Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK DENGAN DIARE

OLEH :
NI MADE AYU ARMIYANTI
2014901198

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2020/2021
A. Tinjauan Kasus
1. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk
cair atau setengah padat dapat disertai dengan frekuensi yang meningkat.
Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan
darah dan atau lender. Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat
perubahan konsistensi feses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses
lebih berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau
buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam
(Riskesdas, 2013).
Sementara untuk bayi dan anak- anak, diare didefinisikan sebagai
pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata engeluaran tinja
normal bayi sebesar 5-10 g/kg/24 jam (Juffrie dalam Sari, 2016). Kehilangan
cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari normal menyebabkan
dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam lebih besar
daripada masukan. Lebih banyak feses cair dikeluarkan, lebih bnayak cairan
dan garam yang hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah, yang
sering mneyertai diare (Sari, 2016)
Dari berbagai pengertian diare diatas dapat disimpulkan bahwa, diare
merupakan penyakit yang ditandai degan peningkatan frekuensi buang air
besar lebih dari tiga kali dalam sehari dengan konsistensi cair/lembek dapat
disertai darah maupun tidak, dapat disertai dengan demam, kadang mual dan
muntah, dehidrasi dan badan terasa lemas. Diare dapat disebabkan oleh
berbagai faktor seperti virus maupun bakteri dan diare akut yaitu terjadi
kurang dari 14 hari.
2. Etiologi
Menurut Ngastiyah, 2014 diare dapat desibebkan oleh beberapa faktor
yaitu :
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enternal, yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enternal
sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi bergantung pada
strainnya. Biasanya anak akan mengalami distensi abdomen,
demam, vomitus, BAB berupa cairan berwarna hijau dengan
darah atau mukus bersifat menyembur. Dapat ditularkan antar
individu, disebabkan karena daging yang kurang matang,
pemberian ASI tidak eksklusif. Sedangkan kelompok
salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk
gastroenteritis. Gejalanya bervariasi, anak bisa mengalami
nausea atau vomitus, nyeri abdomen, demam, BAB kadang
berdarah dan ada lendir, peristaltik hiperaktif, nyeri tekan
ringan pada abdomen, sakit kepala, kejang. Dapat disebabkan
oleh makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
binatang seperti kucing, burung, dan lainnya
b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-
lain. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami
demam (38ºC atau lebih tinggi), nausea atau vomitus, nyeri
abdomen, disertai infeksi saluran pernapasan atas dan diare
dapat berlangsung lebih dari 1 minggu. Biasanya terjadi pada
bayi usia 6-12 bulan, sedangkan pada anak terjadi di usia lebih
dari 3 tahun.
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Candida albicans).
Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam,
nafsu makan terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapat
Poltekkes Kemenkes Padang 12 dari air minum, air di tempat
rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat menjangkit
segala usia dan dapat sembuh sendiri dalam waktu 2-3 hari.
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti: otitis media akut (OMA) , tonsilitis/ tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi :
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
(intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar).
3. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan
faktor diantaranya meliputi:
a. Faktor infeksi
1) Virus
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi
rotavirus. Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk
ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman yang
masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian melekat pada
sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang
dapat menurunkan daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa yang
rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid
atau sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel
ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus
mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan
dengan baik. Selanjutnya, terjadi perubahan kapasitas usus yang
akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi
cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri atau
virus akan menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga
sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat.
2) Bakteri
Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke
dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin.
Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan
gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang.
Selain itu, mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret
berdarah berlendir. Penyebab utama pembentukan enterotoksin
ialah bakteri Shigella sp, E.coli. Diare ini bersifat self-limiting
dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-
sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Wijoyo,
2013).
b. Faktor malabsorpsi
1) Gangguan osmotik
Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul di
usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus.
Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat. Gangguan osmotik meningkat menyebabkan terjadinya
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal ini
menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan
menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan
yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan
terjadilah diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya
bisa peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. Akibat dari diare yaitu
kehilangan air dan elektrolit yang dapat menyebabkan cairan
ekstraseluler secara tiba-tiba cepat hilang, terjadi
ketidakseimbangan elektrolit yang mengakibatkan syok
hipovolemik dan berakhir pada kematian jika tidak segera diobati.
c. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang
kemudian menyebabkan diare. Diare akut berulang dapat menjurus ke
malnutrisi energi protein, yang mengakibatkan usus halus mengalami
perubahan yang disebabkan oleh PEM tersebut menjurus ke defisiensi
enzim yang menyebabkan absorpsi yang tidak adekuat dan terjadilah
diare berulang yang kronik. Anak dengan PEM terjadi perubahan
respons imun, menyebabkan reaksi hipersensitivitas kulit terlambat,
berkurangnya jumlah limfosit dan jumlah sel T yang beredar. Setelah
mengalami gastroenteritis yang berat anak mengalami malabsorpsi.
Malabsorpsi juga terdapat pada anak yang mengalami malnutrisi,
keadaan malnutrisi menyebabkan atrofi mukosa usus, faktor infeksi
silang usus yang berulang menyebabkan malabsorpsi, enteropati dengan
kehilangan protein. Enteropati ini menyebabkan hilangnya albumin dan
imunogobulin yang mengakibatkan kwashiorkor dan infeksi jalan nafas
yang berat.
d. Faktor psikologis, faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya
peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses
penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare. Proses penyerapan
terganggu.
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala anak yang mengalami diare yaitu :
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
b. Suhu tubuh meningkat/demam
c. Sering buang air besar >3kali/hari dengan konsistensi tinja cair atau
encer
d. Feses encer, berlendir atau berdarah
e. Warna feses kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
f. Anus menjadi lecet
g. Nafsu makan menurun atau tidak ada
h. Muntah sebelum dan sesudah diare
i. Anoreksia
j. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
k. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor
kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa
kering.
l. Keram abdominal
m. Lemah
n. Pucat

5. Klasifikasi
Menurut Wong dalam Paramita, 2017 diare dapat diklasifikasikan,
sebagai berikut:
a. Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut
didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi
yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi
saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut
biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14
hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti
sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan,
alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang kronis,
atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
c. Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada bayi
dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa
ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya dan
bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang
paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara
memadai.
d. Diare kronis nonspesifik
Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare
todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada
anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek
dan sering disertai dengan partikel makanan yang tidak tercerna, dan
lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anak-anak yang menderita diare
kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan tidak terdapat
gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fesesnya serta tidak tampak
infeksi enterik.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari diare akut maupun kronis, yaitu:
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik). Secara klinis, bila pH turun oleh karena akumulasi
beberapa asam nonvolatil, maka akan terjadi hiperventilasi yang akan
menurunkan pCO2 menyebabkan pernafasan bersifat cepat, teratur, dan
dalam (pernapasan kusmaul). Dehidrasi dibagi menjadi tiga yaitu :
1) Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2-5% dari berat badan dengan gambara klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak klien belum jatuh dalam
keadaan syok.
2) Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-8% dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, pre syok adi cepat dan dalam.
3) Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8-10% dari berat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedag ditambah dengan kesadaran
menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
b. Hipoglikemia
Hypoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare
dan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita
kekurangan kalori protein (KKP). Gejala hypoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun sampai 40% pada bayi dan 50% pada
anak-anak. Hal tersebut dapat berupa lemas, apatis, peka rangsang,
tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
c. Gangguan Gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi sehingga
terjadi penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena makanan
sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntahnya akan
bertambah hebat, sehingga orang tua hanya sering memberikan air teh
saja. Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
d. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat
terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok hipovolemik.
Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis
bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan perdarahan di dalam
otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera ditolong maka penderita
dapat meninggal.
e. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130 mol/L).
Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi
dari hampir semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi
Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai
Ringer Laktat atau Normal Saline.

7. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Pemeriksaan penunjang pada penyakit diare yang dapat dilakukan
meliputi :
a. Pemeriksaan darah, yang meliputi darah perifer lengkap, ureum,
kreatinin, elektrolit (Na+, K+, C-)
b. Analisa gas darah (bila dicurigai ada gangguan keseimbangan asam
basa)
c. Pemeriksaan toksik (C.Difficile), antigen (E. Hystolitica)
d. Pemeriksaan kultur tinja: Ph, leukosit da adanya darah.

8. Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana diare tidak hanya dengan pemberian cairan tetapi
juga dengan memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
peyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat
diare. Adapu penatalaksanaan yag dapat dilakukan pada anak yang
mengalami diare yaitu :
a. Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah
Oralit untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila
tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,
air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru
dengan osmolaritas yang rendah yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare
untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak meminumnya
disarankan untuk segera dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapat
pertolongan. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Sari,
2016).
1) Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1-4 tahun : ½ - 1 gelas setaip kal anak mencret
Umur diatas 5 tahun : 1-1 ½ gelas setiap kali anak mencret
2) Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kg BB dan
selanjutnya diteruskan dengen pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
3) Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas. Untuk anak di bawah umur 2 tahun cairan harus
diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2
menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang
lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah
hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan
misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini
dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kayrus & Latifah, 2019
bahwa pemberian oralit kepada pasien diare dimaksudkan untuk
mengganti elektrolit yang hilang bersama BAB cair. Walaupun air
sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung
garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan
elektrolit dalam tubuh, sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran
glukosa dan garam yang terkandung dalam orait dapat diserap dengan
baik oleh usus penderita diare. Pemberian oralit sesuai dengan banyak
nya BAB cair, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencegah supaya
tidak terjadi dehidrasi yang lebih berat pada pasien.
b. Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare
Diare harus dihentiakan tidak hanya dengan menggantikan cairan
yang hilang akan tetapi dengan memperbaiki kondisi usus. Pemberian
cairan rehidrasi oral saja tidak cukup signifikan dalam menurukan
frekuensi defekasi, sehingga perlu ditambahkan zink sebagai regimen
terapi. Zinc mempunyai efek terhadap beberapa enterosit dan sel-sel
imun yang berinteraksi dengan agen infeksius pada diare, mampu
menstabilkan struktur membran dan memodifikasi fungsi membran
dengan cara berinterkasi dengan oksigen, nitrogen dan ligan sulfur
makro molekul hidrofilik serta aktivitas antioksidan (Ulfah, dkk 2012).
Dosis tablet Zinc (1 tablet = 20 mg). Berikan dosis tunggal selama 10
hari (Paramita, 2017) :
1) Umur < 6 bulan : ½ tablet
2) Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet
Cara pemberian tablet Zinc :
1) Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh (tablet
akan larut ± 30 detik), segera berikan kepada anak.
2) Apabila anak muntah sekitar setenagh jam setelah pemberian tablet
Zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan lebih
kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh.
3) Ingatkan ibu untuk memberikan tablet Zinc setiap hari selama 10
hari penuh, meskipun diare sudah berhent, karena Zinc selain
memberi pengobatan juga dapat memberikan perlindungan terhadap
diare selama 2-3 bulan ke depan.
4) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,
tetap berikan tablet Zinc segera setelah anak bisa minum atau
makan.
c. Pemberian Perbiotik Pada Penderita Diare Probiotik merupakan
mikroorganisme hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan yang
memberikan pengaruh menguntungkan pada penderita dengan
memperbaiki keseimbangan mikroorganisme usus, akan terjadi
peningkatan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran cerna.
Probiotik dapat meningkatkan produksi musin mukosa usus sehingga
meningkatkan respons imun alami (innate immunity). Probiotik
menghasilkan ion hidorgen yang akan menurunkan pH usus dengan
memproduksi asam laktat sehingga menghambat pertumbuhan bakteri
patogen. Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi
suportif diare akut. Hal ini berdasarkan peranannya dalam menjaga
keseimbangan flora usus normal yang mendasari terjadinya diare.
Probiotik aman dan efektif dalam mencegah dan mengobati diare akut
pada anak (Yonata, 2016).
d. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Anak
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum air
susu ibu harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan
atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus
diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit dan
lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan
(Sari, 2016).
e. Ciptakan Lingkungan yang Bersih dan Sehat
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan
yang bersih dan sehat
1) Selalu mencuci tangan sebelum menyentuhmakanan.
2) Menjaga kebersihan alat - alat makan.
3) Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar
di lingkungan tempat tinggal. Air dimasak benar - benar mendidih,
bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4) Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5) Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki dan
muka.
6) Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan
disembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat
ke sekolah.
7) Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat
tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
8) Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar.
Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan
sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak
terkontaminasi. Dengan demikian warga bisa menggunakan air
bersih untuk keperluan sehari – hari, untuk memasak, mandi dan
sebagainya.
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Diare
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan terasa kram pada perut/abdomen
2) Data Objektif
a) Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
b) Feses lembek atau cair
c) Frekuensi peristaltik meningkat
d) Bising usus hiperaktif
b. Hipertermia
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan badannya terasa panas
2) Data Objektif
a) Suhu tubuh klien di atas nilai normal
b) Tampak kulit klien merah
c) Klien tampak kejang
d) Kulit klien teraba hangat
c. Kekurangan Volume Cairan
1) Data Subjektif
a) Klien mengeluh lemah
b) Klien mengeluh merasa haus
2) Data Objektif
a) Frekuensi nadi meningkat
b) Nadi teraba lemah
c) Suhu tubuh meningkat
d) Tekanan darah menurun
e) Turgor kulit menurun
f) Membran mukosa kering
g) Volume urin menurun
h) Hematokrit meningkat
d. Gangguan Integritas Kulit
1) Data Subjektif
-
2) Data Objektif
a) Kerusakan jaringan/lapisan kulit
b) Nyeri
c) Perdarahan
d) Kemerahan
e) Hematoma
e. Defisit Nutrisi
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan cepat kenyang setelah makan
b) Klien mnegataka nafsu makan meurun
c) Klien mengeluh nyeri pada perut/abdomen
2) Data Objektif
a) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
b) Bising usus hiperaktif
c) Otot pengunyah lemah
d) Otot penelan lemah
e) Membran mukosa pucat
f) Terdapat sariawan
g) Serum albumin turun
f. Resiko Syok (Hipovolemi)
1) Data Subjektif
-
2) Data Objektif
-
g. Ansietas
1) Data Subjektif
a) Klien merasa bingung
b) Klien merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi
c) Sulit berkonsentrasi
2) Data Objektif
a) Klien tampak gelisah
b) Klien tampak tegang
c) Klien sulit tidur
d) Frekuensi nafas meningkat
e) Frekuensi nadi meningkat
f) Tekanan darah meningkat

2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi,
iritasi, malabsorbsi.
b. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju
metabolisme, penyakit.
c. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif, kegagalan mekanisme regulasi.
d. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering
BAB, perubahan status cairan, perubahan pigmentasi, perubahan turgor,
penurunan imunologis.
e. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor biologis, faktor psikologis,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrien.
f. Resiko Syok (Hipovolemi) berhubungan dengan kehilangan cairan dan
elektrolit.
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, gejala
terkait penyakit.
3. Perencanaan
a. Prioritas Masalah
Diare berhubungan dengan proses infeksi dan inflamasi di usus ditandai
dengan klien mengatakan terasa kram pada perut/abdomen, defekasi
lebih dari 3 kali dalam 24 jam, feses lembek atau cair, frekuensi
peristaltik meningkat dan bising usus hiperaktif.

b. Rencana Perawatan

No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala diare 1. Mengetahui dan memenatau
keperawatan selama 3x24 jam kondisi anak yang
diharapkan masalah diare dapat mengalami diare
2. Ajurkan keluarga untuk mencatat 2. Untuk
teratasi dengan kriteria hasil : memantau
1. Frekuensi BAB normal < warna, volume, frekuensi, bau perkembangan kondisi anak
3x/hari dan konsistensi feses. yang mengalami diare.
2. Konsistensi feses normal 3. Ajari keluarga untuk tetap 3. Untuk menjaga agar cairan
(berbentuk) memberikan cairan per oral. tubuh anak cepat kembali
3. Bising usus dalam batas normal dan mencegah anak
normal (10-20x/detik) megalami dehidrasi.
4. Anjurkan keluarga untuk
4. Agar tidak memperparah
memberikan diet rendah serat
diare pada anak. Dengan
pada anak
berkurangnya asupan serat
dalam tubuh , otomatis
jumlah feses yang akan
dikeluarkan semakin
5. Kolaborasi dalam pemberian obat berkurang.
diare 5. Untuk mendapatkan
penangan yang tepat dan
mencegah terjadinya diare
yang semakin memburuk.
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi faktor penyebab 1. Hipertermia merupakan
keperawatan selama 3x24 jam hipertermia salah satu gejala atau
diharapkan masalah kompensasi tubuh terhadap
hipertermia dapat teratasi adanya infeksi baik secara
dengan kriteria hasil : lokal maupun sistemik. Hal
1. Suhu tubuh dalam rentang ini perlu diketahui sebagai
normal (36 – 37,5o C) dasar dalam rencana.
2. Badan pasien tidak teraba 2. Monitor suhu tubuh pasien. 2. Proses peningkatan suhu
panas menunjukan proses
3. Pasien tidak lemas penyakit infeksius akut
3. Anjurkan ibu untuk memberi 3. Untuk mengganti cairan
minum sedikit tapi sering. yang hialng selama proses
evaporasi
4. Anjurkan untuk memakai pakaian 4. Penggunaan pakaian yang
yang tipis dan menyerap keringat tipis dapat membantu dalam
menyerap keringat
5. Daerah dahi/ axila
5. Beri kompres air biasa pada merupakan jaringan tipis
dahi/axila dan terdapat pembuluh
darah sehingga proses
vasodilatasi pembuluh
darah lebih cepat sehingga
pergerakan molekul cepat.
Kompres dapat
memeprcepat dalam
penurunan produksi panas
dengan pemberian suhu
sejuk dengan menggunakan
lap yang dicelupkan dalam
6. Kolaborasi dalam pemberian
air dengan suhu 18-26oC
antipiretik
6. Obat antipiretik bekerja
sebagai pengatur kembali
pusat pengatur panas.
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV 1. TTV berguna untuk
keperawatan selama 3x24 jam mengetahui (indikator
diharapkan masalah keadekuatan sirkulasi)
kekurangan volume cairan 2. Observasi pengisian kapiler, 2. Meunjukan respon efek
dapat teratasi dengan kriteria turgor kulit da mukosa bibir kehilangan cairan
hasil : 3. Kaji intake dan output cairan 3. Memberikan informasi
1. Mempertahankan urine tentang keadekuatan
output sesuai dengan usia informasi cairan dan
dan berat badan, kebutuhan pengganti
2. Tanda-tanda vital dalam 4. Berikan cairan sesuai kebutuhan 4. Mempertahankan dan
batas normal, Suhu : 36- 7-8 gelas/ hari mengganti jumlah cairan
37,5oC, Nadi : (bayi : yang hilang dan
120-130 x/mnt, anak : 80- mengurangi hasu serta
90 x/mnt), RR : (bayi : 30- dehidrasi.
40 x/mnt, anak : 20-30 5. Kolaborasi pemberia cairan IV 5. Menvegah kehilangan
x/mnt) cairan lebih banyak dan
3. Tidak terdapat tanda-tanda mempertahankan
dehidrasi seperti turgor keseimbangan cairan.
kulit elastis, mukosa bibir
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
4. Frekuensi BAB normal 1-
2 x/hari, konsistensi
lembek, warna kuning

4. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kulit adanya kemerahan 1. Memeriksa keadaan di


keperawatan selama 3x24 jam daerah sekitar anus.
diharapkan masalah gangguan 2. Jelaskan kepada orang tua 2. Orang tua mampu
integritas kulit dapat teratasi penyebab anus anak lecet dan memahami penyebab anus
dengan kriteria hasil : terjadi kemerahan lecet dan terjadi kemerahan
1. Integritas kulit yang baik 3. Anjurkan orang tua untuk tetap 3. Untuk mencegah terjadinya
bisa dipertahankan menjaga kebersihan kulit agar luka lecet yang semakin
(sensasi, elastisitas, tetap kering dan bersih parah dan mencegah
temperature, hidrasi, terjadiya iritasi yang
pigmentasi) semakin meluas
2. Tidak ada luka atau lesi 4. Ajarkan orang tua membersihkan 4. Agar dapat dibersihkan
3. Mampu melindungi kulit bagian bokong secara hati-hati secara hati-hati karena feses
dan mempertahankan dengan sabun non alkalis yang pasien diare bersifat sangat
kelembaban kulit dan lunak dan air iritatif pada kulit
perawatan alami 5. Anjurkan menghindari pemakaian 5. Karena penggunaan tisu ini
tisu pembersih komersial yang akan menimbulkan rasa
mengandung alcohol pada kulit perih di sekitar anus yang
yang mengalami ekskoriasi lecet

5. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi makanan 1. Untuk mengetahui makanan
keperawatan selama 3x24 jam apa yang boleh dan tidak
diharapkan masalah defisit boleh diberikan kepada
nutrisi dapat teratasi dengan pasien
kriteria hasil : 2. Berikan pasien makanan sedikit 2. Dengan pemberian
1. Pemenuhan nutrisi pasien tapi sering makanan sedikit tapi sering
terpenuhi diharapkan nutrisi pasien
2. Tidak terjadi penurunan terpenuhi
berat badan yang berarti 3. Berikan informasi kepada pasien 3. Agar pasien dan keluarga
3. Tidak terjadi mual dan dan keluarga tentang kebutuhan memehami pentingnya
muntah nutrisi kebutuhan nutrisi bagi
4. Tidak ada tanda tubuh
malnutrisi. 4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam 4. Untuk menentukan diet apa
pemberian nutrisi dan diet pasien. yang diberikan kepada
klien.
6. Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi vital sign setiap 3 jam 1. Perawat perlu terus
keperawatan selama 3x24 jam atau lebih mengobservasi vital sign
diharapkan syok tidak terjadi untuk memastikan tidak
dengan kriteria hasil : terjadi presyok atau syok
1. Suhu : 36-37,5oC, Nadi : 2. Monitor keadaan umum pasien 2. Untuk memonitor kondisi
(bayi : 120-130 x/mnt, pasien selama perawatan
anak : 80-90 x/mnt), RR : terutama saat terjadi
(bayi : 30-40 x/mnt, anak : pendaharan. Perawat segera
20-30 x/mnt) mengetahui tanda-tanda
2. Irama pernafasan reguler persyok atau syok
3. Irama jantung reguler 3. Kolaborasi pemberian cairan 3. Cairan intravena diperlukan
intravena untuk mengatasi kehilangan
cairan tubuh secara hebat.
7. Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling percaya 1. Menunjukkan perhatian dan
keperawatan selama 3x24 jam dengan pasien keinginan untuk membantu.
diharapkan masalah ansietas Membantu dalam diskusi
dapat teratasi dengan kriteria tentang subjek sensitive.
hasil : 2. Membantu pasien
2. Berikan informasi tentang
1. Pasien menyatakan tidak memahami tujuan dari apa
prosedur dan apa yang terjadi.
cemas yang dilakukan dan
2. Pasien tampak rileks mengurangi masalah karena
ketidaktahuan.
3. Menyatakan penerimaan
3. Pertahankan prilaku nyata dalam
dan menghilangkan rasa
melakukan prosedur / menerima
malu pasien.
pasien, lindungi privacy.

4. Beri penguatan informasi pasien 4. Memungkinkan pasien


yang telah diberikan sebelumnya. untuk menerima kenyataan
dan menguatkan
kepercayaan kepada
pemberi perawatan serta
menghilangkan kecemasan

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawatat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien. Semua
tindakan keperawatan dicatat dalam format yang telah ditetapkan oleh
institusi. Dalam tahap pelaksanaan ada tiga tindakan yaitu, tindakan mandiri,
delegatif, dan tindakan kolaborasi (Aziz, 2017).
a. Mandiri : aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri
dan bukan merupakan petunjuk;perintah dari petugas kesehatan.
b. Delegatif : tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh
petugas kesehatan yang berwenang.
c. Kolaboratif : tindakan perawat dan petugas kesehatan lain dimana
didasarkan atas keputusan bersama.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai ke efektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif
ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
subjektif (data berupa keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisi data dan perencanaa (Aziz, 2017)
6. WOC Diare

Malabsorbsi Makanan Psikologis


Infeksi

Keracunaan makanan, Hiperperistaltik


Virus Bakteri Gg. Osmotik Gg. Sekresi Gg. Motilitas usus
alergi makanan

Cairan makanan Sekresi di dinding Usus tidak dapat Toksin yang ada tdk Proses penyerapan
Kuman masuk & tidak dapat diserap usus menyerap makanan mampu diserap dengan makanan terganggu
berkembang di dalam usus oleh usus baik
Air & elektrolit masuk Hiperperistaltik Distensi
Tekanan osmotik ke rongga usus usus Hiperperistaltik abdomen/kram
Toksin dalam Bakteri menjadi usus
dinding usus halus invasif menyerbu ke Hiperperistaltik Didorong keluar Didorong keluar Anak jadi gelisah,
dlm mukosa usus melalui anus melalui anus Didorong keluar rewel, menangis
Iritasi pada melalui anus
permukaan usus Membentuk toksin Didorong keluar
BAB encer BAB encer
Usus mengalami melalui anus BAB encer
>4x/hari >4x/hari Ansietas
Meghasilkan >4x/hari
atrofi
enterotoksin BAB encer
Fungsi usus >4x/hari
Enterotoksin
terganggu
masuk ke dlm Anus & daerah
Sekresi cairan darah sekitarnya lecet
Demam Diare
Di dorong keluar
melalui anus Gangguan
Hipertermia Kehilangan air dan Integritas Kulit
BAB encer elektrolit
>4x/hari
Cairan ekstraseluler Malnutrisi energi
tiba-tiba hilang protein

Nadi lemah, kulit pucat, Dehidrasi Atrofi mukosa usus


akral dingin
Defisiensi enzim
Kekurangan
Resiko Syok Volume Cairan Absorpsi yg tidak
adekuat

Diare kronik

Malabsorpsi

Albumin &
imunoglobulin

Kwasiorkor

Defisit Nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, AH. 2017. Bab II Tinjaun Pustaka Dokumentasi Keperawatan. Diakses


tanggal 11 Maret 2019, dari
http://repository.ump.ac.id/3810/3/Ahmad%20H%20Aziz%20BAB
%20II.pdf

Kayrus, A., & Latifah, S. (2019). Penatalaksanaan Diare pada Anak di Puskesmas
Gedong Tataan dengan Pendekatan Dokter Keluarga. Jurnal
Agromedicine, 6(2). Diakses tanggal 02 Desember 2020, dari
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/2426

Kholifah, Siti Nur. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan
Gerontik. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Ngastiyah. 2014. Perawatan anak sakit edisi 2. Jakarta : EGC

Nuratif, A. H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


dagnosa medis dan Nanda NIC-NOC edisi revisi jilid 1. Medication
Publishing: Jogyakarta.

Paramita, L. (2017). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diare di Ruang 2


Ibu dan Anak RS Reksodiwiryo Padang Tahun 2017. Diakses tanggal
01 Desember 2020, dari https://pustaka.poltekkespdg.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=4374&keywords=

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan


Pengurus Pusat Perasatuan Nasional Indonesia.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan


Pengurus Pusat Perasatuan Nasional Indonesia.

Riset Keperawatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Diakses tanggal 01 Desember


2020 http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas
%202013.pdf

Sari, R. I. 2016. Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Gastroenteritis Akut


Diruang Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah dr. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto). Diakses tanggal 02 Desember 2020, dari
http://ASKEP%20ANAK/KTI_LIDIA_PARAMITA.pdf

Ulfah, M., Rustina, Y., & Wanda, D. (2012). Zink efektif mengatasi diare akut
pada balita. Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(2), 137-142. Diakses
tanggal 02 Desember 2020, dari
http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/39/39

Yonata, A & Farid, A.F. 2016. Penggunaan Probiotik Sebagai Terapi Diare.
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Majority Volume 5 Nomor 2.
Diakses tanggal 02 Desember 2020, dari http://jukeunila.com/wp-
content/uploads/2016/04/5.2-Agus-Fathul-Muindone.pdf

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. C DENGAN DIARE


DI BANJAR PANDE KOTA
TANGGAL 01 – 05 DESEMBER 2020

OLEH :
NI MADE AYU ARMIYANTI
2014901198

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2020/2021

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. C DENGAN DIARE


DI BANJAR PANDE KOTA
TANGGAL 01 -05 DESEMBER 2020

A. PENGKAJIAN

1. Data Umum

DATA PASIEN DATA ORANG TUA


Nomor RM :- Nama Ibu : Ny. S
Nama : An. C Usia Ibu : 34 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : 20 Oktober 2015 Pekerjaan Ibu : Wiraswasta
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan Ibu : SMA
Alamat : Banjar Pande Kota Nama Ayah : Tn. G
Tanggal Masuk RS :- Usia Ayah : 36 tahun
Tanggal Pengkajian : 01 Desember 2020 Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
jam: 16.30 wita Pendidikan Ayah : SMA
Diagnosa Medis : Diare Alamat : Banjar Pande Kota
Suku : Indonesia
Agama : Hindu
Bila ada stiker identitas, dapat ditempel disini Sumber Informasi
Nama : Ny. S
Usia : 34 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Banjar pande Kota
Hubungan dengan anak : Ibu

2. Kedudukan anak dalam keluarga

Nama Jenis Kelamin Keadaan sekarang Ket


Umur
(Inisial) Laki- Perempua Sehat Sakit Meninggal
laki n
An. C  5 tahun 

An. A  3 tahun 

3. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama Saat MRS


Ibu pasien mengatakan anaknya BAB encer 4 kali dalam sehari.
b. Keluhan Utama saat pengkajian
Ibu pasien mengatakan anaknya BAB dengan konsistensi cair 4 kali
dalam sehari sejak kemarin pagi serta anaknya mengalami demam
sejak kemarin.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
An. C dibawa ke bidan yang ada di dekat rumah oleh ibunya pada
tanggal 30 Desember 2020 pada pukul 10.30 wita dengan keluhan
An. C demam tinggi, lemas dan BAB sudah 4 kali dalam sehari
dengan konsistensi cair sejak pagi. Di bidan An. C dilakukan
pemeriksaan TTV dengan hasil, Nadi : 112x/menit, RR : 22x/menit,
Suhu : 38,2o C. Dari hasil pemeriksaan An. C didiagnosis menderita
diare tanpa dehidrasi. An. C mendapatkan terapi Oralit 200ml setelah
BAB, Zinkid Zinc 1x10 ml selam 10 hari dan Proris Ibuprofen
3x100ml.

d. Riwayat Sebelumnya
Riwayat Kelahiran
1. Prenatal

Usia Ibu saat hamil  < 20 tahun 20 – 35 tahun  >35 tahun
Persepsi terhadap  Kehamilan direncanakan
kehamilan
 Kehamilan tidak direncanakan
Antenatal Care  Tidak Ya,

Apabila Ya, jumlah kunjugan : 2 minggu sekali


ke bidan dan 1 bulan sekali ke puskesmas
Kenaikan BB selama 5 kg
kehamilan
Konsumsi obat selama Tidak ada, hanya minum vitamin yang diberikan
kehamilan oleh bidan.
(obat yang bersifat
tertogenik)
Riwayat Injury selama Tidak  Jatuh  Kecelakaan
kehamilan
 Lainnya……….……………………………
Komplikasi selama Tidak  Ya……………………………..
kehamilan
Riwayat hospitalisasi Tidak  Ya……………………………..
Pemeriksaan penunjang  Tidak  Ya:
kehamilan
 Rubella  Hepatitis  CMV

 GO  Herpes  HIV

 Lainnya…………………………………....
Riwayat obstetri sebelumnya
No. Nama Proses Penolong Jenis Berat Badan Penyulit
Anak Persalinan Persalinan Kelamin Lahir
1. An. C Normal Bidan Perempuan 3000 gr -
2. An. A Sectio Dokter Laki-laki 2900 gr -
Caesar
2. Intranatal

Riayat kelahiran Spontan  SC  Dengan alat


bantu
Usia kelahiran  Kurang bulan Cukup bulan  Lebih
bulan
Penolong persalinan Dokter Perawat/Bidan

 Bukan tenaga kesehatan


4. Pengkajian Psiko, sosio, spiritual dan lingkungan
PENGKAJIAN PSIKOSPIRITUAL
Penurunan prestasi sekolah : ( )Tidak, ( )Ya

Penelantaran fisik/mental : ( ) Pernah ( ) Tidak


Perawatan anak dibantu oleh : ( ) Orang tua ( ) Wali ( ) Pengasuh

Mekanisme Koping : ( ) Menyerang ( ) Menghindar ( ) Diam ( )


Terbuka
Gangguan body image : (  ) Tidak ( ) Ya,
Jelaskan : -

Cita-cita anak : An. C mengatakan ingin menjadi guru


Efek hospitalisasi : Perasaan : -
Harapan : -
Takut :-
Kecemasan : -
Lainnya :…………………

Agama : ( ) Hindu, ( ) Islam, ( ) Protestan, ( ) Katolik, ( ) Budha, ( )


Lainnya :
Kegiatan beribadah : Pasien mengatakan sering dajak beribadah ke pura oleh
ayah dan ibunya.
Perlu Rohanian : ( ) Tidak ( ) Ya,
jelaskan________________________________
PENGKAJIAN SOSIAL KULTURAL
Pembiayaan Kesehatan : ( )Biaya sendiri ( )Asuransi ( )Perusahaan ( )
Lain-lain, jelaskan : Pembiayaan kesehatan menggunakan BPJS
Anak tinggal bersama : ( )Orangtua ( )Kakek/Nenek ( )Lain-lain,
jelaskan
Bahasa yang digunakan sehari-hari : ( ) Bahasa Indonesia, ( ) Bahasa
daerah, jelaskan :

Hambatan dalam bahasa : ( )Tidak, ( ) Ya, jelaskan :

Pengetahuan pasien dan keluarga tentang kesehatan atau perawatan klien :


( ) Paham,
( ) Memerlukan penjelasan lebih lanjut, (jelaskan mengenai apa)
5. Pemeriksaan Fisik

PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA
Bentuk : (  ) Normosefali ( ) Mikrosefali ( ) Hidrosefali Warna
rambut : hitam
Ubun-ubun : ( ) Cekung ( ) Cembung ( ) Datar
Caputsuksedenum : ( ) tidak ( ) ya
Sefal hematom : ( ) tidak ( ) ya
Lain-lain : -

MATA : Konjungtiva : ( ) Merah muda ( ) anemis Sklera : ( ) Normal ( )


Ikterus
Reflek cahaya : ( ) positif ( ) negatif
Pupil : ( ) isokor ( ) anisokor, diameter :
______________mm
Sekret : ( ) tidak ada ( ) ada
Edema palpebra : ( ) tidak ( ) ya
Lain-lain : -

TELINGA : Simetris : ( ) Ya ( ) Tidak


Serumen : ( ) Ya ( ) Tidak
Darah : ( ) Ya ( ) Tidak
Kelainan : ( ) Tidak ( ) Ya, Jelaskan
Hidung : Pernafasan cuping hidung : ( ) Ya ( ) Tidak
Sekret : ( ) Ya ( ) Tidak
Kelainan : ( ) Tidak ( ) Ya, jelaskan :
MULUT : mukosa bibir : ( ) lembab ( ) Kering
Stomatitis : ( ) tidak ( ) Ya
Sianosis : ( ) tidak ( ) Ya
Kelainan : ( ) Tidak ( ) Ya, Jelaskan

LEHER : Bentuk : () Normal Kelainan : ( ) Tidak ( ) Ya, jelaskan

Pembesaran kelenjer tiroid : ( ) tidak ( ) ya, jelaskan


Kaku kuduk : ( ) tidak ( ) ya

DADA : Bentuk : () Simetris ( ) tidak simetris


Kelainan : () Tidak ( )Ya, jelaskan

Irama Nafas : () Regular ( ) Irregular


Suara Nafas : ( Normal ( ) suara nafas tambahan : Jelaskan
Vokal premitus : () sama ( ) tidak sama
Batuk : ( ) Tidak ( ) Ya Retraksi : ( ) Tidak ( ) Ya
Sekret : () Tidak ( )Ada,
Warna/Jumlah______________/______________
Tampak Ictus Cordis : ( ) Tidak ( ) Ya, Jelaskan posisinya :
Suara Jantung : S1, jelaskan : Reguler
S2, Jelaskan : Reguler
S3, jelaskan : Reguler

ABDOMEN :
Inspeksi : bentuk : ( ) datar ( ) tidak datar lingkar perut :
________________cm
ikut gerak nafas : ( ) ya ( ) tidak
Tali pusat : ( ) kering ( ) tidak kering, tanda
peradangan : ( ) tidak ( ) ya, jelaskan
Stoma: -
Jelaskan: -
Kelainan pada abdomen : ( ) tidak ( ) ya, jelaskan

Auskultasi : Bising Usus : 25x/menit


Perkusi : ( ) timpani ( ) hipertimpani ( ) pekak
Palpasi : Nyeri tekan : ( ) tidak ( ) ya, jelaskan
Distensi : ( ) Tidak ( ) Ya
Massa : ( ) tidak ( ) ya, jelaskan
Asites : ( ) tidak ( ) ya
Limpa : ( ) tidak teraba ( ) teraba, jelaskan
Hepar : ( ) tidak teraba ( ) teraba, jelaskan

EKSTREMITAS : Akral : () Hangat ( ) Dingin, Pergerakan : () Aktif


( ) Pasif ,
Kekuatan Otot :
Kelainan : () Tidak ( ) Ya, jelaskan
Edema : ( ) tidak ( ) ya, jelaskan :
Capillary refill time : < 2 detik

KULIT : Warna : () Normal, ( ) Ikterus, ( ) Sianosis


Hematome : () Tidak, ( ) Ya Luka : ( )Tidak, ( )Ya,
jelaskan :
Masalah integritas kulit: ( ) Tidak ( ) Ya, jelaskan

Scar BCG : ( ) ada ( ) tidak


Rumfflet test : ( ) positif ( ) negatif
Petekie : ( ) tidak ( ) ya
Ekimosis : ( ) tidak ( ) ya
Vesikel : ( ) tidak ( ) ya
KUKU : Bentuk : () Normal ( ) Abnormal Jelaskan
Kebersihan : ( ) Ya ( ) Tidak

ANUS DAN GENETALIA : Kelainan/masalah : () Tidak ( ) Ya, jelaskan

Keluhan pada Pernafasan


Kesulitan bernafas : () Tidak, ( ) Ya, jelaskan
Penggunaan alat bantu nafas: Tidak ada
- memakaiO2 ___________ lt/menit dengan : ( ) Nasal canule
( ) masker
rebreathing
( ) Masker
nonrebreathing
- CPAP
- Ventilasi mekanik

Keluhan Makan dan Minum

Makan
Nafsu makan : () Baik, ( ) Tidak
Jenis Makanan : () Bubur, () Nasi, ( ) ASI ( ) Susu Formula ( ) Lain-
lain, jelaskan
Jumlah : 1 porsi/hari
Frekuensi : 3x/hari
Kesulitan makan : () Tidak, ( ) Ya, jelaskan:
Kebiasaan makan : () Mandiri, () Dibantu
Keluhan : Mual : () Tidak, ( ) Ya Muntah : ( ) Tidak, ( ) Ya,
Warna/Volume ______________/________________ml

Minum
Jenis minuman : air putih, susu, air gula
Jumlah : 6 -7/hari
Kesulitan saat minum () Tidak, ( ) Ya, Jelaskan:
Kebiasaan minum : () Mandiri, ( ) Dibantu
Keluhan : Mual : ( ) Tidak, ( ) Ya Muntah : () Tidak, ( ) Ya,
Warna/Volume ______________/________________ml
Cara Pemberian:........................................................................................

Keluhan Eleminasi
BAK
Warna Urine : ( ) Kuning Jernih ( ) Kuning Pekat ( ) Keruh ( )
Merah
Deuresis : - cc/jam
Keluhan saat berkemih : ( ) Tidak ( ) Ya, jelaskan
Penggunaan alat bantu untuk berkemih : () Tidak ( ) Ya, Jelaskan
BAB
Konsistensi : Lembek ( ) Cair ( )
Terdapat darah : ( ) Tidak ( ) Ya
Terdapat Lendir : () Tidak ( ) Ya
Warna, Jelaskan : kuning cair
Frekuensi : 4x/ hari
Keluhan saat BAB : ( ) Tidak () Ya, jelaskan: Ibu An. C mengatakan
anaknya mengalami BAB 4x/hari sejak kemarin
Penggunaan alat bantu untuk BAB : () Tdak ( ) Ya, Jelaskan
Keluhan Istirahat Tidur
Lama tidur : 8-9 jam/hari Kesulitan Tidur : ( )Tidak, ( ) Ya , jelaskan
Tidur siang : ( ) Tidak, () Ya

Keluhan Mobilisasi
() Normal/mandiri, ( ) Dibantu, ( ) Menggunakan alat bantu, jelaskan
Lain-lain

HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG : -

6. Pengkajian Nyeri

Nyeri : () Tidak ( )Ya Skala : -

Lokasi Nyeri : -

Frekuensi Nyeri : ( ) Jarang ( ) Hilang timbul ( ) Terus-menerus

Lama Nyeri : -

Menjalar : ( )Tidak ( )Ya, ke :

Kualitas Nyeri : ( ) Tumpul ( ) Tajam ( ) Panas/terbakar ( ) Lain-lain :

Faktor pemicu/yang memperberat : -

Faktor yang mengurangi/menghilangkan nyeri : -


SKALA NYERI

SKALA FLACC (untuk anak usia 1-3 tahun)


Penilaian Deskripsi Skor
F (Wajah) Tidak ada ekspresi khusus, senyum 0
Menyeringai, mengerutkan dahi, 1
tampak tidak tertarik
Dagu gemetar, gigi gemertak (sering) 2
L (Kaki) Normal, rileks 0
Gelisah, tegang 1
Menendang, kaki tertekuk 2
A Berbaring tenang, posisi normal, 0
(Aktivitas) gerakan mudah
Menggeliat, tidak bisa diam, tegang 1
Kaku, kejang 2
C Tidak menangis 0
(Menangis)
Merintih, merengek, kadang 1
mengeluh
Terus menangis, berteriak, sering 2
mengeluh
C Rileks 0
(Consolabili
Dapat ditenangkan dengan sentuhan, 1
ty
pelukan dan bujukan
Sulit dibujuk 2
Total Skor

Skor : 0 = Tidak Nyeri 1-3 = Nyeri Ringan


4-6 = Nyeri Sedang 7-10 = Nyeri Berat
WONG-BAKER FACES PAIN Rating Scale (untuk anak usia 3 tahun ke
atas)

Skala Nyeri :

7. Pengkajian resiko tekan


Skor Braden

No Parameter Skor
.
1. PERSEPSI SENSORI
Kemampuan untuk merespon ketidaknyamanan 4
tekanan
Tidak berespon = 1
Sangat terbatas = 2
Sedikit terbatas = 3
Tidak ada gangguan = 4
2 KELEMBABAN
Seberapa sering kulit terpapar kelembaban 4
Kelembaban konstan = 1
Sering lembab = 2
Kadang lembab = 3
Jarang lembab = 4
3 AKTIVITAS
Tingkat aktivitas fisik 3
Tergeletak di tempat tidur = 1
Tidak bisa berjalan = 2
Berjalan pada jarak terbatas = 3
Berjalan di sekitar ruangan = 4
4 MOBILITAS
Kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi 4
tubuh
Tidak bisa bergerak = 1
Sangat terbatas = 2
Sedikit terbatas = 3
Tidak ada batasan = 4
5 NUTRISI
Pola asupan makanan 4
Sangat buruk = 1
Kurang adekuat = 2
Adekuat = 3
Sangat baik = 4
6 FRIKSI
Masalah = 1 3
Potensi masalah = 2
Tidak ada masalah = 3
Total skor 22

Kategori :
 >18 : tidak beresiko mengalami luka tekan
 15-18 : beresiko ringan untuk mengalami luka tekan
 13-14 : beresiko sedang untuk mengalami luka tekan
 10-12 : beresiko tinggi untuk mengalami luka tekan
 ≤ 9 : beresiko sangat tinggi untuk mengalami luka tekan
8. Pengkajian resiko jatuh

SKRINING RISIKO JATUH/CEDERA

Anak berusia <12 tahun dianggap berisiko tinggi dan anak usia 12-18
tahun dilakukan penilaian risiko jatuh anak dengan menggunakan
Humpty Dumpty Scale dan diberi skor. Jika nilainya berisiko tinggi, maka
klip risiko jatuh (pada pasien) dan segitiga (di tempat tidur/ brankar/ kursi
roda) berwarna kuning dipasangkan 

 Berisiko rendah (skor 7 – 11)  Berisiko Tinggi (skor ≥


12)

Parameter Kriteria Skor Hasil Parameter Kriteria Skor Hasil

Skorin Skoring
g
Umur < 3 tahun 4 3 Gangguan Tidak sadar 3 1
kognitif terhadap
3-7 tahun 3
keterbatasan
7-13 tahun 2 (gangguan

>13 tahun 1 kesadaran,


retardasai
mental)
Lupa
keterbatasan
2
(anak-anak
hiperaktif)

Mengetahui
kemampuan 1

diri
Jenis Laki-laki 2 1 Faktor Riwayat jatuh 4 2
Kelamin Lingkungan dari tempat
Perempuan 1
tidur saat bayi-
anak

Pasien
menggunakan
alat bantu atau 3
box/mebel

Pasien berada
di tempat tidur 2

Di luar ruang
rawat 1
Diagnosa Kelainan 4 1 Respon Dalam 24 jam 3 3
Neurologi terhadap Dalam 48 jam
2
operasi/obat >48 jam
penenang/ 1
Perubahan efek
dalam anestesi
oksigenasi
Penggunaan Bermacam- 3 1
(masalah
obat macam obat
saluran nafas,
yang
dehidrasi,
digunakan:
anemia,
obat sedatif
(kecuali pasien
ICU yang
menggunakan
sedasi
paralisis),
hipnotik,
barbiturat,
fenotiazin,
antidepresan,
anoreksia, 3
laksans/diureti
sinkop/sakit 2
ka, narkotik
kepala, dll)
Salah satu dari
pengobatan di
2
Kelainan atas
1
psikis/
perilaku Pengobatan
lain
1 Total 12

B. Analisa Data
Analisa Data An. C dengan diare di Banjar Pande Kota
Tanggal 01 – 05 Desember 2020

Data Subjektif Data Objektif Interpretasi


1. Ibu pasien mengatakan 1. Pasien tampak lemas Diare
anaknya BAB dengan 2. Mukosa bibir pasien
konsistensi cair 4x kering
dalam sehari 3. Peristaltik usus :
2. Ibu pasien mengatakan 25x/menit
anaknya mengalami
diare sejak kemarin.

1. Ibu pasien mengatakan 1. Pasien tampak lemas Hipertermia


anaknya mengalami 2. Kulit pasien teraba hangat
demam sejak kemarin 3. Suhu : 37,8oC, Nadi :
120x/menit

C. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi,
iritasi, malabsorbsi.
2. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju
metabolisme, penyakit.
D. PERENCANAAN
Rencana Perawatan An. C dengan diare di Banjar Pande
Kota Tanggal 01 – 05 Desember 2020

No Hari/Tgl/ Diagnosa Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Jam
1. Rabu, 02 Diare Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 1. Mengetahui dan
Desember berhubungan tindakan keperawatan dan gejala diare memenatau
2020 dengan parasit, selama 3x24 jam kondisi anak
psikologis, proses diharapkan masalah yang mengalami
17.00 wita
infeksi, inflamasi, diare dapat teratasi diare
iritasi, dengan kriteria hasil : 2. Ajurkan keluarga 2. Untuk memantau
malabsorbsi. 1. Frekuensi BAB untuk mencatat perkembangan
normal < 3x/hari warna, volume, kondisi anak
2. Konsistensi feses frekuensi, bau yang mengalami
normal (berbentuk) dan konsistensi diare.
3. Bising usus dalam feses.
batas normal (10- 3. Ajari keluarga 3. Untuk menjaga
20x/detik) untuk tetap agar cairan tubuh
memberikan anak cepat

cairan per oral. kembali normal


dan mencegah
anak megalami
dehidrasi.
4. Agar tidak
4. Anjurkan
memperparah
keluarga untuk
diare pada anak.
memberikan diet
Dengan
rendah serat pada
berkurangnya
anak
asupan serat
dalam tubuh ,
otomatis jumlah
feses yang akan
dikeluarkan
semakin
berkurang.
5. Untuk
5. Kolaborasi dalam
mendapatkan
pemberian obat
penangan yang
diare
tepat dan
mencegah
terjadinya diare
yang semakin
memburuk.
2. Rabu, 02 Hipertermia Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor 1. Hipertermia
Desember berhubungan tindakan keperawatan penyebab merupakan salah
2020 dengan dehidrasi, selama 3x24 jam hipertermia satu gejala atau
peningkatan laju diharapkan masalah kompensasi
17.00 wita
metabolisme, hipertermia dapat tubuh terhadap
penyakit. teratasi dengan kriteria adanya infeksi
hasil : baik secara lokal
1. Suhu tubuh dalam maupun sistemik.
rentang normal (36 Hal ini perlu
– 37,5o C) diketahui sebagai
2. Badan pasien tidak dasar dalam
teraba panas rencana.
3. Pasien tidak lemas 2. Monitor suhu 2. Proses
tubuh pasien. peningkatan suhu
menunjukan
proses penyakit
infeksius akut
3. Anjurkan ibu 3. Untuk mengganti
untuk memberi cairan yang
minum sedikit hialng selama
tapi sering. proses evaporasi

4. Anjurkan untuk 4. Penggunaan


memakai pakaian pakaian yang
yang tipis dan tipis dapat
menyerap membantu dalam
keringat menyerap
5. Beri kompres air keringat
biasa pada 5. Daerah dahi/
dahi/axila axila merupakan
jaringan tipis dan
terdapat
pembuluh darah
sehingga proses
vasodilatasi
pembuluh darah
lebih cepat
sehingga
pergerakan
molekul cepat.
Kompres dapat
memeprcepat
dalam penurunan
produksi panas
dengan
pemberian suhu
sejuk dengan
menggunakan lap
yang dicelupkan
dalam air dengan
suhu 18-26oC
6. Obat antipiretik
6. Kolaborasi dalam bekerja sebagai
pemberian pengatur kembali
antipiretik pusat pengatur
panas.

E. IMPLEMENTASI

No. Hari/Tgl/Jam No Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf


Dx
1. Rabu, 02 Dx 1 1. Memonitor tanda dan gejala S : - Ibu pasien mengatakan
Desember diare anaknya BAB dengan
2020 konsistensi cair 4x
dalam sehari sejak
16.30 wita
kemarin
O:- Pasien tampak lemas

- Mukosa bibir pasien


kering
- Peristaltik usus
2. Identifikasi faktor penyebab 25x/menit
Dx 2
hipertermia
S : - Ibu pasien mengatakan
anaknya mengalami
demam sejak kemarin

O:- Pasien tampak lemas


3. Memonitor suhu tubuh - Kulit pasien teraba
hangat
Dx 2

4. Menganjurkan keluarga O : - Suhu : 37,8oC, Nadi :


untuk mencatat warna, 120x/menit
Dx 1
volume, frekuensi, bau dan
S : - Ibu pasien mengatakan
konsistensi feses
anaknya BAB dengan
konsistensi cair 4x/hari,
berwarna kuning cair.
5. Mengajari keluarga untuk
tetap memberikan cairan
per oral
Dx 1 O : - Ibu pasien tampak
kooperatif dan memhami
yang diajarkan
6. Menganjurkan ibu untuk
memberi minum sedikit tapi
Dx 2
sering S : - Ibu pasien mengatakan
akan memberikan minum
sedikit tapi sering untuk
anaknya agar anaknya
tidak dehidrasi

O : - Ibu pasien tampak


memberikan air untuk
anaknya
7. Menganjurkan untuk
memakai pakaian yang tipis
dan menyerap keringat
Dx 2 O : - Ibu pasien tampak
memakaikan pakaian
yang tipis pada anaknya.
2. Kamis, 03 Dx 1 1. Mengajari keluarga untuk S : - Ibu pasien mengatakan
Desember tetap memberika cairan per setelah kemarin diajari
2020
oral dan diberikan
16.00 wita
pemahaman tentang
kebutuhan cairan untuk
anak yang demam, ibu
sudah memberikan cairan
untuk anaknya
Dx 1 2. Menganjurkan keluarga
S : - Ibu pasien mengatakan
untuk memberikan diet
akan memberikan
rendah serat pada anak
anaknya makanan rendah
serat

O : - Ibu tampak memahami


apa yang dijelaskan

Dx 2
3. Memonitor suhu tubuh
O : - Suhu : 37, 5oC
pasien

Dx 2 4. Memberikan kompres pada


O : - An. C tampak nyaman dan
dahi
tidak cemas

Dx 2
5. Menganjurkan ibu untuk
S : - Ibu pasien mengatakan
memberi minum sedikit tapi
sudah memberikan
sering
minum pada anaknya

O : - Pasien tampak meminum


air yang diberikan ibunya

Dx 1 6. Delegatif dalam pemberian


oralit O : - Oralit sudah diberikan
pada pasien

3. Jumat, 04 Dx 1 1. Memonitor tanda dan gejala S : - Ibu pasien mengatakan


Desember diare anaknya masih BAB 3x
2020 dalam sehari dengan
konsistensi lembek
10.00 wita
O : - peristaltik usus pasien
20x/detik

2. Delegatif dalam pemberian O : - Obat sudah diberikan dan


Dx 2
paracetamol (Proris tidak ada reaksi alergi
Ibuprofen 3x100ml)

3. Menganjurkan keluarga
S : - Ibu pasien mengatakan
Dx 1 untuk mencatat warna,
anaknya masih BAB
volume, frekuensi, bau dan
3x/sehari dengan
konsistensi feses
konsistensi lembek dan
berwarna kuning.

4. Mengajari keluarga untuk S : - Ibu pasien mengatakan


Dx 1 tetap memberikan cairan masih tetap memberikan
per oral cairan yang cukup pada
anaknya agar terhindar
dari dehidrasi
5. Menganjurkan ibu untuk O : - Anak tampak sudah bisa
memberi minum sedikit tapi minum air secara mandiri
Dx 2
sering

S : - Ibu pasien mengatakan

6. Memonitor suhu tubuh badan anaknya sudah


Dx 2 tidak hangat lagi

O:- Suhu : 36,8oC

- Badan pasien sudah


tidak teraba panas
- Pasien tampak sudah
tidak lemas lagi.

F. EVALUASI
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Jumat, 04 Desember Diare berhubungan dengan parasit, S : - Ibu pasien mengatakan anaknya
2020 psikologis, proses infeksi, inflamasi, masih BAB 3x/sehari dengan
11.30 wita iritasi, malabsorbsi. konsistensi lembek dan berwarna
kuning.

- Ibu pasien mengatakan masih


tetap memberikan cairan yang
cukup pada anaknya agar
terhindar dari dehidrasi

O : - Pasien tampak sudah tidak lemas


lagi.
- peristaltik usus pasien 20x/detik

A : Tujuan no 3 tercapai, tujuan no 1 & 2


belum tercapai masalah belum
teratasi

P : Lanjutkan intervensi
Jumat, 04 Desember Hipertermia berhubungan dengan S : - Ibu pasien mengatakan badan
2020 dehidrasi, peningkatan laju anaknya sudah tidak hangat lagi
metabolisme, penyakit.
11.30 wita - Anak tampak sudah bisa minum
air secara mandiri

O:- Pasien tampak sudah tidak lemas


lagi.

- Obat sudah diberikan dan tidak


ada reaksi alergi
- Badan pasien sudah tidak teraba
panas dengan suhu : 36,8oC

A : Tujuan no 1,2 & 3 tercapai masalah


teratasi

P : Pertahankan kondisi pasien dan


anjurkan ibu untuk tetap
memberikan cairan yang cukup
kepada An. C agar mencegah
dehidrasi

G. CATATAN PERKEMBANGAN (Setiap hari


dibuat)

Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)


Rabu, 02 Desember Diare berhubungan dengan parasit, S : - Ibu pasien mengatakan anaknya
2020 psikologis, proses infeksi, inflamasi, BAB dengan konsistensi cair 4x
17.00 iritasi, malabsorbsi. dalam sehari berwarna kuning
cair sejak kemarin
O : - Ibu pasien tampak kooperatif dan
memhami yang diajarkan

- Pasien tampak lemas


- Mukosa bibir pasien kering
- Peristaltik usus 25x/menit

A : Tujuan no 1, 2 & 3 belum tercapai


masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Rabu, 02 Desember Hipertermia berhubungan dengan S : - Ibu pasien mengatakan anaknya


2020 dehidrasi, peningkatan laju mengalami demam sejak kemarin
17.00 metabolisme, penyakit.
- Ibu pasien mengatakan akan
memberikan minum sedikit tapi
sering untuk anaknya agar
anaknya tidak dehidrasi

O : - Pasien tampak lemas


- Kulit pasien teraba hangat
- Suhu : 37,8oC, Nadi : 120x/menit
- Ibu pasien tampak memberikan air
untuk anaknya
- Ibu pasien tampak memakaikan
pakaian yang tipis pada anaknya.
A : Tujuan no 1, 2 & 3 belum tercapai
masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Kamis, 03 Desember Diare berhubungan dengan parasit, S : - Ibu pasien mengatakan setelah
2020 psikologis, proses infeksi, inflamasi, kemarin diajari dan diberikan
17.00 wita iritasi, malabsorbsi. pemahaman tentang kebutuhan
cairan untuk anak yang demam, ibu
sudah memberikan cairan untuk
anaknya

- Ibu pasien mengatakan akan


memberikan anaknya makanan
rendah serat

O : - Oralit sudah diberikan pada pasien

- Ibu tampak memahami apa yang


dijelaskan

A : Tujuan no 1, 2 & 3 belum tercapai


masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Kamis, 03 Desember Hipertermia berhubungan dengan S : - Ibu pasien mengatakan sudah


2020 dehidrasi, peningkatan laju memberikan minum pada anaknya
17.00 wita metabolisme, penyakit.
O : - Suhu : 37, 5oC

- An. C tampak nyaman dan tidak


cemas
- Pasien tampak meminum air yang
diberikan ibunya

A : Tujuan no 1, 2 & 3 belum tercapai


masalah belum teratasi
P : Lanjutkan itervensi
Jumat, 04 Desember Diare berhubungan dengan parasit, S : - Ibu pasien mengatakan anaknya
2020 psikologis, proses infeksi, inflamasi, masih BAB 3x/sehari dengan
11.30 wita iritasi, malabsorbsi. konsistensi lembek dan berwarna
kuning.

- Ibu pasien mengatakan masih


tetap memberikan cairan yang
cukup pada anaknya agar
terhindar dari dehidrasi

O : - Pasien tampak sudah tidak lemas


lagi.

- peristaltik usus pasien 20x/detik

A : Tujuan no 3 tercapai, tujuan no 1 & 2


belum tercapai masalah belum
teratasi

P : Lanjutkan intervensi
Jumat, 04 Desember Hipertermia berhubungan dengan S : - Ibu pasien mengatakan badan
2020 dehidrasi, peningkatan laju anaknya sudah tidak hangat lagi
11.30 wita metabolisme, penyakit.
- Anak tampak sudah bisa minum
air secara mandiri

O:- Pasien tampak sudah tidak lemas


lagi.

- Obat sudah diberikan dan tidak


ada reaksi alergi
- Badan pasien sudah tidak teraba
panas dengan suhu : 36,8oC

A : Tujuan no 1,2 & 3 tercapai masalah


teratasi

P : Pertahankan kondisi pasien dan


anjurkan ibu untuk tetap
memberikan cairan yang cukup
kepada An. C agar mencegah
dehidrasi

Lampiran
Dokumentasi saat melakukan pengkajian dengan ibu dari An. C

Dokumentasi saat melakukan tindakan/implementasi kepada An. C

Anda mungkin juga menyukai