. Endometriosis.
4. Faktor lain ; seperti abrasi genetik sehingga kromosom tidak lengkap..
5. Peningkatan usia
Prevalensi infertilitas meningkat bila terjadi peningkatan usia. Kejadian
infertilitas berbanding lurus dengan pertambahan usia pada wanita. Wanita
dengan rentan usia 19-26 tahun memiliki kesempatan untuk hamil dua kali
lebih besar daripada wanita dengan rentan usia 35-39 tahun.
6. Berat badan
Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi infertilitas, salah satunya adalah
badan yang terlalu kurus atau badan yang terlalu gemuk.
7. Stress
Stress pada wanita dapat mempengaruhi komunikasi antara otak, hipofisis, dan
ovarium. Stress dapat memicu pengeluaran hormon kortisol yang
mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi.
b. Infertilitas pada pria
1. Abnormalitas androgen dan testosteron
Terjadi gangguan spermatogenesis: Analisis sperma dapat mengungkapkan
jumlah spermatozoa normal atau tidak. Pengambilan spesimen segar dengan cara
masturbasi di laboratorium. Standar untuk spesimen semen normal telah
ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Tabel 2.1 Analisis Semen Normal

Volume >2ml
Konsentrasi sperma >20 juta per ml
Konsentrasi sperma total >40 juta
Motilitas >50% gerakan ke depan
Morfologi >50% dengan morfologi normal
2. Obstruksi

Obstruksi atau sumbatan merupakan salah satu penyebab infertil pada pria.
Obstruksi dapat terjadi pada duktus atau tubulus yang di sebabkan karena
konginetal dan penyakit peradangan (inflamasi) akut atau kronis yang
mengenai membran basalais atau dinding otot tubulus seminiferus misalnya
orkitis, infeksi prostat, infeksi gonokokus. Obstruksi juga dapat terjadi pada
vas deferens.

3. Ketidak mampuan koitus dan ejakulasi


Faktor-faktor fisik yang menyebabkan ketidak mampuan koitus dan ejakulasi,
misalnya hipospadia, epispadia, deviasi penis seperti priapismus atau penyakit
peyronie.Faktor-faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
mencapai atau mempertahankan ereksi dan kebiasaan pria alkoholisme kronik.
4. Faktor lain
Faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat, mandi dengan air terlalu
panas, atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat menyebabkan keadaan
luar panas yang tidak menguntungkan untuk produksi sperma sehat.
D. Pemeriksaan fisik
Terdapat berbagai kelainan pada organ genital pada pria ataupun wanita.
E. Pemeriksaan penunjang
Pada wanita :
1. Deteksi ovulasi
2. Analisis hormon
3. Sitologi vagina
4. Uji pasca senggama
5. Biopsi endometrium terjadwal
6. Histersalpinograi
7. Laparoskopi
8. Pemeriksaan pelvik ultra sound
Pada pria:
1. Analisis semen
2. Bipsi testis
3. Uji penetrasi sperma
4. Usg
5. Uji hemizona
F. Penatalaksanaan
Penanganan infertilitas pada prinsipnya didasarkan atas 2 hal yaitu Mengatasi
faktor penyebab / etiologi dan meningkatkan peluang untuk hamil
1. Faktor ovulasi.
Tindakan untuk mengatasi faktor penyebab infertilitas salah satunya adalah
dengan melakukan induksi ovulasi (pada kasus anovulasi), reanastomosis tuba
(oklusi tuba fallopii) dan pemberian obat-obatan secara terbatas pada kasus
faktor sperma.
Apabila induksi ovulasi tidak berhasil, metoda dikembangkan untuk
meningkatkan peluang satu pasangan mendapatkan kehamilan, seperti
stimulasi ovarium, inseminasi dan fertilisasi in vitro. Kasus terbanyak
gangguan ovulasi pada perempuan usia reproduksi adalah sindrom ovarium
polikistik. Lini pertama induksi ovulasi: klomifen sitrat (KS): pemberian KS
sebanyak 3 siklus (dosis maksimal 150 mg/hari) terjadi ovulasi selama 3-6
siklus, tetapi tidak terjadi kehamilan. Lini kedua: gonadotropin atau
laparoskopi ovarian drilling (LOD). Lini ketiga: fertilisasi in vitro.
2. Faktor sperma
Karakteristik sperma tidak terkait langsung dengan laju kehamilan, tidak
terdapat bukti cukup kuat bahwa pengobatan varikokel memberikan hasil yang
baik terhadap terjadinya kehamilan. Pemberian vitamin, anti oksidan dan
carnitine tidak memiliki bukti cukup kuat terhadap kualitas sperma
3. Endometriosis
Bila dijumpai endometriosis derajat minimal dan ringan pada laparoskopi
diagnostik, tindakan dilanjutkan dengan laparoskopi operatif. Endometriosis
derajat sedang-berat merupakan indikasi fertilisasi in vitro.
4. Tindakan laparoskopi dianjurkan bila dijumpai hasil pemeriksaan HSG
abnormal. Fertilisasi in vitro memberikan luaran yang lebih baik dalam hal
kehamilan dibandingkan bedah rekonstruksi tuba pada kasus oklusi tuba
bilateral. Faktor idiopatik infertilitas ditegakkan atas 3 pemeriksaan dasar
infertilitas yang memberikan hasil normal, yaitu deteksi ovulasi, patensi tuba
fallopii dan analisis sperma. Penanganan pasangan infertilitas idiopatik dapat
dilakukan inseminasi intra uterin (IIU) sebanyak 4-6 x. Stimulasi ovarium
dalam IIU terutama dilakukan pada kasus endometriosis dan infertilitas
idiopatiktor tuba, oklusi tuba
5. Fertilisasi in vitro (FIV)
Tindakan fertilisasi in vitro terutama dilakukan atas indikasi : Faktor sperma
yang berat dan tidak dapat dikoreksi, oklusi tuba bilateral, endometriosis
derajat sedang berat, infertilitas idiopatik yang telah menjalani IIU 4-6 x dan
belum berhasil hamil, gangguan ovulasi yang tidak berhasil dengan induksi
ovulasi lini pertama dan lini kedua
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan Data Demografis meliputi : identitas klien termasuk data


etnis, budaya dan agama.
2. Pengkajian Anamnesa
a. Pengkajian Anamnesa pada Wanita
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi di
rumah
Riwayat infeksi genitorurinaria
Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
Tumor hipofisis atau prolaktinoma
Riwayat penyakit menular seksual
Riwayat kista

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Endometriosis dan endometrits

Vaginismus (kejang pada otot vagina)

Gangguan ovulasi

Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik

Autoimun

3).Riwayat Kesehatan Keluarga Meliputi riwayat saudara/keluarga dengan


aberasi genetik

4).Riwayat Obstetri

Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
Mengalami aborsi berulang
Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat
kontrasepsi

b. Pengkajian pada Pria


1. Riwayat Kesehatan Dahulu meliputi : riwayat terpajan benda benda mutan
yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol,
infeksi)
Riwayat infeksi genitorurinaria, Hipertiroidisme dan hipotiroid, Tumor
hipofisis atau Prolactinoma
Riwayat trauma, kecelakan sehinga testis rusak
Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi
contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Disfungsi ereksi berat
Ejakulasi retrograt
Hypo/epispadia
Mikropenis
Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
Saluran sperma yang tersumbat
Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
Abnormalitas cairan semen

3. Riwayat Kesehatan Keluarga : Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan


aberasi genetik

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Penunjang padaWanita
Deteksi Ovulasi
Analisa hormone
Sitologi vagina
Uji pasca senggama
Biopsy endometrium terjadwal
Histerosalpinografi
Laparoskopi
Pemeriksaan pelvis ultrasound

2. Pemeriksaan Penunjang pada Pria


Analisa Semen: Parameter
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 - 7,8
Volume 2 - 5 ml 5
Viskositas 1,6-6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50%
Bentuk normal > 60%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
Persentase gerak sperma motil > 60%
Aglutinasi Tidak ada
Sel sel Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa 150-650 mg/dl
Pemeriksaan endokrin
USG.
Biopsi testis
Uji penetrasi sperma
Uji hemizona
Faktor Hormonal Radiasi Kelainan Anomali system
Anatomi reproduksi
system
reproduksi

Gangguan Gangguan Ovulasi


pembentukan sperma

Gangguan / tidak
terjadinya konsepsi

Dalam waktu . 12 bulan

Defisit Pengetahuan Infertilitas

Psikososial Psokologis

MK : Ketidakefektifan Harga Diri Rendah


hubungan Situsional
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Harga diri rendah Setelah diberikan asuhan Kaji faktor Kaji faktor yang
situasional keperawatan pasien dapat menyebabkan harga diri rendah
menunjukan harga diri yang seperti hasil pemeriksaan yang
adekuat dengan kriteria : mengindikasikan infertilitas
verbalisasi penerimaan diri Pantau adanya pembicaraan yang
Penerimaan terhadap positif/negatif tentang diri sendir
keterbatasan diri Kaji adanya penyalahan yang
Berkomunikasi terbuka dituduhkan oleh pasangan
Perasaan tentang nilai diri Ajarkan latihan untuk
meningkatkan harga diri
Berikan informasi mengenai
tindakan yang dapat
meningkatkan higiene dan
penampilan jika diperlukan
Rujuk kekonselor profesional
sesuai kebutuhan, Konseling
kedua pasangan juga bila perlu
2 Ketidak efektifan Setelah diberikan asuhan Bantu pasien mengidentifikasi
hubungan keperawatan menunjukan tujuan jangka panjang da jangka
hubungan yang baik diantara pendek
pasangan, dengan kriteria Bantu pasien dalam memberikan
Komunikasi yang efektif sumber-sumber yang teredia
Caring untuk memenuhi tujuannya
Saling menerima Bantu pasien untuk
Komitmen jangka panjang menyelesaikan masalah dengan
Pemecahan masalah bersama cara yang konstruktif
Saling menghormati Berikan pemahaman pasien
Rasa tanggung jawab tentang proses penyakit
Rasa saling keterikatan Dukung kesabaran dalam
mengembangkan suatu
hubungan
Dukung (kemampuan dalam )
penerimaan terhadap
keterbatasan pasangan
Kenali latar belakang budaya
spritual pasien
3 Devisit pengetahuan Setelah diberikan asuhan Diskusikan faktor-faktor yang
keperawatan pasien berhubungan dengan ketidak
mempunyai pengetahuan suburan (misalnya usia ibu >35
tentang peningkatan tahun, PSM,nutrisihormon,
kesuburan(verti) dengan tiroid,infeksi dan operasi panggul,
kriteria: jumlah semen, karakteristik
Pasien mengetahui (mampu semen, pengaruh pakaian ketat
menjelaskan)tentang : terhadap produksi sperna. dll)
Pengaruh umur Dorong konsepsi sebelum usia 35
Pengaruh frekuensi koits tahun yang sesuai
Pengaruh nutrisi Informasikan tentang efek
Efek kesehatan yang alkohol, tembakau terhadap
merugikan fungsi kesuburan
Efek panas dan jumlah Informasikan metode
sperma pengobatan
Oengaruh pakaian ketat pada yang konservatif
jumlah sperma Arahkan pada kesehatan atau
Pengaruh anomali fisik program modifikasi gaya hidup
Pengaruh operasi panggul yang sesui
Pengaruh lingkungan vagina/ Arahkan pasien dengan riwat
rahim indikasi kemungkinan gangguan
Pengaruh kadar hormon kesuburan untuk diagnosis dini
Pengaruh fungsi tiroid dan pengobatan.
Penggunaan suhu tubuh basal
untuk memperkirakan suhu
tubuh basal
Pengaruh karakteristik semen
Uji pasca koitus
Pengaruh jumlah sperma
Pilihan untuk mengobati
infertilitas

Anda mungkin juga menyukai