OLEH :
NI MADE AYU ARMIYANTI
2014901198
5. Klasifikasi
Menurut Wong dalam Paramita, 2017 diare dapat diklasifikasikan,
sebagai berikut:
a. Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut
didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi
yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi
saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut
biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14
hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti
sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan,
alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang kronis,
atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
c. Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada bayi
dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa
ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya dan
bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang
paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara
memadai.
d. Diare kronis nonspesifik
Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare
todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada
anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek
dan sering disertai dengan partikel makanan yang tidak tercerna, dan
lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anak-anak yang menderita diare
kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan tidak terdapat
gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya serta tidak tampak
infeksi enterik.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari diare akut maupun kronis, yaitu:
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik). Secara klinis, bila pH turun oleh karena akumulasi
beberapa asam nonvolatil, maka akan terjadi hiperventilasi yang akan
menurunkan pCO2 menyebabkan pernafasan bersifat cepat, teratur, dan
dalam (pernapasan kusmaul). Dehidrasi dibagi menjadi tiga yaitu :
1) Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2-5% dari berat badan dengan gambara klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak klien belum jatuh dalam
keadaan syok.
2) Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-8% dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, pre syok adi cepat dan dalam.
3) Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8-10% dari berat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedag ditambah dengan kesadaran
menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
b. Hipoglikemia
Hypoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare
dan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita
kekurangan kalori protein (KKP). Gejala hypoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun sampai 40% pada bayi dan 50% pada
anak-anak. Hal tersebut dapat berupa lemas, apatis, peka rangsang,
tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
c. Gangguan Gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi sehingga
terjadi penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena makanan
sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntahnya akan
bertambah hebat, sehingga orang tua hanya sering memberikan air teh
saja. Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
d. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat
terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok hipovolemik.
Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis
bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan perdarahan di dalam
otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera ditolong maka penderita
dapat meninggal.
e. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130 mol/L).
Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi
dari hampir semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi
Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai
Ringer Laktat atau Normal Saline.
7. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Pemeriksaan penunjang pada penyakit diare yang dapat dilakukan
meliputi :
a. Pemeriksaan darah, yang meliputi darah perifer lengkap, ureum,
kreatinin, elektrolit (Na+, K+, C-)
b. Analisa gas darah (bila dicurigai ada gangguan keseimbangan asam
basa)
c. Pemeriksaan toksik (C.Difficile), antigen (E. Hystolitica)
d. Pemeriksaan kultur tinja: Ph, leukosit da adanya darah.
8. Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana diare tidak hanya dengan pemberian cairan tetapi
juga dengan memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
peyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat
diare. Adapu penatalaksanaan yag dapat dilakukan pada anak yang
mengalami diare yaitu :
a. Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah
Oralit untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila
tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,
air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru
dengan osmolaritas yang rendah yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare
untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak meminumnya
disarankan untuk segera dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapat
pertolongan. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Sari,
2016).
1) Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1-4 tahun : ½ - 1 gelas setaip kal anak mencret
Umur diatas 5 tahun : 1-1 ½ gelas setiap kali anak mencret
2) Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kg BB dan
selanjutnya diteruskan dengen pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
3) Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas. Untuk anak di bawah umur 2 tahun cairan harus
diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2
menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang
lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah
hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan
misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini
dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kayrus & Latifah, 2019
bahwa pemberian oralit kepada pasien diare dimaksudkan untuk
mengganti elektrolit yang hilang bersama BAB cair. Walaupun air
sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung
garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan
elektrolit dalam tubuh, sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran
glukosa dan garam yang terkandung dalam orait dapat diserap dengan
baik oleh usus penderita diare. Pemberian oralit sesuai dengan banyak
nya BAB cair, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencegah supaya
tidak terjadi dehidrasi yang lebih berat pada pasien.
b. Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare
Diare harus dihentiakan tidak hanya dengan menggantikan cairan
yang hilang akan tetapi dengan memperbaiki kondisi usus. Pemberian
cairan rehidrasi oral saja tidak cukup signifikan dalam menurukan
frekuensi defekasi, sehingga perlu ditambahkan zink sebagai regimen
terapi. Zinc mempunyai efek terhadap beberapa enterosit dan sel-sel
imun yang berinteraksi dengan agen infeksius pada diare, mampu
menstabilkan struktur membran dan memodifikasi fungsi membran
dengan cara berinterkasi dengan oksigen, nitrogen dan ligan sulfur
makro molekul hidrofilik serta aktivitas antioksidan (Ulfah, dkk 2012).
Dosis tablet Zinc (1 tablet = 20 mg). Berikan dosis tunggal selama 10
hari (Paramita, 2017) :
1) Umur < 6 bulan : ½ tablet
2) Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet
Cara pemberian tablet Zinc :
1) Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh (tablet
akan larut ± 30 detik), segera berikan kepada anak.
2) Apabila anak muntah sekitar setenagh jam setelah pemberian tablet
Zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan lebih
kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh.
3) Ingatkan ibu untuk memberikan tablet Zinc setiap hari selama 10
hari penuh, meskipun diare sudah berhent, karena Zinc selain
memberi pengobatan juga dapat memberikan perlindungan terhadap
diare selama 2-3 bulan ke depan.
4) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,
tetap berikan tablet Zinc segera setelah anak bisa minum atau
makan.
c. Pemberian Perbiotik Pada Penderita Diare Probiotik merupakan
mikroorganisme hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan yang
memberikan pengaruh menguntungkan pada penderita dengan
memperbaiki keseimbangan mikroorganisme usus, akan terjadi
peningkatan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran cerna.
Probiotik dapat meningkatkan produksi musin mukosa usus sehingga
meningkatkan respons imun alami (innate immunity). Probiotik
menghasilkan ion hidorgen yang akan menurunkan pH usus dengan
memproduksi asam laktat sehingga menghambat pertumbuhan bakteri
patogen. Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi
suportif diare akut. Hal ini berdasarkan peranannya dalam menjaga
keseimbangan flora usus normal yang mendasari terjadinya diare.
Probiotik aman dan efektif dalam mencegah dan mengobati diare akut
pada anak (Yonata, 2016).
d. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Anak
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum air
susu ibu harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan
atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus
diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit dan
lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan
(Sari, 2016).
e. Ciptakan Lingkungan yang Bersih dan Sehat
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan
yang bersih dan sehat
1) Selalu mencuci tangan sebelum menyentuhmakanan.
2) Menjaga kebersihan alat - alat makan.
3) Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar
di lingkungan tempat tinggal. Air dimasak benar - benar mendidih,
bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4) Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5) Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki dan
muka.
6) Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan
disembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat
ke sekolah.
7) Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat
tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
8) Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar.
Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan
sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak
terkontaminasi. Dengan demikian warga bisa menggunakan air
bersih untuk keperluan sehari – hari, untuk memasak, mandi dan
sebagainya.
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Diare
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan terasa kram pada perut/abdomen
2) Data Objektif
a) Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
b) Feses lembek atau cair
c) Frekuensi peristaltik meningkat
d) Bising usus hiperaktif
b. Hipertermia
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan badannya terasa panas
2) Data Objektif
a) Suhu tubuh klien di atas nilai normal
b) Tampak kulit klien merah
c) Klien tampak kejang
d) Kulit klien teraba hangat
c. Kekurangan Volume Cairan
1) Data Subjektif
a) Klien mengeluh lemah
b) Klien mengeluh merasa haus
2) Data Objektif
a) Frekuensi nadi meningkat
b) Nadi teraba lemah
c) Suhu tubuh meningkat
d) Tekanan darah menurun
e) Turgor kulit menurun
f) Membran mukosa kering
g) Volume urin menurun
h) Hematokrit meningkat
d. Gangguan Integritas Kulit
1) Data Subjektif
-
2) Data Objektif
a) Kerusakan jaringan/lapisan kulit
b) Nyeri
c) Perdarahan
d) Kemerahan
e) Hematoma
e. Defisit Nutrisi
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan cepat kenyang setelah makan
b) Klien mnegataka nafsu makan meurun
c) Klien mengeluh nyeri pada perut/abdomen
2) Data Objektif
a) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
b) Bising usus hiperaktif
c) Otot pengunyah lemah
d) Otot penelan lemah
e) Membran mukosa pucat
f) Terdapat sariawan
g) Serum albumin turun
f. Resiko Syok (Hipovolemi)
1) Data Subjektif
-
2) Data Objektif
-
g. Ansietas
1) Data Subjektif
a) Klien merasa bingung
b) Klien merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi
c) Sulit berkonsentrasi
2) Data Objektif
a) Klien tampak gelisah
b) Klien tampak tegang
c) Klien sulit tidur
d) Frekuensi nafas meningkat
e) Frekuensi nadi meningkat
f) Tekanan darah meningkat
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi,
iritasi, malabsorbsi.
b. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju
metabolisme, penyakit.
c. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif, kegagalan mekanisme regulasi.
d. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering
BAB, perubahan status cairan, perubahan pigmentasi, perubahan turgor,
penurunan imunologis.
e. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor biologis, faktor psikologis,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrien.
f. Resiko Syok (Hipovolemi) berhubungan dengan kehilangan cairan dan
elektrolit.
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, gejala
terkait penyakit.
3. Perencanaan
a. Prioritas Masalah
Diare berhubungan dengan proses infeksi dan inflamasi di usus ditandai
dengan klien mengatakan terasa kram pada perut/abdomen, defekasi
lebih dari 3 kali dalam 24 jam, feses lembek atau cair, frekuensi
peristaltik meningkat dan bising usus hiperaktif.
b. Rencana Perawatan
5. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi makanan 1. Untuk mengetahui makanan
keperawatan selama 3x24 jam apa yang boleh dan tidak
diharapkan masalah defisit boleh diberikan kepada
nutrisi dapat teratasi dengan pasien
kriteria hasil : 2. Berikan pasien makanan sedikit 2. Dengan pemberian
1. Pemenuhan nutrisi pasien tapi sering makanan sedikit tapi sering
terpenuhi diharapkan nutrisi pasien
2. Tidak terjadi penurunan terpenuhi
berat badan yang berarti 3. Berikan informasi kepada pasien 3. Agar pasien dan keluarga
3. Tidak terjadi mual dan dan keluarga tentang kebutuhan memehami pentingnya
muntah nutrisi kebutuhan nutrisi bagi
4. Tidak ada tanda tubuh
malnutrisi. 4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam 4. Untuk menentukan diet apa
pemberian nutrisi dan diet pasien. yang diberikan kepada
klien.
6. Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi vital sign setiap 3 jam 1. Perawat perlu terus
keperawatan selama 3x24 jam atau lebih mengobservasi vital sign
diharapkan syok tidak terjadi untuk memastikan tidak
dengan kriteria hasil : terjadi presyok atau syok
1. Suhu : 36-37,5oC, Nadi : 2. Monitor keadaan umum pasien 2. Untuk memonitor kondisi
(bayi : 120-130 x/mnt, pasien selama perawatan
anak : 80-90 x/mnt), RR : terutama saat terjadi
(bayi : 30-40 x/mnt, anak : pendaharan. Perawat segera
20-30 x/mnt) mengetahui tanda-tanda
2. Irama pernafasan reguler persyok atau syok
3. Irama jantung reguler 3. Kolaborasi pemberian cairan 3. Cairan intravena diperlukan
intravena untuk mengatasi kehilangan
cairan tubuh secara hebat.
7. Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling percaya 1. Menunjukkan perhatian dan
keperawatan selama 3x24 jam dengan pasien keinginan untuk membantu.
diharapkan masalah ansietas Membantu dalam diskusi
dapat teratasi dengan kriteria tentang subjek sensitive.
hasil : 2. Membantu pasien
2. Berikan informasi tentang
1. Pasien menyatakan tidak memahami tujuan dari apa
prosedur dan apa yang terjadi.
cemas yang dilakukan dan
2. Pasien tampak rileks mengurangi masalah karena
ketidaktahuan.
3. Menyatakan penerimaan
3. Pertahankan prilaku nyata dalam
dan menghilangkan rasa
melakukan prosedur / menerima
malu pasien.
pasien, lindungi privacy.
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawatat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien. Semua
tindakan keperawatan dicatat dalam format yang telah ditetapkan oleh
institusi. Dalam tahap pelaksanaan ada tiga tindakan yaitu, tindakan mandiri,
delegatif, dan tindakan kolaborasi (Aziz, 2017).
a. Mandiri : aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri
dan bukan merupakan petunjuk;perintah dari petugas kesehatan.
b. Delegatif : tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh
petugas kesehatan yang berwenang.
c. Kolaboratif : tindakan perawat dan petugas kesehatan lain dimana
didasarkan atas keputusan bersama.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai ke efektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif
ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
subjektif (data berupa keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisi data dan perencanaa (Aziz, 2017)
6. WOC Diare
Cairan makanan Sekresi di dinding Usus tidak dapat Toksin yang ada tdk Proses penyerapan
Kuman masuk & tidak dapat diserap usus menyerap makanan mampu diserap dengan makanan terganggu
berkembang di dalam usus oleh usus baik
Air & elektrolit masuk Hiperperistaltik Distensi
Tekanan osmotik ke rongga usus usus Hiperperistaltik abdomen/kram
Toksin dalam Bakteri menjadi usus
dinding usus halus invasif menyerbu ke Hiperperistaltik Didorong keluar Didorong keluar Anak jadi gelisah,
dlm mukosa usus melalui anus melalui anus Didorong keluar rewel, menangis
Iritasi pada melalui anus
permukaan usus Membentuk toksin Didorong keluar
BAB encer BAB encer
Usus mengalami melalui anus BAB encer
>4x/hari >4x/hari Ansietas
Meghasilkan >4x/hari
atrofi
enterotoksin BAB encer
Fungsi usus >4x/hari
Enterotoksin
terganggu
masuk ke dlm Anus & daerah
Sekresi cairan darah sekitarnya lecet
Demam Diare
Di dorong keluar
melalui anus Gangguan
Hipertermia Kehilangan air dan Integritas Kulit
BAB encer elektrolit
>4x/hari
Cairan ekstraseluler Malnutrisi energi
tiba-tiba hilang protein
Diare kronik
Malabsorpsi
Albumin &
imunoglobulin
Kwasiorkor
Defisit Nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Kayrus, A., & Latifah, S. (2019). Penatalaksanaan Diare pada Anak di Puskesmas
Gedong Tataan dengan Pendekatan Dokter Keluarga. Jurnal
Agromedicine, 6(2). Diakses tanggal 02 Desember 2020, dari
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/2426
Kholifah, Siti Nur. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan
Gerontik. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Ulfah, M., Rustina, Y., & Wanda, D. (2012). Zink efektif mengatasi diare akut
pada balita. Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(2), 137-142. Diakses
tanggal 02 Desember 2020, dari
http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/39/39
Yonata, A & Farid, A.F. 2016. Penggunaan Probiotik Sebagai Terapi Diare.
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Majority Volume 5 Nomor 2.
Diakses tanggal 02 Desember 2020, dari http://jukeunila.com/wp-
content/uploads/2016/04/5.2-Agus-Fathul-Muindone.pdf
OLEH :
NI MADE AYU ARMIYANTI
2014901198
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
An. A 3 tahun
3. Riwayat Kesehatan
d. Riwayat Sebelumnya
Riwayat Kelahiran
1. Prenatal
Usia Ibu saat hamil < 20 tahun 20 – 35 tahun >35 tahun
Persepsi terhadap Kehamilan direncanakan
kehamilan
Kehamilan tidak direncanakan
Antenatal Care Tidak Ya,
GO Herpes HIV
Lainnya…………………………………....
Riwayat obstetri sebelumnya
No. Nama Proses Penolong Jenis Berat Badan Penyulit
Anak Persalinan Persalinan Kelamin Lahir
1. An. C Normal Bidan Perempuan 3000 gr -
2. An. A Sectio Dokter Laki-laki 2900 gr -
Caesar
2. Intranatal
PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA
Bentuk : ( ) Normosefali ( ) Mikrosefali ( ) Hidrosefali Warna
rambut : hitam
Ubun-ubun : ( ) Cekung ( ) Cembung ( ) Datar
Caputsuksedenum : ( ) tidak ( ) ya
Sefal hematom : ( ) tidak ( ) ya
Lain-lain : -
ABDOMEN :
Inspeksi : bentuk : ( ) datar ( ) tidak datar lingkar perut :
________________cm
ikut gerak nafas : ( ) ya ( ) tidak
Tali pusat : ( ) kering ( ) tidak kering, tanda
peradangan : ( ) tidak ( ) ya, jelaskan
Stoma: -
Jelaskan: -
Kelainan pada abdomen : ( ) tidak ( ) ya, jelaskan
Makan
Nafsu makan : () Baik, ( ) Tidak
Jenis Makanan : () Bubur, () Nasi, ( ) ASI ( ) Susu Formula ( ) Lain-
lain, jelaskan
Jumlah : 1 porsi/hari
Frekuensi : 3x/hari
Kesulitan makan : () Tidak, ( ) Ya, jelaskan:
Kebiasaan makan : () Mandiri, () Dibantu
Keluhan : Mual : () Tidak, ( ) Ya Muntah : ( ) Tidak, ( ) Ya,
Warna/Volume ______________/________________ml
Minum
Jenis minuman : air putih, susu, air gula
Jumlah : 6 -7/hari
Kesulitan saat minum () Tidak, ( ) Ya, Jelaskan:
Kebiasaan minum : () Mandiri, ( ) Dibantu
Keluhan : Mual : ( ) Tidak, ( ) Ya Muntah : () Tidak, ( ) Ya,
Warna/Volume ______________/________________ml
Cara Pemberian:........................................................................................
Keluhan Eleminasi
BAK
Warna Urine : ( ) Kuning Jernih ( ) Kuning Pekat ( ) Keruh ( )
Merah
Deuresis : - cc/jam
Keluhan saat berkemih : ( ) Tidak ( ) Ya, jelaskan
Penggunaan alat bantu untuk berkemih : () Tidak ( ) Ya, Jelaskan
BAB
Konsistensi : Lembek ( ) Cair ( )
Terdapat darah : ( ) Tidak ( ) Ya
Terdapat Lendir : () Tidak ( ) Ya
Warna, Jelaskan : kuning cair
Frekuensi : 4x/ hari
Keluhan saat BAB : ( ) Tidak () Ya, jelaskan: Ibu An. C mengatakan
anaknya mengalami BAB 4x/hari sejak kemarin
Penggunaan alat bantu untuk BAB : () Tdak ( ) Ya, Jelaskan
Keluhan Istirahat Tidur
Lama tidur : 8-9 jam/hari Kesulitan Tidur : ( )Tidak, ( ) Ya , jelaskan
Tidur siang : ( ) Tidak, () Ya
Keluhan Mobilisasi
() Normal/mandiri, ( ) Dibantu, ( ) Menggunakan alat bantu, jelaskan
Lain-lain
6. Pengkajian Nyeri
Lokasi Nyeri : -
Lama Nyeri : -
Skala Nyeri :
No Parameter Skor
.
1. PERSEPSI SENSORI
Kemampuan untuk merespon ketidaknyamanan 4
tekanan
Tidak berespon = 1
Sangat terbatas = 2
Sedikit terbatas = 3
Tidak ada gangguan = 4
2 KELEMBABAN
Seberapa sering kulit terpapar kelembaban 4
Kelembaban konstan = 1
Sering lembab = 2
Kadang lembab = 3
Jarang lembab = 4
3 AKTIVITAS
Tingkat aktivitas fisik 3
Tergeletak di tempat tidur = 1
Tidak bisa berjalan = 2
Berjalan pada jarak terbatas = 3
Berjalan di sekitar ruangan = 4
4 MOBILITAS
Kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi 4
tubuh
Tidak bisa bergerak = 1
Sangat terbatas = 2
Sedikit terbatas = 3
Tidak ada batasan = 4
5 NUTRISI
Pola asupan makanan 4
Sangat buruk = 1
Kurang adekuat = 2
Adekuat = 3
Sangat baik = 4
6 FRIKSI
Masalah = 1 3
Potensi masalah = 2
Tidak ada masalah = 3
Total skor 22
Kategori :
>18 : tidak beresiko mengalami luka tekan
15-18 : beresiko ringan untuk mengalami luka tekan
13-14 : beresiko sedang untuk mengalami luka tekan
10-12 : beresiko tinggi untuk mengalami luka tekan
≤ 9 : beresiko sangat tinggi untuk mengalami luka tekan
8. Pengkajian resiko jatuh
Anak berusia <12 tahun dianggap berisiko tinggi dan anak usia 12-18
tahun dilakukan penilaian risiko jatuh anak dengan menggunakan
Humpty Dumpty Scale dan diberi skor. Jika nilainya berisiko tinggi, maka
klip risiko jatuh (pada pasien) dan segitiga (di tempat tidur/ brankar/ kursi
roda) berwarna kuning dipasangkan
Skorin Skoring
g
Umur < 3 tahun 4 3 Gangguan Tidak sadar 3 1
kognitif terhadap
3-7 tahun 3
keterbatasan
7-13 tahun 2 (gangguan
Mengetahui
kemampuan 1
diri
Jenis Laki-laki 2 1 Faktor Riwayat jatuh 4 2
Kelamin Lingkungan dari tempat
Perempuan 1
tidur saat bayi-
anak
Pasien
menggunakan
alat bantu atau 3
box/mebel
Pasien berada
di tempat tidur 2
Di luar ruang
rawat 1
Diagnosa Kelainan 4 1 Respon Dalam 24 jam 3 3
Neurologi terhadap Dalam 48 jam
2
operasi/obat >48 jam
penenang/ 1
Perubahan efek
dalam anestesi
oksigenasi
Penggunaan Bermacam- 3 1
(masalah
obat macam obat
saluran nafas,
yang
dehidrasi,
digunakan:
anemia,
obat sedatif
(kecuali pasien
ICU yang
menggunakan
sedasi
paralisis),
hipnotik,
barbiturat,
fenotiazin,
antidepresan,
anoreksia, 3
laksans/diureti
sinkop/sakit 2
ka, narkotik
kepala, dll)
Salah satu dari
pengobatan di
2
Kelainan atas
1
psikis/
perilaku Pengobatan
lain
1 Total 12
B. Analisa Data
Analisa Data An. C dengan diare di Banjar Pande Kota
Tanggal 01 – 05 Desember 2020
C. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi,
iritasi, malabsorbsi.
2. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju
metabolisme, penyakit.
D. PERENCANAAN
Rencana Perawatan An. C dengan diare di Banjar Pande
Kota Tanggal 01 – 05 Desember 2020
E. IMPLEMENTASI
Dx 2
3. Memonitor suhu tubuh
O : - Suhu : 37, 5oC
pasien
Dx 2
5. Menganjurkan ibu untuk
S : - Ibu pasien mengatakan
memberi minum sedikit tapi
sudah memberikan
sering
minum pada anaknya
3. Menganjurkan keluarga
S : - Ibu pasien mengatakan
Dx 1 untuk mencatat warna,
anaknya masih BAB
volume, frekuensi, bau dan
3x/sehari dengan
konsistensi feses
konsistensi lembek dan
berwarna kuning.
F. EVALUASI
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Jumat, 04 Desember Diare berhubungan dengan parasit, S : - Ibu pasien mengatakan anaknya
2020 psikologis, proses infeksi, inflamasi, masih BAB 3x/sehari dengan
11.30 wita iritasi, malabsorbsi. konsistensi lembek dan berwarna
kuning.
P : Lanjutkan intervensi
Jumat, 04 Desember Hipertermia berhubungan dengan S : - Ibu pasien mengatakan badan
2020 dehidrasi, peningkatan laju anaknya sudah tidak hangat lagi
metabolisme, penyakit.
11.30 wita - Anak tampak sudah bisa minum
air secara mandiri
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
Jumat, 04 Desember Hipertermia berhubungan dengan S : - Ibu pasien mengatakan badan
2020 dehidrasi, peningkatan laju anaknya sudah tidak hangat lagi
11.30 wita metabolisme, penyakit.
- Anak tampak sudah bisa minum
air secara mandiri
Lampiran
Dokumentasi saat melakukan pengkajian dengan ibu dari An. C