Anda di halaman 1dari 8

Nama : Hanip Dinamara

NIM : P20620119055

Tingkat 2B, D3 Keperawatan

A. Definisi
Heat stroke (senrangan panas) adalah kondisi ketika tubuh mengalami peningkatan suhu
tubuh secara dramatis dalam waktu cepat, dan tidak dapat mendinginkan tubuh. Heat
stroke biasanya terjadi saat seseorang merasa kepanasan hebat akibat paparan suhu panas
dari sengatan matahari di luar batas toleransi tubuh.

B. Etiologi
1. Kondisi suhu lingkungan yang terlalu tinggi (biasanya disertai dehidrasi)
2. Peningkatan Produksi Panas (obat-obatan, peningkatan aktivitas muskular)
3. Penurunan Pengeluaran Panas (Memakai pakaian yang terlalu tebal, penurunan
keringat, penurunan respons sistem saraf pusat, penggunaan sedatif, obat obatan yang
dapat memengaruhi pengendalian kardiovaskular)
4. Penurunan Kemampuan Adaptasi terhadap Iklim

C. Patofisiologi
Patogenesis heatstroke terkait respons sistemik dan selular terhadap heat stress. Respons
ini meliputi termoregulasi (dengan aklimatisasi), respons fase akut, dan respons yang
melibatkan produksi heat shock protein. Kegagalan termoregulasi, respons fase akut
yang berlebihan, dan perubahan respons heat-shock protein memiliki kontribusi
perubahan heat stress menjadi heatstroke.
Termoregulasi adalah pengeluaran kelebihan panas dalam tubuh hasil metabolisme untuk
mempertahankan suhu tubuh 37°C. Kenaikan suhu darah kurang dari 1°C akan
mengaktifkan reseptor panas di perifer dan hipotalamus memberikan sinyal pada pusat
hipotalamus,termoregulasi dan respons eferen dari pusat ini meningkatkan pengiriman
darah panas ke permukaan tubuh. Aktifnya vasodilatasi kutan simpatik kemudian
meningkat aliran darah dalam kulit hingga 8 liter per menit. Dengan peningkatan suhu
dalam darah akan menginisiasikan keluarnya keringat. Keringat akan menguap dan
menyebabkan permukaan tubuh menjadi dingin.
Terbentuknya gradien termal oleh evaporasi keringat sangat penting untuk transfer panas
dari tubuh ke lingkungan. Peningkatan suhu juga menyebabkan takikardia, meningkatkan
cardiac output, dan meningkatkan ventilasi.
Kegagalan proses penyesuaian diri secara fisik (kegagalan meningkatkan curah jantung)
dan psikis terhadap lingkungan menyebabkan terganggunya pelepasan panas sehingga
menyebabkan terjadinya heatstroke. Penurunan kemampuan aklimatisasi biasanya terjadi
pada anak-anak, dewasa muda, orang tua, konsumsi diuretik dan hipokalemia.
Respons fase akut untuk heat stress adalah reaksi terkoordinasi yang melibatkan sel-sel
endotel, leukosit, dan sel epitel yang melindungi terhadap cedera jaringan dan untuk
perbaikan jaringan. Latihan yang berat dapat menginduksi mediator inflamasi lokal dan
sistemik. Ketidakseimbangan mediator inflamasi dan anti inflamasi dapat menyebabkan
kerusakan sel.
Hampir semua sel memberikan respons terhadap pemanasan mendadak dengan
memproduksi heat-shock protein atau stress protein. Ekspresi heat-shock protein
dikontrol pada tingkat transkripsi gen. Penghambatan sintesis heat-shock protein baik
pada tingkat gen-transkripsi atau dikirimkan melalui antibodi spesifik yang menyebabkan
sel menjadi sangat sensitif terhadap stres panas walaupun dengan kadar yang kecil.
Panas akan langsung mempengaruhi tubuh pada tingkat sel dengan mengganggu proses
seluler pada aktivitas denaturasi protein dan membran seluler, sehingga berbagai sitokin
inflamasi dan heat-shock protein yang menyebabkan stres lingkungan akan dihasilkan.
Jika stres ini berlanjut, maka sel akan mati (terjadi apoptosis).

D. Komplikasi
Heat Stroke dapat dilihat sebagai kegagalan multi system. kerusakan sistem syaraf pusat
permanen dapat terjadi pada 20% kasus dan berkaitan dengan prognosis yang buruk.
Rhabdimyolisis disebabkan oleh kerusakan jaringan sering terjadi, begitu juga dengan
myoglobinuria dan resiko kerusakan ginjal. beberapa dokter menggunakan manitol jika
diperlukan untuk mempertahankan urine output 50 sampai 100 cc per jam untuk
melindungi ginjal. Dapat terjadi kerusakan sel hepar, sehingga menyebabkan koagulopati
dan hepatitis. Pada otot jantung bila terjadi kerusakan dapat menimbulkan aritmia atau
cardiac arrest.

E. Penatalaksanaan (Farmakologi & Non Farmakologi)


Menurunkan suhu secara tepat adalah kunci dari penatalaksanaan Heat Stroke. Pasien
harus di stabilisasikan di ruangan yang dingin. Lepas semua pakaian atau yang menempel
di seluruh badan, evaluasi dari airway, breathing dan circulation. penurunan secara cepat
sampai di bawah 40 derajat Celsius jangan ditunda jika memungkinkan. penggunaan air
es atau air dingin memudahkan penurunan suhu dengan cepat walaupun dapat
menyebabkan menggigil. Di beberapa penelitian pada exertional Heat Stroke penggunaan
air es dapat menurunkan suhu di bawah 39 derajat Celcius dalam waktu 10 sampai 40
menit tanpa kematian. Selain itu juga dapat digunakan ice pack (diletakkan di leher,
pangkal paha, ketiak), air dingin yang disemprotkan ke seluruh permukaan badan.
Evaluasi suhu badan secara berkala atau terus-menerus. pemasangan infus dengan
menggunakan ringer laktat atau normal saline dengan kecepatan 250 ml per jam dan
pasien dilakukan pemasangan kateter untuk memantau urine outputnya. Penggunaan
muscle relaxant seperti benzodiazepin dan neuroleptic agent misal chlorpromazine dapat
digunakan untuk mengurangi gejala menggigil dan pencegahan terjadinya kejang.

F. Penunjang Diagnostik
1. Laboratorium

Evaluasi pada elektrolit pasien. pada keadaan hipertermia pemeriksaan akan


menunjukkan adanya hiperkalemia pada pasien, pada keadaan dimana terjadi
rhabdomyolisis diperlukan pemeriksaan kreatinin prospokinase, jika terjadi kerusakan
pada organ maka enzim hati akan menunjukkan kenaikan (puncaknya 24 sampai 72
jam), disseminated intravaskular coagulapathy dan terjadi coagulopathyl.

2. Imaging
Gambaran CT scan normal dan pada EKG pasien akan menampilkan adanya tanda
iskemik atau kelainan elektrolit.

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien : Nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, asal suku bangsa, agama, status perkawinan, pendidikan, tanggal MRS
(masuk rumah sakit) dan nama orang tua serta pekerjaan orang tua.
b. Alasan Masuk : Mengkaji alasan klien dibawa ke rumah sakit serta upaya apa
yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah klien.
c. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama : Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apati
samapai somnelan, dan gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau
tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare,tinja
berdarah atau tanpa lendir, anoreksia atau muntah.
2) Riwayat penyakit sekarang : Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya
daging, telur, atau terkontaminasi dengan minuman.
3) Riwayat penyakit dahulu : Pernah menderita penyakit infeksi yang
menyebabkan sistem imum menurun.
4) Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat hipertensi,jantung,DM yang
mempengaruhi pasien
5) Riwayat kesehatan lingkungan : Demam thyoid saat ini terutama ditemukan di
negara sedang berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi serta kesehatan
lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan.Pengaruh cuaca terutama
pada musim hujan sedangkan dari kepustakaan berat dilaporkan terutama pada
musim panas.
6) Imunisasi : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
7) Nutrisi : Gizi buruk atau meteorismus.
d. Pemeriksaan fisik
1) Sistem kardiovaskuler : Takikardi, hipotensi dan syok jika pendarahan, infeksi
sekunder atau septikemia.
2) Sistem pernafasan : Batuk nonproduktif, sesak nafas.
3) Sistem pencernaan : Umumnya konstipasi dari pada diare, perut tegang,
pembesaran limpa dan hati, nyeri perut pada perabaan, bising usus melemah
atau hilang, muntah, lidah tifoid dengan ujung dan tepi kemerahan dan tremor,
mulut bau, bibir kering dan pecah-pecah.
4) Sistem genitourinarius : Distensi kandung kemih, retensi urine
5) Sistem saraf : Demam, nyeri kepala, kesadaran menurun : delirium hingga
stupor, gangguan kepribadian, katatonia, aphasia, kejang.
6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal : Nyeri sendi
7) Sistem endokrin : Tidak ada .
8) Sistem integumen : Rose spot dimana hilang dengan tekanan, ditemukan pada
dada dan perut, turgor kulit menurun, membran mukosa kering.
9) Sistem pendengaran : Tuli ringan atau otitis media.
e. Pemeriksaan diagnostik dan hasil :
1) Jumlah leukosit normal /leukopenia/leukositosis.
2) Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan fosfat alkali meningkat
3) Biarkan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga.

2. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan mekanisme pengaturan panas tubuh
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan (cerebral, cardiopulmonal, ginjal & sistem
pencernaan) berhubungan dengan gangguan metabolisme

c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran keringat

3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

1. Hipertermi NOC : Termogulasi NIC : Perawatan Demam


berhubungan dengan
mekanisme Kriteria hasil : 1. Monitor suhu sesering
pengaturan panas 1. Suhu tubuh dalam mungkin
tubuh rentang normal 2. Monitor IWL
2. Nadi dan RR dalam 3. Monitor warna suhu dan
rentang normal kulit
3. Tidak ada perubahan 4. Monitor tekanan darah,
warna kulit dan tidak nadi dan RR
ada pusing 5. Monitor penurunan
tingkat kesadaran
6. Monitor WBC, Hb, dan
Hct
7. Monitor intake dan
output
8. Berikan anti piretik
9. Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
10. Selimuti pasien
11. Lakukan tapid sponge
12. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
13. Komppres pasien pada
lipat paha dan aksila
14. Tingkatkan sirkulasi
udara
15. Berikan pengobatan

2. Ketidakefektifan NOC : NIC : Cairan


Status Sirkulasi
perfusi jaringan 1. Berikan O2 dengan
Perfusi Jaringan : Serebral
(cerebral, rebreathing mask
Kriteria hasil :
cardiopulmonal, (100%) atau intubasi
Menunjukkan fungsi sensori
ginjal & sistem sesuai indikasi
pencernaan) motori cranial yang utuh : 2. Berikan cairan IV
berhubungan dengan tingkat kesadaran membaik, dengan RL atau normal
gangguan tidak ada gerakan gerakan saline
metabolisme involunter 3. Berikan kalium untuk
koreksi hipokalemia dan
natrium bikarbonat
untuk koreksi asidosis
metabolik
4. Pantau EKG
5. Ukur balance cairan tiap
1 jam
6. Pantau adanya kejang
7. Berikan diuretik untuk
meningkatkan diuresis

3. Resiko kekurangan NOC : NIC : Fluid management


volume cairan Fluid balance 1. Timbang
berhubungan dengan Hydration popok/pembalut jika
pengeluaran keringat Nutritional status : food and diperlukan
fluid intake 2. Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
Kriteria hasil
3. Monitor status
1. Memeperthankan
hidrasi( kelembaban
urine output sesuai
membran mukosa, nadi
dengan usia dan BB,
adekuat, tekanan darah
BJ urine normal, HT
ortostastik) Jika
normal
diperlukan
2. Tekanan darah, nadi,
4. Monitor vital saign
suhu tubuh dalam
5. Monitor masukan
batas normal
makanan/cairan dan
3. Tidak ada tanda tanda
dehidrasi ,elastisitas hitung intake kalori
turgor kulit baik, harian
membran mukosa 6. Kolaborasikan
lembab, tidak ada rasa pemberian cairan IV
haus yang berlebihan 7. Monitor status nutrisi
8. Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
9. Dorong masukan oral
10. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
11. Dorong keluarga untuk
membantu pasien
makan
12. Tawarkan snack( jus
buah, buah segar)
13. Kolaborasi dengan
dokter
14. Atur kemungkinan
tranfusi

Daftar pustaka

https://www.scribd.com/doc/29913346/Makalah-Heat-Stroke diakses pada tanggal 05 maret


2021

https://www.scribd.com/document/428175400/Makalah-Heat-Stroke diakses pada tanggal 05


maret 2021

Anda mungkin juga menyukai