Disusun oleh :
Feby Sari Morlina
P1337420520102
Setyaki 2
2022
BAB I
KONSEP DASAR
A. Definisi
Demam merupakan suatu gangguan yang sering terjadi pada bayi dan anak,
dikatakan demam bila suhu tubuh anak mencapai kenaikan suhu sekitar 0,8˚C - 1,1˚C
yaitu lebih dari 38˚C, diatas suhu tubuh normal seseorang (Khusumawati, 2020).
Demam pada anak dapat disebabkan karena infeksi virus, paparan panas yang
berlebihan (overheating), kekurangan cairan (dehidrasi), alergi dan gangguan sistem
imun.
Demam juga dapat dianggap sebagai suatu tanda penting dari aktivasi
sistem imun dengan hasil pengendalian suhu tubuh. Demam sendiri merupakan
sebuah mekanisme pertahanan tubuh dalam menghadapi berbagai mikroorganisme
patogen dengan cara menghambat replikasi mikroorganisme dan membantu proses
fagositosis / proses tubuh untuk melindungi diri dari bakteri bahaya (Suprapti et al.,
2020). Demam jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka demam dapat
membahayakan keselamatan anak sehingga dapat menimbulkan komplikasi lain
(kejang dan penurunan kesadaran).
B. Anatomi Fisiologi
Hipotalamus terdiri dari banyak jaringan saraf dan nukelus dari sel saraf. Hipotalamus
berhubungan erat dengan bagian lain sistem saraf batang otak, kelenjar hipofisis,
sistem limbik dan sistem saraf otonom. Nukleus dapat terbagai menjadi 4 bagian
yaitu: Preoptic Region, Supraoptic Region, Tuberal Region dan Mammillary Region.
Setiap region terdiri dari nukleus yang berbeda-beda dan memiliki fungsi untuk
menghasilkan hormon yang berbeda pula.
Adapun hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus, antara lain :
Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi
E. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau
zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari
dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal
dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda
asing (non infeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan
reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan
demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh
(sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan
meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
Etiologi :
F. Pathway Dehidrasi
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi. Penurunan Cairan Intrasel
3. Pneumonia.
4. Malaria. Tubuh Kehilangan Cairan
5. Otitis media.
6. Imunisasi Demam
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas yaitu berisi identitas klien dan orang tua/wali klien, bisa meliputi : nama,
umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis, hubungan
pasien dengan penanggung jawab.
2. Catatan masuk
Gambaran secara kronologis mengenai mulai pertama keluhan dirasakan dan hal-
hal yang terkait termasuk lokasi, durasi, hubungannya dengan fungsi fisiologis
maupun pengobatan yang pernah dialami.
3. Riwayat kesahatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang bagaimana keadaan sakit pasien saat ini, kapan pasien
merasakan keluhan pertama kali, apa yang dilakukan pasien untuk mengatasi
masalah tersebut, bagaimanakah efek dari usaha untuk mengatasi masalah
tersebut. Jika tidak ada perubahan maka apa yang dilakukan pasien atau
keluarga sebagai tindakan lanjut.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang pengalaman pasien dengan keadaan yang sama sebelum dan
tindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut pada waktu
itu.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Berisi tentang ada tindakan anggota keluarga yang mengalami masalah yang
sama dan ada tidaknya anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
dikategorikan penyakit genetic
d) Riwayat Masa Lampau
- Prenatal
Tempat pemeriksaan kehamilan tiap minggu, keluhan saat hamil, riwayat
terkena radiasi, riwayat berat badan selama hamil, riwayat imunisasi TT,
golongan darah ayah dan ibu
- Natal
Tempat melahirkan, jenis persalinan, penolong persalinan, komplikasi
yang dialami saat melahirkan dan setelah melahirkan.
- Post Natal
Kondisi bayi, APGAR, Berat badan lahir, Panjang badan lahir, anomaly
kongenital, penyakit yang pernah dialami, riwayat kecelakaan, riwayat
konsumsi obat dan menggunakan zat kimia yang berbahaya,
perkembangan anak dibanding saudara – saudaranya.
e) Riwayat Psikososial Spiritual
Berisi tentang yang mengasuh, hubungan dengan anggota keluarga,
hubungan dengan teman sebayanya, pembawaan secara umum, pelaksanaan
spiritual)
f) Riwayat Imunisasi
Berisi tentang riwayat imunisasi yang pernah dilaksanakan klien
g) Riwayat Tumbuh Kembang
- Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan Fisik : Berat badan, tinggi badan, waktu tumbuh gigi,
jumlah gigi, pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran lingkar kepala
- Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, senyum
kepada orang lain pertama kali, bicara pertama kali, kalimat pertama
yang disebutkan dan umur mulai berpakaian tanpa bantuan.
h) Riwayat Nutrisi
- Pemberian Asi
- Pemberian Susu Formula
- Pola perubahan nutrisi
1. Pola pengkajian fungsional gordon
a) Pola persepsi manajemen kesehatan
Menggambarkan tentang pemahaman pasien tentang pola kesehatan dan
kesejahteraan dan bagaimana penanganannya.
b) Pola metabolik nutrisi
Menjelaskan tentang pola konsumsi makanan dan minuman yang berkaitan
dengan kebutuhan metabolik dan pola-pola yang menunjukkan pemasukan
nutrien.
c) Pola eliminasi
Menggambarkan tentang pola ekskretori (bowel, bladder, dan kulit).
d) Pola aktivitas latihan
Menjelaskan tentang pola latihan, kegiatan, santai, dan rekreasi.
e) Pola istirahat tidur
Menguraikan tentang pola-pola tidur, istirahat, dan relaksasi.
f) Pola persepsi – kognitif
Menjelaskan tentang pola persepsi-sensory dan kognitif.
g) Pola hubungan peran
Menggambarkan pola peran kekerabatan dan hubungan.
h) Pola konsep diri – persepsi diri
Menjelaskan tentang pola konsep dan persepsi diri (contohnya kenyamanan
tubuh, gambaran diri, dan suasana perasaan).
i) Pola resproduksi – seksualitas
Menjelaskan tentang pola-pola kepuasan dan ketidakpuasan dalam
seksualitas; menggambarkan pola reproduksi
j) Pola toleransi terhadap stress – koping
Menjelaskan tentang pola koping yang umum dan keefiktifan pola dalam arti
toleransinya terhadap stress.
k) Pola keyakinan nilai
Menggambarkan pola-pola nilai-nilai, keyakinan-keyakinan (termasuk
spiritual), atau sasaran yang mengarahkan pada memilih atau memutuskan.
1. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : kaji keadaan umum pasien
b) Tanda – tanda vital :kaji suhu tubuh, tekanan darah, nadi, pernapasan pasien
c) Kepala :kaji bentuk wajah, kulit kepala bersih/kotor, terdapat
benjolan atau tidak
d) Mata :kaji kelengkapan dan keadaan sekitar mata
e) Hidung :kaji bentuk hidung, keadaan lubang hidung dan cuping
hidung
f) Telinga :kaji bentuk telinga ukuran, lubang, dan ketajaman
pendengaran
g) Mulut :kaji keadaan bibir, keadaan gusi dan gigi, keadaan
lidah
h) Leher :kaji tyroid dan denyut nadi karotis
i) Kulit :kaji warna kulit, keadaan turgor, kulit hangat/dingin
j) Dada :lakukan inspeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi pada
paru-paru, jantung
k) Abdomen :lakukan inspeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi pada
abdomen
l) Genetalia :jenis kelamin pasien, terpasang atau tidak kateter
m) Ekstermitas :tangan terpasang infus atau tidak, ada edema atau tidak,
akral hangat atau dingin
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
3. Program Terapi
a. Terapi Obat
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenao respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik berlangsung aktual
atau potensial, Dx.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1, Cetakan III
(Revisi) 2017 :
1. Termoregulasi tidak efektif b.d stimulasi termoregulasi hipotalamus d.d suhu
tubuh fluktuatif
2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d pola napas abnormal
3. Ansietas b.d terpapar bahaya lingkungan d.d tampak gelisah
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d frekuensi jantung meningkat
5. Risiko defisit nutrisi d.d factor psikologis (keengganan untuk makan)
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
Resiko defisit Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119)
nutrisi (L.03030)
Observasi
(D.0032) Setelah dilakukan
intervensi Identifikasi status nutrisi
keperawatan selama Identifikasi alergi dan
2x24 jam diharapakan intoleransi makanan
status nutrisi membaik Identifikasi makanan yang
dengan kriteria hasil : disukai
1. Porsi makanan Identikasi kebutuhan kalori dan
yang dihabiskan jenis nutrient
meningkat Identifikasi perlunya
2. Nyeri abdomen penggunaan selang nasogastrik
menurun Monitor asupan makanan
3. Diare menurun
Monitor berat badan
4. Berat badan
Monitor hasil pemeriksaan
membaik
laboratorium
5. Indeks Massa
Tubuh (IMT)
Terapeutik
membaik
Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis.piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan,
jika perlu
Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereeda
nyeri, antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
D. Implementasi
Implementasi ialah suatu tahap dimana perencanaan yang sudah dibuat dalam
intervensi keperawatan di praktekan dalam penanganan asuhan keperawatan kepada
pasien. Pada saat pelaksanaan implementasi perawat dapat melakukan
observasi/mendiskusikan kepada keluarga dan pasien terkait tindakkan yang akan
diberikan kepada pasien. Namun, tidak hanya itu saja, karena dalam implementasi kita
pun perlu melakukan beberapa kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
E. Evaluasi
Adapun langkah terakhir dalam asuhan keperawatan yaitu evaluasi. Evaluasi ialah
penilaian ulang dari semua langkah keperawat mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, dan implementasi. Pada tahap evaluasi dilakukan dengan
cara pendekatan SOAP (Data Subjektif, Data Objektif, Analisa, dan Planning), dari
langkah evaluasi ini lah kita akan tau seberapa pesat kemajuan pasien dalam
kesehatannya, dan seberapa jauh masalah yang belum bisa teratasi yang kemudian
akan dilakukan modifikasi ulang dalam perencanaan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Suprapti, A, R., & A.M, L. (2020). Pengaruh Tepid Sponge Dalam Menurunkan Suhu Tubuh
Anak Usia Pra Sekolah Yang Mengalami Demam di Rumah Sakit Tentara Bhakti Wira
Tamtama Semarang. Jurnal Keperawatan Sisthana, 5(2), 1–6.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.