OSTEOMIELITIS
DI SUSUN OLEH :
NAMA : SYAFITRI DAMAYANTI
NIM : PO7120318013
PRODI/JURUSAN : DIV KEPERAWATAN
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Asuhan Keperawatan Osteomielitis ini dengan lancar.
Askep ini disusun dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari internet, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada Dosen
pembimbing atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah
Penulis harap, dengan membaca Askep ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan atau pengetahuan kita tentang
Asuhan Keperawatan pada pasien osteomielitis , khususnya bagi penulis.
Memang Askep ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih
baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi...................................................................................................................3
2.2 Klasifikasi...............................................................................................................4
2.3 Etiologi....................................................................................................................5
2.4 Pathway...................................................................................................................6
2.5 Patofisiologi............................................................................................................7
2.6 Manifestasi..............................................................................................................8
2.7 Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................................9
2.8 Penatalaksanaan......................................................................................................9
2.9 Komplikasi............................................................................................................10
2.10 Konsep Asuhan
Keperawatan..............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................34
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Osteomelitis ?
2. Apa klasifikasi dari Osteomelitis ?
3. Apa etiologi dari Osteomelitis ?
4. Bagaimana Pathway dari Osteomelitis ?
5. Bagaimana patofisiologi dari Osteomelitis ?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari Osteomelitis ?
7. Apa pemeriksaan penunjang dari Osteomelitis ?
8. Apa penatalaksanaan dari Osteomelitis ?
9. Apa saja komplikasi dari Osteomelitis ?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien Osteomelitis ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Osteomelitis.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Osteomelitis.
3. Untuk mengetahui etiologi dari Osteomelitis.
4. Untuk mengetahui pathway dari Osteomelitis.
5. Untuk mengetahu patofisiologi dari Osteomelitis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Osteomelitis.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Osteomelitis
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Osteomelitis.
9. Untuk mengetahui komplikasi dari Osteomelitis.
10. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien
Osteomelitis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
infeksi pada tulang, baik karena infeksi piogenik maupun non- piogenik, misalnya
Mycrobacterium tuberculosis.
4
Coli, Pseudomonas dan kadang-kadanag oleh bakteri anaerob seperti Clostridium
Streptococus anaerobic, atau Bacteroides.
Gambaran klinis osteomielitis akibat fraktur terbuka sama dengan
osteomielitis lainnya. Pada fraktur terbuka, sebaiknya dilakukan pencegahan infeksi
melalui pembersihan dan debridemen luka. Luka dibiarkan terbuka dan diberikan
antibiotik yang adekuat. Pada fraktur tebuka perlu dilakukan pemerikasaan biakan
kuman guna menentukan organisme penyebabnya. Osteomielitis jenis ini terjadi
setelah operasi tulang (terutama pada operasi yang menggunakan implan), invasi
bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah. Gejala infeksi dapat timbul segera setelah
operasi atau beberapa bulan kemudian.
1. Osteomielitis pasca operasi
yang paling ditakuti adlaah osteomielitis setelah operasi antroplasti. Pada
keadaan ini, pencegahan osteomielitis lebih penting daripada pengobatan. Scrub
nurse/ perawat instrumen operasi sangat berperan dalam menjaga kesterilan dan
sirkulasi instrumen operasi.
2. Osteomielitis sclerosing atau osteomielitis Garre
adalah suatu osteomielitis subakut dan terdapat kavitas yang dikelilingi oleh
jaringan sklerotik pada daerah metafisis dan disfisis tulang panjang. Klien biasanya
remaja dan orang-orang dewasa, terdapat nyeri dan mungkin sedikit pembengkakan
pada tulang. Pada foto rontgen terlihat adanya kavitas yang dikelilingi oleh jaringan
sklerotik dan tidak ditemukan adanya kavitas yang sentral, hanya berupa kavitas
yang difus.
5
3. Staphylolococcus hemolyticus ( koagulasi positif) sebanyak 90 % dan jarang
Sterptococcus hemolyticus.
4. Haemophilus influenza ( 5- 50 %) pada anak usia dibawah 4 tahun.
5. Organisme lain seperti B. coli, B. aeruginosa apsulate, pneumokokus,
Salmonella typhosa, pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Brucella,
dan bakteri anaerob yaitu Bacteroides fragilis.
2.4 Pathway osteomielitis
6
MK: Resti penyebab infeksi
Terbentuk abses/infeksi pada tulang
Drainase pus
Kematian jaringan
Pembentukan jaringan baru
lumpuh/ amputasi
Sembuh
MK: potensial cidera, cemas
Perubahan konsep diri
7
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan
dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke
kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak
atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian
akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk
dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencair
dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang
terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang
baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis
tipe kronik
8
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan
dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat
kurangnya asupan darah
2.7 Pemeriksaan diagnostik osteomielitis
1. Pemeriksaan darah : Sel darah putih meningkat sampai 30.000 disertai
peningkatan laju endap darah ; pemeriksaan titer antibody anti- stafilo- kokus;
pemeriksaan kultur darah untuk menentukan jenis bakterinya ( 50% positif)
dan diikuti dengan uji sensitivitas. Selain itu, harus diperiksa adanya penyakit
anemia sel sabit yang merupakan jenis osteomielitis yang jarang terjadi.
2. Pemeriksaan feses: Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan bila terdapat
kecurigaan infeksi olehh bakteri Salmonela.
3. Pemeriksaan biopsy : Pemeriksaan ini dilakukan pada tempat yang dicurigai.
4. Pemeriksaan ultrasound : Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi
pada sendi
5. Pemeriksaan radiologi : Pada pemeriksaan foto polos dalam 10 hari pertama,
tidak ditemukan kelainan radiologis yang berarti, dan mungkin hanya
ditemukan pembengkakan jaringan lunak. Gambaran destruksi tulang dapat
terlihat setelah 10 hari (2 minggu). Pemeriksaan radioisotope akan
memperlihatkan penangkapan isotop pada daerah lesi.
9
4. Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu
staphylococus aureus sambil menunggu hasil biakan kuman. Antibiotik
diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum dan laju endap
darah klien. Antibiotik tetap diberikan hingga 2 minggu setelah laju endap
darah normal.
5. Drainase bedah. Apabila setelah 24 jam pengobatan lokal dan sistemik
antibiotik gagal (tidak ada perbaikan keadaan umum), dapat dipertimbangkan
drainase bedah. Pada drainase bedah, pus subperiosteal dievakuasi untuk
mengurangi tekanan itra-oseus. Disamping itu, pus digunakan sebagai bahan
untuk biakan kuman. Drainase dilakuakan selama beberapa hari dengan
menggunakan cairan NaCl dan antibiotik.
2.9. Komplikasi osteomielitis
Beberapa komplikasi yang sering terjadi pada osteomielitis hematogen yang
perlu diketahui oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik
sehingga resiko komplikasi dapat dihindari adalah sebagai berikut.
1. Septikemia. Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotik yang memadai,
kematian akibat septikemia pada saat ini jarang terjadi atau ditemukan.
2. Infeksi yang bersifat metastatik. Infeksi dapat bermetastase ke tulang/ sendi
lainnya, otak dan paru-paru, dapat bersifat multifokal dan biasanya terjadi
pada klien dengan status gizi buruk.
3. Artritis supratif. Artritis supratif dapat terjadi pada bayi karena lempeng
epifis bayi (yang bertindak sebagai barier) belum berfungsi dengan baik.
Komplikasi terutama terjadi pada osteomielitis hematogen akut di daerah
metafisis yang bersifat intra-kapsuler (mis ; pada sendi panggul) atau melalui
infeksi metastastatuk
4. Gangguan pertumbuhan. Osteomielitis hematogen akut pada bayi dapat
menyebabkan kerusakan lempeng epifisis sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan, tulang yang bersangkutan menjadi lebih pendek. Pada anak
yang lebih besar, akan terjadi hiperemia pada daerah metafisis yang
10
merupakan stimulasi bagitulang untuk bertumbuh. Pada keadaan ini tulang
bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya pemanjangan tulang.
5. Osteomielitis kronik. Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan,
osteomielitis akut akan berlanjut menjadi osteomielitis kronis.
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien
gangguan system musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada
lokasi dan adanya komplikasi pada tulang. Pengkajian keperawatan
osteomielitis meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik dan pengkajian psikososial.
a. Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
1) Identitas : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomor registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan
diagnosa medis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus
osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode
PQRST :
Provoking Incident : hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri
adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma
akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut.
Quality of pain : rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien
bersifat menusuk.
Region, Radiation, Relief : nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar.
Severity (scale) of pain : nyeri yang dirasakan klien secara subjektif
antara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4.
11
Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
2) Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh
darah, edema, hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar
sehingga pada fraktur terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi
tulang dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal (invasi
bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah) dan pada osteomielitis akut
yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya
proses supurasi di tulang.
3) Riwayat penyakit dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-
lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat
ditemukan adanya riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-
obatan, atau pengobatan dengan imunosupresif.
4) Riwayat psikososial – spiritual
Perawat menkaji respon emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga serta masyarakat, respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun
dalam masyarakat. Pada kasus osteomielitis, akan timbul ketakutan akan
terjadi kecacatan dan klien harus menjalani penatalaksanaan kesehatan
untuk membantu penyembuhan tulang. Selain itu, pengkajian juga
meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang
dapat mengganggu metabolisme kalsium, konsumsi alkohol yang dapat
mengganggu keseimbangan, dan apakah klien melakukan olahraga.
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat karena
klien menjalani rawat inap. Dampak yang timbul pada klien osteomielitis
yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat prognosis penyakitnya, rasa
cemas, rasa tidak mampu melakukan aktivitas secara optimal, dan
12
pandangan terhadap dirinya yang salah secara optimal, dan pandangan
terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri).
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat
( local).
1.) Keadaan umum meliputi :
a.) Tingkat kesadaran ( apatis, sopor, koma, gelisah, compos
mentis yang bergantung pada keadaan klien).
b.) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang,
dan pada kasus osteomielitis biasanya akut).
c.) Tanda-tanda vital tidak normal, terutama pada osteomielitis
dengan komplikasi septicemia.
2.) B1 (Breathing) : pada inspeksi, didapatkan bahwa klien
osteomielitis tidak mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi
toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada
auskultasi, tidak didapatkan suara napas tambahan.
3.) B2 (Blood) : pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi
menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi
didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
4.) B3 (Brain) : Tingkat kesadaran biasanya compos mentis.
a) Kepala : tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada sakit kepala)
b) Leher : tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan,
refleks menelan ada).
c) Wajah : terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi
atau
bentuk.
d) Mata : tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis
13
(pada klien patah tulang tertutup karena
tidak terjadi perdarahan). Klien
osteomielitis yang disertai adanya
malnutrisi lama biasanya mengalami
konjungtiva anemis.
e) Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal.
tidak ada lesi atau nyeri tekan.
f) Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping
hidung.
g) Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak
terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
14
Saraf IX dan X : kemampuan menelan baik
Saraf X : tidak ada atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII : lidah simetris, tidak ada devisiasi pada
satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra
pengecapan normal.
j). Pemeriksaan refleks : biasanya tidak terdapat refleks patologis
15
7.) B6 (Bone). Adanya osteomelitis hematogen akut akan ditemukan
gangguan pergerakan sendi karena pembekakan sendi akan
menggangu fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan
pada kulit karena adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau
cairan bening berbau khas.
b. Look
Pada osteomelitis hematogen akut akan ditemukan
gangguan pergerakan sendi karena pembekan sendi dan
gangguan bertambah berat bila terjadi spasme local. Gangguan
pergerakan sendi juga dapat disebab kan oleh efusi sendi atu
infeksi sendi (arthritis septic). Secara umum, klien osteolelitis
kronis menunjukan adanya luka khas yang disertai dengan
pengeluaran pus atau cairan bening yang berasal dari tulang
yang mengalami infeksi dan dan proses supurasi. Manifestasi
klinis osteomelitis akibat fraktur terbuka biasanya berupa
demam, nyeri, pembekakan pada daerah fraktur, dan sekresi
pus pada luka.
c. Feel.
Kaji adanya nyeri tekan.
d. Move
pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan
gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah
gerakan aktif dan pasif. Pemeriksaan yang didapat adalah
adanya gangguan atau keterbatasan gerak sendi pada
osteomelitis akut.
Pola tidur dan istirahat. Semua klien osteomelitis
merasak nyeri sehingga dapat mengganggu pola dan kebutuhan
tidur., suasana, kebiasaan, dan kesulitan serta penggunaan obat
tidur.
16
2. DIAGNOSA
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
b. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat
imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.
c. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan
pembentukan abses tulang
d. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan proses
supurasi di tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat
infeksi inflamasi tulang.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam
bergerak
f. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa
nyaman
h. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi
penyakit dan pengobatan.
3. INTERVENSI
a. Nyeri yang berhubungan dengan proses supurasi di tulang dan
pembekan sendi
Tujuan: nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.
kriteria hasil : klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat di
atasi, mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau
mengurangi nyeri. Klien tidak gelisah. Skala nyeri 0-1 atau
teratasi.
Intervensi rasional
17
Mandiri:
1. Kaji nyeri dengan skala 1. Nyeri merupakan respons subjektif yang dapat di
0-4 kaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien
melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat
cedera.
18
dan hubungan dengan
berapa lama nyeri akan
berlangsung.
Kolaborasi
1. Pemberian analgetik
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Pertahankan tirah baring dalam 1. Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang
posisi yang di programkan
2. Dapat meringankan masalah gangguan
2. Tinggikan ekstremitas yang sakit, mobilitas fisik yang dialami klien
instruksikan klien / bantu dalam
latihan rentang gerak pada
ekstremitas yang sakit dan tak
19
sakit
Kolabortasi :
20
kedalam kandung kemih.
5. Ganti balutan dengan sering (insisi supra/ 5. Balutan basah menyebabkan kulit
retropublik dan perineal), pembersihan dan iritasi dan memberikan media
pengeringan kulit sepanjang waktu untuk pertumbuhan bakteri,
peningkatan resiko infeksi luka.
6. Gunakan pelindung kulit tipe ostomi 6. Memberikan perlindungan untuk
kulit sekitar, mencegah
ekskoriasi dan menurunkan
resiko infeksi.
Kolaborasi:
21
c. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses
tulang
Tujuan / Hasil Pasien : Tidak terjadi pesiko perluasan infeksi yang dialami
Kriteria Hasil: Mencapai waktu penyembuhan
Intervensi dan rasionalisasi:
c. Tutup luka dengan kasa steril atau c. NaCl merupakan larutan fisiologis
kompres dengan NaCl yang yang lebih mudah di absirbsi oleh
dicampur dengan antibiotic. jaringa daripada larutan anti septic.
NaCl yang di csmpur dengsn stibiotik
dspst mempercepat penyembuhan
luka akibat infeksi osteomelitis.
d. Lakukan nekrotomi pada jaringa
yang sudah mati d. Jaringan nekrotik dapat menghambat
penyembuhan luka
22
e. Rawat luka setiap hari atau setiap e. Member rasa nyaman pada klien dan
kali bila pembalut basah atau kotor dapat membantu peningkatan
pertumbuhan jaringan luka.
f. Hindarai pemakaian perawatan
luka yang sudah kontak dengan
klien osteomelitis, jangan f. Pengendalian infeksi nosokominal
digunakan lagi untuk melakukan dengan menghindari kontaminasi
perawtan luka pada klien lain langsung dari perawatan luka yang
tidak steril.
g. Gunakan perban elastic dan gips
pada luka yang disertai kerusakan
tulang atau pembekkan sendi. g. Pada klien osteomelitis dengan
kerusakan tulang, stabilitas formasi
tulang sangat labil. Gips dan perban
elastic dapat membantu memfiksasi
dan mengimobilisasi sehingga dapat
h. Evaluasi perban elastic terhadap mengurangi nyeri.
resolusi edema
h. Pemasangan perban elastic yang
terlalu kuat dapat menyebabkan
edema pada daerah distal dan juga
menambah nyeri padaa klien.
i. Evaluasi kerusakan jaringan dan
perkembangan pertumbuhan i. Adanya batasan waktu selama 7x24
jaringan dan lakukan perubahan jam dalam melakukan perawatan luka
intervensi bila pada waktu yang klien ostemelitis menjadi tolak ukurr
ditetapkan tidak ada perkembangan keberhasilan intervensi yang
jaringan yang optimal. diberikan . apabila masih belum
mencapai kreteria hasil, sebaiknya
kaji ulang faktor-faktor yang
menghambat pertumbuhan jaringan
luka.
23
2. Manajemen untuk mentukan anti
mikroba yang sesuai dengan kuman
2. Pemeriksaan kultur jaringan (pus) yang sensitive atau resisten terhadap
yang keluar dari luka. beberapa jenis antibiotic.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
24
4. Kaji respon abdomen setelah 4. Respon abdomen melipuit nadi, tekanan
beraktivitas darah, dan pernapasan yang meningkat
25
dapat memberikan rasa nyaman pada
pasien
Kolaborasi :
1. Antipiretik membantu mengontrol
1. Beriakn obat antipiretik sesuai peningkatan suhu tubuh
dengan anjuran
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
Tujuan / Hasil Pasien : Pola tidur kembali normal
Kriteria Evaluasi :Jumlah jam tidur tidak terganggu, insomnia
berkurang, adanya kepuasan tidur, pasien menunjukkan
kesejahteraan fisik dan psikologi
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
26
terjadi tepat
27
sesuai indikasi, rendhkan tempat keamanan dan dapat digunakan
tidur bila mungkin untuk membantu merubah posisi
Kolaborasi :
1. Mungkin diberikan untuk
1. Berikan sedatif, hipnotik sesuai membantu pasien tidur atau istirahat
indikasi selama periode transisi dari rumah
ke lingkungan baru
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
28
memerlukan evaluasi medik pemahaman kondisi dinamik
cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba,
dispnea, distres pernapasan lanjut.
4. Berulangnya pneumotorak
4. Kaji ulang praktik kesehatan yang /hemotorak memerlukan intervensi
baik, istirahat. medik untuk mencegah /
menurunkan potensial komplikasi.
Kolaborasi :
1. Mempertahanan kesehatan umum
1. Gunakan obat sedatif sesuai meningkatkan penyembuhan dan
dengan anjuran dapat mencegah
kekambuhan.rapeutik.
Banyak pasien yang membutuhkan
obat penenang untuk
mengontrol ansietasnya
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah
direncanakan
5. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan perencanaan berhasil di capai.
Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan :
a. Proses ( sumatif )
29
Fokusnya adalah aktifitas dari proses keperawatan dan
kualitas tindakan evaluasi dilaksanakan sesudah perencanaan
keperawatan.
b. Hasil ( formatif )
fokusnya adalah perubahan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan.
Evaluasi yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis
meliputi :
a. Mengalami peredaan nyeri
1.) Melaporkan berkurangnya nyeri
2.) Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
3.) Tidak mengalami ketidak nyamanan bila bergerak
b. Peningkatan mobilitas fisik
1.) Berpartisipasi dalam aktifitas perawatan diri
2.) Mempertahankan fungsi penuh ekstermitas yang sehat
3.) Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat
bantu dengan aman
c. Tidak terjadi perluasan infeksi
1) Memakai antibiotic sesuai resep
2) Suhu badan normal
3) Tidak ada pembengkakan
4) Tidak ada pus
5) Angka leukosit dan laju endap darah (LED) kembali
normal
d. Integritas kulit membaik
1) Menyatakan kenyamanan
2) Mempertahankan intergritas kulit
3) Mempertahankan proses penyembuhan dalam batas
normal
30
e. Mematuhi rencana terapeutik
1) Memakai antibiotic sesuai resep
2) Melindungi tulang yang lemah
3) Melakukan perawatan luka yang benar
4) Melaporkan bila ada masalah segera
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
31
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi
saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi
ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan
akibat trauma subklinis (tak jelas).
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi
cepat dan malaise umum).
Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen.
Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien
dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan
dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
3.2 Saran
1. Tenaga Keperawatan
Diharapkan mampu memahami tentang penatalaksanaan pada pasien
dengan osteomielitis.
2. Mahasiswa
32
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system
muskuloskletal. Jakarta: EGC
33
34