Disusun Oleh:
Kelompok 11:
Segala puji kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karuniaNya sehingga kami dapat menyusun makalah ini, Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Ns.Frana Andrianur S.Kep.
M.Kep dan teman–teman semua yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Gadar Endokrin Digestif & Urogenital .
Penulis menyadari akan kekurangan dari tulisan ini, oleh karena itu
diharapkan kritik dan sarannya guna penulisan selanjutnya yang lebih baik lagi.
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya
Sangatta, 11 Februari 2023
Kelompok 11
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-
otot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di
sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau
costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga
dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau
rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan
membran serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis.
Membran ini juga membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi
peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ,
seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan.
Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari
saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum,
umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna seperti:
hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti:
ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti
limpa (lien).
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan
keadaan klinik akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul
mendadak dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berpa tindakan beda, misalnya pada
obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi
jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi
rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit
karena adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada
abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada
1
2
4
5
2. Etiologi
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang
terjadi pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma
tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi
yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma
ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak
yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain
luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk,
akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal
diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak,
yaitu :
a. Paksaan/benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh
jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan
bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan,
deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari 50%
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
6
b. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam
rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan
oleh tusukan benda tajam atau luka tembak
3. Tanda dan Gejala
Gejala trauma abdomen bisa berbeda-beda dan tergantung pada jenis
yang dialami pasien :
a. Gejala trauma tumpul di abdomen
Gejala trauma tumpul sering tidak muncul seketika setelah terjadi
benturan. Tapi keluhan yang muncul bisa berupa:
1.) Sakit perut
2.) Memar pada lokasi benturan
3.) Perdarahan di saluran pencernaan bagian bawah
4.) Tanda-tanda vital yang tidak setabil, seperti denyut nadi yang
cepat, tekanan darah yang rendah, serta pernahasan abnormal.
5.) Nyeri yang menjalar kebahu kiri (bisa jadi gejala cedera pada
limpa).
6.) Hematuria, yakni darah dalam urine (bisa jadi gejala cedera
ginjal).
5. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, (2002) penatalaksanaan adalah :
a. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam
rongga peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi
b. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung
pada trauma abdomen
c. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
8
5.) Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada:
a.) Fraktur pelvis
b.) Trauma non – penetrasi
c. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit:
1.) Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk
pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan
laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potasium, glukosa, amilase.
2.) Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior
dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada
penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk
mengetahui udara ekstraluminal di retro peritoneum atau udara
bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan
laparotomi segera.
3.) Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum,
kolon ascendensatau decendens dan dubur.
3. Intervensi
No Diagnosa SLKI SIKI
1. Hipovolemia (D.0023) — (L.03028) Manajemen Hipovolemia (I.03116)
Setelah dilakukan intervensi - Observasi
keperawatan diharapkan Status 1. Periksa tanda dan gejala
Cairan membaik dengan kriteria hipovolemia
hasil: 2. Monitor intake dan output cairan
— Turgor kulit meningkat
— Output urine meningkat - Terapeautik
— Pengisian vena meningkat 1. Hitung kebutuhan cairan
— Perasaan lemah menurun 2. Berikan posisi modified
— Keluhan haus menurun trendelenburg
— Konsentrasi urine menurun 3. Berikan asupan cairan oral
— Intake cairan membaik
- Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
- Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis
3. Kolaborasi pemberian cairan
koloid.
2. D.0077 L.08066 I.08238 : Manajemen nyeri
Nyeri akut b/d Agen Tingkat nyeri menurun dengan k/h - Observasi
pencedera fisiologis 1. Keluhan nyeri menurun (5) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
(neoplasma) d/d 2. Meringis menurun (5) durasi, frekuensi, kualitas dan
1. Tampak meringis 3. Sikap protektif menurun (5) intensitas nyeri
2. Bersikap protektif 4. Gelisah menurun (5) 2. Identifikasi skala nyerai
(mis. waspada, posisi 5. Kesulitan tidur menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri nonverval
menghindari nyeri) Frekuensi nadi membaik (5) 4. Identifikasi faktor yan
3. Gelisah memperberat dan memperingan
4. Frekuensi nadi nyeri
meningkat 5. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
- Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
(kompres hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang
13
memperberat nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
- Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan menggunakan anlgetik
secara tepat
4. Ajarkan teknik nn farmakologis
- Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian anlgetik jika
perlu
Edukasi
1. anjurkan mengkomsusi makanan
tinggi kalori dan protein
2. Ajarkan prosedur perwatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
1. kolaborasi prosedur debridement (
biologis, mekanisme).
Terapeutik:
1. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi:
1. Jelaskan dan tujuan prosedur
pemantuan dan hasil pemantauan
15
dan mortalitas pada semua usia, akan tetapi jenis trauma ini
merupakan merupakan keadaan keadaan yang cukup
memberikan tantangan bagi setiap departemen gawat darurat
maupun bagi tenaga medis yang bekerja pada departemen
tersebut dikarenakan oleh presentasi maupun gejala klinis
yang sangat bervariasi pada setiap kasus yang terjadi. Adanya
perbedaan antara gejala yang didapatkan dengan trauma yang
sesungguhnya pada banyak banyak kasus yang terjadi terjadi
membutuhkan membutuhkan diagnosis diagnosis dan
tatalaksana yang tepat dan cepat. Perlu diingat bahwa cedera
yang tampak ringan pada beberapa kasus dapat menjadi suatu
penyebab trauma mayor pada organ-organ intraabdomen,
sehingga deteksi yang cepat pada pasien dengan trauma
abdomen menjadi suatu tujuan utama untuk dapat
memeperbaiki kondisi pasien serta mendapatkan hasil
tatalaksana yang maksimal.
Trauma dapat menyebabkan koagulopati dini
terutama pada pasien dengan s dengan syok dengan yok
dengan ditandai ditandai dengan adanya antikoagulasi
sistemik dan hiperfibrinolisis, di mana terjadinya syok
merupakan faktor inisiasi primer yang terjadi dalam proses
ini.3 Koagulopati merupakan suatu keadaan di mana terdapat
ketidakmampuan dari darah untuk membe untuk membeku
secara ku secara normal. Pada pasien trauma pada Pada pasien
trauma pada umumnya hal ini bersifat multifaktorial dan
merupakan suatu proses akut yang kompleks. Banyak faktor
resiko yang dapat mempengar dapat mempengaruhi terjadinya
koagulopati yang disebabkan oleh trauma, di antaranya adalah
hipotermia, asidosis, hipoperfusi, hemodilusi dan pemberian
cairan. Timbulnya koagulopati dini harus selalu
dipertimbangkan pada seluruh pasien pada seluruh pasien
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan
langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera
tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat
(hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus,
usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan
mengakibatkan ruptur abdomen. Trauma abdomen disebabkan oleh
Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan
terjatuh dari ketinggian.
B. Saran
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada trauma
abdomen untuk pencapaian kualitas keperawatan secara
optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan
secara berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya
dengan pengobatan karena bagaimanapun teraturnya
pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka
penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu
perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai
manfaat serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami
dan menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien
dengan trauma abdomen.
DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC