Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ILEUS OBSTRUKSI

OLEH :

DEVI ARIANTI SARI S.Kep

D. 19. 007. 056

CL LAHAN CL INSTITUSI

(...........................................) (.............................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

TAHUN 2019-2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Obstruksi ileus adalah Suatu Penyumbatan Mekanis Pada Usus merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu jalannya isi usus.
Obstruksi ileus adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik.
Obstruksi ileus adalah kerusakan komplet atau parsial aliran ke depan dari
usus Kebanyakan terjadi pada usus halus khususnya di ileum, segmen paling sempit.
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan
kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat
karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru
mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang
memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin
tetap hidup.
Beberapa pengertian obstruksi usus dan ileus obstruksi menurut para ahli, yaitu:
1. Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah aliran normal
melalui saluran pencernaan. (Brunner and Suddarth, 2001).
2. Obstruksi usus adalah gangguan isi usus disepanjang saluran usus (Patofisiologi
vol 4, hal 403).
3. Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2001).
4. Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi
usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
5. Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase
cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).
6. Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus
(Sabara, 2007).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan
total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan atau
gangguan usus disepanjang usus. Sedangkan Ileus obstruktif adalah kerusakan atau
hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik
B. Etiologi
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis
obstruksi usus, yaitu:
1. Mekanis: Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltic. misalnya: intussusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis, striktur,
perlekatan, hernia dan abses.
2. Fungsional/non-mekanis: Terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis
dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
Misalnya: amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus,
atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.
C. Anatomi Fisiologi Ileus
Anatomi fisiologi tentang sistem pencernaan yang meliputi:     
1. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu:
a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir dan
pipi.
b. Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh
tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah belakang bersambung
dengan faring.
2. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan, merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan didepan ruas tulang belakang.
3. Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah
lambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung
setelah melalui thorak menembus diafragma masuk kedalam abdomen ke
lambung.
4. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang paling
banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung antara lain:
a. Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak disebelah kiri
osteum kardium biasanya berisi gas.
b. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian
bawah notura minor.
c. Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk spinkter
pilorus.
d. Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum kordi
samapi pilorus.
e. Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi kiri
osteum kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus
anterior.
5. Usus halu
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan
sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar
( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa
( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
6. Usus besar/interdinum mayor
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm,
fungsinya menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feces.
Usus besar terdiri atas 7 bagian:
a. Sekum.
b. Kolon asenden.
Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum sampai ke
hati, panjangnya ± 13 cm
c. Appendiks (usus buntu)
d. Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.
e. Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang ±
28 cm.
f. Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke bawah
dengan panjangnya ± 25 cm.
g. Kolon sigmoid.
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf "S" ujung
bawah berhubungan dengan rektum.
h. Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus.
7.  Anus.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum
dengan dunia luar
D. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat
kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat profesif akan
terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus
sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H 2O
dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat,
menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia
dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi
pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan
peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi
syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi
stranggulasi akan menyebabkan kematian
E. Pathway
Predisposisi Pscaoperatif
Bedah Abdoinal

Ileus

Hipomotilitas
Kelumpuhan Intestinal

Keridakmampuan Absorbsi Hilangnya Kemampuan gangguan gastrointestinal


Air Intestinal Dalam Pasase
Material Feses

Penuerunan Intake Cairan Konstipasi Mual, Muntah, Kembung,


Anoreksia

Penurunan Volume Cairan Kekurangan Volime Cairan


Intra Sel

Resiko Syok (Hipovolemik) Kehilangan Cairan Dan Asupan Nutrisi Tidak


Elektrolit Adekuat

Resiko Ketidak Ketidakseimbangan


Seimbangan Elektrolit Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan

Respons Psikologis Respons Lokal Saraf Terhadap Inflamasi


Misinrepretasi Perawatan
Dan Pengobatan

Kecemasan Pemenuhan Distensi Abdomen


Kebutuhan Informasi

Ansietas Nyeri
F. Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan pada abdomen
2. Muntah
3. Konstipasi (sulit BAB).
4. Distensi abdomen.
5. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus
G. Komplikasi
1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra
abdomen.
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan
cepat.
4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
(Brunner and Suddarth, 2001)
H. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:
1. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
2. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu,
volvulus, hernia)
3. Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan
dalam usus.
4. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah
lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma
dan kemungkinan infeksi.
5. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa
obstruksi usus. (Doenges, Marilyn E, 2000)
I. Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki
peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
1. Perawatan :koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan
peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis
dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
2. Farmakologi :Obat antibiotik dapat diberikan untuk membantu mengobati
atau mencegah infeksi dalam perut, obat analgesic untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Paracentesis :Prosedur ini juga disebut tekan perut atau peritoneumatau
dimasukkan obat khusus di dalam perut. Menghapus cairan tambahan dapat
membantu bernafas lebih mudah dan merasa lebih nyaman. Cairan dapat dikirim
ke laboratorium dan diperiksa untuk tanda-tanda infeksi atau masalah lainnya
4. Tindakan Bedah :
Dengan laparoskopi, sayatan kecil (pemotongan) akan dilakukan pada perut.

a. Kolostomi: kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma (pembukaan)


antara usus dan dinding perut. Ini mungkin dilakukan sebelum memiliki
operasi untuk menghapus usus yang tersumbat. Kolostomi dapat digunakan
untuk menghilangkan udara atau cairan dari usus. Hal ini juga dapat
membantu memeriksa kondisi perawatan sebelum operasi. Dengan
kolostomi, tinja keluar dari stoma ke dalam kantong tertutup. Tinja mungkin
berair, tergantung pada bagian mana dari usus besar digunakan untuk
kolostomi tersebut. Stoma mungkin ditutup beberapa hari setelah operasi
usus setelah sembuh.
b. Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab
obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan
perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.
c. Stent: stent adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas daerah usus
yang tersumbat. Dengan Menyisipkan stent ke dalam usus menggunakan
ruang lingkup (tabung, panjang ditekuk tipis). Stent dapat membuka usus
untuk membiarkan udara dan makanan lewat. Menggunakan stent juga untuk
membantu mengurangi gejala sebelum operasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk
pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas
dan evaluasi status kesehatan klien.
1. Identitas :Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan (Umumnya terjadi
pada semua umur, terutama dewasa laki – laki maupun perempuan)
2. Keluhan Utama : nyeri pada perut
3. Riwayat Penyakit Sekarang : nyeri pada perut, muntah, konstipasi (tidak
dapat BAB dan flatus dalam beberapa hari)
4. Riwayat Penyakit Dahulu : Biasanya klien sebelumnya menderita penyakit
hernia, divertikulum.
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Ada keluarga dengan riwayat atresia illeum
dan yeyenum.
6. Activity Daily Life
Nutrisi :Nutrisi terganggu karena adanya mual dan muntah
Eliminasi :Klien mengalami konstipasi dan tidak bisa flatus karena peristaltik
usus menurun/ berhenti.
Istirahat :Tidak bisa tidur karena nyeri hebat, kembung dan muntah.
Aktivitas :Badan lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah
baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas
Personal Hygiene : klien tidak mampu merawat dirinya.
7. Pemeriksaan
a. Keadaan umum: Lemah, kesadaran menurun sampai syok hipovolemia suhu
meningkat(39o C), pernapasan meningkat(24x/mnt), nadi
meningkat(110x/mnt) tekanan darah(130/90 mmHg)
b. Pemeriksaan fisik ROS (Review Of System)
1) Sistem kardiovaskular: tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada
oedema, tekanan darah 130/90 mmHg, BJ I dan BJ II terdengar normal
2) Sistem respirasi: pernapasan meningkat 24x/mnt, bentuk dada normal,
dada simetris, sonor (kanan kiri), tidak ada wheezing dan tidak ada
ronchi
3) Sistem hematologi: terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda
adanya infeksi.
4) Sistem perkemihan: produksi urin menurun BAK < 500 cc
5) Sistem muskuloskeletal: badan lemah, tidak bisa melakukan aktivitas
secara mandiri
6) Sistem integumen: tidak ada oedema, turgor kulit menurun, tidak ada
sianosis, pucat
7) Sistem gastrointestinal: tampak mengembang atau buncit, teraba keras,
adanya nyeri tekan, hipertimpani, bising usus > 12x/mnt, distensi
abdomen.
B. Analisa Data
No. Data penunjang Etiologi Problem
1 DS: Klien mengatakan Tekanan intralumen Gangguan rasa nyaman
sakit pada abdomen meningkat (nyeri)
DO:
1.      Wajah nampak meringis
2.      Bising usus >12x/mnt
3.      TTV meningkat: (TD
>120/80 mmHg,
N:>100x/mnt, S: >38oC,
RR:>20x/mnt)
4.      P: nyeri karena tekanan
intralumen
5.      Q: nyeri seperti tertusuk
6.      R: nyeri di bagian kuadran
kanan bawah
7.      S: skala nyeri 7
8.      T: nyeri kolik (hilang
timbul)
2 DS: pasien mengatakan Kehilangan cairan berlebih Gangguan
sering haus keseimbangan cairan
DO: dan elektrolit
1.     TTV tidak stabil (TD
>120/80 mmHg,
N:>100x/mnt, S: >38oC,
RR:>20x/mnt)
2.     Mata cowong
3.     Turgor kulit turun
4.     Membran mukosa bibir
kering
3 DS: klien mengatakan tidak Mual, muntah nutrisi kurang dari
nafsu untuk makan kebutuhan tubuh
DO:
1.      BB klien turun
2.      A: BB<45 kg, TB 165 cm
3.      B: Hb<12
4.      C: konjungtiva anemis
5.      D: Diet tinggi serat
4 DS: -- Komplikasi peritonitis Resiko Infeksi
DO: septikemia
1.      Suhu tubuh >38oC
2.      Leukosit >11.000 µml
C. Diagnosa keperawatan :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peningkatan tekanan intralumen
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan berlebih
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah
4. Resiko infeksi b/d komplikasi peritonitis septikemia
D. Perencanaan
Diagnosa I
Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan 1x24jam di harapkan gangguan rasa
nyaman (nyeri) dapat teratasi
KH:
1. Tidak ada tanda-tanda nyeri
2. Skala nyeri (0-3).
3. Ekspresi wajah rileks.
4. TTV dalam batas normal (TD: 110/70-120/80 mmHg, N: 80-100x/mnt, RR: 16-
20x/mnt, S: 36,5-37,5 oC)
5. Bising Usus normal (5-12x/menit)

No.D INTERVENSI RASIONAL


x
1 1.      Observasi tingkat nyeri 1.      Memudahkan perawat dalam
menentukan tingkat nyeri
2.      Pantau status abdomen tiap 4 jam 2.      Diduga inflamasi peritoneal,
memerlukan intervensi medis yang
cepat.
3.      Dorong ambulasi dini dan hindari duduk 3.      Menurunkan kekakuan otot dan sendi
yang lama ambulasi atau perubahan posisi sering
menurunkan tekanan perianal
4.      Menurunkan tekanan diafragma yang
4.      Pertahankan klien pada posisi semi fowler terdorong oleh organ visceral
5.      Memungkinkan makanan peroral
5.      Pertahankan puasa sampai bising usus dengan tidak ada bising usus akan
kembali, distensi abdomen berkurang dan meningkatkan distensi dan
flatus keluar ketidaknyamanan
6.      Mengurangi nyeri dengan
6.      Ajarkan teknik relaxasi dan distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal
yang lain
7.      Menurunkan ambang nyeri dan
7.      Kolaborasi: Berikan analgesik sesuai
meningkatkan kenyamanan
indikasi dan evaluasi keefektifannya

Diagnosa 2
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan cairan dan
elektrolit dapat dipertahankan secara maksimal
KH:
a. TTV dalam batas normal.
TD: 110/70-120/80 mmHg
N: 80-100x/mnt
RR: 16-20x /mnt
S: 36,5-37,5oC
b. Turgor kulit normal (<2 detik)
c. Membran mukosa bibir basah
d. Mata tidak cowong

No. Dx INTERVENSI RASIONAL


2 1.      Observasi TTV 1.      Peningkatan suhu/memanjangnya
demam meningkatkan laju metabolik,
TD ortostatik berubah dan peningkatan
takikardia menunjukkan kekurangan
cairan sistemik
2.      Indikator langsung keadekuatan
2.      kaji turgor kulit,kelembaban membran volume cairan
mukosa (bibir, lidah) 3.      Indikator keseimbangan cairan
3.      Observasi intake dan output terutama kehilangan cairan
4.      Mengurangi sekresi lambung dan
4.      Berikan cairan tambahan intravena mencuci elektrolit
sesuai indikasi 5.      Pemenuhan kebutuhan dasar cairan,
5.      Kolaborasi: pemberian cairan parenteral, menurunkan risiko dehidrasi
transfusi sesuai indikasi

Diagnosa 3
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam nutrisi optimal
KH :         
1. BB meningkat atau normal sesuai umur
2. Nafsu makan meningkat
3. Px tidak mengalami mual, muntah

No. Dx INTERVENSI RASIONAL


3 1.      Anjurkan pembatasan aktivitas selama 1.      Menurunkan kebutuhan metabolik
fase akut untuk mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi
2.      Menurunkan kebutuhan metabolik
2.      Anjurkan istirahat sebelum makan untuk mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi
3.      Diet rendah residu dapat dipertahankan
3.      Tingkatkan diet oral baik cairan maupun 6 – 8 minggu untuk memberikan waktu
makanan rendah residu yang adekuat untuk penyembuhan usus
4.     
4.      Konsultasi dengan ahli gizi Mengkaji kebutuhan nutrisi dalam
Kolaborasi: perubahan pencernaan dan fungsi usus
5.      Berikan obat sesuai indikasi: Antimetik,5.      Untuk mencegah mual dan muntah
mis: proklorperazin (Compazine).

Diagnosa 4
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam klien tidak menunjukkkan tanda dan gejala
infeksi.
KH:
1. Suhu tubuh normal (36,5-37,5oC)
2. Leukosit normal 4.000-11000 µml

No. Dx INTERVENSI RASIONAL


4 1.      Pantau kualitas&intensitas nyeri, 1.      deteksi dini terhadap potensial masalah
observasi TTV, distensi abdomen 2.      peningkatan suhu indikasi
2.      Beri tahu segera bila nyeri abdomen, perkembangan infeksi, peningkatan
suhu, lingkaran abdomen terus lingkar abdomen memungkinan
meningkat. penyakit bertambah parah menjadi
peritonitis sehingga dapat
memperlambat pemulihan.

3.      Obstruksi vaskuler atau mekanis


umumnya memerlukan intervensi
3.      Siapkan pasien untuk pembedahan bila bedah
direncanakan 4.      Menghindari dan melindungi klien dari
infeksi nosokomial.
4.      Ikuti kewaspadan umum (Cuci tangan
sebelum dan sesudah perawatan 5.      Untuk membantu mengobati atau
5.      Kolaborasi : Berikan obat antibiotik mencegah infeksi dalam perut
sesuai indikasi

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Penerbit Buku Kedokteran, EGC: Jakart
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Harrison. 2000. Prinsip-prinsip Penyakit Dalam, edisi XIII, EGC: Jakarta.
Zwani. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Obstruksi Usus http://keperawatan-
gun.blogspot.com/2007/07/obstruksi-usus.html. Diakses tanggal 18 Nopember
2011).
Vanilow, Barry. 2010. Askep Ileus Obstruksi . (http://barryvanilow.blogspot.com/. Diakses
tanggal 18 Nopember 2011)

Anda mungkin juga menyukai