Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“LIMFOMA NON-HODGKIN (LNH)”


DI RUANG KEMUNING II RSUD DR SOETOMO

Pembimbing Akademik :
Lailatun Ni’mah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Pembimbing Klinik:
Sjenie F. Areros, SST

KELOMPOK 13

Nopen Trijatmiko, S.Kep.


Najla Khairunnisa, S.Kep.
Wahyu Agustin Eka Lestari, S.Kep.
Agi Putri Alfiyanti, S.Kep.
Heny Oktora Safitri, S.Kep.
Elly Ardianti., S.Kep.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
LIMFOMA NON-HODGKIN (LNH)
DI RUANG KEMUNING II RS. DR. SOETOMO

Topik : Limfoma Non-Hodgkin (LNH)


Sasaran : Keluarga pasien
Tempat : Ruang Kemuning II RSUD Dr. Soetomo - Surabaya
Hari/Tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019
Waktu : 60 menit
I. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dan
pengunjung dapat memahami apa itu LNH, bagaimana tanda dan gejala LNH serta
bagaimana pengobatan pada LNH sehingga keluarga mampu merawat pasien
dengan LNH.
II. Tujuan khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dan
pengunjung dapat menjelaskan kembali:
1. Pengertian LNH
2. Jenis LNH
3. Penyebab LNH
4. Tanda dan gejala LNH
5. Proses terjadinya LNH
6. Pemeriksaan LNH
7. Pengobatan LNH
8. Komplikasi LNH
9. Menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan
10. Pemilahan sampah di rumah sakit
III. Materi
1. Definisi LNH
2. Klasifikasi LNH
3. Etiologi LNH
4. Manifetasi Klinis LNH
5. Patofisiologi LNH
6. Pemeriksaan penunjang LNH
7. Penatalaksanaan LNH
8. Komplikasi LNH
9. Langkat tepat cuci tangan dan 5 moments
10. Pemilahan sampah rumah sakit
IV. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
V. Media
1. Flipchart
2. Leaflet
VI. Pengorganisasian
Pembimbing Klinik : Sjeni F. Areros, SST
Pembimbing Pendidikan : Lilatun Ni’mah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Penyaji : Nopen Trijatmiko,S.Kep dan Najla Khairunnisa,
S.Kep.
Moderator : Wahyu Agustin Eka, S.Kep
Observer : Agi Putri Alfiyanti, S.Kep
Fasilitator : Heny Oktora Safitri, S.Kep dan Elly Ardianti,
S.Kep
Job Description
1. Moderator
Mengarahkan jalannya acara
2. Penyaji
Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan
3. Observer
Mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan, mengevaluasi jalannya
penyuluhan
4. Fasilitator
Membantu dan memfasilitasi sekelompok orang memahami tujuan bersama
mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan
tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi
VII. Kegiatan Penyuluhan
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN
PESERTA

1 5 menit Pembukaan Mendengarkan


pembukaan yang
a) Membuka kegiatan dengan
disampaikan oleh
mengucapkan salam
moderator.
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
d) Menyebutkan materi yang akan
diberikan
e) Menyampaikan kontrak waktu
2 15 menit Pelaksanaan Mendengarkan dan
1. Menjelaskan materi memberikan umpan
penyuluhan secara berurutan balik tehadap materi
dan teratur: yang disampaikan.
(1) Definisi LNH
(2) Klasifikasi LNH
(3) Etiologi LNH
(4) Manifetasi Klinis LNH
(5) Patofisiologi LNH
(6) Pemeriksaan penunjang
LNH
(7) Penatalaksanaan LNH
(8) Komplikasi LNH
(9) Langkat tepat cuci tangan
dan 5 moments
(10) Pemilahan sampah
rumah sakit
3 20 menit Tanya jawab Mengajukan pertanyaan

Memberikan kesempatan kepada


peserta untuk bertanya tentang
materi yang kurang dipahami

3 10 menit Evaluasi Menjawab pertanyaan

Menanyakan kembali kepada peserta


tentang materi yang telah diberikan
dan reinforcement kepada peserta
yang dapat menjawab pertanyaan

4 10 menit Penutup Mendengarkan dengan


seksama dan menjawab
a) Mempersilahkan fasilitator dari
salam
pembimbing klinik dan
pembimbing akademik untuk
menambahkan ataupun
menjelaskan kembali jawaban
pertanyaan peserta yang belum
terjawab.
b) Menjelaskan kesimpulan dari
materi penyuluhan
c) Ucapan terima kasih
d) Salam penutup

VIII. Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi Struktur
a) Peserta hadir ditempat penyuluhan
b) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang Kemuning II RSUD
Dr. Soetomo Surabaya. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan
dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu
mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan
khusus

VII. Setting Tempat


Ruang Selasar Kemuning II RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Keterangan :
: Pemateri : Pembimbing

: Moderator : Obsever

: Fasilitator : Peserta
LAMPIRAN MATERI
LIMFOMA NON-HODGKIN (LNH)

I. Definisi
Limfoma Non-Hodgkin (LNH) adalah kelompok keganasan (kanker)
yang berasal dari sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke
seluruh tubuh. Keganasan primer limfosit yang dapat berasal dari limfosit
B, limfosit T dan kadang (amat jarang) berasal dari sel NK (natural killer)
yang berada dalam sistem limfe yang sangat bermacam-macam baik dari
gejala, perjalanan klinis, respon terhadap pengobatan, maupun faktor yang
memperberat (Mengko, 2009).

LNH Colli adalah keganasan dari sistem kelenjar getah bening yang
timbul pada area leher biasanya ditandai dengan benjolan yang semakin
membesar pada area leher dan disertai dengan nyeri atau tidak nyeri
(Mengko, 2009).

II. Klasifikasi
Limfoma non-Hodgkin terbagi menjadi 4 stadium dan ditentukan
berdasarkan penyebaran sel kanker, yaitu:

1. Stadium 1 – kanker menyerang salah satu kelompok kelenjar getah


bening, misalnya hanya kelompok kelenjar getah bening pada lipat
paha atau leher.
2. Stadium 2 – kanker menyerang dua kelompok kelenjar getah bening
atau lebih, namun masih satu bagian tubuh. Bagian tubuh dalam
stadium limfoma dipisahkan oleh diafragma, yaitu di atas atau di
bawah diafragma. Diafragma adalah otot yang membatasi rongga
perut dan rongga dada.
3. Stadium 3 – kanker sudah berada di kelompok kelenjar getah bening
di atas dan di bawah diafragma.
4. Stadium 4 – kanker sudah menyebar keluar dari sistem limfatik dan
masuk ke sumsum tulang atau organ lain, seperti hati atau paru-paru.

III. Etiologi
Sebagian besar LNH tidak diketahui. Secara pasti penyebabnya
(idiopatik), Namun terdapat beberapa fakkor resiko terjadinya LNH antara
lain (Friel, 1996) :

1. Genetik : terjadinya mutasi gen yang menyebabkan kegagalan


pembentukan sel pada kelenjar getah bening sehingga terjadi
pertumbuhan sel yang abnormal.
2. Imunodefisiensi : kelainan sistem imun langka yang berhubungan
dengan terjadinya LNH antara lain adalah severe combined
immunodeficiency, hypogammaglobulinemia, common variable
immunodeficiency. Limfoma yang berhubungan dengan kelainan
kelainan tersebut seringkali dihubungkan pula dengan epstein Barr
virus (EBV) dan jenisnya beragam.
3. Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering
dihubugkan dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan
dan pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut
organik.
4. Diet dan paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang
mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang
terkena paparan sinar UV.

IV. Manifestasi Klinis


Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu (Kemenkes RI,
2016) :
1. Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit.
2. Demam lebih dari 1 minggu tanpa sebab yang jelas
3. Keringat malam banyak.
4. Rasa lelah yang dirasakan terus menerus.
5. Gangguan pencernaan dan nyeri perut.
6. Hilangnya nafsu makan
7. Penurunan berat badan >10% dalam 6 bulan
8. Anemia
9. Nyeri tulang.
10. Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang
terkena.
V. Patofisiologi
Beberapa faktor resiko yang diperkirakan dapat menyebabkan
terjadinya limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin seperti infeksi virus-virus
seperti virus Epstein-Berg, Sitomegalovirus, HIV, HHV-6, defisiensi imun,
bahan kimia, mutasi spontan, radiasi, kemoterapi, awalnya menyerang sel
limfosit yang ada di kelenjar getah bening sehingga sel-sel limfosit tersebut
membelah secara abnormal atau terlalu cepat dan membentuk
tumor/benjolan (Mengko, S & Surarso, B 2009) Tumor dapat mulai di
kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra
nodal). Proliferasi abnormal tumor tersebut dapat memberi kerusakan
penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Apabila sel
tersebut menyerang kelenjar limfe maka akan terjadi Limphadenophaty.

Dampak dari proliferasi sel darah putih yang tidak terkendali, sel
darah merah akan terdesak, jumlah sel eritrosit menurun dibawah normal
yang disebut anemia. Selain itu populasi limfoblast yang sangat tinggi juga
akan menekan jumlah sel trombosit 3 dibawah normal yang disebut
trombositopenia. Bila kedua keadaan terjadi bersamaan, hal itu akan disebut
bisitopenia yang menjadi salah satu tanda kanker darah. Gejala awal yang
dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di suatu tempat
(misalnya leher atau selangkangan)atau di seluruh tubuh. Kelenjar
membesar secara perlahan dan biasanya tidak menyebabkan nyeri. Kadang
pembesaran kelenjar getah bening di tonsil (amandel) menyebabkan
gangguan menelan.

Pembesaran kelenjar getah bening jauh di dalam dada atau perut bisa
menekan berbagai organ dan menyebabkan: gangguan pernafasan,
berkurangnya nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut, pembengkakan
tungkai. Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukimia.
Limfoma non hodgkin lebih mungkin menyebar ke sumsum tulang, saluran
pencernaan dan kulit. Pada anakanak, gejala awalnya adalah masuknya sel-
sel limfoma ke dalam sumsum tulang, darah, kulit, usus, otak, dan tulang
belekang; bukan pembesaran kelenjar getah bening. Masuknya sel limfoma
ini menyebabkan anemia, ruam kulit dan gejala neurologis (misalnya
delirium, penurunan kesadaran). Secara kasat mata penderita tampak pucat,
badan seringkali hangat dan merasa lemah tidak berdaya, selera makan
hilang, berat badan menurun disertai pembengkakan seluruh kelenjar getah
bening : leher, ketiak, lipat paha, dll.

VI. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan diagnostic LNH menurut Kemenkes dalam Panduan
Penatalaksanaan Limfoma Non Hodgin antara lain:
1. Biopsi eksisional atau core biopsy
a. Biopsi KGB dilakukan cukup pada 1 kelenjar yang paling
representatif, superfisial, dan perifer. Jika terdapat kelenjar
superfisial/perifer yang paling representatif, maka tidak perlu
biopsi intraabdominal atau intratorakal. Kelenjar getah bening
yang disarankan adalah dari leher dan supraclavicular, pilihan
kedua adalah aksila dan pilihan terakhir adalah inguinal.
b. Diagnosis awal harus ditegakkan berdasarkan histopatologi dan
tidak cukup hanya dengan sitologi. Pada kondisi tertentu dimana
KGB sulit dibiopsi, maka kombinasi core biopsy FNAB bersama-
sama dengan teknik lain (IHK, Flowcytometri `dan lain-lain)
mungkin dapat mencukupi untuk diagnosis.
2. Laboratorium
a. Darah Perifer Lengkap (DPL) : Hb, Ht, leukosit,trombosit, LED,
hitung jenis
b. Gambaran Darah Tepi (GDT) : morfologi sel darah o Analisis urin
: urin lengkap
c. Kimia klinik:
 SGOT, SGPT, Bilirubin (total/direk/indirek), LDH, protein
total, albumin-globulin
 Alkali fosfatase, asam urat, ureum, kreatinin
 Gula darah sewaktu
 Elektrolit: Na, K, Cl, Ca, P
 HIV, TBC, Hepatitis C (anti HCV, HBsAg)
d. Khusus:
 Gamma GT
 Serum Protein Elektroforesis (SPE)
 Imunoelektroforesa (IEP)
 Tes Coomb
 B2 mikroglobulin
3. Aspirasi Sumsum Tulang (BMP) dan biopsi sumsum tulang dari 2 sisi
spina illiaca dengan hasil spesimen minimal panjang 1.5 cm, dan
disarankan 2 cm.
4. Radiologi
CT Scan thorak/abdomen. Bila fasilitas tersedia, dapat dilakukan PET
CT Scan.
5. Konsultasi THT
Bila Cincin Waldeyer terkena dilakukan laringoskopi.
6. Cairan tubuh lain (Cairan pleura, cairan asites, cairan liquor
serebrospinal)
Jika dilakukan pungsi/aspirasi diperiksa sitologi dengan cara cytospin,
disamping pemeriksaan rutin lainnya.
7. Konsultasi jantung
Menggunakan echogardiogram untuk melihat fungsi Jantung

VII. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan LNH menurut Kemenkes dalam Panduan
Penatalaksanaan Limfoma Non Hodgin adalah bergantung pada beberapa
hal, antara lain: tipe limfoma (jenis histologi), stadium, sifat tumor
(indolen/agresif), usia, dan keadaan umum pasien.
1. LNH INDOLEN / Low grade: (Ki-67 < 30%), yang termasuk dalam
kelompok ini adalah:
a. SLL/small lymphocytic lymphoma/CLL =chronic lymphocytic
lymphoma
b. MZL (marginal zone lymphoma), nodal, ekstranodal dan splenic)
c. Lymphoplasmacytic lymphoma
d. Follicular lymphoma gr 1-2
e. Mycosis Fungoides
f. Primary cutaneous anaplastic large cell lymphoma )
(1) LNH INDOLEN STADIUM I DAN II
Radioterapi memperpanjang disease free survival pada beberapa
pasien. Standar pilihan terapi :
a) Iradiasi
b) Kemoterapi dilanjutkan dengan radiasi
c) Kemoterapi (terutama pada stadium ≥2 menurut kriteria GELF)
d) Kombinasi kemoterapi dan imunoterapi
e) Observasi

(2) LNH INDOLEN / low grade STADIUM II bulky, III, IV


Terapi yang dapat diberikan:
a) Rituximab dapat diberikan sebagai kombinasi terapi lini pertama
yaitu R-CVP. Pada kondisi dimana Rituximab tidak dapat
diberikan maka kemoterapi kombinasi merupakan pilihan
pertama misalnya: COPP, CHOP dan FND.
b) Purine nucleoside analogs (Fludarabin) pada LNH primer
c) Alkylating agent oral (dengan/tanpa steroid), bila kemoterapi
kombinasi tidak dapat diberikan/ditoleransi (cyclofosfamid,
chlorambucil)
d) Rituximab maintenance dapat dipertimbangkan
e) Kemoterapi intensif ± Total Body irradiation (TBI) diikuti
dengan stem cell resque dapat dipertimbangkan pada kasus
tertentu
f) Raditerapi paliatif, diberikan pada tumor yang besar (bulky)
untuk mengurangi nyeri/obstruksi.
(3) LNH INDOLEN/ low grade RELAPS
Standar pilihan terapi:
a) Radiasi paliatif
b) Kemoterapi
c) Transplantasi sumsum tulang

2. LNH AGRESIF / High grade: (Ki-67 > 30%) Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah:
a. MCL (Mantle cell lymphoma, pleomorphic variant)
b. Diffuse large B cell lymphoma, Follicular lymphoma gr III, B cell
lymphoma unclassifiable with features between diffuse large B cell
and Burkitt,
c. T cell lymphomas
(1) LNH STADIUM I DAN II
Pada kondisi tumor non bulky (diameter tumor <7.5cm) dengan
kriteria: pasien muda risiko rendah atau rendah- menengah (aaIPI
score ≤1) dan risiko tinggi atau menengah-tinggi (aaIPI ≥2), bila
fasilitas memungkinkan, kemoterapi kombinasi R-CHOP 6 siklus
merupakan protokol standar saat ini serta dapat dipertimbangkan
pemberian radioterapi (untuk konsolidasi), atau kemoterapi 3 siklus
dilanjutkan dengan radioterapi.
(2) LNH STADIUM I-II (BULKY), III DAN IV
a) Bila memungkinkan, pemberian kemoterpi RCHOP 6siklus ±
radioterapi konsolidasi, dipertimbangkan pada stadium I dan II
b) Uji klinik pada stadium III dan IV
(3) LNH REFRAKTER/RELAPS
a) Pasien LNH refrakter yang gagal mencapai remisi, dapat
diberikan terapi salvage dengan radioterapi jika area yang
terkena tidak ekstensif. Terapi pilihan bila memungkinakan
adalah kemoterapi salvage diikuti dengan transplantasi sumsum
tulang
b) Kemoterapi salvage seperti R-DHAP maupun R-ICE
3. LNH “LEUKEMIA-LIKE”: Lymphoblastic, Burkitt, “double hit”
lymphoma.
High dose chemotherapy plus radioterapi diikuti dengan transplantasi
sumsum tulang.

VIII. Komplikasi

1. Melemahnya sistem kekebalan tubuh.


Kondisi ini membuat seseorang rentan terserang infeksi penyakit. Infeksi
penyakit menimbulkan gejala berupa demam, sakit kepala, nyeri otot, diare,
dan kelelahan.
2. Ketidaksuburan
Komplikasi ini terjadi akibat prosedur kemoterapi dan radioterapi yang
dijalani pengidap. Ketidaksuburan berlangsung sementara atau bersifat
permanen. Pada beberapa kasus, dokter mengambil sampel sperma dan sel
telur sebelum pelaksanaan kemoterapi atau radioterapi.
3. Berkembangnya jenis kanker lain.
Dapat terjadi kanker baru seperti: kanker darah (leukemia), kanker paru, dan
kanker jenis lainnya. Biasanya kanker muncul beberapa tahun setelah
kemoterapi atau radioterapi dilakukan.
4. Risiko masalah kesehatan lain seperti penyakit kardiovaskular, paru-paru,
ginjal, diabetes, hingga katarak.

IX. Mencuci Tangan dengan Baik dan Benar

1. Cuci tangan dengan cara yang benar di saat yang tepat


Tangan merupakan media transmisi patogen tersering di RS.
Menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan dengan baik dan benar
dapat mencegah penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi
infeksi nosokomial. Teknik yang digunakan adalah teknik cuci tangan
6 langkah. Dapat memakai sabun dan air mengalir atau handrub
berbasis alkohol.
2. Kapan Mencuci Tangan?
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptik dan bersih
3) Setelah terpapar cairan tubuh pasien
4) Setelah kontak dengan pasien
5) Setelah terpapar dengan benda-benda disekitar pasien
3. Alternatif Kebersihan Tangan
Handrub berbasis alkohol 70% :
a. Pada tempat dimana akses wastafel dan air bersih terbatas
b. Tidak mahal, mudah didapat dan mudah dijangkau
c. Dapat dibuat sendiri (gliserin 2 ml dan 100 ml alkohol 70 %)
d. Jika tangan terlihat kotor, mencuci tangan air bersih mengalir dan
sabun harus dilakukan
e. Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik,
sehingga jika tangan kotor harus mencuci tangan sabun dan air
mengalir
f. Setiap 5 kali aplikasi Handrub harus mencuci tangan sabun dan air
mengalir
g. Mencuci tangan sabun biasa dan air bersih mengalir sama
efektifnya mencuci tangan sabun antimikroba
h. Sabun biasa mengurangi terjadinya iritasi kulit
4. Enam langkah kebersihan tangan:
Langkah 1 : Gosokkan kedua telapak tangan dan ratakan sabun/
handrub
Langkah 2 : Gosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan
kanan dan lakukan sebaliknya
Langkah 3 : Gosokkan kedua telapak tangan dengan jari-jari tangan
saling menyilang
Langkah 4 : Gosok ruas-ruas jari tangan kiri dengan ibu jari tangan
kanan dan lakukan sebaliknya
Langkah 5 : Gosok Ibu jari tangan kiri dengan telapak tangan kanan
secara memutar, dan lakukan sebaliknya
Langkah 6 : Gosokkan semua ujung-ujung jari tangan kanan di atas
telapak tangan kiri, dan lakukan sebaliknya
X. Pemilahan sampah di RS

Sampah Rumah Sakit atau disebut juga limbah padat Rumah Sakit adalah
sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang
yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan
umumnya bersifat padat (Azwar, 1990).
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang
berbentuk padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis
padat dan non medis.
1) Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di luar
medis seperti botol bekas, plastik bekas, kertas, bungkus makan.
Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik hitam.
2) Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari :
a. limbah infeksius dan limbah patologi, penyimpanannya pada tempat
sampah berplastik kuning.
b. limbah farmasi (obat kadaluarsa), penyimpanannya pada tempat
sampah berplastik coklat.
c. limbah sitotoksis adalah limbah berasal dari sisa obat pelayanan
kemoterapi. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik ungu.
d. Limbah medis padat tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet
dan alat medis lainnya. Penyimpanannya pada safety box/container.
e. Limbah radioaktif adalah limbah berasal dari penggunaan medis
ataupun riset di laboratorium yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif.
Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik merah.
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN MAHASISWA
PROGRAM PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kriteria Stuktur √ Kriteria Proses √ Kritera Hasil √
a. Kontrak waktu dan Pembukaan: a. Peserta yang
tempat diberikan a. Mengucapkan salam dan hadir  7
satu hari sebelum memperkenalkan diri orang
acara dilakukan b. Menyampaikan tujuan dan b. Acara dimulai
b. Pengumpulan SAP maksud penyuluhan tepat waktu
dilakukan satu hari c. Menjelaskan kontrak waktu dan c. Peserta
mekanisme mengikuti
sebelum
acara sesuai
pelaksanaan d. Menyebutkan materi penyuluhan
dengan aturan
penyuluhan yang
c. Peserta hadir pada Pelaksanaan:
disepakati
tempat yang telah a. Menggali pengetahuan dan
d. Peserta
ditentukan Pengalaman sasaran penyuluhan memahami
d. Penyelenggaraan tentang LNH materi yang
penyuluhan b. Menjelaskan materi penyuluhan telah
dilakukan oleh c. Memberikan kesempatan kepada disampaikan
mahasiswa sasaran penyuluhan untuk dan menjawab
bekerjasama mengajukan pertanyaan mengenai pertanyaan
materi yang disampaikan dengan benar
dengan Tim PKRS
Ruang Kemuning d. Menjawab pertanyaan yang
2 RSUD Dr. diajukan oleh peserta penyuluhan
Soetomo Surabaya e. Peserta antusias dalam mengikuti
e. Pengorganisasian penyuluhan
penyelenggaraan f. Peserta mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan penyuluhan
dilakukan sebelum dengan seksama
dan saat
penyuluhan
dilaksanakan

Observer

(Agi Putri Alfiyanti)


LEMBAR NOTULEN

Topik : LNH
Ruang : Ruang Kemuning II RSUD Dr.Soetomo Surabaya
Hari,tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019
Waktu : 10.00-selesai

Jam Kegiatan Diskusi


1. Nama Penanya : P. Hariyono

Pertanyaan :

Jawaban :
.

2. Nama Penanya :

Pertanyaan :

Jawaban

Surabaya, 17 Oktober 2019


Notulen

(Agi Putri Alfiyanti)


DAFTAR PUSTAKA

Bakti S., Mengko, S.K. 2009. Patogenesislimfoma Non Hodgkin Ekstra Nodal Kepala
dan Leher. Jurnal THT-KL.Vol.2, No.1, hlm 32-47.

Depkes RI. 2009. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 382/Menkes/2007.
Jakarta: Kemenkes RI

Friel JP. Kamus Kedokteran Dorland. Alih bahasa: Tim penerjemah EGC. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC,1996:1447

Kemenkes, RI. Panduan Penatalaksanaan Limfoma Non-Hodgkin. Komite


Penanggulangan Kanker Nasional. Diakses pada 7 oktober 2019 pukul 21.00 WIB
di http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKLimfoma.pdf.

Kemenkes RI. 2016. Panduan Nasional Penanganan Kanker Limfoma Non-Hodgkin.


Jakarta : KPKN
Mengko, S & Surarso, B. 2009. Patogenesis Limfoma Non Hodgkin Ekstra Nodal
Kepala dan Leher. Jurnal THT-KL. Vol 2. No. 1 :32-47

World Health Organization (2007). WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care
(Advanced Draft): A Summary

Anda mungkin juga menyukai