Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ASKEP TRAUMA ABDOMEN

Disusun Oleh:
Kelompok 11:

Ni Ketut Anggreyani P07220222091


Sismayanty P07220222102
Muiswanahsuhton P07220222116

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHTAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
KEPERAWATAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karuniaNya sehingga kami dapat menyusun makalah ini, Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Ns.Frana Andrianur S.Kep.
M.Kep dan teman–teman semua yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Gadar Endokrin Digestif & Urogenital .

Penulis menyadari akan kekurangan dari tulisan ini, oleh karena itu
diharapkan kritik dan sarannya guna penulisan selanjutnya yang lebih baik lagi.
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya
Sangatta, 11 Februari 2023

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan ................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
D. Manfaat ......................................................................................................... 3
Bab II Tinjauan Teori .............................................................................................. 4
A. Konsep dasar Trauma Abdomen............................................................... 4
1. Definisi..................................................................................................... 4
2. Etiologi .................................................................................................... 5
3. Tanda dan Gejala ................................................................................... 6
4. Pathways ................................................................................................. 7
5. Penatalaksanaan ..................................................................................... 7
B. Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen .................................................. 10
1. Pengkajian ............................................................................................. 10
2. Diagnosa .................................................................................................. 11
3. Intervensi ................................................................................................ 12
C. Trend dan Issue Trauma Abdomen ........................................................... 15
Bab III Penutup ........................................................................................................ 18
A. Kesimpulan ................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-
otot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di
sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau
costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga
dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau
rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan
membran serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis.
Membran ini juga membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi
peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ,
seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan.
Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari
saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum,
umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna seperti:
hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti:
ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti
limpa (lien).
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan
keadaan klinik akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul
mendadak dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berpa tindakan beda, misalnya pada
obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi
jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi
rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit
karena adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada
abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada

1
2

trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya


menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas
tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk
terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini
kita mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun
ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada
daerah abdomen.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas
biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma
tusuk. Walaupun tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya
Computed Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih merupakan
tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan
secara optimal.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-
trauma, gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat
sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat
menetapkan diagnosis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari trauma abdomen?
2. Bagaimana klasifikasi trauma abdomen?
3. Apasaja tanda dan gejala trauma abdomen?
4. Bagaimana patofisiologi trauma abdomen?
5. Apasaja yang terjadi trend dan issue pada kegawatdaruratan trauma
abdomen?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Keperawatan Gadar Endokrin Digesif & Urogenital, dan
untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang trauma
3

abdomen dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma


abdomen.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari trauma abdomen.
b. Untuk mengetahui klasifikasi trauma abdomen.
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala trauma abdomen.
d. Untuk mengetahui patofisiologi trauma abdomen.
e. Mengetahui apa yang terjadi trend dan issue pada kegawatan
trauma abdomen.
D. Manfaat
1. Untuk membantu pasien dalam memecahkan masalah-masalah
keperawatan atau gangguan-gangguan yang dialami pasien trauma
pada pasien dengan trauma abdomen.
2. Untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang Trauma Abdomen
dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar Trauma Abdomen
1. Definisi
Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga
abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga
abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau
berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh
darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah
Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2000).
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau
emosional (Dorland, 2002). Trauma abdomen adalah cedera pada
abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang
disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi
dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula
dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal
berbagai organ (Sjamsuhidayat, 1997).

4
5

2. Etiologi
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang
terjadi pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma
tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi
yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma
ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak
yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain
luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk,
akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal
diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak,
yaitu :
a. Paksaan/benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh
jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan
bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan,
deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari 50%
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
6

b. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam
rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan
oleh tusukan benda tajam atau luka tembak
3. Tanda dan Gejala
Gejala trauma abdomen bisa berbeda-beda dan tergantung pada jenis
yang dialami pasien :
a. Gejala trauma tumpul di abdomen
Gejala trauma tumpul sering tidak muncul seketika setelah terjadi
benturan. Tapi keluhan yang muncul bisa berupa:
1.) Sakit perut
2.) Memar pada lokasi benturan
3.) Perdarahan di saluran pencernaan bagian bawah
4.) Tanda-tanda vital yang tidak setabil, seperti denyut nadi yang
cepat, tekanan darah yang rendah, serta pernahasan abnormal.
5.) Nyeri yang menjalar kebahu kiri (bisa jadi gejala cedera pada
limpa).
6.) Hematuria, yakni darah dalam urine (bisa jadi gejala cedera
ginjal).

Karena keluhan yang jarang terlihat secara langsung diagnose


utama abdomen jenis ii sulit dikeluarkan dan kerap memakan
waktu.

b. Gejala trauma tembus di abdomen


Gejala trauma tembus ini umumnya bisa langsung terlihat.
Contohnya, perdarahan dari dalam abdomen dan munculnya
lubang atau luka didalam abdomen, meski begitu jenis keluhan
yang muncul bisa pula tergantung pada berbagai faktor mulai
dari jenis senjata, atau benda tajam yang terlibat letak dan besar
cedera organ mana yang terluka serta jumlah luka. Penderita
7

mungkin akan mengalami kehilangan darah dan pingsa, serta bisa


berakibat fatal jika tidak ditangani dengan segera.
4. Pathways

5. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, (2002) penatalaksanaan adalah :
a. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam
rongga peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi
b. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung
pada trauma abdomen
c. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
8

d. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada


trauma tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
e. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan
hebat yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda
perlukaan abdomen lainnya memerlukan pembedahan
f. Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang
berlangsung. Gumpalan kassa dapat menghentikan perdarahan
yang berasal dari daerah tertentu, tetapi yang lebih penting adalah
menemukan sumber perdarahan itu sendiri
g. Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan
mengisolasikan bagian usus yang terperforasi tadi dengan
mengklem segera mungkin setelah perdarahan teratasi.
Sedangkan menurut (Hudak & Gallo, 2001). penatalaksanaannya
adalah :
a. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah
yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang
terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila
sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka
harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC
jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka
dan bersihkan jalan napas.
1.) Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas
menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan
kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang
dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.
2.) Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan
dengan menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak
lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau
tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban
(kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
3.) Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan
resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan
9

bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada


dan 2 kali bantuan napas).
4.) Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul):
a.) Stop makanan dan minuman
b.) Imobilisasi
c.) Kirim kerumah sakit
5.) Penetrasi (trauma tajam)
a.) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda
tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya
tim medis.
b.) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan
melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau
untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
c.) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ
tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam
tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut
dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
d.) Imobilisasi pasien.
e.) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
f.) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
g.) Kirim ke rumah sakit.
b. Hospital

1.) Trauma penetrasi


Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen,
seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa
lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka.
Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka
keluar yang berdekatan.
2.) Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan
adanya udara intra peritonium. Serta rontgen abdomen sambil
tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara
retro peritoneum.
3.) IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan
untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada
4.) Uretrografi
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
10

5.) Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada:
a.) Fraktur pelvis
b.) Trauma non – penetrasi
c. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit:
1.) Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk
pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan
laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potasium, glukosa, amilase.
2.) Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior
dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada
penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk
mengetahui udara ekstraluminal di retro peritoneum atau udara
bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan
laparotomi segera.
3.) Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum,
kolon ascendensatau decendens dan dubur.

B. Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen


1. Pengkajian
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan
singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart (2001), adalah :
a. Aktifitas/istirahat
1.) Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
2.) Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam
keseim Bangan cedera (trauma)
b. Sirkulasi
1.) Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), polanapas
(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
c. Integritas ego
1.) Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian
(tenang atau dramatis)
11

2.) Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.


d. Eliminasi
1.) Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau
mengalami gangguan fungsi.
e. Makanan dan cairan
1.) Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan
Selera makan.
2.) Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
f. Neurosensori.
1.) Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
2.) Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma,
perubahan status mental,Kesulitan dalam menentukan
posisi tubuh.
g. Nyeri dan kenyamanan
1.) Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan
lokasi yang berbeda, biasanya lama.
2.) Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
h. Pernafasan
1.) Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
i. Keamanan
1.) Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
2.) Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan
rentang gerak.
2. Diagnosa
a. Hypovolemia (D.0023)
b. Nyeri akut (D.0077)
c. Gangguan integritas kulit/jaringan (D. 0129)
d. Resiko infeksi (D. 0142)
e. Resiko ketidakseimbangan cairan (D. 0036)
f. Resiko deficit nutrisi (D.0032)
12

3. Intervensi
No Diagnosa SLKI SIKI
1. Hipovolemia (D.0023) — (L.03028) Manajemen Hipovolemia (I.03116)
Setelah dilakukan intervensi - Observasi
keperawatan diharapkan Status 1. Periksa tanda dan gejala
Cairan membaik dengan kriteria hipovolemia
hasil: 2. Monitor intake dan output cairan
— Turgor kulit meningkat
— Output urine meningkat - Terapeautik
— Pengisian vena meningkat 1. Hitung kebutuhan cairan
— Perasaan lemah menurun 2. Berikan posisi modified
— Keluhan haus menurun trendelenburg
— Konsentrasi urine menurun 3. Berikan asupan cairan oral
— Intake cairan membaik
- Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak

- Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis
3. Kolaborasi pemberian cairan
koloid.
2. D.0077 L.08066 I.08238 : Manajemen nyeri
Nyeri akut b/d Agen Tingkat nyeri menurun dengan k/h - Observasi
pencedera fisiologis 1. Keluhan nyeri menurun (5) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
(neoplasma) d/d 2. Meringis menurun (5) durasi, frekuensi, kualitas dan
1. Tampak meringis 3. Sikap protektif menurun (5) intensitas nyeri
2. Bersikap protektif 4. Gelisah menurun (5) 2. Identifikasi skala nyerai
(mis. waspada, posisi 5. Kesulitan tidur menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri nonverval
menghindari nyeri) Frekuensi nadi membaik (5) 4. Identifikasi faktor yan
3. Gelisah memperberat dan memperingan
4. Frekuensi nadi nyeri
meningkat 5. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
- Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
(kompres hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang
13

memperberat nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
- Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan menggunakan anlgetik
secara tepat
4. Ajarkan teknik nn farmakologis
- Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian anlgetik jika
perlu

I.08243 : Pemberian anlgesik


- Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian anlgesik
dengan tingkat keparahan nyeri
4. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian anlgesik
5. Monitor efektifitas analgesik
- Terapeutik
1. Dokumentasikan respon terhadap
analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
- Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek
sampping obat
- Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis anlgesik sesuai indikasi

3. Gangguan intregritas kulit / L.14125 - Observasi


jaringan(.D,0129) - kerusakan kulit menurun 1. Monitor karakteristik luka ( mis
- kerusakan jaringan menurun drainase, warna, ukuran dan bau)
- nekrosis menurun 2. Monitor tanda - tanda infeksi
- Pertumbuhan rambut membaik
1. Terapeutik
14

1. Lepaskan balutandan plester


secara perlahan
2. Cukur rambut disekitar luka,jika
perlu.
3. Bersihkan jaringan nekrotik
4. berikan salep sesuai dengan
lesi/kulit.
5. pasang balutan sesuai dengan jenis
luka
6. jadwalkan perubahan posisi setiap
2 jam atau sesuai kondisi pasien.

Edukasi
1. anjurkan mengkomsusi makanan
tinggi kalori dan protein
2. Ajarkan prosedur perwatan luka
secara mandiri

Kolaborasi
1. kolaborasi prosedur debridement (
biologis, mekanisme).

4. Risiko infeksi(D.0142) — intervensi Utama: Observasi:


— Manajemen 1. Identifikasi kemungkinan
imunisasi/vaksinasi penyebab ketidakseimbangan
elektrolit
— Intervensi pendukung: 2. Monitor kadar elektrolit serum
— Manajemen jalan napas 3. Monitor tanda dan gejala
— Manajemen nutrisi hipovolemia
— Pemantauan elektrolit 4. Monitor tanda hiperkalemia, dan
— Pemantauan tanda vital hiponatremia(gelisah, mual,
muntah, disorientasi, sakit kepala)

Terapeutik:
1. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi:
1. Jelaskan dan tujuan prosedur
pemantuan dan hasil pemantauan
15

C. Trend dan Issue yang terjadi pada Trauma Abdomen


1. Pengertian Trend dan Issue
Trend adalah hak yanag sangat mendaar dalam berbagai
pendekatan analisa, trend juga dapat didefenisikan salah satu
gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya
sedang populer dimasyarakat. Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian
yang dapat diperkirakan terjadi terjadi atau tidak terjadi pada masa
mendatang. Isu adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak
orang namun masih belum jelas faktanya atau buktinya.
Trend dan isu keperawatan adalah sesuatu yang sedang di
bicarakan banyak orang tentang praktek / mengenai keperawatan baik
itu berdasarkan fakta maupun tidak. Keparawatan gawat darurat adalah
pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada pasien
dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan
klinik kedaruratan sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen.
Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat darurat menjadi
luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga
harus di pertimbangkan sebagai hedaruratan Pelayanan gawat darurat
tidak hanya memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi
kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan asukan
keperawatan untuk mengatasi kecemasan pasien dan keluarga. sistem
pelayana bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya
harus memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu
pengetahuan yang tinggi dalam memberikan pertolongan kedaruratan
kepeda pesien
2. Trend dan Issue pada kasus trauma Abdomen
a. Trend pada kasus trauma abdomen
1.) Koagulopati dini sebagai faktor resiko mortalitas pada trauma
abdomen.
Trauma abdomen terutama yang terjadi sebagai akibat
trauma tumpul pada abdomen dapat menyebabkan morbiditas
16

dan mortalitas pada semua usia, akan tetapi jenis trauma ini
merupakan merupakan keadaan keadaan yang cukup
memberikan tantangan bagi setiap departemen gawat darurat
maupun bagi tenaga medis yang bekerja pada departemen
tersebut dikarenakan oleh presentasi maupun gejala klinis
yang sangat bervariasi pada setiap kasus yang terjadi. Adanya
perbedaan antara gejala yang didapatkan dengan trauma yang
sesungguhnya pada banyak banyak kasus yang terjadi terjadi
membutuhkan membutuhkan diagnosis diagnosis dan
tatalaksana yang tepat dan cepat. Perlu diingat bahwa cedera
yang tampak ringan pada beberapa kasus dapat menjadi suatu
penyebab trauma mayor pada organ-organ intraabdomen,
sehingga deteksi yang cepat pada pasien dengan trauma
abdomen menjadi suatu tujuan utama untuk dapat
memeperbaiki kondisi pasien serta mendapatkan hasil
tatalaksana yang maksimal.
Trauma dapat menyebabkan koagulopati dini
terutama pada pasien dengan s dengan syok dengan yok
dengan ditandai ditandai dengan adanya antikoagulasi
sistemik dan hiperfibrinolisis, di mana terjadinya syok
merupakan faktor inisiasi primer yang terjadi dalam proses
ini.3 Koagulopati merupakan suatu keadaan di mana terdapat
ketidakmampuan dari darah untuk membe untuk membeku
secara ku secara normal. Pada pasien trauma pada Pada pasien
trauma pada umumnya hal ini bersifat multifaktorial dan
merupakan suatu proses akut yang kompleks. Banyak faktor
resiko yang dapat mempengar dapat mempengaruhi terjadinya
koagulopati yang disebabkan oleh trauma, di antaranya adalah
hipotermia, asidosis, hipoperfusi, hemodilusi dan pemberian
cairan. Timbulnya koagulopati dini harus selalu
dipertimbangkan pada seluruh pasien pada seluruh pasien
17

dengan riwayat trauma terutama dengan riwayat trauma


terutama pada pasien pasien trauma dengan energi tinggi,
tinggi, di mana koagulopati koagulopati dini merupakan
fenomena yang umum terjadi pada pasien dengan trauma
sebagai salah satu penanda dari keparahan suatu cedera. Pada
fase awal dari trauma, kelainan koagulasi dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan resiko perdarahan yang diikuti oleh
fase hiperkoagulabilitas dan peningkatan resiko terjadinya
thrombosis.
18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan
langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera
tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat
(hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus,
usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan
mengakibatkan ruptur abdomen. Trauma abdomen disebabkan oleh
Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan
terjatuh dari ketinggian.

B. Saran
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada trauma
abdomen untuk pencapaian kualitas keperawatan secara
optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan
secara berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya
dengan pengobatan karena bagaimanapun teraturnya
pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka
penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu
perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai
manfaat serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami
dan menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien
dengan trauma abdomen.
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan


Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI :


Jakarta

Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC

Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai