Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS (OMSK)

DISUSUN OLEH :

HARDIANTI MULIANI PUTRI

7119171728

CI INSTITUSI CI LAHAN

( ) ( )

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)

FAMIKA MAKASSAR

T.A 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS (OMSK)

A. Definisi

Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah terus – menerus atau hilang
timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Padila, 2012). Otitis
media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media supuratif kronik apabila
prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut otitis
media supuratif subakut (Soepardi & Iskandar, 2004).
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu (1) OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe
aman) dan (2) OMSK tipe maligna (tipe tulang = berbahaya). Proses peradangan pada
OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang.
Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatom (Soepardi
& Iskandar, 2004).
Tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal
juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe
maligna letaknya marginal atau di atik, kadang – kadang terdapat juga kolesteatoma pada
OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal
timbul pada OMSK tipe maligna (Soepardi & Iskandar, 2004).

B. Etiologi

OMSK disebabkan oleh bakteri atau virus yang menyababkan peradangan di


mukosa, gangguan drainase telinga tengah dan menyebabkan penumpukan cairan steril .
Bakteri atau virus masuk ke telinga tengah melalui tuba eustachius, dan menyebabkan
infeksi telinga tengah. Bakteri penyebab utama OMSK adalah bakteri piogenik seperti
Streptococcus hemolitikus, Stapilococcus aureus, Diplococcus pneumococcus. Selain itu
kadang ditemukan juga Hemofilus influens, sering ditemukan pada anak yang berusia di
bawah 5 tahun, Eschericia colli, Streptococcus anhemoliticus, Proteus vulgaris dan
Pseudomonas aurugenosa (Nurarif & Kusuma, 2013).
C. Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius. Saat
bakteri melalui saluran eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut
sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel
– sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel – sel darah putih akan membunuh bakteri
dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam
telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran eustachius menyebabkan
lendir yang dihasilkan sel – sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang – tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ
pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang
dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat
menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal).
Selain itu telinga juga akan terasa nyeri dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak
tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena Tekanannya (Padila, 2012).
D. Manifestasi Klinis
1. Demam
2. Nyeri retroorbita pada sisi telinga yang terinfeksi
3. Nistagmus dan vertigo
4. Paralisis fasial pada sisi telinga yang terinfeksi
5. Nyeri kepala dengan atau tanpa letegia
6. Papil edema
7. Meningismus

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesis
Keluhan utama dapat berupa :
a. Gangguan Pendengaran
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan:

1) Apakah keluhan tersebut pada satu telinga atau kedua telinga, timbul tiba- tiba atau
bertambah secara bertahap dan sudah berapa lamanya
2) Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik atau pemakaian
obat ototoksik sebelumnya
3) Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis,
influenza berat dan meningitis
4) Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi, terjadi pada tempat bising
atau pada tempat yang tenang.

b. Suara berdengung (tinnitus)


1) Keluhan telinga berbunyi dapat berupa suara berdengung yang dirasakan di kepala
atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga
2) Apakah tinnitus ini menyertai gangguan pendengaran

c. Rasa pusing yang berputar (vertigo)


Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh
1) Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien
berbaring dan timbul lagi bila bangyn dengan gerakan cepat
2) Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga
berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan
neurologis seperti disentri, gangguan penglihatan yang mungkin letak kelainannya
di sentral. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan
pergerakan otot – otot leher. Penyakit DM, hipertensi, arteriosclerosis, penyakit
jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat menimbulkan keluhan vertigo dan tinnitus.

d. Rasa nyeri di dalam telinga (otalgia)

1) Apakah pada telinga kiri/kanan dan sudah berapa lama


2) Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi mulut, tonsil, atau
tulang servikal karena telinga disarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ –
organ tersebut.

e. Keluar cairan dari telinga (otore)

1) Apakah secret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa sakit atau tidak dan
sudah berapa lama.
2) Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan secret yang
banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau
busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai
adanya infeksi akut akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air
jernih harus waspada adanya cairan liquor serebrospinal.

2. Tes Audiometric
Tes audiometric merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas
(mampu mendengar suara) dan perbedaan kata – kata (kemampuan membedakan bunyi
kata – kata), dilaksanakan dengan bantuan audiometric. Pendengaran dapat
diidentifikasikan pada saat nol decibel naik sebelum sesorang mendengar suara
frekuensi yang spesifik. Bunyi pada titik nol terdengar oleh orang yang pendengarannya
normal. Sampai ke-20 db dianggap dalam tingkat normal. Tujuan dari tes audiometric
adalah:
a) Menentukan apakah seseorang tidak mendengar
b) Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran
c) Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan
d) Mengetahui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan konduktif)
dari telinga tengah (sistem neurologi).
F. Penatalaksanaan

Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (combined approach tympanoplasty).


Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe
maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ini
untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik
mastodektomi radikal tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga.
Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani dikerjakan
melalui 2 jalan yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan
timpanotomi posterior. Tekhnik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh
para ahli karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Data subjektif
Tanda – tanda dan gejala utama infeksi eksterna dan media adalah
nyeri serta hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai
mulai serangan, lamanya, tingkat nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya
tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitive dan kepada
membrane timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk di dalam telinga
tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah
mengganggu lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran
berkurang. Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia
mengerti tentang cara pencegahannya (Smeltzer & Bare, 2002).
2. Data objektif
Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus
diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna
dan media. Pengkajian dari saluran luar dan gendang telinga (membrane
timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena
merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah.
Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas,
terlihat keabu-abuan. Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya.
Untuk visualisasi telinga luar dan gendang telinga harus menggunakan
otoskop. Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan
dengan ini gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat
perlu dipakai kaca pembesar. Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih,
termasuk perawat (Smeltzer & Bare, 2005).

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
2. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga
tengah

atau kerusakan di syaraf pendengaran


3. Ansietas berhubungan dengan infeksi, kurang pengetahuan tentang penyakit,
ancaman pada status kesehatan, perubahan dalam status kesehatan, ancaman
aktual atau persepsi ancaman terhadap integritas biologis akibat penyakit
c. Rencana Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
pada telinga Tujuan: nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil:
a) Skala nyeri menurun
b) Pasien tidak meringis kesakitan
c) Raut wajah tidak cemas
d) Keluhan nyeri berkurang
e) Pasien mampu istirahat
Intervensi:
a) Beri posisi nyaman
Rasional: dengan posisi nyaman dapat mengurangi nyeri
b) Kompres hangat di telinga bagian luar
Rasional: kompres hangat dapat mengurangi nyeri
c) Kompres dingin di telinga bagian luar
Rasional: kompres dingin dapat mengurangi tekanan telinga
d) Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotic

2. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga


tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran
Tujuan: persepsi/sensoris membaik
Kriteria hasil: pasien akan mengalami peningkatan persepsi / sensoris
pendengaran sampai pada tingkat fungsional
Intervensi:
a) Ajarkan pasien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran
secara tepat
Rasional: Keefektifan alat pendengaran tergantung pada
tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat
b) Instruksikan pasien untuk menggunakan tekhnik – tekhnik yang
aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh
Rasional: apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif,
maka, pendengraan yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi
sehingga harus dilindungi
c) Observasi tanda – tanda vital awal kehilangan pendengaran
Rasional: diagnose dini terhadap keadaan telinga atau terhadap
masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen
d) Instruksikan pasien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotic
yang diresepkan
Rasional: penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat
menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi
akan berlanjut

3. Ansietas berhubungan dengan infeksi, kurang pengetahuan tentang penyakit,


ancaman pada status kesehatan, perubahan dalam status kesehatan, ancaman
aktual atau persepsi ancaman terhadap integritas biologis akibat penyakit
Tujuan: Rasa cemas pasien akan berkurang
Kriteria hasil:
a) Pasien mampu mengungkapkan ketakutan/kekhawatirannya
b) Respon pasien tampak lebih tenang
Intervensi:

a) Beri HE tentang keadaan dan cara perawatan pasien

Rasional: memberi informasi untuk menambah pengetahuan pasien


dan keluarganya dan memahami keadaan pasien
b) Beri motivasi atau dorongan pada pasien dan keluarganya
Rasional: meningkatkan proses belajar, meningkatkan pengambilan
keputusan dan mencegah ansietas berhubungan dengan defisiensi
pengetahuan
c) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
Rasional: informasi dapat meningkatkan koping keluarga dan
membantu menurunkan ansietas.
d) Libatkan keluarga dalam perawatan pasien
Rasional: keluarga mengetahui cara perawatan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Smeltzer & Bare. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner-Suddarth. Jakarta:
EGC

Soepardi & Iskandar. 2004. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai