Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.B DENGAN FEBRIS

DI RUANG CEMPAKA 2 RSUD KAB.TEMANGGUNG

Dosen Pengampu : Ns. Susi Tentrem Roestyati Talib.,M.Kes

Disusun oleh :
Feby Sari Morlina
P1337420520102
Setyaki 2

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI KEPERAWATAN MAGELANG

PROGRAM DIPLOMA III

2022
BAB I

KONSEP DASAR

A. Definisi
Demam merupakan suatu gangguan yang sering terjadi pada bayi dan anak,
dikatakan demam bila suhu tubuh anak mencapai kenaikan suhu sekitar 0,8˚C - 1,1˚C
yaitu lebih dari 38˚C, diatas suhu tubuh normal seseorang (Khusumawati, 2020).
Demam pada anak dapat disebabkan karena infeksi virus, paparan panas yang
berlebihan (overheating), kekurangan cairan (dehidrasi), alergi dan gangguan sistem
imun.
Demam juga dapat dianggap sebagai suatu tanda penting dari aktivasi
sistem imun dengan hasil pengendalian suhu tubuh. Demam sendiri merupakan
sebuah mekanisme pertahanan tubuh dalam menghadapi berbagai mikroorganisme
patogen dengan cara menghambat replikasi mikroorganisme dan membantu proses
fagositosis / proses tubuh untuk melindungi diri dari bakteri bahaya (Suprapti et al.,
2020). Demam jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka demam dapat
membahayakan keselamatan anak sehingga dapat menimbulkan komplikasi lain
(kejang dan penurunan kesadaran).
B. Anatomi Fisiologi

Hipotalamus terdiri dari banyak jaringan saraf dan nukelus dari sel saraf. Hipotalamus
berhubungan erat dengan bagian lain sistem saraf batang otak, kelenjar hipofisis,
sistem limbik dan sistem saraf otonom. Nukleus dapat terbagai menjadi 4 bagian
yaitu: Preoptic Region, Supraoptic Region, Tuberal Region dan Mammillary Region.
Setiap region terdiri dari nukleus yang berbeda-beda dan memiliki fungsi untuk
menghasilkan hormon yang berbeda pula.
Adapun hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus, antara lain :

 Growth Releasing Hormone “GRH”, berfungsi untuk merangsang pelepasan


hormon pertumbuhan yang akan merangsang pertumbuhan, perkembangan,
regenerasi dan reproduksi sel.
 Somatostatin, berfungsi untuk menghambat pelepasan GH dari kelenjar
hipofisi, hormon somatostain dapat mengendalikan sistem endokrin dan
berpengaruh terhadap transmisi sinyal saraf.
 Dopmin, merupakan hormon yang memiliki banyak fungsi, tetapi fungsi
utamanya ialah untuk menghambat produksi prolaktin dan mengatur sekresi
hormon di kelenjar hipofisis.
 Prolactin Releasing Hormone “PRH”, merupakan hormon yang berfungsi
untuk menstimulasi diproduksinya prolaktin dalam tubuh.
 Thyrotropin Releasing Hormone “TRH” merupakan hormon yang berfungsi
untuk merangsang dan menstimulasi produksi prolaktin dan TSH “Tiroid
Stimulating Hormone”.
 Corticotropin Releasing Hormone “CRH”, berfungsi untuk mengurangi stress
dengan merangsang produksi hormon adrenokortikotropik pada kelenjar
hipofisis.
 Gonadotropin Releasing Hormone “GnRH”, merupakan hormon yang
berfungsi untuk menstrimulasi sekresi dari hormon-hormon seksual oleh
hipofisi anterior.
 Anti Diuretik Hormone “ADH”, merupakan hormon yang berfungsi untuk
merangsang penyerapan air oleh tubuh sehingga dapat mengurangi produksi
urin.
 Oksitosin, merupakan hormon yang berfungsi untuk membantu
mempersiapkan proses persalinan pada wanita dan juga berperan untuk
meningkatkan gairah tubuh
C. Etiologi
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi
suhu sentral (misalnya : perdarahan otak,koma). Pada dasarnya untuk
mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain : ketelitian
pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain
secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah
cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang
menyertai demam. Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang
pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3
derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama
satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang
medis lainnya.
D. Manifestasi Klinis
Fase 1 awal (menggigil)
Tanda dan gejala
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah

Fase 2 (proses demam)


Tanda dan gejala
a. Proses mengigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas / dingin
d. Peningkatan nadi
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi
g. Kelemahan
h. Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.

Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi
E. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau
zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari
dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal
dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda
asing (non infeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan
reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan
demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh
(sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan
meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
Etiologi :
F. Pathway Dehidrasi
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi. Penurunan Cairan Intrasel
3. Pneumonia.
4. Malaria. Tubuh Kehilangan Cairan
5. Otitis media.
6. Imunisasi Demam

B1 (Breathing) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Masuk ke aliran limfe Gangguan rasa Agen Infeksius Ph berkurang


Agen Infeksius Meningkatnya
aman Mediator Inflamasi
Mediator inflamasi metabolik tubuh

Menyerang orang RES Anoreksi


Rewel
Monosit/Makrofag Monosit/Makrofag
Kelemahan
Limpa Intake makanan
Cemas
Mempengaruhi Sitokin Pirogen berkurang
termogulator Intoleransi Aktivitas
Splenomegali hipotalamus Thalamus
melalui aliran Mempengaruhi
hipothalamus Anterior Nutrisi kurang dari
darah kebutuhan tubuh
Menekan Diafragma Kurang pengetahuan
Aksi antipiretik
Termogulasi
Ekspansi paru Ansietas Risiko defisit
tidak efektif
nutrisi
Peningkatan Evaporasi
Pola Nafas Tidak Efektif
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, dan
glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan kelainan
yang berarti.
2. Lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan menginitis, yang meliputi :
1) Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karenan gejala meningitis
sering tidak jelas.
2) Bayi antara 12 bulan-1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal pungsi
kecuali pasti bukan meningitis.
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.
Pemeriksaan foto kepala, CT scan atau MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa
kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukkan gambaran normal. CT
scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk mencari lesi
organic di otak.
H. Komplikasi
Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan otak.
Komplikasi febris diantaranya:
a. Takikardi
b. Insufisiensi jantung
c. Insufisiensi pulmonal
d. Kejang demam
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas yaitu berisi identitas klien dan orang tua/wali klien, bisa meliputi : nama,
umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis, hubungan
pasien dengan penanggung jawab.
2. Catatan masuk
Gambaran secara kronologis mengenai mulai pertama keluhan dirasakan dan hal-
hal yang terkait termasuk lokasi, durasi, hubungannya dengan fungsi fisiologis
maupun pengobatan yang pernah dialami.
3. Riwayat kesahatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang bagaimana keadaan sakit pasien saat ini, kapan pasien
merasakan keluhan pertama kali, apa yang dilakukan pasien untuk mengatasi
masalah tersebut, bagaimanakah efek dari usaha untuk mengatasi masalah
tersebut. Jika tidak ada perubahan maka apa yang dilakukan pasien atau
keluarga sebagai tindakan lanjut.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang pengalaman pasien dengan keadaan yang sama sebelum dan
tindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut pada waktu
itu.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Berisi tentang ada tindakan anggota keluarga yang mengalami masalah yang
sama dan ada tidaknya anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
dikategorikan penyakit genetic
d) Riwayat Masa Lampau
- Prenatal
Tempat pemeriksaan kehamilan tiap minggu, keluhan saat hamil, riwayat
terkena radiasi, riwayat berat badan selama hamil, riwayat imunisasi TT,
golongan darah ayah dan ibu
- Natal
Tempat melahirkan, jenis persalinan, penolong persalinan, komplikasi
yang dialami saat melahirkan dan setelah melahirkan.
- Post Natal
Kondisi bayi, APGAR, Berat badan lahir, Panjang badan lahir, anomaly
kongenital, penyakit yang pernah dialami, riwayat kecelakaan, riwayat
konsumsi obat dan menggunakan zat kimia yang berbahaya,
perkembangan anak dibanding saudara – saudaranya.
e) Riwayat Psikososial Spiritual
Berisi tentang yang mengasuh, hubungan dengan anggota keluarga,
hubungan dengan teman sebayanya, pembawaan secara umum, pelaksanaan
spiritual)
f) Riwayat Imunisasi
Berisi tentang riwayat imunisasi yang pernah dilaksanakan klien
g) Riwayat Tumbuh Kembang
- Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan Fisik : Berat badan, tinggi badan, waktu tumbuh gigi,
jumlah gigi, pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran lingkar kepala
- Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, senyum
kepada orang lain pertama kali, bicara pertama kali, kalimat pertama
yang disebutkan dan umur mulai berpakaian tanpa bantuan.
h) Riwayat Nutrisi
- Pemberian Asi
- Pemberian Susu Formula
- Pola perubahan nutrisi
1. Pola pengkajian fungsional gordon
a) Pola persepsi manajemen kesehatan
Menggambarkan tentang pemahaman pasien tentang pola kesehatan dan
kesejahteraan dan bagaimana penanganannya.
b) Pola metabolik nutrisi
Menjelaskan tentang pola konsumsi makanan dan minuman yang berkaitan
dengan kebutuhan metabolik dan pola-pola yang menunjukkan pemasukan
nutrien.

c) Pola eliminasi
Menggambarkan tentang pola ekskretori (bowel, bladder, dan kulit).
d) Pola aktivitas latihan
Menjelaskan tentang pola latihan, kegiatan, santai, dan rekreasi.
e) Pola istirahat tidur
Menguraikan tentang pola-pola tidur, istirahat, dan relaksasi.
f) Pola persepsi – kognitif
Menjelaskan tentang pola persepsi-sensory dan kognitif.
g) Pola hubungan peran
Menggambarkan pola peran kekerabatan dan hubungan.
h) Pola konsep diri – persepsi diri
Menjelaskan tentang pola konsep dan persepsi diri (contohnya kenyamanan
tubuh, gambaran diri, dan suasana perasaan).
i) Pola resproduksi – seksualitas
Menjelaskan tentang pola-pola kepuasan dan ketidakpuasan dalam
seksualitas; menggambarkan pola reproduksi
j) Pola toleransi terhadap stress – koping
Menjelaskan tentang pola koping yang umum dan keefiktifan pola dalam arti
toleransinya terhadap stress.
k) Pola keyakinan nilai
Menggambarkan pola-pola nilai-nilai, keyakinan-keyakinan (termasuk
spiritual), atau sasaran yang mengarahkan pada memilih atau memutuskan.
1. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : kaji keadaan umum pasien
b) Tanda – tanda vital :kaji suhu tubuh, tekanan darah, nadi, pernapasan pasien
c) Kepala :kaji bentuk wajah, kulit kepala bersih/kotor, terdapat
benjolan atau tidak
d) Mata :kaji kelengkapan dan keadaan sekitar mata
e) Hidung :kaji bentuk hidung, keadaan lubang hidung dan cuping
hidung
f) Telinga :kaji bentuk telinga ukuran, lubang, dan ketajaman
pendengaran
g) Mulut :kaji keadaan bibir, keadaan gusi dan gigi, keadaan
lidah
h) Leher :kaji tyroid dan denyut nadi karotis
i) Kulit :kaji warna kulit, keadaan turgor, kulit hangat/dingin
j) Dada :lakukan inspeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi pada
paru-paru, jantung
k) Abdomen :lakukan inspeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi pada
abdomen
l) Genetalia :jenis kelamin pasien, terpasang atau tidak kateter
m) Ekstermitas :tangan terpasang infus atau tidak, ada edema atau tidak,
akral hangat atau dingin
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
3. Program Terapi
a. Terapi Obat
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenao respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik berlangsung aktual
atau potensial, Dx.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1, Cetakan III
(Revisi) 2017 :
1. Termoregulasi tidak efektif b.d stimulasi termoregulasi hipotalamus d.d suhu
tubuh fluktuatif
2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d pola napas abnormal
3. Ansietas b.d terpapar bahaya lingkungan d.d tampak gelisah
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d frekuensi jantung meningkat
5. Risiko defisit nutrisi d.d factor psikologis (keengganan untuk makan)
C. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi


Hasil
Termoregulasi Termoregulasi Regulasi Temperatur (I.14578)
tidak efektif (L.14134) Observasi
(D.0149) Setelah dilakukan
asuhan keperawatan  Monitor suhu bayi sampai stabil
selama 2x24 jam (36.5˚C – 37.5˚C)
diharapkan  Monitor suhu tubuh anak tiap
termoregulasi dua jam, jika perlu
membaik dengan  Monitor tekanan darah,
kriteria hasil : frekuensi pernapasan dan nadi
1. Menggigil  Monitor warna dan suhu kulit
menurun  Monitor dan catat tanda dan
2. Suhu tubuh gejala hipotermia dan
membaik hipertermia
3. Suhu kulit
membaik Terapeutik
4. Kulit merah
 Pasang alat pemantau suhu
menurun
kontinu, jika perlu
 Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
 Bedong bayi segera setelah
lahir untuk mencegah
kehilangan panas
 Masukkan bayi BBLR ke dalam
plastik segera setelah lahir
 Gunakan topi bayi untuk
mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
 Tempatkan bayi baru lahir
dibawah radiant warmer
 Pertahankan kelembaban
inkubator 50% atau lebih untuk
mengurangi kehilangan panas
karena proses evaporasi
 Atur suhu inkubator sesuai
kebutuhan
 Hangatkan terlebih dahulu
bahan – bahan yang akan
kontak dengan bayi
 Hindari meletakkan bayi di
dekat jendela terbuka atau di
area aliran pendingin atau kipas
angin
 Gunakan matras penghangat,
selimut hangat, dan penghangat
ruagan untuk menaikkan suhu
tubuh, jika perlu
 Gunakan Kasur pendingin,
water circulating blankets, ice
pack atau gel pad dan
intravascular cooling
catheterlization untuk
menurunkan suhu tubuh
 Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
Edukasi

 Jelaskan cara pencegahan heat


exhaustion dan heat stroke
 Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar udara
dingin
 Demonstrasikan Teknik
perawatan metode kanguru
(PMK) untuk bayi BBLR

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu

Pola napas tidak Pola Napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas


efektif Setelah dilakukan (I.01011)
(D.0005) asuhan keperawatan Observasi
selama 2x24 jam
diharapkan pola napas  Monitor pola napas (frekuensi,
membaik dengan kedalaman, usaha napas)
kriteria hasil :  Monitor bunyi napas tambahan
1. Dispnea menurun (mis.gurgling, mengi, wheezing,
2. Penggunaan otot ronkhi kering)
bantu napas  Monitor sputum (jumlah,
menurun warna, aroma)
3. Pemanjangan fase
ekspirasi menurun Terapeutik
4. Frekuensi napas  Pertahankan kepatenan jalan
membaik napas dengan heat-tilt dan chin-
5. Kedalaman napas lift (jaw-thrust jika curiga
membaik trauma servikal)
 Posisikan semi-fowler atau
fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
 Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi

 Anjurkan asupan cairan


2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
brokondilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)


(L.09093) Observasi
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan  Identifikasi saat tingkat ansietas
selama 2x24 jam berubah (mis.kondisi, waktu,
diharapkan tingkat stressor)
ansietas menurun  Identifikasi kemampuan
dengan kriteria hasil : mengambil keputusan
1. Verbalisasi  Monitor tanda – tanda ansietas
kebingungan (verbal dan nonverbal)
menurun
2. Verbalusasi akibat Terapeutik
kondisi yang  Ciptakan suasana terapeutik
dihadapi menurun untuk menumbuhkan
3. Perilaku gelisah kepercayaan
menurun
 Temani pasien untuk
4. Perilaku tegang
mengurangi kecemasan, jika
menurun
memungkinkan
5. Konsentrasi
 Pahami situasi yang membuat
membaik
ansietas
6. Pola tidur
membaik  Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi

 Jelaskan prosedur, termasuk


sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
 Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi

 Kolaborasi obat antiansietas,


jika perlu

Intoleransi Toleransi aktivitas Manajemen Energi (I.05178)


Aktivitas
(L.05047) Observasi
(D.0056)
Setelah dilakukan  Identifikasi gangguan fungsi
asuhan keperawatan tubuh yang mengakibatkan
selama 2x24 jam  kelelahan
diharapakan toleransi  Monitor kelelahan fisik dan
aktivitas meningkat emosional
dengan kriteria hasil :  Monitor pola dan jam tidur
1. Frekuensi nadi  Monitor lokasi dan
meningkat ketidaknyamanan selama
2. Keluhan lelah melakukan aktivitas
menurun
3. Dispneu saat Terapeutik
aktivitas menurun
4. Dispneu setelah  Sediakan lingkungan nyaman
aktivitas menurun dan rendah stimulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)
 Lakukan Latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan

Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
Resiko defisit Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119)
nutrisi (L.03030)
Observasi
(D.0032) Setelah dilakukan
intervensi  Identifikasi status nutrisi
keperawatan selama  Identifikasi alergi dan
2x24 jam diharapakan intoleransi makanan
status nutrisi membaik  Identifikasi makanan yang
dengan kriteria hasil : disukai
1. Porsi makanan  Identikasi kebutuhan kalori dan
yang dihabiskan jenis nutrient
meningkat  Identifikasi perlunya
2. Nyeri abdomen penggunaan selang nasogastrik
menurun  Monitor asupan makanan
3. Diare menurun
 Monitor berat badan
4. Berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
membaik
laboratorium
5. Indeks Massa
Tubuh (IMT)
Terapeutik
membaik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis.piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan,
jika perlu
 Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereeda
nyeri, antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

D. Implementasi
Implementasi ialah suatu tahap dimana perencanaan yang sudah dibuat dalam
intervensi keperawatan di praktekan dalam penanganan asuhan keperawatan kepada
pasien. Pada saat pelaksanaan implementasi perawat dapat melakukan
observasi/mendiskusikan kepada keluarga dan pasien terkait tindakkan yang akan
diberikan kepada pasien. Namun, tidak hanya itu saja, karena dalam implementasi kita
pun perlu melakukan beberapa kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
E. Evaluasi
Adapun langkah terakhir dalam asuhan keperawatan yaitu evaluasi. Evaluasi ialah
penilaian ulang dari semua langkah keperawat mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, dan implementasi. Pada tahap evaluasi dilakukan dengan
cara pendekatan SOAP (Data Subjektif, Data Objektif, Analisa, dan Planning), dari
langkah evaluasi ini lah kita akan tau seberapa pesat kemajuan pasien dalam
kesehatannya, dan seberapa jauh masalah yang belum bisa teratasi yang kemudian
akan dilakukan modifikasi ulang dalam perencanaan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Khusumawati, M. L. D. (2020). Gambaran Penatalaksanaan Orang Tua terhadap Anak yang


Mengalami Demam. Skripsi.

Suprapti, A, R., & A.M, L. (2020). Pengaruh Tepid Sponge Dalam Menurunkan Suhu Tubuh
Anak Usia Pra Sekolah Yang Mengalami Demam di Rumah Sakit Tentara Bhakti Wira
Tamtama Semarang. Jurnal Keperawatan Sisthana, 5(2), 1–6.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai