Anda di halaman 1dari 5

Kritisi Jurnal

1. Judul : A Retrospective Exploration of Patient-Ventilator Monitoring Intensity,


Therapeutic Intervention Intensity, and Compliance with Lung Protective
Guidelines in a Cohort of Patients with Adult Respiratory Distress Syndrome
(Sebuah Eksplorasi retrospektif dari Pasien dengan Pemantauan Intensitas
Ventilator, Intensitas Intervensi Terapiutik, dan Kepatuhan terhadap Pedoman
pelindung Paru di sebuah kelompok Pasien dengan Adult Respiratory Distress
Syndrome).
Pengarang : Terry L. Jones, R N, PhD,Professor, Clinical Nursing, University of
Texas at Austin, Austin, TX.
Edisi jurnal : First Quarter 2011, Worldviews on Evidence-Based Nursing

2. Topik: Sebuah Eksplorasi retrospektif yaitu sebuah studi yang didasarkan pada
catatan kesehatan dari waktu peristiwanya terjadi di masa lalu sampai saat ini
dari Pasien dengan Pemantauan Intensitas Ventilator, Intensitas Intervensi
Terapiutik, dan Kepatuhan terhadap Pedoman pelindung Paru di sebuah
kelompok Pasien dengan Adult Respiratory Distress Syndrome.

Latar Belakang :
Pendekatan saat ini untuk ventilasi mekanis untuk Adult Respiratory Distress
Syndrome (ARDS) dan Cedera Paru Akut (ALI) melibatkan pertahanan parameter
ventilator pasien dalam target mendrikan pelindung paru. Monitoring
merupakan bagian dari proses asuhan keperawatan dipercaya untuk memandu
intervensi terapeutik dan memfasilitasi pemenuhan target ini. Hubungan
empiris antara monitoring, intervensi terapi, dan kepatuhan dengan pedoman
praktek ini belum cukup dieksplorasi.

Tujuan :
Mengetahui Hubungan empiris antara monitoring, intervensi terapi, dan
kepatuhan dengan pedoman praktek .
3. Metode Penelitian:
Sebuah desain observasional retrospektif digunakan untuk
mengeksplorasi hubungan antara intensitas pemantauan, intensitas intervensi
terapi, dan kepatuhan dengan filosofi pelindung paru ventilasi mekanis dalam
kohort (kelompok) pasien dengan ARDS atau ALI. Kepatuhan dengan target
pelindung paru diukur dengan melihat proporsi waktu saturasi oksigen, tekanan
distending alveolar, dan volume tidal dipertahankan dalam pedoman yang
direkomendasikan seperti yang dibuktikan dengan dokumentasi rekam medis.
Intensitas monitoring dan intensitas intervensi terapeutik didasarkan pada
frekuensi penilaian dicatat dan intervensi dalam rekam medis.

Desain dan Subyek Sebuah studi cohort (kelompok) retrospektif


dilakukan dalam upaya untuk mengukur pengawasan dan mengidentifikasi
hubungan antara intensitas monitoring, intensitas intervensi terapeutik dan
kesesuaian dengan parameter pelindung paru-paru. Kohort terdiri dari pasien
dengan ARDS atau ALI dirawat di fasilitas penelitian dari tanggal 1 Januari 2000,
untuk 31 Desember 2001 (24 bulan). 3 hari pertama setelah diagnosis ARDS
digunakan sebagai waktu yang menarik dalam penelitian ini. 3 periode hari ini
didefinisikan sebagai pertama lengkap enam berturut-turut shift 12 jam (72 jam)
dari waktu diagnosis. Batasan usia disini adalah usia dewasa minimal 18 tahun.
Lima orang pasien dewasa dengan ARDS atau ALI menerima mekanis ventilasi di
lokasi penelitian yang dirawat di ICU. Keterampilan campuran dalam semua ICU
ini termasuk kombinasi Register Ners (RN) dan tenaga bantu tanpa izin, dengan
RN-to-pasien rasio biasanya berkisar antara 1:1 1:2.

Dua puluh empat jam dukungan terapi pernafasan diberikan oleh


terapis pada setiap unit. Intensitas dari monitoring dan dokumentasi dalam ICU
didasarkan pada kombinasi standar praktek, perintah dokter, dan penilaian
keperawatan. Standar keperawatan dari carewas untuk melakukan penilaian
head-to-toe penuh pada setiap pasien setiap 4 jam. Tanda-tanda vital harus
dicatat tidak kurang dari setiap 2 jam. Parameter lain yang dimonitor dan dicatat
pada kebijaksanaan perawat, berdasarkan perintah dokter, penilaian
keperawatan, dan tanggapan pasien untuk intervensi. Penilaian perawatan dan
intervensi yang didokumentasikan di ICU flowsheet, bentuk pengkajian
keperawatan, Profil administrasi obat, dan catatan perkembangan. Dokumen-
dokumen diletakkan di samping tempat tidur dan diakses oleh tim klinis untuk
referensi.
4. Analisa hasil penelitian

Karakteristik sampel disajikan pada Tabel 2. Dua puluh sembilan subyek


menerima ventilasi volume dan 38 ventilasi tekanan Baik usia dan II skor
APACHE terdistribusi secara normal untuk setiap variabel. Skor APACHE II adalah
serupa antara subyek menerima kedua jenis ventilasi (volume = 24 5,2,
tekanan = 25 6,4). Skor APS yang tertinggi selama shift pertama setelah
diagnosis (24 5,9) diikuti dengan penurunan yang sangat bertahap dengan nilai
terendah tercatat pada pergeseran keenam (19 5,3). Evaluasi Kesehatan
Fisiologi Akut dan Kronis Total II (APACHE II) skor digunakan sebagai ukuran
utama keparahan penyakit dalam penelitian ini sementara Fisiologi Akut Skor
(APS) untuk setiap shift juga dihitung dan digunakan untuk tujuan deskriptif.
Pengembangan dan penilaian instrumen ini telah dijelaskan sebelumnya (Knaus
et al. 1985, Knaus 1989; DelBufalo et al. 1995).

Intensitas Pemantauannya positif dengan keduanya antara keparahan penyakit


dan dengan intensitas intervensi terapi berkorelasi, ini menunjukkan bahwa
pasien sakit menerima pemantauan lebih intens dan lebih intens intervensi
terapeutiknya. Intensitas Terapi tidak signifikan berkorelasi dengan tingkat
keparahan penyakit. Pemantauan yang Intens adalah satu-satunya variabel
proses yang berhubungan dengan pedoman pelindung paru-paru. Sebuah
hubungan negatif ditunjukkan antara intensitas monitoring dan memenuhi
seluruh pedoman pelindung paru kolektif (r = -0,335, p = 0,006) serta dengan
tekanan alveolar puncak individual (r = -0,386, p = 0,003).
Kelemahan jurnal:
- Penulis kurang menjelaskan apa yang dimaksud dengan kolerasi
perlindungan paru secara kolektif dan tekanan alveoral puncak individual
Kesimpulan :
Rekomendasi Kepatuhan terhadap parameter pelindung paru-paru dalam
ketiadaan pemantauan standar dan protokol menjadikan intervensi suboptimal.
Bukti awal hubungan positif antara pengawasan dan kedua keparahan penyakit
dan intervensi terapeutik didirikan. Control untuk keperawatan dan variasi
kolaborasi dengan dokter diperlukan untuk menyingkirkan pengaruh dan kinerja
yang bersifat bias pada hasil praktek kolaboratif. Hasil protokol standar yang
eksplisit (nyata) yang membahas frekuensi penilaian dan intervensi bersama,
dengan target terapi lebih adekuat untuk interfensi dengan praktek kolaboratif.

5. Aplikasi keperawatan di Indonesia

Untuk hasil pnenelitian di Indonesia tentang pemantauan pedoman terhadap


perlindungan paru sangatlah kurang efektif, karena kebanyakan pasien di
Indonesia kurang patuh terhadap aturan- aturan yang telah ditetapkan. Perawat
di Indonesia juga kurang terapeutik terhadap pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien. Untuk pemantauan terhadap intensitas ventilator,
untuk perawat di Indonesia sudah mampu untuk menjalankan sesuai standart
yang telah ditetapkan.
Refrensi
http://www.proquest.com

Anda mungkin juga menyukai