Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

GANGGUAN PENDENGARAN (AUDIOTORI)

TULI

DISUSUN OLEH :

DEVI ARIANTI SARI

14-1101-141

C-14

FAKULTAS ISLMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR 2016
KATA PENAGNTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas ini yang berjudul "
Askep Pada Gangguan Tuli " tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Makassar ,24 mei 2016

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ketidaksempurnaan kadang membuat seseorang minder dalam pergaulannya
sehari-hari. Kehilangan pendengaran, termasuk salah satu kekurangan yang membuat
anak-anak sulit tumbu normal dikalangan masyarakat.
  Ketulian disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau campak, Herpes, dan
Sipilis. Terkadang kedua orang tua tidak menyadari bahwa dirinya telah mengidap virus
tersebut sehingga menyebabkan ketulian pada anaknya kelak.
Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada
saat lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit
sehingga diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya. Jadi ada
gangguan pendengaran karena obat-obatan yang memiliki efek samping menyebabkan
ketulian. Seperti pil kina juga mempunyai pengaruh yang besar pada telinga, maupun
aspirin juga terbilang rawan, oleh karen Itu harus hati-hati bila digunakan.
 Faktor genetik juga bisa mempengaruhi, misalnya kedua orang tuanya normal,
namun kakek dan neneknya memiliki riwayat pernah mengalami ketulian. Hal ini bisa
berdampak pada anak. Anak terlahir dengan disedot, vakum, Caesar juga bisa merusak
saraf pendengaran. Jika anak mengalami tuli saraf, tentu tidak bisa disembuhkan, hanya
bisa di bantu dengan alat bantu dengar semata.
Terapi yang bisa membuat kembali mendengar itu tidak ada kecuali untuk para
tuli konduktif yang disebabkan karena infeksi. Infeksi ini dapat disembuhkan tetapi
ketuliannya belum tentu sembuh.
B. Rumusan masalah
a. Pengertian

C. Tujuan penulisan
a. Memenuhi tugas pembuatan Askep mata ajar keperawatan Medical Bedah 1
b. Dapat membuat rencana tindakan keperawatan
c. Dapat melekukan intervensi yang telah dibuat
d. Mengetahui asuhan keperawatan kehilangan pendengaran(Tuli)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tuli
Tuli ialah keadaan dimana orang tidak dapat  mendengar sama sekali (total
deafness), suatu bentuk yang ekstrim dari kekurangan pendengaran. Istilah yang sekarang
lebih sering digunakan ialah kekurangan pendengaran (hearing-loss)
(Louis,1993).
Kekurangan pendengaran ialah keadaan dimana orang kurang dapat mendengar
dan mengerti perkataan yang didengarnya.Pendengaran normal ialah keadaan dimana
orang tidak hanya dapat mendengar, tetapi juga dapat mengerti apa yang didengarnya.
(Anderson,1874)
B. Anatomi Fisiologi
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a. Telinga Luar, terdiri dari :
1) Pinna/Aurikel/Daun Telinga
Pinna merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit, melekat pada sisi
kepala. Pinna membantu mengumpulkan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus.
2) Liang Telinga/Kanalis Autikus Externus (KAE)
Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian medial,
seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang rawan ini.
3) Kanalis Auditorius Exsternus
Panjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar glandula
seruminosa yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut juga serumen.
Serumen mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan kulit. Kanalis
Auditorius Eksternus akan berakhir pada membran timpani.
b. Telinga Tengah, terdiri dari :
1. Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncak-nya umbo
mengarah ke medial. Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis,
lapisan fibrosa, tempat melekatnya tangkai malleus dan lapisan mukosa di bagian
dalamnya.
2. Kavum Timpani
Dimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan ditemu-kan 3 buah
tulang pendengaran yang meliputi :
a. Malleus, bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga.
b. Inkus, menghubungkan maleus dan stapes.
c. Stapes, melekat pda jendela oval di pintu masuk telinga dalam.
d. Antrum Timpani
Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian bawah
samping kavum timpani, antrum dilapisi oleh mukosa yang merupakan
lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani, rongga ini berhubungan dengan
beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang terdapat dibelakang
bawah antrum di dalam tulang temporalis.
e. Tuba Auditiva Eustakhius
f. Dimana terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya ± 3,7 cm berjalan
miring kebawah agak ke depan dilapisi oleh lapisan mukosa. Tuba Eustakhius
adalah saluran kecil yang memungkinkan masuknya udara luar ke dalam
telinga.
c. Telinga Dalam, terdiri dari :
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ
untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu
juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya
merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis
bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan
lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ
yang berhubungan dengan keseimbangan.
C. Etiologi
Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh : Suatu masalah mekanis di
dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara
(penurunan fungsi pendengaran konduktif)  yaitu :
1. Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf Pendengaran di
otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural).
2. Penurunan fungsi pendengaran sensorineural dikelompokkan menjadi :
a. Penurunan fungsi pendengaran sensorik (jika kelainannya terletak pada telinga
dalam.
b. Penurunan fungsi pendengaraan neural (jika kelainannnya terletak pada saraf
pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak).
3. Penurunan fungsi pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit keturunan Tetapi
mungkin juga disebabkan oleh :
a. Trauma akustik (suara yang sangat keras)
b. Infeksi virus pada telinga dalam
c. Obat-obatan tertentu
d. Penyakit meniere.
4. Penurunan fungsi pendengaran neural bisa disebabkan oleh :
a. Tumor oatak yang juga menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf disekitarnya dan
batang otak
b. Infeksi
c. Berbagai penyakit otak dan saraf (misalnya stroke)
d. Dan beberapa penyakit keturunan (misalnya penyakit Refsum).
e. Pada anak-anak,kerusakan saraf pendengaran bisa terjadi akibat :
f. Gondongan
g. Campak jerman (rubella)
h. Meningitis
i. Infeksi telinga dalam.
j. Kerusakan jalur saraf pendengaran di otak bisa terjadi akibat penyakit demielinasi
(penyakit yang menyebabkan kerusakan pda selubung saraf).
D. Gejala kehilangan pendengaran
1. Deterlorisasi wicara
Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tidak jelas atau dihilangkan, atau
mengeluarkan kata-kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan
baik, Telinga memandu suara, baik kekerasan maupun ucapannya.
2. Keletihan
Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato,
keletihan bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini,
Individu tersebut menjadl mudah tersinggung.
3. Acuh
      Individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami
depresi dan ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari
sosial Karena tak mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya.
4. Rasa tak nyaman
Kehilangan rasa percaya diri dan takut berbuat salah menciptakan suatu perasaan
tak aman pada kebanyakan orang dengan gangguan pendengaran. Tak ada seorang
pun yang menginglnkan untuk mengatakan atau melakukan hal yang salah yang
cenderung membuatnya nampak bodoh. Tak mampu membuat keputusan-
prokrastinal.Kehilangan kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan
pendengaran sangat kesulitan untuk membuat keputusan.
5. Kecurigaan
Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian
dari yang dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau
bagian percakapan yang berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih
sehingga la tak dapat mendengarkan
6. Kebanggaan semu
      Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan
pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal
sebenarnya tidak.
Kesepian dan ketidak bahagiaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan
ketenangan, namun kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang
menakutkan. Individu dengan kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)
7. Kesulitan dalam mendengarkan percakapan, terutama jika di sekelilingnya berisik
8. Terdengar gemuruh atau suara berdenging di telinga (tinnitus)
9. Tidak dapat mendengarkan suara televisi atau radio dengan volume yang normal
10. Kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk bisa mendengar
11. Pusing atau gangguan keseimbangan
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Otoskopik
Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan
membrane timpani dengan cara inspeksi :
Hasil:
a. serumen berwarna kuning, konsistensi kenta
b. dinding liang telinga berwarna merah muda
2. Tes Ketajaman PendengaraN
tes penyaringan sederhana
Hasil :
a. klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan
b. klien tidak mendengar secara jelas detak jarum jam pada jarak 1-2 inchi
3. uji ritme
hasil :
klien tidak mendengarkan adnya getaran garpu tala dan tidak jelas mendengar adnya
bunyi dan saat bunyi menghilang.
F. Penatalaksanaan
1. Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-hati. Penilaian
terhadap secret,oedema dinding kanalis dan membrane timpani bila memungkinkan.
2. Terapi antibiotika local, topical dan sistemik
3. Terapi analgetik
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Audiometri
Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu
dengan menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara
dengan ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian
nada ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita
tidak lagi dapat mendengarnya.
Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah. Untuk mengukur
pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk
mengukur pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang
digetarkan, yang kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus.
2. Audiometri Ambang bicara
Audiometri ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan supaya
bisa dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku
kata yang memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu.Dilakukan
perekaman terhadap volume dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata
yang diucapkan dengan benar.
3. Timpanometri
Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi (tahanan
terhadap tekanan). Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab
dari tuli konduktif.
Prosedur in tidak memerlukan partisipasi aktif dari penderita dan biasanya digunakan
pada anak-anak.Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara
yang terus menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga.Dengan alat
ini bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa
banyak suara yang dipantulkan kembali sebagai perubahan. .
4. Elektrokokleografi
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf
pendengaran.
Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan
fungsi pendengaran.
H. Pengobatan
Pengobatan untuk penurunan fungsi pendengaran tergantung kepada
penyebabnya.
Jika penurunan fungsi pendengaran konduktif disebabkan oleh adanya cairan di telinga
tengah atau kotoran di saluran telinga, maka dilakukan pembuangan cairan dan kotoran
tersebut.
Jika penyebabnya tidak dapat diatasi, maka digunakan alat bantu dengar atau kadang
dilakukan pencangkokan koklea.
1. Alat bantu
Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan
batere, yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa
berjalan dengan lancar. Alat bantu dengar terdiri dari:
a. Sebuah mikrofon untuk menangkap suara
b. Sebuah amplifiar untuk meningkatkan volume suara
c. Sebuah speaker untuk menghantarkan suara yang volumenya telah dinaika
Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologisbisa menentukan
apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum (audiologis
adalah seorang profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan menentukan
beratnya gangguan fungsi pendengaran).
2. Pencangkokan koklea
Pencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada penderita tuli berat yang
tidak dapat mendengar meskipun telah menggunakan alat bantu dengar.
Alat ini dicangkokkan di bawah kulit di belakang telinga dan terdiri dari 4 bagian:
a. Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitar
b. Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan mengubah suara yang
tertangkap oleh mikrofon
c. Sebuah transmitter dan stimulator atau penerima yang berfungsi menerima
sinyal dari prosesor percakapan dan merubahnya menjadi gelombang listrik
d. Elektroda berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator dan
mengirimnya ke o
BAB III
ASKEP
A. Pengkajian
1. Perawat perlu melakukan anamnesa dari keluhan klien seperti :
Nyeri saat pinna (aurikula) dan tragus bergerak
a. Nyeri pada liang tengah
b. Telinga terasa tersumbat
c. Perubahan pendengaran
d. Keluar cairan dari telinga yang berwarna kehijauan
2. Riwayat kesehatan yang perlu ditanyakan kepada klien diantaranya :
Kapan keluhan nyeri terasa oleh klien
a. Apakah klien dalam waktu dekat lalu berenang dilaut,kolam renang Ataukah
danau
b. Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga mengakibatkan nyeri
setelah dibersihkan
c. Apakah klien pernah mengalmi trauma terbuka pada liang telinga akibat terkena
benturan sebelumnya
B. Diagnosa

1. Gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian


dalam
2. Harga Diri b.d Fungsi Pendengaran Menurun                
3. Kurang aktivitas b.d menarik diri lingkungan

C. Intervensi
Diagnosa keperawatan 1
Gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian dalam
Tujuan
Komunikasi verbal klien berjalan baik
Kriteria hasil:
Dalam 1 hari klien dapat :
1. Menerima pesan melalui metode alternative
2. Mengerti apa yang diungkapkan
3. Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi
4. Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat
Diagnosa keperawatan II
Harga Diri b.d Fungsi Pendengaran Menurun
Tujuan:
Klien dapat menerima keadaan dirinya
Kriteria hasil
Secara bertahap klien dapat :
1. Mengenai perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri
2. Berhubungan sosial dengan orang lain
3. Mendapat dukungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk b.d orang
lain
4. Membina hubungan saling percaya dengan perawat
Intervensi:
1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak
mau bergaul / menarik diri
3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
yang mungkin
4. Beri pujian thd kemampuan klien mengungkapkan perasaan
5. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku menarik
diri
6. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
7. Bina hubungan saling percaya dengan klien
Diagnosa keperawatan III
Kurang aktivitas b.d menarik diri lingkungan
Tujuan:
Klien dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan
Kriteria hasil
Secara bertahap klien dapat :
1. Menceritakan perasaan-perasaan bosan
2. Melaporkan adanya peningkatan dalam aktivitas yang menyenangkan
3. Menceritakan metoda koping thd perasaan marah atau depresi yang disebabkan
koleh kebosanan
4. Intervensi / rencana tindakan gangguan komunikasi verbal
intervensi
1. Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan
2. Periksa apakah ada serumen yang menganggu pendengaran
3. Bicara dengan pelan dan jelas
4. Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan
5. Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar
6. Pastikan alat bantu dengar berfungsi dengan baik
7. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga
Intervensi:
1. Beri motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan pengalaman
2. Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka
3. Variasikan rutinitas sehari-hari
4. Libatkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari
5. Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari
6. Berikan alat bantu dalam melakukan aktivitas
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpilan
Ketulian disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau campak, Herpes, dan Sipilis.
Terkadang kedua orang tua tidak menyadari bahwa dirinya telah mengidap virus tersebut
sehingga menyebabkan ketulian pada anaknya kelak.
Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada saat lahir,
anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit sehingga diberikan
obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya.
Jadi ada gangguan pendengaran karena obat-obatan yang memiliki efek samping
menyebabkan ketulian. Seperti pil kina juga mempunyai pengaruh yang besar pada telinga,
maupun aspirin juga terbilang rawan, oleh karena Itu harus hati-hati bila digunakan.
Faktor genetik juga bisa mempengaruhi, misalnya kedua orang tuanya normal, namun kakek
dan neneknya memiliki riwayat pernah mengalami ketulian. Hal ini bisa berdampak pada
anak. Anak terlahir dengan disedot, vakum, Caesar juga bisa merusak saraf pendengaran. Jika
anak mengalami tuli saraf, tentu tidak bisa disembuhkan, hanya bisa di bantu dengan alat bantu
dengar semata.
B. Saran
1. Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang mengajarkan tentang Asuhan
Keperawatan tentang Gangguan pendengaran (TULI).
2. Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan Asuhan Keperawatan tentang Gangguan
pendengaran.
3. Para pemimbing atau pengajar diharapkan mampu memberikan pendidikan kesehatan secara
lebih detail tentang Gangguan pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002),keperawatan medical bedah.Edisi 8.EGC.Jakarta


Drs.H.Syaifuddin, AMK.Anatomi Fisiologi.Edisi 3.EGC.Jakarta.
www.Asuhan keperawatan pada gangguan pendengaran pendengaran.com
www.Akibat kehilangan pendengaran.com

Anda mungkin juga menyukai