Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

LANSIA DENGAN TULI KONDUKTIF

DISUSUN OLEH:
MELIZA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEKANBARU MEDICAL CENTER
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkurangnya pendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran pada salah satu
ataupun kedua telinga. Sedangkan Tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat
berat yang bisa disebabkan oleh suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam
telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran
konduktif). Selain itu disebabkan oleh kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau
jalur saraf pendengaran di otak yang merupakan penurunan fungsi pendengaran sensorineural
(Billy Antony, 2008).
Gangguan pendengaran merupakan defisit sensorik yang paling sering pada populasi
manusia, mempengaruhi lebih dari 250 juta orang di dunia.Di dunia, menurut perkiraan WHO
pada tahun 2005 terdapat 278 juta orang menderita gangguan pendengaran, 75 - 140 juta
diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Sedangkan pada bayi, terdapat 0,1 – 0,2% menderita
tuli sejak lahir atau setiap 1.000 kelahiran hidup terdapat 1 – 2 bayi yang menderita tuli. Dari
hasil "WHO Multi Center Study" pada tahun 1998, Indonesia termasuk 4 (empat) negara di
Asia Tenggara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi (4,6%) yang dapat menimbulkan
masalah sosial di tengah masyarakat.
Ketulian dibagi menjadi dua. Ketulian dibidang konduksi atau disebut tuli konduksi
dimana kelainan terletak antara meatus akustikus eksterna sampai dengan tulang pendengaran
stapes. Tuli di bidang konduksi ini biasanya dapat ditolong baik dengan pengobatan atau
dengan suatu tindakan misalnya pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli persepsi (sensori neural
hearing-loss) dimana letak kelainan mulai dari organ korti di koklea sampai dengan pusat
pendengaran di otak. Tuli persepsi ini biasanya sulit dalam pengobatannya.Apabila tuli
konduksi dan tuli persepsi timbul bersamaan disebut tuli campuran.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat menganalisa asuhan keperawatan pada klien dengan tuli konduksi.
2. Tujuan Khusus
a) Menjelaskan definisi dari tuli konduksi
b) Menjelaskan etoilogi dari tuli konduksi
c) Menjelaskan klasifikasi dari tuli konduksi
d) Menjelaskan patofisiologi dari tuli konduksi
e) Menjelaskan manifestasi klinis dari tuli konduksi
f) Menjelaskan penetalaksanaan medis dari tuli konduksi

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan tuli konduksi.
2. Bagi Perawat
Perawat atau tenaga kesehatan memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang tuli
konduksi sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan secara profesional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENDENGARAN
Telinga dibagi 3 bagian, yaitu:
a. Telinga luar (auris eksterna)
1) Aurikulum : menangkap gelombang suara dan meneruskannya ke MAE
2) Meatus akustikus eksternus : meneruskan gelombang suara ke membrane timpani
3) Membran timpani : untuk proses resonansi
b. Telinga tengah (auris media)
1) Kavum timpani : tempat tulang – tulang pendengaran berada
2) Tuba Eustachius : saluran yang menghubungkan antara telinga tengah dengan telinga
dalam
3) Antrum & sel-sel mastoid
c. Telinga dalam (auris interna = labirin)
1) Koklea (organ auditivus) : untuk keseimbangan
2) Labirin vestibuler (organ vestibuler /status) : untuk keseimbangan

2. PROSES PENDENGARAN
Gelombang suara yang berasal dari udara ditangkap oleh aurikulla kemudian
diteruskan ke MAE ( Meatus Akustikus Externa ), kemudian dilanjutkan ke membran
timpani. Setelah masuk di membran timpani, gelombang udara tersebut menggerakkan
tulang – tulang pendengaran, yang terdiri dari tulang incus, stapes dan maleus. Setelah
itu menuju ke foramen ovale. Dari foramen ovale, merangsang Koklea untuk
mengeluarkan cairan. Cairan koklea tersebut kemudian menuju ke membran basilaris,
merangsang pergerakan hair cells. Diteruskan ke cortex auditorius. Kemudian kita
dapat mendengar suatu bunyi.
3. DEFINISI
Tuli Konduktif atau Conductive Hearing Loss (CHL) adalah jenis ketulian yang tidak
dapat mendengar suara berfrekuensi rendah. Misalnya tidak dapat mendengar huruf U dari kata
susu sehingga penderita mendengarnya ss. Biasanya gangguan ini “reversible” karena
kelainannya terdapat di telinga luar dan telinga tengah(Purnawan Junadi,dkk. 1997, hal. 238).
Tuli kondusif adalah kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga
menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga. Kelainan telinga luar yang
menyebabkan tuli kondusif adalah otalgia, atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis
eksterna sirkumskripta, otitis eksterna maligna, dan osteoma liang teliga. Kelainan telinga
tengah yang menyebabkan tuli kondusif ialah sumbatan tuba eustachius, otitis media,
otosklerosis, timpanisklerosia, hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran. (Indro
Soetirto: 2003)

4. ETIOLOGI
Pada telinga luar dan telinga tengah proses degenerasi dapat menyebabkan perubahan
atau kelainan diantaranya sebagai berikut :
a) Infeksi sekunder (ISPA)
b) Adanya cairan (sekret, air) ataupun benda asing pada liang telinga
Adanya benda asing pada liang telinga, baik berupa cairan, biji-bijian ataupun seranggga
dapat menggangu konduksi atau hantaran suara.
c) Sumbatan Oleh Serumen
Gejala dapat timbul jika sekresi serumen berlebihan akibatnya dapat terjadi sumbatan
serumen akibatnya pendengaran berkurang sehingga menyebabkan tuli konduktif. Rasa
nyeri timbul apabila serumen keras membatu dan menekan dinding liang telinga. Telinga
berdengung (tinitus), pusing (vertigo) bila serumen telah menekan membrane
timpani,kadang-kadang disertai batuk oleh karena rangsangan nervus vagus melalui
cabang aurikuler.
d) Cairan (darah atau hematotimpanum karena trauma kepala)
Hemotimpanum dapat diartikan terdapatnya darah pada kavum timpani dengan
membrana timpani berwarna merah atau biru. Warna tidak normal ini disebabkan
oleh cairan steril bersama darah di dalam telinga tengah.
Keadaan ini dapat menyebabkan tuli konduktif, biasanya ada sensasi penuh atau
tekanan. Hemotimpanum bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi lebih kepada
suatu gejala dari penyakit yang sering disebabkan oleh karena trauma. Tuli konduktif
dapat terjadi oleh adanya darah yang memenuhi kavum tympani.
e) Tumor pada telinga luar dan tengah
Tumor di telinga luar atau tengah, salah satu dapat menyebabkan gangguan
pendengaran. Tumor pada dasarnya merupakan istilah yang menggambarkan adanya
suatu benjolan yang abnormal.

5. MANIFESTASI KLINIS
a. rasa penuh pada telinga
b. pembengkakan pada telinga bagian tengah dan luar
c. rasa gatal
d. tinnitus
e. nyeri

6. PATOFISIOLOGI
Saat terjadi trauma akan menimbulkan suatu peradangan biasa saja menimbulkan luka,
nyeri kemudian terjadi penumpukan serumen atau otorrhea. Penumpukan serumen yang terjadi
dapat mengakibatkan transmisi bunyi atau suara yang terganggu sehingga penderita tidak dapat
mempersepsikan bunyi atau suara yang di dengarnya.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Audiometri
Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu
dengan menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara
dengan ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian nada
ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi
dapat mendengarnya.Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah.Untuk
mengukur pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk
mengukur pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan,
yang kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus.
b. X-ray

8. PENALAKSANAAN
Pengobatan untuk penurunan fungsi pendengaran tergantung kepada penyebabnya.Jika
penurunan fungsi pendengaran konduktif disebabkan oleh adanya cairan di telinga tengah atau
kotoran di saluran telinga, maka dilakukan pembuangan cairan dan kotoran tersebut. Dapat
diberikan larutan asam asetat 2-5 % dalam alcohol yang di teteskan ke liang teling atau salep
anti jamur. Jika penyebabnya tidak dapat diatasi, maka digunakan alat bantu dengar atau
kadang dilakukan pencangkokan koklea.
a. Alat bantu dengar
Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan batere,
yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa berjalan
dengan lancar.
Alat bantu dengar terdiri dari:
- Sebuah mikrofon untuk menangkap suara
- Sebuah amplifier untuk meningkatkan volume suara
- Sebuah speaker utnuk menghantarkan suara yang volumenya telah dinaikkan.
b. Pencangkokan koklea
Pencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada penderita tuli berat yang
tidak dapat mendengar meskipun telah menggunakan alat bantu dengar. Alat ini
dicangkokkan di bawah kulit di belakang telinga dan terdiri dari 4 bagian:
 Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitar
 Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan mengubah suara yang
tertangkap oleh mikrofon
 Sebuah transmiter dan stimulator/penerima yang berfungsi menerima sinyal dari
prosesor percakapan dan merubahnya menjadi gelombang listrik
 Elektroda, berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator dan
mengirimnya ke otak.
9 . PENCEGAHAN
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan pendengaran
Konduktif, diantaranya adalah :
1. Menggunakan alat pelindung telinga
2. Membatasi durasi dan intensitas paparan kebisingan
3. Gunakan earplug (pelindung telinga) jika kebisingan ditempat kerja melebihi ambang
batas
4. Lakukan tes pendengaran secara teratur jika bekerja dilingkungan yang bising
5. Hindari kegiatan yang menyebabkan kebisingan atau suara ledakan seperti berburu,
menggunakan alat listrik,mendengarkan konser
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1) Pemeriksaan
Inspeksi luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat aurikulus dan jaringan
sekitarnya diinspeksi adanya deformitas,lesi,dan cairan begitu pula ukuran,simetri dan sudut penempelan
ke kepala.

2) Pemeriksaan dengan garputala


Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran udara dinilai dengan menempatkan garputala yang telah
digetarkan di dekat telinga sehingga suara harus melewati udara agar sampai ke telinga.
Penurunan fungsi pendengaran atau ambang pendengaran subnormal bisa menunjukkan adanya kelainan
pada saluran telinga, telinga tengah, telinga dalam, sarat pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak.
Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran tulang dinilai dengan menempatkan ujung pegangan garputala
yang telah digetarkan pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol di belakang telinga).
Getaran akan diteruskan ke seluruh tulang tengkorak, termasuk tulang koklea di telinga dalam. Koklea
mengandung sel-sel rambut yang merubah getaran menjadi gelombang saraf,
yang selanjutnya akan berjalan di sepanjang saraf pendengaran. Pemeriksaan ini hanya
menilai telinga dalam, saraf pendengaran dan jalur saraf pendengaran di otak.

a. Jika pendengaran melalui hantaran udara menurun, tetapi pendengaran melalui hantaran tulang
normal, dikatakan terjadi tuli konduktif.

Jika pendengaran melalui hantaran udara dan tulang menurun, maka terjadi tuli sensorineural. Kadang
pada seorang penderita, tuli konduktif dan sensorineural terjadi secara bersamaan

A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan

a. Biodata

1) Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,alamat, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register, dan diagnose medis.
2) Identitas penanggung yang terdiri dari :
Nama ,umur,jenis kelamin,pendidikan, pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat,hubungannya
dengan pasien.
2. Keluhan Utama

Biasanya klien mengeluh adanya nyeri, apalagi jika daun telinga disentuh. Didalam telinga terasa penuh
karena adanya penumpukan serumen atau disertai pembengkakan.Terjadi gangguan pendengaran dan
kadang-kadang disertai demam. Perawat perlu melakukan anamnesa dari keluhan klien seperti :
Nyeri saat pinna (aurikula) dan tragus bergerak
a. Nyeri pada liang tengah
b. Telinga terasa tersumbat
c. Perubahan pendengaran
d. Keluar cairan dari telinga yang berwarna kehijauan
3. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien mulai merasakan nyeri yang memanas

4. Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien

a. Apakah pernah masuk RS karena gangguan pendengaran,


b. Kapan keluhan nyeri terasa oleh klien
c. Apakah klien dalam waktu dekat lalu berenang dilaut,kolam renang
d. Ataukah danau
e. Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga mengakibatkan nyeri setelah dibersihkan
f. Apakah klien pernah mengalmi trauma terbuka pada liang telinga akibat terkena benturan
sebelumnya
5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu gangguan pendengaran
6. Riwayat bio-psiko-sosial.

a. Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola Persepsi Terhadap Kesehatan

Apabila sakit, klien biasa membeli obat di toko obat terdeat atau apabila tidak terjadi perubahan pasien
memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
2) Pola Istirahat Tidur
Pada pasien tuli mendadak terjadi gangguan pola tidur akibat nyeri
3) Pola Nutrisi Metabolik
Ada/ tidak gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
4) Pola Konsep Diri
5) Pola Koping
a) Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa nyeri, dan pasien menjadi malas
untuk bekerja.
b) Kehilangan atau perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan
aktivitas sehari- hari.
c) Cemas

d) Pandangan terhadap masa depan klien pesimis

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan Utama :

2. Alasan masuk RS :

3. Riwayat penyakit : Provocative : -


Quality : - Region : - Severity :
Timing : -

RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami Riwayat perawatan


Riwayat pengobatan

2. Riwayat Alergi

3. Riwayat Imunisasi

III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu

gangguan pendengaran

IV. RIWAYAT PSIKO – SOSIO – SPIRITUAL

1. Pola koping : koping individu klien tak efektif, di tandai klien mengatakan tidak tahan dengan
kondisinya seperti, klien tampak putus asa dengan ketidakmampuannya mendengar dan berinteraksi
dengan keluarga dan masyarakat.

2. Harapan dengan penyakitnya : seperti klien dan keluarga berharap gangguan pendengarannya dapat
di sembuhkan dan bisa mendengar secara normal.

3. Factor stressor : stress, cemas, sering marah serta sering curiga dan tersinggung apabila melihat
orang-orang berbicara kemudian tertawa dan klien mengatakan sangat cemas dan takut apabila tidak dapat
berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat

4. Konsep diri : apakah klien sangat terganggu karena ketidakmampuannya mendengar dan
berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat. tidak dapat mendengar suara-suara sebagaimana biasanya .
Suara yang didengar terdengar samar-samar, tidak jelas,bahkan tidak mendengar sama sekali, sering
mengulang kata “apa” kepada lawan bicara.tampak bingung dan tidak nyambung dalam berkomunikasi

5. Pengetahuan klien

tentang penyakitnya : tidak mengetahui tentang hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran,
prosedur tindakan dan pengobatan serta prognosis kesembuhan klien.

6. Adaptasi : seperti kurang beradaptasi di lingkungan keluarga, masyarakat dan


rumah sakit.

7. Hubungan dengan anggota keluarga : baik,kurang baik,cukup

8. Hubungan dengan masyarakat : klien tampak sulit berinteraksi dengan masyarakat


dan klien menganggap masyarakat tidak dapat menerima dirinya untuk saling bertukar informasi.
9. Perhatian terhadap orang lain dan lawan bicara : baik/cukup/kurang baik

10. Aktifitas sosial : ya /tidak melakukan aktivitas sosial

11. Bahasa yang sering digunakan : klien sering menggunakan bahasa sehari-hari apa

12. Keadaan lingkungan : lingkungaan di sekitar tempat tinggal klien cukup bersih

13. Kegiatan keagamaan / pola ibadah : klien sering melaksanakan kewajibannya


sesuai kepercayaan yang di nyakini

14. Keyakinan tentang kesehatan : Klien menyerahkan sepenuhnya kesembuhan penyakitnya kepada
Allah SWT

V. KEBUTUHAN DASAR/POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI

1. Makan / Minum
Ada atau tidak gangguan pada nutrisi metaboliknya,
3. Tidur
Pada pasien tuli mendadak terjadi gangguan pola tidur akibat nyeri
4. Pola Eliminasi fekal/BAB
- Frekuensi
- Waktu : pagi,siang,sore malam dan lain-lain

- Konsistensi : normal/tidak normal

5. Pola Eliminasi urine

- Frekuensi : seperti 3-4 jam sekali dalam sehari Waktu

- Warna : pekat,

- Bau : normal

6. Aktifitas dan latihan


Apakah sejak mengalami gangguan pendengaran, klien tidak pernah melakukan aktivitas yang berat,
aktivitas yang di lakukan klien hanya dalam lingkup keluarga

7. Personal Hygiene

Frekuensi mandi 2 x sehari, mencuci rambut 1x sehari, memotong kuku 1 minggu


sekali. Kebersihan tubuh klien sangat terjaga

VII. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Tanda-tanda vital normalnya:

- Suhu : 37oC - Nadi : 80-90x / menit

- pernapasan : 18-24 x / menit - Tekanan darah : 120 / 80 mmHg Ciri – ciri tubuh :
- Tinggi badan - Berat badan

- Rambut : lurus ,pendek, hitam dan tidak berketombe serta tampak bersih

- Kulit : warna sawo matang,tidak banyak terdapat bekas luka pada eksremitas
atas dan bawah Tingkat Kesadaran : composmetis
2. Head TO Toe

Kulit/ integumen:

a. Inspeksi

- warna kulit,turgor, tidak banyak terdapat bekas luka pada eksremitas atas dan bawah

Kepala dan rambut

a. Inspeksi
- Bentuk kepala normal - Simetris kiri dan kanan

- Kulit kepala bersih - Warna rambut hitam lurus

- Tidak mudah rontok - Tidak ada bekas luka diatas kepala

- Tidak ada ketombe

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan

- Tidak benjolan/massa

Wajah

a. Inspeksi

- Wajah simetris kiri kanan

- Tidak ada bekas luka / lesi/benjolan

- Ekspresi wajah klien tampak cemas,merintih akibat nyeri atau baik

b. Palpasi

- Tidak ditemukan benjolan.

- Tidak ada udema

- Tidak ada nyeri tekan di sekitar wajah klien

Mata/penglihatan
a. Inspeksi

- Bentuknya simetris kiri dan kanan

- Konjungtiva normal

- Tidak ada kelainan pada pupil

- Apakah klien menggunakan alat bantu dalam melihat atau dalam melakukan aktivitas
tertentu.

b. Palpasi

- Tidak ditemukan benjolan

- Tidak ada nyeri tekan

Hidung

a. Inspeksi

- Tidak ada peradangan / pendarahan

- Jalan napas tampak efektif

- Tidak ada sekret dalam lubang hidung

- Hidung klien simetris kiri dan kanan

- Fungsi penciuman baik

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan pada bagian hidung klien


Telinga

a. Inspeksi

- Tidak ada cairan yang keluar dari telinga

- Tidak tampak adanya peradangan

- Rongga telinga tampak bersih

- Telinga klien simetris kiri dan kanan

- Tidak terlihat deformitas

- Klien Kehilangan fungsi pendengaran

b. Palpasi

- Normalnya tidak ada nyeri tekan pada daerah telinga

Mulut dan Gigi

a. Inspeksi

- Rongga mulut bersih

- Tidak ada peradangan pada gusi

-Ada /tidak caries

- Tidak ada gangguan menelan dan mengunyah

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan


Leher

a. Inspeksi

- Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid

- Tidak ada pembesaran vena juga laris

- Tidak ada udema

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan pada leher

a. Inspeksi

- Dada kiri dan kanan simetris

- Pergerakan/pengembangan dada sama ketika ekspirasi dan inspirasi

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan pada daerah dada

c. Askultasi

- inspirasi sama dengan ekspirasi

Jantung / TD Palpasi
- Denyut nadi x / menit Askultasi
- Bunyi jantung normal
Abdomen

a. Inspeksi

- Tidak tampak pembesaran abdomen secara abnormal

b. Palpasi

- Tidak ada masa / nyeri tekan

- Tidak ada nyeri tekan pada daerah abdomen

c. Auskultasi

- Peristaltik usus normal

Ekstremitas

- Fungsi pergerakan ekstemitas atas dan bawah baik/normal

- Ekstremitas atas dan bawah normal

- Tidak ada kelainan simetris kiri dan kanan

- Warna kulit tampak normal tidak sianosis

- Turgor kulit baik, tidak ada bekas luka bakar

2. pengkajian data fokus ( pengkajian sistem)

sistem pendengaran :

- Tidak ada cairan yang keluar dari telinga


- Tidak tampak adanya peradangan

- Rongga telinga tampak bersih

- Telinga klien simetris kiri dan kanan

- Tidak terlihat deformitas

- Kehilangan fungsi pendengaran

- Tidak memakai alat bantu pendengaran

Sistem penglihatan

- Bentuknya simetris kiri dan kanan

- Konjungtiva normal

- Tidak ada kelainan pada pupil

- Klien menggunakan alat bantu kaca mata dalam membaca tulisan, tatapi dalam melakukan
aktiivitas jarang memakai kaca mata

- Tidak ditemukan benjolan

- Tidak ada nyeri tekan

Sistem urinaria

- Tidak terjadi gangguan pada sistem urinaria

Sistem respiratory

- Tidak terjadi gangguan pada sistem repiratory


- Pernapasan normal 18-24 kali / menit

B. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian dalam


2. Harga Diri b.d Fungsi Pendengaran Menurun
3. Kurang aktivitas b.d menarik diri lingkungan
4. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
5. Gangguan sensori / presepsi berhubungan dengan kerusakan pada telinga tengah
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
7. Isolasi social berhubungan dengan nyeri, otore
8. Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan

9. Ansietas berhubungan dengan prosedur perubahan status kesehatan dan pengobatan


10. Cemas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya
fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi
11. Gangguan harga diri rendah behubungan dengan berkurangnya pendengaran

C. Intervensi keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan : pasien menggambarkan nyeri dalam keadaan minimal atau tidak ada nyeri Intervensi :
a) Kaji nyeri, lokasi,

Diagnosa keperawatan 1
Gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian dalam
1. Tujuan
Komunikasi verbal klien berjalan baik Kriteria hasil:
Dalam 1 hari klien dapat :
1. Menerima pesan melalui metode alternative
2. Mengerti apa yang diungkapkan
3. Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi
4. Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat
Diagnosa keperawatan II
Harga Diri b.d Fungsi Pendengaran Menurun Tujuan:
Klien dapat menerima keadaan dirinya Kriteria hasil
Secara bertahap klien dapat :
1. Mengenai perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri
2. Berhubungan sosial dengan orang lain
3. Mendapat dukungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk b.d orang lain
4. Membina hubungan saling percaya dengan perawat Intervensi:
1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya

2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau bergaul /
menarik diri
3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang mungkin
4. Beri pujian thd kemampuan klien mengungkapkan perasaan
5. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku menarik diri
6. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
7. Bina hubungan saling percaya dengan klien
Diagnosa keperawatan III
Kurang aktivitas b.d menarik diri lingkungan Tujuan:
\ Klien dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan Kriteria hasil
Secara bertahap klien dapat :
1. Menceritakan perasaan-perasaan bosan
2. Melaporkan adanya peningkatan dalam aktivitas yang menyenangkan
3. Menceritakan metoda koping thd perasaan marah atau depresi yang disebabkan koleh kebosanan

2. Intervensi / rencana tindakan


a. gangguan komunikasi verbal tindakan / intervensi
1. Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan
2. Periksa apakah ada serumen yang menganggu pendengaran
3. Bicara dengan pelan dan jelas
4. Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan
5. Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar
6. Pastikan alat bantu dengar berfungsi dengan baik
7. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga Intervensi:
1. Beri motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan pengalaman
2. Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka
3. Variasikan rutinitas sehari-hari

4. Libatkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari


5. Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari
6. Berikan alat bantu dalam melakukan aktivitas
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketulian dibidang konduksi atau disebut tuli konduksi dimana kelainan terletak
antara meatus akustikus eksterna sampai dengana tulang pendengaran stapes. Tuli di
bidang konduksi ini biasanya dapat ditolong dengan memuaskan, baik dengan
pengobatan atau dengan suatu tindakan misalnya pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli
persepsi (sensori neural hearing-loss) dimana letak kelainan mulai dari organ korti di
koklea sampai dengan pusat pendengaran di otak. Tuli persepsi ini biasanya sulit dalam
pengobatannya.Apabila tuli konduksi dan tuli persepsi timbul bersamaan,disebut tuli
campuran.Untuk mengetahui jenis ketulian diperlukan pemeriksaan pendengaran.

B. Saran
Untuk mencgah terjadinya tuli konduksi, sebaiknya :
1. Hindari suara keras, ramai dan kebisingan.
2. selalu membersihkan telinga jika sudah kotor atau tampak banyak serumennya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
George L, Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. Jakarta.
Iskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Mukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu Penyakit
THT,
FK UNAIR. Surabaya.
Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan RSUD Dr Soetomo Surabaya
Rukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. EGC. Jakarta.
Soetirto, Indro.2003. Tuli Akibat Bising dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok Ed.3 Editor: H. Efiaty A.Soepardi dkk. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai