Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan anatominya juga sangat rumit). Indera pendengaran
berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada
kemampuan mendengar.

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara


adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi
karena kompresi pemampatan molekul-molekul udara yang berselang seling dengan
daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood,
2001).
Saat ini, banyak gangguan yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mendengar,
salah satunya adalah otitis maupun otosklerosis. Dalam penelitian, kelainan ini
terdapat pada masyarakat dalam jumlah yang signifikan. Otitis media sebenarnya
adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak anak di bawah usia 15
tahun. Ada tiga jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu :
Otitis Media Akut, Otitis Media Serosa (Otitis media dengan efusi), Otitis Media
Kronik. Sedangkan Otosklerosis merupakan salah satu penyebab umum tuli konduktif
pada orang dewasa. Kelainan disebabkan karena gangguan autosomal dominan yang
terjadi pada wanita maupun pria.
Otosklerosis cukup lazim terjadi yaitu pada hampir dari 10% populasi. Namun
hanya presentase kecil yang kemudian bermanifestasi secara klinis sebagai gangguan
pendengaran.
Pengetahuan akan genetik dalam ketulian memberi harapan bagi berkembangnya
pengobatan baru, ada anggapan bahwa sebagian kasus tuli pada anak disebabkan oleh

1
mutasi gen tunggal, sedangkan sisanya oleh lingkungannya. (Brunner & Suddart,
2001)

2 Rumusan Masalah

1 Apa definisi dari Otitis dan Otosklerosis?


2 Apa saja klasifikasi dari Otitis?
3 Bagaimana manifestasi klinis Otitis dan Otosklerosis?
4 Bagaimana etiologi dari Otitis dan Otosklerosis?
5 Bagaimana patofisiologi Otitis dan Otosklerosis?
6 Bagaimana cara pemeriksaan diagnostik Otitis dan Otosklerosis?
7 Apa saja komplikasi dari Otitis dan Otosklerosis?
8 Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan gangguan Otitis dan
Otosklerosis?
9 Bagaimana prognosis dari Otitis dan Otosklerosis?
10 Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan gangguan pendengaran (Otitis
dan Otosklerosis)?

3 Tujuan

1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan dapat memberi asuhan
keperawatan pada pasien Otitis dan Otosklerosis
2 Tujuan Khusus
a Mengetahui dan memahami definisi dari Otitis dan Otosklerosis
b Mengetahui dan memahami klasifikasi dari Otitis
c Mengetahui dan memahami manifestasi klinis Otitis dan Otosklerosis
d Mengetahui dan memahami etiologi Otitis dan Otosklerosis
e Mengetahui dan memahami patofisiologi dari Otitis dan Otosklerosis
f Mengetahui dan memahami cara pemeriksaan diagnostik Otitis dan
Otosklerosis
g Mengetahui dan memahami komplikasi dari Otitis dan Otosklerosis
h Mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada klien dengan
gangguan Otitis dan Otosklerosis
i Mengetahui dan memahami prognosis dari Otitis dan Otosklerosis
j Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan pendengaran (Otitis dan Otosklerosis)

2
4 Manfaat
Setelah pembelajaran materi ini, mahasiswa keperawatan dapat memberikan
Asuhan Keperawatan yang baik dan benar bagi klien dengan gangguan pendengaran
yaitu Otitis dan Otosklerosis.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Otitis

2.1.1 Definisi

Otitis berarti peradangan dari telinga. Otitis dibagi menjadi 2 jenis yaitu
otits eksterna dan otitis media. Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari
saluran pendengaran eksternal (Robert Sander, 2001). Peradangan biasanya
disebabkan oleh infeksi. Otitis eksterna berarti peradangan hanya terbatas
pada bagian eksternal dari saluran telinga dan gendang telinga. Sedangkan
otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah.
Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi
saluran tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran,
mengakibatkan tersumbatnya saluran (Mansjoer, 2001: 76).

2.1.2 Klasifikasi

Ada 3 otitis eksterna, yaitu :

1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel atau bisul)

2. Otitis Eksterna Difus

3. Otitis Ekterna Nekrotikans

Sedangkan otitis media ada 3 yang paling umum yaitu :

1. Otitis media akut

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah.

4
2. Otitis media serosa

Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam


telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori,
cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang
disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii.

3. Otitis media kronik

Otitis Media Kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa


dan struktur tulang di dalam kavum timpani.Otitis Media Kronik sendiri
adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan
biasanya disebabkan oleh episode berulang Otitis Media Akut yang tak
tertangani.

2.1.3 Etiologi

2.1.3.1 Otitis Eksterna


Otitis eksterna ini paling sering disebabkan oleh infeksi
(biasanya bakteri, meskipun kadang kadang jamur), tetapi juga dapat
dikaitkan dengan berbagai proses dermatologi sistemik atau lokal
menular (Robert Sander, 2001). Salah satu faktor predisposisi yang
paling umum adalah berenang, terutama di air tawar. Faktor-faktor lain
termasuk kondisi kulit seperti eksim dan seborrhea, trauma dari
penghapusan cerumen, penggunaan perangkat eksternal seperti alat
bantu dengar, dan cerumen ((Paul Schaefer & Reginald F. Baugh,
2012).
Penyebab Otitis Externa menurut (Suzanne Smeltzer, 2002)
adalah:
1. Infeksi bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus
aureus
2. Masuknya zat pada telinga

5
Masuknya zat pada telinga dapat berupa air, sampo, hairspray
atau produk lainnya. Masuknya air di telinga dapat menyebabkan
kelembaban bagi kuman untuk tumbuh. Hal ini juga dapat
menyebabkan gatal-gatal. Kemudian dapat menggores atau
menyodok telinga. Hal ini dapat merusak kulit di saluran telinga
dan menyebabkan peradangan. Kulit yang meradang dapat dengan
cepat menjadi terinfeksi. Sedangkan sampo, hairspray atau
produk lainnya yang masuk ke dalam telinga memiliki efek yang
sama dan mungkin lebih buruk, karena bahan kimia dapat
mengiritasi kulit sensitif kanal.
3. Jamur seperti Aspergillus dan Candida
4. Dermatosis seperti psoriasis, eczema, atau dermatitis sebore
Masalah kulit dapat mempengaruhi saluran telinga dan
membuat kulit meradang
5. Kotoran telinga yang berlebihan

Hal ini dapat menyebabkan terjebaknya air dan puing-puing di


liang telinga. Sehingga bakteri dapat berkembang dalam kondisi
ini dan infeksi dapat terjadi dengan mudah.

2.1.3.2 Otitis Media

A Penyebab utama

1 Bakteri

Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri


patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya steril. Plaing
sering terjadi bila terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi
yang diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, inflamasi
jaringan disekitarnya (mis. Sinusitis, hipertrofi adenoid), atau
reaksi alergi (mis. Rhinitis alergika). Bakteri yang umum

6
ditemukan sadalah Streptococcus pneumoniae, Hemophylus
influenza, dan Moraxella catarrhalis. Cara masuk bakteri
kebnayakan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi sekresi
dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila
ada perforasi membrane timpani. Eksudat purulent biasanya ada
dalam telinga tengah dan mengakibatkan kehilangan pendengaran
konduktif (Suzanne Smeltzer, 2002).

2 Virus

Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai


tersendiri atau bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain.
Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu
respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus
(sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza
virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa dampak
buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun
lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat
antimikroba dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya
(Kerschner, 2007).
B Faktor Resiko
Selain penyebab utama, ada beberapa faktor resiko yang dapat
menjadikan seseorang terkena otitis media yaitu umur, jenis
kelamin, ras, faktor genetik, status sosioekonomi serta lingkungan,
asupan air susu ibu (ASI) atau susu formula, lingkungan merokok,
kontak dengan anak lain, abnormalitas kraniofasialis kongenital,
status imunologi, infeksi bakteri atau virus di saluran pernapasan
atas, disfungsi tuba Eustachius, inmatur tuba Eustachius dan lain-
lain.

7
Peningkatan insidens OMA pada bayi dan anak-anak
kemungkinan disebabkan oleh struktur dan fungsi tidak matang atau
imatur tuba Eustachius. Selain itu, sistem pertahanan tubuh atau
status imunologi anak juga masih rendah. Insidens terjadinya otitis
media pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding dengan anak
perempuan. Anak-anak pada ras Native American, Inuit, dan
Indigenous Australian menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi
dibanding dengan ras lain. Faktor genetik juga berpengaruh. Status
sosioekonomi juga berpengaruh, seperti kemiskinan, kepadatan
penduduk, fasilitas higiene yang terbatas, status nutrisi rendah, dan
pelayanan pengobatan terbatas, sehingga mendorong terjadinya
OMA pada anak-anak. ASI dapat membantu dalam pertahanan
tubuh. Oleh karena itu, anak-anak yang kurangnya asupan ASI
banyak menderita OMA. Lingkungan merokok menyebabkan anak-
anak mengalami OMA yang lebih signifikan dibanding dengan
anak-anak lain. Dengan adanya riwayat kontak yang sering dengan
anak-anak lain seperti di pusat penitipan anak-anak, insidens OMA
juga meningkat. Anak dengan adanya abnormalitas kraniofasialis
kongenital mudah terkena OMA karena fungsi tuba Eustachius turut
terganggu, anak mudah menderita penyakit telinga tengah.
(Kerschner, 2007).

2.1.4 Patofisiologi

2.1.4.1 Otitis Eksterna


Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan
dibersihkan dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga.
Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme
pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan
menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat
oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga.

8
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk
ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah,
lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang
baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.

Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan


berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel
skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan
bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa
gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi
pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.

Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu


menimbulkan perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses
infeksi akan mengeluarkan cairan / nanah yang bisa menumpuk dalam
liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan
terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran (Amaliaturrahmah,
2012).

2.1.4.2 Otitis Media

Pathogenesis OMA pada sebagian besar anak-anak dimulai


oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga
terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas, termasuk
nasofaring dan tuba Eustachius. Tuba Eustachius menjadi sempit,
sehingga terjadi sumbatan tekanan negatif pada telinga tengah. Bila
keadaan demikian berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan
aspirasi virus atau bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Mukosa telinga tengah bergantung pada tuba
Eustachius untuk mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan dari
nasofaring. Jika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan
mengaktivasi proses inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke

9
dalam telinga tengah. Ini merupakan faktor pencetus terjadinya OMA
dan otitis media dengan efusi. Bila tuba Eustachius tersumbat,
drainase telinga tengah terganggu, mengalami infeksi serta terjadi
akumulasi sekret ditelinga tengah kemudian terjadi proliferasi mikroba
patogen pada sekret. Akibat dari infeksi virus saluran pernapasan atas,
sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan
menyebabkan disfungsi tuba Eustachius. Virus respiratori juga dapat
meningkatkan kolonisasi dan adhesi bakteri, sehingga menganggu
pertahanan imum pasien terhadap infeksi bakteri. Jika sekret dan pus
bertambah banyak dari proses inflamasi lokal, perndengaran dapat
terganggu karena membran timpani dan tulang- tulang pendengaran
tidak dapat bergerak bebas terhadap getaran. Akumulasi cairan yang
terlalu banyak akhirnya dapat merobek membran timpani akibat
tekanannya yang meninggi (Kerschner, 2007). Obstruksi tuba
Eustachius dapat terjadi secara intraluminal dan ekstraluminal. Faktor
intraluminal adalah seperti akibat ISPA, dimana proses inflamasi
terjadi, lalu timbul edema pada mukosa tuba serta akumulasi sekret di
telinga tengah. Selain itu, sebagian besar pasien dengan otitis media
dihubungkan dengan riwayat fungsi abnormal dari tuba Eustachius,
sehingga mekanisme pembukaan tuba terganggu. Faktor ekstraluminal
seperti tumor, dan hipertrofi adenoid (Kerschner, 2007).

10
2.1.5 WOC

a Otitis Eksterna

11
b Otitis Media

12
2.1.6 Manifestasi Klinis

Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa
sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya
unilateral pada orang dewasa.

Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan


tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic
(pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan
insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami perforasi.
Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani. Keluhan nyeri telinga
(otalgia), demam, Anoreksia, Limfadenopati servikal anterior.

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Tes laboratorium, pemeriksaan kultur dan sensitifitas antibiotik.


b. Tes audiometrik, memperlihatkan dan mendokumentasikan jumlah
kehilangan pendengaran dan gangguan pada telinga luar.
c. CT-Scan tulang tengkorak
d. Scan Galium-67
e. Scan Tekhnetium-99
f. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
g. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran
timpani
h. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis
(Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
i. Audiogram : tuli konduktif
j. Timpanogram : mengukur gerakan gendang telinga, ketika cairan
didalam telinga tengah, gerakan gendang telinga akan terbatas

13
k. Impedance audiometry (tympanometry): digunakan untuk mengukur
perubahan impedans akustik sistem Membran timpani telinga tengah
melalui perubahan tekanan udara di telinga luar.
l. Pure tone Audiometry: juga banyak digunakan, terutama menilai dari
sisi gangguan dengar atau tuli konduktif yang mungkin berasosiasi
dengan OME. Meski teknik ini time consuming dan membutuhkan
peralatan yang mahal, tetap digunakan sebagai skrining, dimana tuli
konduktif berkisar antara derajat ringan hingga sedang.

2.1.8 Penatalaksanaan

a. Otitis eksterna

Pemberian analgetik selama 48-92 jam pertama. Pasang sumbu untuk


menjaga kanalis tetap terbuka sehingga cairan obat dapat dimasukan bila
edema. Kombinasi antibiotik dan kortikosteroid. Bahan anti jamur jika
diindikasikan. Pasien dilarang untuk berenang. Klien diingatkan untuk tidak
membersihkan kanalis auditorius eksternus sendiri dengan lidi kapas.Wool
kambing atau kapas dapat diolesi jel yang tak larut air dan letakkan di telinga
untuk mencegah kontaminasi air. Pasien dapat mencegah infeksi dengan
menggunakan preparat antiseptik telinga sehabis berenang.

b. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel atau bisul)

Melakukan aspirasi steril untuk mengeluarkan nanah. Memberikan salep


antibiotik misalnya polymixin B dan bacitracin. Memberikan asam asetat 2-
5% dalam alkohol 2%. Melakukan pada furunkel (bisul) yang berdinding
tebal. Pasang drain untuk mengalirkan nanah. Memberikan analgetik dan
penenang.

c. Otitis Eksterna Difus

Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-


hati.

14
Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis, dan membrana timpani
dalam menggunakan alat dalam mengoleskan obat.

Pemilihan pengobatan lokal yang sering digunakan adalah Cortisporin


(polimiksinB, neomisin, hidrokortison), coli Mysin (kolistin, neomisin,
hidrokortison), pyocidin (polimiksin B, hidrokortison), vasol HC (as. Asetat-
nonakues 2%, hidrokortison), dan chloromycetin (kloramfenikol).)

d. Otitis Ekterna Nekrotikans

Awalnya, pembedahan merupakan pilihan utama untuk penanganan pasien


dengan otitis eksterna nekrotikans. Tetapi sejak ditemukannya
aminoglikosida, penisilin sintetik, generasi ketiga Cephalosporin dan
quinolon, maka penggunaan antibiotik merupakan pilihan utama pengobatan.
Sejak teknik pembedahan pada dasar tulang tengkorak berkembang, beberapa
ahli otologi mulai menggunakan teknik radikal sebagai pilihan terapi.

Ada tiga aspek dalam pengobatan otitis eksterna nekrotikans. Yang paling
penting adalah mengontrol gula darah pada pasien diabetes mellitus.

e. Otitis Media Akut

Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas efektivitas


terapi (mis. Dosis antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi), virulensi
bakteri, dan status fisik pasien. Dengan terapi antibiotika spectrum luas yang
tepat dan awal, otitis media dapat hilang tanpa gejala sisa yang serius. Bila
terjadi pengeluaran cairan, biasanya perlu diresepkan preparat otik antibiotika.

f. Otitis Media Serosa

Otitis media serosa tidak perlu ditangani secara medis kecuali terjadi
infeksi (otitis media akut). Bila kehilangan pendengaran yang berhubungan
dengan efusi telinga tengah menimbulkan masalah bagi pasien, maka bisa
dilakukan miringotomi dan dipasang tabung untuk menjaga telinga tengah

15
tetap terventilasi. Kortikosteroid dosis rendah kadang dapat mengurangi
edema tuba eustachii pada kasus barotrauma.

g. Otitis Media Kronis

Penyebab penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada


faktor-faktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian
pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan
penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi
penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat
ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi,
tetapi obat -obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum
operasi.

2.1.9 Komplikasi

c Otitis eksterna

Akibat dari infeksi pada telinga bagian luar dapat mengakibatkan


hilangnya pendengaran, meningitis, abses otak, tromboflebitis, sinus lateralis,
fasial nerve paralysis. Kerusakan pada syaraf VI dan VII, menyebar ke labirin,
terjadi infeksi pada insisi.

d Otitis Media Akut


1. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi
secarabenar dan adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga
tengahtermasuk ke otak, namun ini jarang terjadi setelah adanya
pemberianantibiotik.
2. Mastoiditis
3. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
4. Keseimbangan tubuh terganggu
5. Peradangan otak kejang

e Otitis Media Kronis

16
Penyebab penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan
pada faktor-faktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya.
Dengan demikian pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-
faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-
perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan serta menganggu
fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis
kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -obatan
dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.

Menurut Nursiah, prinsip pengobatan tergantung dari jenis


penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas :
Konservatif dan Operasi.

1. OMK Benigna

a. OMSK BENIGNA TENANG

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan


untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga
sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila
menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan
sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi
(miringoplasti,timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang
serta gangguan pendengaran.

b. OMSK BENIGNA AKTIF

Prinsip pengobatan OMSK adalah :

1. Pembersihan liang telinga dan kavum timpan ( toilet telinga)

Cara pembersihan liang telinga ( toilet telinga) :

Toilet telinga secara kering ( dry mopping).

Toilet telinga secara basah ( syringing).

17
Toilet telinga dengan pengisapan (suction toilet)

2. Pemberian antibiotik topikal

Terdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat penggunaan


antibiotik topikal untuk OMSK. Pemberian antibiotik secara
topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa dibersihkan
dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif
lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan
kortikosteroid.

Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk atau tetes telinga yang


biasanya dipakai setelah telinga dibersihkan dahulu.

Bubuk telinga yang digunakan seperti :

a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine

b. Terramycin.

c. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250


mg

Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin,


polimiksin dan hidrokortison, bila sensitif dengan obat ini dapat
digunakan sulfanilaid-steroid tetes mata.

Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada ot itis media


kronik adalah :

1. Polimiksin B atau polimiksin E

2. Neomisin

3. Kloramfenikol

3. Pemberian antibiotik sistemik

18
Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya
berdasarkan kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak
lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus.
Bila terjadi kegagalan pengobatan , perlu diperhatikan faktor
penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.

2. OMK MALIGNA

Pengobatan yang tepat untuk OMK maligna adalah operasi.


Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila
terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan
tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat


dilakukan pada OMK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna
atau maligna, antara lain (Soepardi, 2001):

Mastoidektomi sederhana

Mastoidektomi radikal

Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)

Miringoplasti

Timpanoplasti

Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach


Tympanoplasty)

Menurut Shanbough (2003) komplikasi OMK terbagi atas:

a Komplikasi Intratemporal

- Perforasi membrane timpani.

19
- Mastoiditis akut.

- Parese nervus fasialis.

- Labirinitis.

- Petrositis.

b Komplikasi Ekstratemporal.

- Abses subperiosteal.

c Komplikasi Intrakranial.

- Abses otak.

- Tromboflebitis.

- Hidrocephalus otikus.

- Empiema subdural/ ekstradural

2.2 Asuhan Keperawatan Otitis

2.4.1 Pengkajian

a. Anamnesa

Data yang perlu dikumpulkan dari klien meliputi :


1 Identitas klien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, agama,suku bangsa/ ras, pendidikan, bahasa yang
dipakai, pekerjaan, status

20
Alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, dan
diagnose medis.
2) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita
gangguan pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa yang
dilakukan, bagaimana kebiasaan membersihkan telinga, keadaan
lingkungan tenan, daerah industri, daerah polusi), apakah riwayat
pada anggota keluarga.
Riwayat kesehatan sekarang
Kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di
anamnesa, Seperti penjabaran dari riwayat adanya kelainan nyeri
yang dirasakan.
Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami
penyakit yang sama. Ada atau tidaknya riwayat infeksi saluran
nafas atas yang berulang dan riwayat alergi pada keluarga.

b. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum klien


Kepala
Lakukan Inspeksi,palpasi,perkusi dan di daerah telinga,dengan
menggunakan senter ataupun alat-alat lain nya apakah ada cairan
yang keluar dari telinga,bagaimana warna, bau, dan jumlah.apakah
ada tanda-tanda radang.
Kaji adanya nyeri pada telinga
Leher, Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah
leher
Dada / thorak
Jantung
Perut / abdomen

21
Genitourinaria
Ekstremitas
Sistem integumen
Sistem neurologi
Data pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi

Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat


sehat dan sakit,apakah ada perbedaan konsumsi diit
nya.

Eliminasi

Kaji miksi,dan defekasi klien

Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri

Biasanya klien dengan gangguan otitis media


ini,agak susah untk berkomunikasi dengan orang lain
karena ada gangguan pada telinga nya sehingga ia
kurang mendengar/kurang nyambung tentang apa
yang di bicarakan orang lain

c. Pemeriksaan Diagnostik

a) Tes Audiometri : AC menurun


b) X ray : terhadap kondisi patologi
c) Tes berbisik
d) Tes garpu tala

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

22
1. Domain 12: kenyamanan, kelas 1. Kenyamanan
fisik(00132). Nyeri akut b.d agens cedera biologis (.,
infeksi, iskemia, neoplasma)
2. Domain 12. Kenyamanan kelas 1. Kenyamanan fisik(0214).
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan sumber
daya tidak adekuat
3. Domain 11. Kenyamana/perlindungan. Kelas 1. Infeksi
(00004). Resiko infeksi

2.4.3 Intervensi keperawatan

N Diagnosa NOC NIC


o keperawatan
1 Domain 12. Status kenyamanan: 1. Gunakan pendekatan
Kenyamanan 1 kesejahteraan yang tenang dan
kelas 1. fisik tidak meyakinkan
Kenyamanan terganggu 2. Pahami situasi krisis
fisik(0214). 2 dapat control yang terjadi dari
Gangguan rasa terhadap gejala perspektif klien
nyaman 1. 3.dapat posisi 3. Berada di sisi klien
dengan nyaman untuk meningkatkan
berhubungan
Status kenyamanan rasa aman dan
dengan sumber
sosiokultural: mengurangi
daya tidak katakutan
1. mendapat
adekuat
dukunagn sosial 2. 4.Pertahankan sikap
dari keluarga yang tenang dan
2. dapat hati-hati
berinteraksi 3. 5.Kurangi stimuli
sosial dengan yang menciptakan
orang lain perasaan takut
3. dapat maupun cemas
berhubungan 4. Gunakan komunikasi
dengan teman- terapeutik dalam
temanya membangun
Status kenyamanan hubungan saling
psikospiritual: percaya dan caring
1. kecemasan 5. Gunakan alat untuk
menghilang memantau dan
2. kesejahteraan mengevaluasi
psikologi kesejahteraan
3. dapat berekspresi spiritual klien
optimisme dengan baik

23
2 Domain 12: Tingkat kecemasan: 1. Pertahankan aturan
kenyamanan, 1. Wajah tidak dan prosedur yang
kelas 1. tegang sesuai dengan
Kenyamanan 2. Dapat mengambil keakuratan dan
fisik(00132). Nyeri keputusan keamanan
akut b.d agens 3. Berkeringat pemberian obat-
cedera biologis (., dingin obatan
Tingkat 2. Ikuti prosedur lima
infeksi, iskemia,
ketidaknyamanan: benar dalam
neoplasma)
1. Tidak lagi pemberian obat
mendesah 2. Tentukan lokasi,
2. Tidak ada rasa karakteristik,
takut kualitas, dan
3. Tidak ada keparahan nyeri
ketegangan sebelum mengobati
wajah pasien
3. Pilih analgesik atau
kombinasi analgesik
yang sesuai ketika
lebih dari satu
diberikan
4. Tentukan obat apa
yang diperlukan dan
kelola menurut resep
dan/atau protokol
5. Tentukan
kemampuan pasien
untuk mengobati diri
sendiri dengan cara
yang tepat

3. Domain 11. 1. Dapat Mencari 1. Bersihkan


Keamanan/Perlindu informasi tentang lingkungan dengan
ngan. Kelas 1. risko kesehatan baik setelah
Infeksi (00004). 2. Dapat Mengenali digunakan untuk
Resiko infeksi faktor resiko setiap pasien
3. Dapat Memonitor 2. Ganti peralatan
faktor resiko perawatan per
individu pasien sesuai
4. Dapat Mengenali dengan protokol
perubahan status institusi
kesehatan 3. Kaji ulang riwayat

24
kesehatan masa lalu
dan dokumentasikan
bukti yang
menunjukan adanya
penyakit medis,
diagnosa
keperawatan serta
perawatannya
4. Identifikasi adanya
sumber-sumber
agensi untuk
membantu
menurunkan faktor
resiko
5. Identifikasi resiko
biologis, lingkungan
dan perilaku serta
hubungan timbal
balik

2.4.4 Implementasi

No Diagnosa NIC Implementasi


Keperawatan
1 Domain 12. 1. Gunakan 1. Menggunakan
Kenyamanan pendekatan yang pendekatan yang
kelas 1. tenang dan tenang dan
Kenyamanan meyakinkan meyakinkan
fisik(0214). 2. Pahami situasi 2. Memahami situasi
Gangguan rasa krisis yang terjadi krisis yang terjadi
nyaman dari perspektif dari perspektif
klien klien
berhubungan
3. Berada di sisi klien 3. Berada di sisi klien
dengan sumber
untuk untuk
daya tidak meningkatkan rasa meningkatkan
adekuat aman dan rasa aman dan
mengurangi mengurangi
katakutan katakutan
4. Pertahankan sikap 4. Mempertahankan
yang tenang dan sikap yang tenang

25
hati-hati dan hati-hati
5. Kurangi stimuli 5. Mengurangi
yang menciptakan stimuli yang
perasaan takut menciptakan
maupun cemas perasaan takut
6. Gunakan maupun cemas
komunikasi 6. Menggunakan
terapeutik dalam komunikasi
membangun terapeutik dalam
hubungan saling membangun
percaya dan caring hubungan saling
7. Gunakan alat percaya dan
untuk memantau caring
dan mengevaluasi 7. Menggunakan alat
kesejahteraan untuk memantau
spiritual klien dan mengevaluasi
dengan baik kesejahteraan
spiritual klien
dengan baik

2 Domain 12: 1. Pertahankan 1. Mempertahankan


kenyamanan, aturan dan aturan dan
kelas 1. prosedur yang prosedur yang
Kenyamanan sesuai dengan sesuai dengan
fisik(00132). Nyeri keakuratan dan keakuratan dan
akut b.d agens keamanan keamanan
cedera biologis (., pemberian obat- pemberian obat-
obatan obatan
infeksi, iskemia,
2. Ikuti prosedur lima 2. Mengikuti
neoplasma)
benar dalam prosedur lima
pemberian obat benar dalam
3. Tentukan lokasi, pemberian obat
karakteristik, 3. Menentukan
kualitas, dan lokasi,
keparahan nyeri karakteristik,
sebelum kualitas, dan
mengobati pasien keparahan nyeri
4. Pilih analgesik atau sebelum
kombinasi mengobati pasien
analgesik yang 4. Memilih analgesik
sesuai ketika lebih atau kombinasi
dari satu diberikan analgesik yang
5. Tentukan obat apa sesuai ketika lebih

26
yang diperlukan dari satu diberikan
dan kelola menurut 5. Menentukan obat
resep dan/atau apa yang
protokol diperlukan dan
6. Tentukan kelola menurut
kemampuan resep dan/atau
pasien untuk protokol
mengobati diri 6. Menentukan
sendiri dengan kemampuan
cara yang tepat pasien untuk
mengobati diri
sendiri dengan
cara yang tepat

3. Domain 11. 1. Bersihkan 1. Membersihkan


Keamanan/Perlindu lingkungan dengan lingkungan
ngan. Kelas 1. baik setelah dengan baik
Infeksi (00004). digunakan untuk setelah digunakan
Resiko infeksi setiap pasien untuk setiap
2. Ganti peralatan pasien
perawatan per 2. Mengganti
pasien sesuai peralatan
dengan protokol perawatan per
institusi pasien sesuai
3. Kaji ulang riwayat dengan protokol
kesehatan masa institusi
lalu dan 3. Mengkaji ulang
dokumentasikan riwayat kesehatan
bukti yang masa lalu dan
menunjukan dokumentasikan
adanya penyakit bukti yang
medis, diagnosa menunjukan
keperawatan serta adanya penyakit
perawatannya medis, diagnosa
4. Identifikasi adanya keperawatan serta
sumber-sumber perawatannya
agensi untuk 4. Mengidentifikasi
membantu adanya sumber-
menurunkan faktor sumber agensi
resiko untuk membantu
5. Identifikasi resiko menurunkan
biologis, faktor resiko
lingkungan dan 5. Mengidentifikasi
perilaku serta resiko biologis,

27
hubungan timbal lingkungan dan
balik perilaku serta
hubungan timbal
balik

2.4.5 Evaluasi

1. Tak ada infeksi lokal atau CNS


2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
3. Dapat mendengar dengan jelas tanpa atau menggunakan
alat bantu pendengaran

2.3 Otosklerosis

2.3.1 Definisi

Otosklerosis adalah suatu penyakit pada tulang pada bagian telinga


tengah khususnya pada stapes yang disebabkan pembentukan baru tulang
spongiosus dan sekitar jendela ovalis sehingga dapat mengakibakan fiksasi
pada stapes. (Brunner & Sudart, 2001)
Otosklerosis merupakan penyakit pada kapsul tulang labirin yang
mengalami spongiosis (pertumbuhan tulang stapes berlebih yang berbentuk
spon)di daerah kaki stapes, sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat
menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik. (Elisty & Nurbaiti,
2001)
Otosklerosis adalah suatu penyakit dimana tulang-tulang di sekitar telinga
tengah dan telinga dalam tumbuh secara berlebihan sehingga menghalangi
pergerakan tulang stapes (tulang telinga tengah yang menempel pada telinga
dalam), akibatnya tulang stapes tidak dapat menghantarkan suara
sebagaimana mestinya. (Mediastore, 2004)

28
Otosklerosis dapat memburuk secara perlahan. Kondisi ini tidak
memerlukan perawatan sampai seseorang mengalami gangguan pendengaran
yang berat. Otosklerosis dapat menyebabkan berbagai jenis gangguan
pendengaran, tergantung pada struktur telinga mana yang terkena.
Otokslerosis biasanya mengenai tulang terakhir dalam jalur pendengaran,
tulang sanggurdi, yang terletak pada pintu masuk telinga dalam.

2.3.2 Etiologi

Etiologi otosklerosis masih belum diketahui. Beberapa hipotesis,


menyebutkan bahwa faktor genetik, virus, autoimun dan hormonal,
berhubungan dengan otosklerosis. Otosklerosis, penyakit kompleks dengan
dua faktor dominan yaitu genetik dan lingkungan (Ylva Dahlin, 2013).
1 Genetika
Pola herediter diakui sejauh ini adalah autosomal dominan. Sekitar
50% dari individu dengan otosklerosis memiliki anggota keluarga yang
terkena dampak otosklerosis (Ylva Dahlin, 2013).
2 Virus
Salah satu faktor lingkungan yang dihipotesiskan pada otosklerosis
adalah persisten infeksi virus campak Paramyxovirus. Dalam studi lain,
Arnold et al. etiologi virus otosklerosis sebagai reaksi vaskular inflamasi
diawali atau disebabkan oleh virus campak, rubella dan gondok (John
Goudakos, 2009).
3 Reaksi autoimun dan peradangan
Faktor etiologi lain yang mungkin adalah reaksi autoimun terhadap
kolagen tipe II dalam kapsul otik (Ylva Dahlin, 2013).
4 Hormonal dan faktor metabolik

Otosklerosis klinis adalah dua kali lebih lazim pada wanita seperti
dalam laki-laki, sehingga menimbulkan hipotesis bahwa hormon seks

29
dapat berkontribusi terhadap perkembangan penyakit (Ylva Dahlin,
2013).

2.3.3 Patofisiologi

Pada otosklerosis, tulang normal kapsul otic secara bertahap diganti


dengan tulang spons yang sangat vaskular. Tulang spons ini melumpuhkan
footplate dari stapes (tulang snggurdi) sehingga mengganggu konduksi
getaran dari membran timpani dengan rumah siput. Karena getaran tekanan
suara tidak ditransmisikan ke cairan dari telinga bagian dalam, hasilnya
adalah gangguan pendengaran konduktif. Jika telinga bagian dalam menjadi
terlibat, kehilangan pendengaran sensorineural dapat berkembang (Theodore
& Derald, 2016).
Otosklerosis diduga mengakibatkan patologi akhir yang umum yang
mempengaruhi lapisan endokhondral dari tulang temporal:
1. Perubahan dalam keseimbangan sitokin (misalnya, OPG, RANK,
RANKL) yang mengontrol perbaikan yang dihipotesiskan menjadi
patogenesis molekuler lesi otosklerotik dimulai dengan perubahan
dalam matriks ekstraselular diikuti oleh osteoklas dimediasi resorpsi
tulang endochondral
2. Dalam setiap tulang temporal diberikan, fokus aktif dan tidak aktif dari
otosklerosis
3. mungkin ada
4. Letak dari fokus otosklerotik adalah footplate stapes anterior (fissula
ante fenestram; 70
5. 90%) diikuti oleh putaran jendela niche (30%) dan kera koklea
6. Fokus otosklerotik yang mengganggu pada endosteum koklea dapat
menginduksi

7. hialinisasi ligamen spiral yang berhubungan dengan gangguan


pendengaran sensorineural (Theodore & Derald, 2016).

30
31
2.3.4 WOC

infeksi Keturunan/h Kelainan


erediter kongenital

Masuk ke Gen
rongga autosom Pembentukan
telinga dominan tulang
monohibrid spospongiosium
Terjadi OMA abnormal
Terbentuknya
tulang rawan Di jendela
Tuba abnormal ovalis
eustachius (spon)
tersumbat

Pendengaran
terganggu Fiksasi pada
stapes

Per.lapisan Efesiensi Dilakukan Ganguan


mukosa di dlm transmisi pembedaha koklea
tlinga n vestibularis

Suara Stapesdekto Dizziness


Penumpukan vestibular
terhambat mi
cairan
karena
dirongga
stapes tdk Nye Vertilago
bergetar ri
Gendang
telinga Resi akut
Gg.hantaran
bengkak/memb ko
glombang
ran timpani Infe
bunyi
Resiko
Nyeri cidera
akut
Gendang Tinnitus
Dema telinga
m pecah/ro Intoleransi
tinggi bek Tuli aktivitas
kondukt
if
Hiperterm perforasi
i
Mual muntah
Gg Citra
Cairan Ketidakseimbangan
32 dari
nutrisi: kurang
meninggalk
an rongga
2.3.5 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala otosklerosis :


1. Hilangnya pendengaran secara progresif lambat
2. Tinitus, bunyi abnormal yang didengar penderita yang berasal dari
dalam kepala, biasanya disebut juga telinga berdengung.
3. Vertigo
4. Sulit mendengar suara yang lembut dan nada rendah (tuli 30-40 db)

5. Gambaran membrane timpani yang kemerahan oleh karena terdapat


pelebaran pembuluh darah promontium ( Schwartes sign). Pasien
merasa pendengaran terdengar lebih baik dalam ruangan bising
( Paracusis Willisii ). (Elisty & Nurbaiti, 2001)

2.3.6 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Audiometri
2. Radiologi

2.3.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan otosklerosis secara medikamentosa dengan sodium


floride dosis 30-60mg/hari salama 2 tahun, operasi dengan stapedektomi
maupun stapedotomi dan alat bantudengar.

2.3.8 Komplikasi

1. Perforasi membran timpani


2. Paralisis nervus fasialis
3. Hematotimpanum
4. Fistula perilimf

33
5. Tuli sensorineural
6. Labirinitis
7. Otitis media akut

2.4 Asuhan Keperawatan Otitis

2.4.1 Pengkajian

1. Anamnesa.
Biodata Klien
Otosklerosis lebih sering pada wanita dari pada laki-laki
dan sering mulainya tuli menyertai kehamilan atau tampak
kehamilan mempercepat pemburukanya.( Cody.R. 1993)
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh pendegarannya mulai berkurang secara
bertahap dan terdapat sensasi tekanan atau rasa penuh
ditelinga yang terkena.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Klien dengan atosklerosis menunjukkan tuli konduktif,
sensorineural atau campuran bilateral atau unilateral.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah terpapar virus measles. Beberapa
berpendapat bahwa infeksi kronik measles di tulang
merupakan predisposisi pasien untuk terkena otosklerosis.
Materi virus dapat ditemukan di osteoblas pada lesi sklerotik.
5. Riwayat kesehatan Keluarga
Otosklerosis biasanya dideskripsikan sebagai penyakit
yang diturunkan secara autosomal dominant dengan
penetrasi yang tidak lengkap (hanya berkisar 40%). Derajat

34
dari penetrasi berhubungan dengan distribusi dari lesi
otosklerotik lesi pada kapsul tulang labirin.
6. Pengkajian Bio-Psiko-Sos-Spiritual

a. Pola Persepsi Kesehatan

- Adanya riwayat trauma sebelumya.

b. Pola Nutrisi Metabolik

- Muntah-muntah.

- Penurunan berat badan.

c. Pola Eliminasi
- Sering berkeringat adanya adanya kesulitan dalam berkemih
- Tanyakan pola berkemih dan bowel.

d. Pola Aktivitas dan Latihan


- Pemenuhan sehari-hari terganggu.
- Toleransi terhadap aktivitas rendah.
- Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.

e. Pola Tidur dan Istirahat


- Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
- Mimpi buruk.

f. Pola Persepsi Kognitif


- Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
- Pengetahuan akan penyakitnya.

g. Pola Persepsi dan Konsep Diri


- Perasaan tidak percaya diri atau minder akibat penurunan

35
pendengaran..
- Perasaan terisolasi.

h. Pola Hubungan dengan Sesama


- Hidup sendiri atau berkeluarga
- Frekuensi interaksi berkurang

i. Pola Reproduksi Seksualitas


- Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.

j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress


- Emosi tidak stabil
- Ansietas, takut akan penyakitnya
- Disorientasi, gelisah

k. Pola Sistem Kepercayaan


- Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
- Agama yang dianut

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

1. Domain 11: keamanan/perlindungan, kelas 6.


Termoregulasi(00006) hipertermia berhubungan dengan
trauma
2. Domain 11: keamanan perlindungan, kelas 1. Infeksi
(00004) resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invasive
3. Domain 6: persepsi diri, kelas 3 citra tubuh(00118)
gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
fungsi kognitif

2.4.3 Intervensi keperawatan

N Diagnosa NOC NIC


o Keperawatan

36
1. Domain 11: Status kenyamanan 1. Tentukan
keamanan/perlindu fisik: jumalah dan
ngan, kelas 6. 1. Tidak merasa jenis
Termoregulasi(000 merinding saat intake/asupan
06) hipertermia dingin cairan serta
berhubungan 2. Tidak kebiasaan
dengan trauma berkeringat saat eliminasi
panas 2. Tentukan faktor
3. Tingkat resiko yang
pernapasan tidak mungkin
terganggu menyebabkan
4. Sakit kepala ketidakseimbang
tidak terganggu an cairan
5. Sakit otot tidak 3. Tentukan apakah
terganggu klien mengalami
Tanda tanda vital kehausan/gejala
1. Denyut nadi perubahan
apical tidak cairan
terganggu 4. Monitor berat
2. Peningkatan suhu badan
kulit tidak 5. Monitor asupan
terganggu dan pengeluaran

2 Domain 11: 1. Cairan/ luka yang 1. Bersihkan


keamanan berbau busuk lingkunahan
perlindungan, tidak ada dengan baik
kelas 1. Infeksi 2. Kestabilan suhu setelah di
(00004) resiko 3. Kemerahan gunakan untuk
infeksi menghilang setiap pasien
berhubungan 4. Tidak ada reaksi 2. Ganti peralatan
alergi perawatan per
dengan prosedur
5. Interakasi pasien sesuai
invasive
pengobatan protocol institusii
3. Ajarkan cara cuci
tangan bagi
tenaga
kesehatan
4. Anjurkan psien
mengenai
tekhnik mencuci
tangan dengan
tepat
5. Gunakan sabun
anti microba

37
untuk cuci
tangan yang
sesuai
6. Pakai sarung
tangan steril
dengan tepat
3. Domain 6: persepsi 1. Kepuasan dengan 1. Guanakan
diri, kelas 3 citra fungsi tubuh pendekatan yang
tubuh(00118) 2. Penyesuaian tenang dan
gangguan citra terhadap meyakinkan
tubuh tampilan fisik 2. Nyatakan dengan
berhubungan 3. Penyesuaian jelas harapan
dengan perubahan terhadap fngsi terhadap prilaku
tubuh klien
fungsi kognitif
4. Penyesuaian 3. Berikan objek
terhadap yang menunjukan
perubahan tubuh perasaan aman
akibat 4. Dengarkan klien,
pembedahan puji/kuatrkan
5. Penyesuain prilaku yang baik
terhadap secra tepat
perubahan tubuh 5. Identifikasi pada
akibat cedera saat terjadi
operubahan
tingkat
kecemasan
6. Berikan aktivitas
pengganti yang
bertujuan untuk
mengurangi
tekanan

2.4.4 Implementasi

N Diagnosa NIC Implementasi


o Keperawatan
1. Domain 11: 1. Tentukan 1. Menentukan
keamanan/perlindun jumalah dan jumalah dan jenis
gan, kelas 6. jenis intake/asupan
Termoregulasi(0000 intake/asupan cairan serta
cairan serta kebiasaan

38
6) hipertermia kebiasaan eliminasi
berhubungan eliminasi 2. Menentukan
dengan trauma 2. Tentukan faktor faktor resiko yang
resiko yang mungkin
mungkin menyebabkan
menyebabkan ketidakseimbang
ketidakseimbang an cairan
an cairan 3. Menentukan
3. Tentukan apakah apakah klien
klien mengalami mengalami
kehausan/gejala kehausan/gejala
perubahan perubahan cairan
cairan 4. Memonitor berat
4. Monitor berat badan
badan 5. Memonitor
5. Monitor asupan asupan dan
dan pengeluaran pengeluaran
2 Domain 11: 1. Bersihkan 1. Membersihkan
keamanan lingkunahan lingkunahan
perlindungan, kelas dengan baik dengan baik
1. Infeksi (00004) setelah di setelah di
resiko infeksi gunakan untuk gunakan untuk
berhubungan setiap pasien setiap pasien
dengan prosedur 2. Ganti peralatan 2. Mengganti
perawatan per peralatan
invasive
pasien sesuai perawatan per
protocol institusii pasien sesuai
3. Ajarkan cara cuci protocol institusii
tangan bagi 3. Mengajarkan
tenaga cara cuci tangan
kesehatan bagi tenaga
4. Anjurkan psien kesehatan
mengenai 4. Menganjurkan
tekhnik mencuci psien mengenai
tangan dengan tekhnik mencuci
tepat tangan dengan
5. Gunakan sabun tepat
anti microba 5. Menggunakan
untuk cuci sabun anti
tangan yang microba untuk
sesuai cuci tangan yang
6. Pakai sarung sesuai
tangan steril 6. Memakai sarung
dengan tepat tangan steril

39
dengan tepat
3. Domain 6: persepsi 1. Guanakan 1. Mengguanakan
diri, kelas 3 citra pendekatan yang pendekatan yang
tubuh(00118) tenang dan tenang dan
gangguan citra meyakinkan meyakinkan
tubuh berhubungan 2. Nyatakan dengan 2. Menyatakan
dengan perubahan jelas harapan dengan jelas
fungsi kognitif terhadap prilaku harapan
klien terhadap prilaku
3. Berikan objek klien
yang 3. Memberikan
menunjukan objek yang
perasaan aman menunjukan
4. Dengarkan klien, perasaan aman
puji/kuatrkan 4. Mendengarkan
prilaku yang baik klien,
secra tepat puji/kuatrkan
5. Identifikasi pada prilaku yang baik
saat terjadi secra tepat
operubahan 5. Mengidentifikasi
tingkat pada saat terjadi
kecemasan operubahan
6. Berikan aktivitas tingkat
pengganti yang kecemasan
bertujuan untuk 6. Memberikan
mengurangi aktivitas
tekanan pengganti yang
bertujuan untuk
mengurangi
tekanan

2.4.5 Evaluasi

1. Pasien dapat mendengar dengan baik


2. Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi
3. Menunjukkan tak ada tanda-tanda infeksi.

40
41
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

3.1 Kasus

An. A berusia 10 tahun masuk di ruang perawatan THT tanggal 23 oktober


2016, dengan keluhan keluar cairan putih dari telinga kanan yang disertai dengan
demam dan nyeri telinga. Orangtua pasien mengatakan anaknya memiliki riwayat
batuk dan pilek yang sering berulang dan dua hari terakhir tiba-tiba keluar cairan
bening dari telinga kiri dengan konsistensi kenyal dan tidak bau. Klien mengatakan
tidak percaya diri dengan tubuhnya saat ini. Wajah klien tampak kemerahan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan nyeri pada pergerakan aurikula,
terdapat edema dan serumen kental pada MAE serta terdapat perforasi pada
membrane timpani telinga kanan, tes rinne (-), tes weber: lateralisasi kekanan dan
pada tes bisik pasien tidak dapat mendengarkan suara berfrekuensi rendah. TTV:
TD=120/80mmHg, HR: 110x / menit, RR: 20x/menit , S: 39C, nyeri yang dirasakan
klien skala 7 (1-10). Keluarga pasien mengatakan harus bebicara dengan nada tinggi
pada klien, karena klien kadang tidak nyambung bila diajak berbicara dengan suara
yang rendah. Diagnosa medis otitis media akut.

3.2 Pengkajian
A Anamnesa
1 Identitas pasien
Nama : An. A
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan : belum menikah
MRS : 23-11-2016
Tanggal pengkajian : 24-11-1016
Diagnosa masuk : otitis media akut
2 Keluhan utama

42
Klien mengeluh demam dan nyeri telinga
3 Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan keluar cairan putih dari telinga kanan yang disertai dengan
demam dan nyeri telinga. Orangtua pasien mengatakan anaknya memiliki
riwayat batuk dan pilek yang sering berulang dan dua hari terakhir tiba-
tiba keluar cairan bening dari telinga kiri dengan konsistensi kenyal dan
tidak bau. Klien mengatakan tidak percaya diri dengan tubuhnya saat ini.
Wajah klien tampak kemerahan
4 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat batuk dan pilek yang sering berulang
5 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak dijelaskan dalam kasus

B Pemeriksaan fisik
1 TTV: TD=120/80 mmHg, HR=110x/menit, RR=20x/menit, T=39oC
2 B1 (Breathing) : RR 20x/menit (Normal)
3 B2 (Blood) : Tekanan darah 120/80 mmHg (normal), nadi
110x/menit (takikardi)
4 B3 (Brain) : Klien kadang tidak nyambung bila diajak berbicara
dengan suara yang rendah.
5 B4 (Bladder) : Normal
6 B5 (Bowel) : Normal
7 B6 (Bone) : Nyeri pada pergerakan aurikula

C Pemeriksaan Penunjang
1 Tes Rinne= (-)
2 Tes Weber= lateralisasi kekanan dan pada tes bisik pasien tidak dapat
mendengarkan suara berfrekuensi rendah

43
3.3 Analisa data

No Data Etiologi Masalah


keperawatan
1. DS: Invasi bakteri Hipertermia

Klien mengeluh demam

DO: Merangsang terjadinya


proses endogen
Wajah klien tampak kemerahan

TTV: TD=120/80mmHg, HR: 110x/


menit, RR: 20x/menit , S: 39C Dihantarkan ke
hipotalamus bagian
termoregulator

Hipertermia
2. DS: Invasi bakteri Nyeri Akut

Klien mengeluh nyeri pada telinga


kanan Infeksi telinga tengah

DO:
Poses peradangan
Didapatkan nyeri pada pergerakan
aurikula, tes rinne (-), tes weber:
lateralisasi kekanan dan pada tes
Nyeri akut
bisik pasien tidak dapat
mendengarkan suara berfrekuensi
rendah
3. DS: Akumulasi cairan Gangguan Citra
Tubuh
Klien mengeluh keluar cairan putih

44
dari telinga kanan Ruptur membrane
timpani karena
Klien mengatakan tidak percaya diri
desakan
dengan tubuhnya saat ini

DO:
Keluarnya cairan putih
Terdapat edema dan serumen kental
dari telinga
pada MAE serta terdapat perforasi
pada membrane timpani telinga
kanan, tes rinne (-), tes weber: Gangguan citra tubuh
lateralisasi kekanan dan pada tes
bisik pasien tidak dapat
mendengarkan suara berfrekuensi
rendah

3.4 Diagnosa keperawatan:


1 Domain 11: Keamanan/Perlindungan, Kelas 6. Termoregulasi, Hipertermia
berhubungan dengan penyakit (00007)
2 Domain 12. Kenyamanan, kelas 1. Kenyamanan Fisik, Nyeri akut
berhubungan dengan agens cidera biologis (00132)
3 Domain 6: Persepsi Diri, Kelas 3. Citra Tubuh, Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan penyakit (00118)

3.5 Intervensi keperawtan

No Diagnosa NOC NIC


.
keperawatan
1. Domain 11: a Termoregulasi a Perawatan demam
Keamanan/Perlindungan (0800) (3740)
, Kelas 6. Termoregulasi, 1 Tidak ada 1 Pantau suhu dan ttv
Hipertermia -peningkatan suhu lainnya
berhubungan dengan kulit 2 Monitor warna kulit dan
penyakit (00007). 2 Tidak ada suhu

45
Batasan karakteristik: hipertermia 3 Monitor asupan dan
3 Denyut nadi radial keluaran, sadari perubahan
1 Takikardi tidak terganggu kehilangan cairan yang
2 Kulit kemerahan 4 Denyut jantung tidak dirasakan
apical tidak 4 Dorong konsumsi cairan
terganggu b Pengaturan suhu (3900)
b TTV (0802) 1 Monitor suhu paling tidak
1 Suhu tubuh normal setiap 2 jam, sesuai
(36-37,5oC) kebutuhan
2 Denyut jantung 2 Monitor tekanan darah,
apical normal nadi dan respirasi, sesuai
3 Denyut nadi radial kebutuhan
c Keparahan infeksi 3 Sesuaikan suhu
(0703) lingkungan untuk
1 Tidak ada kebutuhan pasien
kemerahan 4 Berikan medikasi yang
2 Tidak ada cairan tepat untuk mencegah atau
(luka) yang berbau mengontrol menggigil
busuk c Kontrol infeksi (6540)
3 Tidak ada demam 1 Dorong untuk beristirahat
4 Tidak ada nyeri 2 Anjurkan pasien dan
keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi dan
kapan harus
melaporkannya kepada
penyedia perawatan
kesehatan
3 Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
bagaimana menghindari
infeksi
2. Domain 12. a Kontrol nyeri a Manajemen nyeri (1400)
Kenyamanan, kelas 1. (1605) 1 Lakukan pengkajian nyeri
Kenyamanan Fisik 1 Mengenali kapan komprehensif yang
(00132). Nyeri akut nyeri terjadi meliputi lokasi,
berhubungan dengan 2 Menggambarkan karakteristik, onset/durasi,
agens cidera biologis. faktor penyebab frekuensi, kualitas,
3 Mengenali apa yang intensitas atau beratnya
Batasan karakteristik: terkait dengan nyeri dan faktor pencetus
gejala nyeri 2 Gunakan strategi
1 Keluhan tentang 4 Melaporkan nyeri komunikasi terapeutik
intensitas yang terkontrol untuk mengetahui
menggunakan b Tingkat nyeri pengalaman nyeri dan
standar skla nyeri (2102) sampaikan penerimaan
2 Perubahan

46
parameter 1 Tidak ada nyeri pasien terhadap nyeri
fisiologis yang dilaporkan 3 Ajarkan penggunaan
2 tidak ada teknik non farmakologi
panjangnya episode 4 Ajarkan metode
nyeri farmakologi untuk
3 Denyut nadi radial menurunkan nyeri
normal b Pengurangan kecemasan
c Tanda-tanda vital (5820)
(0802) 1 Berada di sisi klien untuk
1 Suhu tubuh (5) meningkatkan rasa aman
2 Tekanan nadi (5) dan mengurangi ketakutan
2 Berikan aktivitas
pengganti yang bertujuan
untuk mengurangi tekanan
3 Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
4 Kaji tanda verbal dan
nonverbal kecemasan
c Monitor TTV (6680)
1 Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernapasan dengan tepat.
2 Monitor dan laporkan
tanda dan gejala
hipotermia dan
hipertermia.
3 Monitor keberadaan dan
kualitas nadi.
4 Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda
vital.
3. Domain 6: Persepsi Diri, a Citra tubuh (1200) a Peningkatan citra
Kelas 3. Citra Tubuh, 1 Deskripsi bagian tubuh
Gangguan citra tubuh tubuh yang terkena 1 Bantu pasien untuk
berhubungan dengan (dampak) konsisten mendiskusikan
penyakit (00118). positif perubahan-perubahan
2 Kepuasan dengan (bagian tubuh)
Batasan karakteristik: fungsi tubuh disebabkan adanya
konsistensi positif penyakit atau
1 Gangguan fungsi 3 Kepuasan dengan pembedahan, dengan
tubuh fungsi tubuh cara yang tepat
2 Gangguan konsistensi positif 2 Bantu pasien untuk
struktur tubuh

47
3 Menolak 4 Penyesuaian mendiskusikan stressor
menerima terhadap perubahan yang mempengaruhi
perubahan tampilan fisik citra diri terkait dengan
4 Perasaaan konsistensi positif kondisi kongenital,
negative tentang 5 Penyesuaian cedera, penyakit, atau
tubuh terhadap perubahan pembedahan
fungsi tubuh 3 Identifikasi strategi-
konsistensi positif strategi penggunaan
b Tingkat rasa takut koping oleh orangtua
(1210) dalam berespon terhadap
1 Tidak ada distress perubahan anak
2 Tidak ada b Pengurangan
kekurangan kecemasan
kepercayaan diri 1 Berada di sisi klien
3 Tidak ada untuk meningkatkan
verbalisasi rasa rasa aman dan
takut mengurangi ketakutan
4 Tidak menarik diri 2 Berikan aktivitas
5 Tidak ada ketakutan pengganti yang
bertujuan untuk
mengurangi tekanan
3 Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
4 Kaji tanda verbal dan
nonverbal kecemasan

3.6 Implenemtasi

No Diagnosa NIC Implementasi


.
keperawatan
1. Domain 11: a Perawatan demam a Perawatan demam
Keamanan/Perlindungan (3740) (3740)
, Kelas 6. Termoregulasi, 1 Pantau suhu dan ttv 1 Memantau suhu dan ttv

48
Hipertermia lainnya lainnya
berhubungan dengan 2 Monitor warna kulit 2 Memantau warna kulit
penyakit (00007). dan suhu dan suhu
3 Monitor asupan dan 3 Memantau asupan dan
Batasan karakteristik: keluaran, sadari keluaran, sadari
perubahan perubahan kehilangan
3 Takikardi
kehilangan cairan cairan yang tidak
4 Kulit kemerahan
yang tidak dirasakan dirasakan
4 Dorong konsumsi 4 Mendorong konsumsi
cairan cairan
b Pengaturan suhu b Pengaturan suhu
(3900) (3900)
1 Monitor suhu paling 1 Memonitor suhu paling
tidak setiap 2 jam, tidak setiap 2 jam,
sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan
2 Monitor tekanan 2 Memonitor tekanan
darah, nadi dan darah, nadi dan
respirasi, sesuai respirasi, sesuai
kebutuhan kebutuhan
3 Sesuaikan suhu 3 Menyesuaikan suhu
lingkungan untuk lingkungan untuk
kebutuhan pasien kebutuhan pasien
4 Berikan medikasi 4 Memberikan medikasi
yang tepat untuk yang tepat untuk
mencegah atau mencegah atau
mengontrol mengontrol menggigil
menggigil c Kontrol infeksi (6540)
c Kontrol infeksi 1 Mendorong untuk
(6540) beristirahat
1 Dorong untuk 2 Menganjurkan pasien
beristirahat dan keluarga mengenai
2 Anjurkan pasien dan tanda dan gejala infeksi
keluarga mengenai dan kapan harus
tanda dan gejala melaporkannya kepada
infeksi dan kapan penyedia perawatan
harus kesehatan
melaporkannya 3 Mengajarkan pasien dan
kepada penyedia keluarga mengenai
perawatan kesehatan bagaimana menghindari
3 Ajarkan pasien dan infeksi
keluarga mengenai
bagaimana
menghindari infeksi
2. Domain 12. a Manajemen nyeri a Manajemen nyeri

49
Kenyamanan, kelas 1. (1400) (1400)
Kenyamanan Fisik 1 Lakukan pengkajian 1 Melakukan pengkajian
(00132). Nyeri akut nyeri komprehensif nyeri komprehensif
berhubungan dengan yang meliputi yang meliputi lokasi,
agens cidera biologis. lokasi, karakteristik, karakteristik,
onset/durasi, onset/durasi, frekuensi,
Batasan karakteristik: frekuensi, kualitas, kualitas, intensitas atau
intensitas atau beratnya nyeri dan
3 Keluhan tentang beratnya nyeri dan faktor pencetus
intensitas faktor pencetus 2 Menggunakan strategi
menggunakan 2 Gunakan strategi komunikasi terapeutik
standar skla nyeri komunikasi untuk mengetahui
4 Perubahan terapeutik untuk pengalaman nyeri dan
parameter mengetahui sampaikan penerimaan
fisiologis pengalaman nyeri pasien terhadap nyeri
dan sampaikan 3 Mengajarkan
penerimaan pasien penggunaan teknik non
terhadap nyeri farmakologi
3 Ajarkan penggunaan 4 Mengajarkan metode
teknik non farmakologi untuk
farmakologi menurunkan nyeri
4 Ajarkan metode b Pengurangan
farmakologi untuk kecemasan (5820)
menurunkan nyeri 1 Berada di sisi klien
b Pengurangan untuk meningkatkan
kecemasan (5820) rasa aman dan
1 Berada di sisi klien mengurangi ketakutan
untuk meningkatkan 2 Memberikan aktivitas
rasa aman dan pengganti yang
mengurangi bertujuan untuk
ketakutan mengurangi tekanan
2 Berikan aktivitas 3 Mengajarkan klien
pengganti yang untuk menggunakan
bertujuan untuk teknik relaksasi
mengurangi tekanan 4 Mengkaji tanda verbal
3 Instruksikan klien dan nonverbal
untuk menggunakan kecemasan
teknik relaksasi c Monitor TTV (6680)
4 Kaji tanda verbal 1 Memonitor tekanan
dan nonverbal darah, nadi, suhu, dan
kecemasan status pernapasan
c Monitor TTV dengan tepat.
(6680) 2 Memonitor dan laporkan
1 Monitor tekanan tanda dan gejala

50
darah, nadi, suhu, hipotermia dan
dan status hipertermia.
pernapasan dengan 3 Memonitor keberadaan
tepat. dan kualitas nadi.
2 Monitor dan 4 Mengidentifikasi
laporkan tanda dan kemungkinan penyebab
gejala hipotermia perubahan tanda-tanda
dan hipertermia. vital.
3 Monitor keberadaan
dan kualitas nadi.
4 Identifikasi
kemungkinan
penyebab perubahan
tanda-tanda vital.
3. Domain 6: Persepsi Diri, a Peningkatan citra a Peningkatan citra
Kelas 3. Citra Tubuh, tubuh tubuh
Gangguan citra tubuh 1 Bantu pasien untuk 1 Membantu pasien untuk
berhubungan dengan mendiskusikan mendiskusikan
penyakit (00118). perubahan- perubahan-perubahan
perubahan (bagian (bagian tubuh)
Batasan karakteristik: tubuh) disebabkan disebabkan adanya
adanya penyakit penyakit atau
5 Gangguan fungsi atau pembedahan, pembedahan, dengan
tubuh dengan cara yang cara yang tepat
6 Gangguan tepat 2 Membantu pasien untuk
struktur tubuh 2 Bantu pasien untuk mendiskusikan stressor
7 Menolak mendiskusikan yang mempengaruhi
menerima stressor yang citra diri terkait dengan
perubahan mempengaruhi citra kondisi kongenital,
8 Perasaaan diri terkait dengan cedera, penyakit, atau
negative tentang kondisi kongenital, pembedahan
tubuh cedera, penyakit, 3 Mengidentifikasi
atau pembedahan strategi-strategi
3 Identifikasi strategi- penggunaan koping oleh
strategi penggunaan orangtua dalam
koping oleh berespon terhadap
orangtua dalam perubahan anak
berespon terhadap b Pengurangan
perubahan anak kecemasan
b Pengurangan 1 Berada di sisi klien
kecemasan untuk meningkatkan
1 Berada di sisi klien rasa aman dan
untuk meningkatkan mengurangi ketakutan
rasa aman dan 2 Memberikan aktivitas

51
mengurangi pengganti yang
ketakutan bertujuan untuk
2 Berikan aktivitas mengurangi tekanan
pengganti yang 3 Menginstruksikan klien
bertujuan untuk untuk menggunakan
mengurangi tekanan teknik relaksasi
3 Instruksikan klien 4 Mengkaji tanda verbal
untuk menggunakan dan nonverbal
teknik relaksasi kecemasan
4 Kaji tanda verbal
dan nonverbal
kecemasan

3.7 Evaluasi:
1 MK: Hipertermia berhubungan dengan penyakit
S: Klien mengeluh demam
O: Suhu 39oC, wajah tamapak kemerahan
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
2 Mk: Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis
S: klien mengeluh nyeri telinga
O: nyeri skala 7 (1-10)
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
3 MK: Gangguan citra diri
S: Klien mengatakan tidak percaya diri dengan tubuhnya saat ini
O: Terdapat edema dan serumen kental pada MAE serta terdapat perforasi
pada membrane timpani telinga kanan
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

52
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah. Saat
bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut.
Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, mengakibatkan tersumbatnya
saluran (Mansjoer, 2001: 76).

Otosklerosis adalah suatu penyakit pada tulang pada bagian telinga tengah
khususnya pada stapes yang disebabkan pembentukan baru tulang spongiosus dan
sekitar jendela ovalis sehingga dapat mengakibakan fiksasi pada stapes. (Brunner &
Sudart, 2001)

Pemeriksaan diagnostik otitis dan otosklerosis meliputi anamnesa, pemeriksaan


fisik, pemeriksaan laboratorium, tes audiometrik, CT-Scan, otoscope, audiogram,
timpanogram. Penatalaksanaan dari Otitis salah satunya adalah pemberian analgetik
selama 48-92 jam pertama. Pasang sumbu untuk menjaga kanalis tetap terbuka
sehingga cairan obat dapat dimasukan bila edema dan kombinasi antibiotik dan
kortikosteroid. Sedangkan penatalaksanaan otosklerosis secara medikamentosa
dengan sodium floride dosis 30-60mg/hari salama 2 tahun, operasi dengan
stapedektomi maupun stapedotomi dan alat bantudengar. Adapun komplikasi dari
otitis salah satunya adalah syok kerusakan pada syaraf VI dan VII. Sedangkan
komplikasi dari otosklerosis salah satunya adalah otits media akut.

Asuhan keperawatan otitis dan otosklerosis secara umum meliputi pengkajian


seperti anamnesis, pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan penunjang. kemudian
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

53
4.2 Saran

Diharapkan kepada perawat lebih paham pada penyakit pendengaran yaitu


pada otitis dan otosklerosis, beserta cara pencegahan dan pengobatannya, sehingga
dapat menjalankan asuhan keperawatan untuk kesembuhan pasien. Perawat juga
mampu lebih fokus dalam menjalankan intervensi keperawatan pada pasien otitis dan
otosklerosis.

54

Anda mungkin juga menyukai