Pembimbing Akademik :
Lailatun Ni’mah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Pembimbing Klinik:
Sjenie F. Areros, SST
KELOMPOK 13
Keterangan :
: Pemateri : Pembimbing
: Moderator : Obsever
: Fasilitator : Peserta
LAMPIRAN MATERI
LIMFOMA NON-HODGKIN (LNH)
I. Definisi
Limfoma Non-Hodgkin (LNH) adalah kelompok keganasan (kanker)
yang berasal dari sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke
seluruh tubuh. Keganasan primer limfosit yang dapat berasal dari limfosit
B, limfosit T dan kadang (amat jarang) berasal dari sel NK (natural killer)
yang berada dalam sistem limfe yang sangat bermacam-macam baik dari
gejala, perjalanan klinis, respon terhadap pengobatan, maupun faktor yang
memperberat (Mengko, 2009).
LNH Colli adalah keganasan dari sistem kelenjar getah bening yang
timbul pada area leher biasanya ditandai dengan benjolan yang semakin
membesar pada area leher dan disertai dengan nyeri atau tidak nyeri
(Mengko, 2009).
II. Klasifikasi
Limfoma non-Hodgkin terbagi menjadi 4 stadium dan ditentukan
berdasarkan penyebaran sel kanker, yaitu:
III. Etiologi
Sebagian besar LNH tidak diketahui. Secara pasti penyebabnya
(idiopatik), Namun terdapat beberapa fakkor resiko terjadinya LNH antara
lain (Friel, 1996) :
Dampak dari proliferasi sel darah putih yang tidak terkendali, sel
darah merah akan terdesak, jumlah sel eritrosit menurun dibawah normal
yang disebut anemia. Selain itu populasi limfoblast yang sangat tinggi juga
akan menekan jumlah sel trombosit 3 dibawah normal yang disebut
trombositopenia. Bila kedua keadaan terjadi bersamaan, hal itu akan disebut
bisitopenia yang menjadi salah satu tanda kanker darah. Gejala awal yang
dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di suatu tempat
(misalnya leher atau selangkangan)atau di seluruh tubuh. Kelenjar
membesar secara perlahan dan biasanya tidak menyebabkan nyeri. Kadang
pembesaran kelenjar getah bening di tonsil (amandel) menyebabkan
gangguan menelan.
Pembesaran kelenjar getah bening jauh di dalam dada atau perut bisa
menekan berbagai organ dan menyebabkan: gangguan pernafasan,
berkurangnya nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut, pembengkakan
tungkai. Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukimia.
Limfoma non hodgkin lebih mungkin menyebar ke sumsum tulang, saluran
pencernaan dan kulit. Pada anakanak, gejala awalnya adalah masuknya sel-
sel limfoma ke dalam sumsum tulang, darah, kulit, usus, otak, dan tulang
belekang; bukan pembesaran kelenjar getah bening. Masuknya sel limfoma
ini menyebabkan anemia, ruam kulit dan gejala neurologis (misalnya
delirium, penurunan kesadaran). Secara kasat mata penderita tampak pucat,
badan seringkali hangat dan merasa lemah tidak berdaya, selera makan
hilang, berat badan menurun disertai pembengkakan seluruh kelenjar getah
bening : leher, ketiak, lipat paha, dll.
VII. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan LNH menurut Kemenkes dalam Panduan
Penatalaksanaan Limfoma Non Hodgin adalah bergantung pada beberapa
hal, antara lain: tipe limfoma (jenis histologi), stadium, sifat tumor
(indolen/agresif), usia, dan keadaan umum pasien.
1. LNH INDOLEN / Low grade: (Ki-67 < 30%), yang termasuk dalam
kelompok ini adalah:
a. SLL/small lymphocytic lymphoma/CLL =chronic lymphocytic
lymphoma
b. MZL (marginal zone lymphoma), nodal, ekstranodal dan splenic)
c. Lymphoplasmacytic lymphoma
d. Follicular lymphoma gr 1-2
e. Mycosis Fungoides
f. Primary cutaneous anaplastic large cell lymphoma )
(1) LNH INDOLEN STADIUM I DAN II
Radioterapi memperpanjang disease free survival pada beberapa
pasien. Standar pilihan terapi :
a) Iradiasi
b) Kemoterapi dilanjutkan dengan radiasi
c) Kemoterapi (terutama pada stadium ≥2 menurut kriteria GELF)
d) Kombinasi kemoterapi dan imunoterapi
e) Observasi
2. LNH AGRESIF / High grade: (Ki-67 > 30%) Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah:
a. MCL (Mantle cell lymphoma, pleomorphic variant)
b. Diffuse large B cell lymphoma, Follicular lymphoma gr III, B cell
lymphoma unclassifiable with features between diffuse large B cell
and Burkitt,
c. T cell lymphomas
(1) LNH STADIUM I DAN II
Pada kondisi tumor non bulky (diameter tumor <7.5cm) dengan
kriteria: pasien muda risiko rendah atau rendah- menengah (aaIPI
score ≤1) dan risiko tinggi atau menengah-tinggi (aaIPI ≥2), bila
fasilitas memungkinkan, kemoterapi kombinasi R-CHOP 6 siklus
merupakan protokol standar saat ini serta dapat dipertimbangkan
pemberian radioterapi (untuk konsolidasi), atau kemoterapi 3 siklus
dilanjutkan dengan radioterapi.
(2) LNH STADIUM I-II (BULKY), III DAN IV
a) Bila memungkinkan, pemberian kemoterpi RCHOP 6siklus ±
radioterapi konsolidasi, dipertimbangkan pada stadium I dan II
b) Uji klinik pada stadium III dan IV
(3) LNH REFRAKTER/RELAPS
a) Pasien LNH refrakter yang gagal mencapai remisi, dapat
diberikan terapi salvage dengan radioterapi jika area yang
terkena tidak ekstensif. Terapi pilihan bila memungkinakan
adalah kemoterapi salvage diikuti dengan transplantasi sumsum
tulang
b) Kemoterapi salvage seperti R-DHAP maupun R-ICE
3. LNH “LEUKEMIA-LIKE”: Lymphoblastic, Burkitt, “double hit”
lymphoma.
High dose chemotherapy plus radioterapi diikuti dengan transplantasi
sumsum tulang.
VIII. Komplikasi
Sampah Rumah Sakit atau disebut juga limbah padat Rumah Sakit adalah
sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang
yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan
umumnya bersifat padat (Azwar, 1990).
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang
berbentuk padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis
padat dan non medis.
1) Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di luar
medis seperti botol bekas, plastik bekas, kertas, bungkus makan.
Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik hitam.
2) Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari :
a. limbah infeksius dan limbah patologi, penyimpanannya pada tempat
sampah berplastik kuning.
b. limbah farmasi (obat kadaluarsa), penyimpanannya pada tempat
sampah berplastik coklat.
c. limbah sitotoksis adalah limbah berasal dari sisa obat pelayanan
kemoterapi. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik ungu.
d. Limbah medis padat tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet
dan alat medis lainnya. Penyimpanannya pada safety box/container.
e. Limbah radioaktif adalah limbah berasal dari penggunaan medis
ataupun riset di laboratorium yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif.
Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik merah.
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN MAHASISWA
PROGRAM PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kriteria Stuktur √ Kriteria Proses √ Kritera Hasil √
a. Kontrak waktu dan Pembukaan: a. Peserta yang
tempat diberikan a. Mengucapkan salam dan hadir 7
satu hari sebelum memperkenalkan diri orang
acara dilakukan b. Menyampaikan tujuan dan b. Acara dimulai
b. Pengumpulan SAP maksud penyuluhan tepat waktu
dilakukan satu hari c. Menjelaskan kontrak waktu dan c. Peserta
mekanisme mengikuti
sebelum
acara sesuai
pelaksanaan d. Menyebutkan materi penyuluhan
dengan aturan
penyuluhan yang
c. Peserta hadir pada Pelaksanaan:
disepakati
tempat yang telah a. Menggali pengetahuan dan
d. Peserta
ditentukan Pengalaman sasaran penyuluhan memahami
d. Penyelenggaraan tentang LNH materi yang
penyuluhan b. Menjelaskan materi penyuluhan telah
dilakukan oleh c. Memberikan kesempatan kepada disampaikan
mahasiswa sasaran penyuluhan untuk dan menjawab
bekerjasama mengajukan pertanyaan mengenai pertanyaan
materi yang disampaikan dengan benar
dengan Tim PKRS
Ruang Kemuning d. Menjawab pertanyaan yang
2 RSUD Dr. diajukan oleh peserta penyuluhan
Soetomo Surabaya e. Peserta antusias dalam mengikuti
e. Pengorganisasian penyuluhan
penyelenggaraan f. Peserta mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan penyuluhan
dilakukan sebelum dengan seksama
dan saat
penyuluhan
dilaksanakan
Observer
Topik : LNH
Ruang : Ruang Kemuning II RSUD Dr.Soetomo Surabaya
Hari,tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019
Waktu : 10.00-selesai
Pertanyaan :
Jawaban :
.
2. Nama Penanya :
Pertanyaan :
Jawaban
Bakti S., Mengko, S.K. 2009. Patogenesislimfoma Non Hodgkin Ekstra Nodal Kepala
dan Leher. Jurnal THT-KL.Vol.2, No.1, hlm 32-47.
Depkes RI. 2009. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 382/Menkes/2007.
Jakarta: Kemenkes RI
Friel JP. Kamus Kedokteran Dorland. Alih bahasa: Tim penerjemah EGC. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC,1996:1447
World Health Organization (2007). WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care
(Advanced Draft): A Summary