Anda di halaman 1dari 20

SAP

(SATUAN ACARA PENYULUHAN)


KONSTIPASI PADA BAYI

Hari / Tanggal : Jumat 15 Februari 2018


Jam : 08.00 WIB
Waktu : 30 Menit
Pokok Bahasan : Konstipasi
Sub Bahasan : Konstipasi pada Bayi
Sasaran : Ibu dan Keluarga
Penyuluh : Himmah Atika Hasanah
Tempat : Balaidesa ploso

I.Tujuan Instruksional Umum ( TIU )


Setelah mendapatkan penyuluhan atau penjelasan tentang konstipasi pada bayi,
diharapkan ibu dan keluarga dapat mengerti dan memahami tentang konstipasi.

II. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )


Setelah mendapatkan penyuluhan atau penjelasan tentang konstipasi pada bayi,
diharapkan ibu dan keluarga dapat memahami tentang :
a. Pengertian konstipasi
b.Penyebab Konstipasi pada bayi
c. Gejala Konstipasi
d.Penatalaksanaan konstipasi pada bayi

III. Garis – garis Besar Materi


a. Pengertian konstipasi
b. Penyebab konstipasi pada bayi
c. Gejala Konstipasi
d. Penatalaksanaan Konstipasi pada bayi

IV. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab

V. Media dan Alat Peraga


a. Laptop
b. LCD
c. PPT
VI. Proses Kegiatan Penyuluhan
NO KEGIATAN RESPON WAKTU
1 PENDAHULUAN
a. Menyampaikan salam Menjawab salam dan
b. Menjelaskan tujuan mendengarkan 5 Menit
c. Kontrak waktu
2 INTI
a. Menjelaskan pengertian Mendengarkan dengan
konstipasi penuh perhatian
b. Menjelaskan penyebab 15 Menit
konstipasi pada bayi
c. Menjelaskan gejala
konstipasi
d. Menjelaskan penatalaksanaan
konstipasi pada bayi
3 PENUTUP
a. Tanya jawab Menanyakan yang belum
b. Feedback jelas,
c. Menyimpulkan hasil Mampu menjawab 10 Menit
penyuluhan pertanyaan
d. Memberi salam penutup Mendengarkan dan
menjawab salam

MATERI
KONSTIPASI PADA BAYI

1. Pengertian Konstipasi
Konstipasi adalah kesulitan buang air besar selama dua minggu atau lebih. Tetapi,
pada bayi yang mengkonsumsi susu formula, buang air besar yang keras 2 – 4 hari
sekali sudah dianggap konstipasi. Lain halnya dengan bayi yang mengkonsumsi ASI,
walaupun buang air besarnya 2 – 5 hari sekali asal konssitensi tinjanya lembek, tidak
dianggap konstipasi.
2. Penyebab Konstipasi pada bayi
Beberapa hal yang menjadi penyebab sulit BAB pada bayi adalah :
a. Asupan cairan kurang, sehingga timbul dehidrasi
b. Susu formula dengan kadar zat besi tinggi
c. Susu formula dengan kandungan lemak nabati misalnya kelapa sawit
d. Pembuatan susu formula terlalu pekat
e. Pola makan yang tidak seimbang, yaitu lebih bamyak konsumsi lemak,
karbohidrat, dan kurang makanan yang mengandung serat.
f. Perubahan pola makan, seperti saat bayi diperkenalkan dengan makanan
padat.

3. Gejala Konstipasi
a. Sulit buang air besar
b. Tinja keras
c. Nyeri di daerah anus
d. Keluar darah segar akibat perlukaan anus
4. Penatalaksanaan
Untuk mencegah atau mengatasi konstipasi pada bayi antara lain :
a. Bayi 0 – 6 bulan sebaiknya hanya diberikan ASI Ekslusif. ASI sangat jarang
menyebabkan konstipasi, karena zat yang dikandung ASI lebih mudah
dicerna. Selain itu bayi yang mendapat ASI mempunyai beberapa jenis bakteri
di usus besarnya yang membantu mengurai protein susu yang sulit dicerna.
Bayi yang mendapatkan ASI juga mempunyai kadar hormon motilin ( hormon
yang membantu pergerakan usus ) lebih tinggi.
b. Bayi diatas 6 bulan , berikan sayur dan buah – buahan. Yang dapat disajikan
dalam bentuk jus.
c. Jika bayi mendapatkan susu formula, periksa kembali takaran pengencerannya
dan zat yang dikandung.
d. Pijat perut bayi dengan berlahan menggunakan baby oil. Pijatan dimulai dari
pusat ke arah luar dengan gerakan melingkar searah jarum jam.
e. Baringkan bayi, kemudian gerakkan kakinya dengan gerakan mengayuh
sepeda.
f. Bila banyi terlihat nyeri pada anus saat BAB,dapat diberikan microlax atau
vaselin di anusnya.
g. Jika bayi masih sulit BAB, segera bawa ke pusat pelayanan kesehatan. Susah
air besar yang lama bisa jadi gejala dari penyakit tertentu seperti Morbus
hirschsprung ( kelumpuhan sebagian segmen usus ).
APA ITU KONSTIPASI PADA IBU HAMIL?

KONSTIPASI atau lebih dikenal dengan SEMBELIT merupakan gangguan


pencernaan yang sangat umum dialami oleh wanita yang tengah mengandung. Hal ini
disebabkan oleh hormon progesteron yang menjadi salah satu hormon kehamilan
yang membuat otot usus menjadi lebih rileks sehingga gerakannya pun menjadi lebih
lambat.

Diperkirakan 11-38% wanita hamil pernah mengalami konstipasi. Keluhan yang


paling umum adalah mengedan terlalu kuat, feses yang keras dan rasa pengeluaran
feses yang tidak komplit. Resiko konstipasi pada wanita hamil semakin besar jika
sudah mempunyai riwayat konstipasi sebelumnya dan riwayat konsumsi suplemen
besi. Prevalensi konstipasi hampir sama antara trimester pertama, kedua dan ketiga
selama kehamilan (Sembiring, 2015).

Sama dengan gangguan lain pada ibu hamil, konstipasi pada ibu hamil pun harus
diwaspadai. Hal ini demi menjaga kesehatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.
Gangguan konstipasi yang dialami oleh ibu hamil bahkan bisa menjadi parah jika ibu
hamil itu sendiri memiliki kecenderungan susah untuk buang air besar, ketika
mengalami morning sickness sehingga dengan begitu ia tidak bisa makan dengan
normal yang mana pada akhirnya akan mengganggu perkembangan serta kesehatan
janin yang ada di dalam kandungannya.

GEJALA KONSTIPASI PADA IBU HAMIL

Gejala konstipasi pada ibu hamil pada umumnya sama dengan gejala konstipasi pada
orang normal. Berikut ini gejala konstipasi pada ibu hamil.
 Mengedan kuat pada > 1 kali dalam 4 kali defekasi
 Konsistensi feses keras pada > 1 kali dalam 4 kali defekasi
 Rasa pengeluaran feses yang tidak komplit > 1 kali dalam 4 kali defekasi
 Diperlukan tindakan manual > 1 kali dalam 4 kali defekasi (misalnya menggunakan
jari, menyokong rongga pelvis)
 Tidak disertai feses cair
 Timbul rasa sakit dibagian bawah perut
 Perut terasa kembung dan penuh
 Jeda buang air besar antara 1-2 hari
 Terkadang menyebabkan pendarahan

PENYEBAB KONSTIPASI ?

 Meningkatnya hormon progesteron.

Hormon progesteron berperan dalam proses relaksasi pada kerja otot halus.
Peningkatan hormon itu, mengakibatkan gerakan atau mobilitas organ pencernaan
menjadi relaks atau lambat. Akibatnya, proses pengosongan lambung jadi lebih lama
dan waktu transit makanan di lambung meningkat. Selain itu, gerakan peristaltik usus
(pijatan di usus, salah satu aktivitas mencerna makanan) juga melambat sehingga
daya dorong dan kontraksi usus terhadap sisa-sisa makanan melemah. Alhasil, sisa
makanan menumpuk lebih lama di usus dan sulit dikeluarkan. Disamping itu selama
kehamilan tubuh menahan cairan, absorbsi cairan di usus meningkat sehingga isi usus
cenderung kering dan keras yang memudahkan terjadinya konstipasi (Ojieh, 2012)
 Perut Semakin Besar dan Penekanan rektum.

Semakin besarnya perut, juga berdampak lanjutan, yaitu rektum (bagian terbawah
usus besar) tertekan. Penekanan tersebut membuat jalannya feses menjadi tidak
lancar, sehingga konstipasi terjadi. Semakin besar kehamilan maka semakin besar
tekanan pada usus besar sehingga semakin mudah terjadinya konstipasi (Ojieh, 2012)

 Perubahan Pola Makan dan Kurang Serat

Perubahan pola pada wanita hamil berkontribusi untuk terjadinya konstipasi. Gejala
mual muntah pada trimester pertama disertai asupan makanan khususnya minuman
yang berkurang akan mempengaruhi proses defekasinya. Semakin besar kehamilan
biasanya wanita hamil cenderung mengurangi asupan cairan. Komposisi makanan
yang cenderung berupa susu dan daging / ikan tanpa disertai cukup makanan yang
kaya serat akan memperbesar resiko terjadinya konstipasi (Ojieh, 2012)

 Mengonsumsi zat besi.

Pemberian suplemen besi dan kalsium selama kehamilan merupakan faktor resiko
terjadinya konstipasi (Ojieh, 2012).

 Tidak olahraga

Olahraga membuat tubuh sehat dan melancarkan proses metabolisme di dalam tubuh.
Berolahraga secara rutin, misalnya, jalan kaki atau berenang, akan merangsang otot-
otot perut dan usus, salah satunya, memicu gerakan peristaltik usus, sehingga
mencegah konstipasi (Ojieh, 2012).
 Stress

Ketegangan psikis seperti stres dan cemas juga merupakan faktor resiko terjadinya
konstipasi (Ojieh, 2012).

Cara Atasi Konstipasi Selama Hamil

Ayoo…! Atur Pola Makan & Aktivitas Anda

Pengaturan pola makan dan aktivitas selama kehamilan adalah terapi pertama yang
dapat dilakukan oleh ibu hamil ketika mengalami konstipasi. Beberapa hal yang dapat
dilakukan adalah :

1. Meningkatkan asupan serat

Kebutuhan serat pada wanita hamil sama dengan orang normal yakni sekitar 25-30
gram per hari. Serat makanan terdiri dari serat larut dan serat tidak larut. Serat larut
akan mengalami fermentasi di usus besar dan memperlambat pengosongan lambung,
menahan air dan membentuk gel. Contohnya apel, jeruk, pepaya dan strawberi. Serat
tidak larut sukar difermentasi, memperpendek waktu transit di usus dan memperbesar
massa tinja. Serat tidak larut banyak terdapat pada sereal, sayur-sayuran (kangkung,
bayam, daun sungkong), kacang-kacangan, dan biji-bijian. Hindari konsumsi serat
yang berlebihan secara bersamaan dalam waktu cepat karena akan menimbulkan
kembung, sebah dan rasa tidak nyaman di perut.

2. Meminum jus buah dan sayuran sebagai alternatif untuk ibu hamil yang
kesulitan mengkonsumsi buah dan sayur secara rutin.

3. Asupan cairan yang cukup


Wanita hamil membutuhkan asupan cairan 300 ml lebih banyak dari rata-rata 2 L
cairan yang dikonsumsi orang normal. Pagi hari setelah bangun tidur usahakan untuk
mengkonsumsi segelas air untuk merangsang defekasi

4. Hindari makan porsi besar 3 kali sehari tetapi makanlah dengan porsi kecil dan
sering.

5. Hindari ketegangan psikis seperti stres dan cemas.


6. Jangan menahan rasa ingin buang air besar karena akan memperbesar resiko
konstipasi.

7. Pemberian probiotik pada wanita hamil juga dianjurkan karena dapat memperbaiki
keseimbangan flora kolon dan memperbaiki fungsi pencernaan.
8. Sebaiknya hindari minuman bersoda, alkohol dan kopi

9. Aktifitas fisik rutin dapat merangsang peristaltik usus untuk bekerja normal
sehingga memperpendek waktu transit di saluran pencernaan dan membantu
pengeluaran tinja. Olahraga disesuaikan dengan kondisi serta kemampuan fisik
selama kehamilan. Jika usia kehamilan bertambah, disarankan untuk mengurangi
aktifitas rutin dan olahraga yang dilakukan. Olahraga yang dapat dilakukan berupa
gerak lambat dan jarak pendek misalnya yoga; berjalan kaki sekitar 15-30 menit
setiap harinya. Bila sudah melewati minggu ke-20 kehamilan atau sekitar bulan ke-5
dapat dimulai olahraga berupa senam hamil.
(Sembiring, 2015; Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010; Emilia dan Freitag, 2010).

Perlukah Obat jika konstipasi Saat Hamil ?

Tindakan pertama yang sebaiknya Anda lakukan saat mengalami konstipasi pada
masa kehamilan adalah mengatur pola makan dan aktivitas Anda. Jika Anda telah
melakukan pengaturan pola makan dan melakukan aktivitas latihan ringan untuk
memperlancar BAB Anda, tetapi ternyata tidak berhasil. Cobalah untuk
mengonsumsi probiotik. Probiotik akan meningkatkan jumlah bakteri baik
(mikroflora) di dalam usus sehingga dapat membantu pengoptimalkan proses
pencernaan makanan yang Anda konsumsi. Apabila cara pengaturan pola makan dan
aktivitas tidak dapat mengatasi konstipasi Anda, maka pada kondisi ini, Anda dapat
menggunakan obat untuk mengatasinya (Trottier et al., 2012; Sembiring, 2015).

Obat Untuk Mengatasi Konstipasi Selama Hamil, Amankah Terhadap


Janin?
Obat yang digunakan untuk mengatasi konstipasi adalah obat yang termasuk dalam
golongan obat pencahar atau disebut laxatives. Obat pencahar dikelompokkan
menjadi 5 berdasarkan cara kerjanya, yaitu:

1. Bulking agents

Obat yang termasuk kelompok bulking agentmemiliki cara kerja meningkatkan


kandungan air dari tinja, dan merangsang pergerakan saluran cerna, serta menurunkan
lama makanan diam di saluran cerna. Obat kelompok ini dapat dipilih paling pertama
untuk mengatasi konstipasi karena aman, efektif, dan tidak mempengaruhi
perkembangan janin. Contoh obat bulking agentadalah psyllium dengan dosis
sebanyak 6,4 – 10 gram/hari, metilselulosa sebanyak 4,8 – 9,6 gram/hari dan
polycarbophil sebanyak 2 – 8 gram/hari.
Hal yang perlu perhatian:

 Tidak cocok digunakan untuk mengatasi konstipasi secara cepat karena perlu waktu
2-3 hari (48-72 jam) untuk bekerja.
 Jangan digunakan jika konstipasi yang dialami terjadi disebabkan oleh obat
golongan opioid.
 Tingkatkan konsumsi air putih/ cairan selama penggunaan obat ini
 Sebaiknya obat tidak diminum segera sebelum tidur karena dapat mengganggu
waktu tidur Anda.
 Penggunaan obat polycarbophil umumnya dapat mengakibatkan perut kembung dan
pembentukan gas karena zat ini tidak dimetabolisme oleh bakteri saluran
pencernaan.

2. Pencahar bahan osmotik (osmotic laxatives)

Kelompok pencahar osmotik merupakan obat pilihan kedua, jika bulking agent tidak
dapat memberikan hasil yang diharapkan. Cara kerja obat ini adalah meningkatkan
tekanan osmosis saluran cerna sehingga dapat meningkatkan kandungan air tinja.
Contoh obat dan jumlah yang digunakan per hari: Laktulosa 15-30 mL/hari, sorbitol
15-30 mL/hari, PEG (polyethylene glycol) 17-34 mL/hari

Hal yang perlu perhatian:

 Pastikan untuk mengonsumsi makanan berserat dan cairan yang cukup

3. Pelunak tinja (stool softeners)


Cara kerja obat kelompok pelunak tinja adalah menurunkan tegangan permukaan
sehingga dapat membantu masuknya air ke dalam tinja dan melunakkan tinja. Contoh
obat dan jumlah yang diperlukan dalam sehari: sodium docusate 50-500 mg/hari
setiap 1-4 kali sehari atau menggunakan bentuk gel enema sebanyak 0,12 gram yang
dimasukkan melalui lubang anus.

Hal yang perlu perhatian:

 Pastikan mengonsumsi makanan berserat dan cairan yang cukup


 Obat akan bekerja secara optimal setelah 24-72 jam (1-3 hari)

4. Pencahar perangsang (stimulant laxatives)

Pencahar kelompok stimulant bekerja dengan cara meningkatkan gerakan otot saluran
cerna sehingga tinja akan terdorong untuk dikeluarkan. Contoh obat kelompok ini
adalah senna, dan bisacodyl. Sumber lain juga menyebutkan bahwa bisacodyl dapat
meningkatkan rangsang otot uterus sehingga menimbulkan kontraksi uterus, oleh
karena itu penggunaan bisacodyl sebaiknya dihindarkan.

Hal yang perlu perhatian:

 Obat kelompok ini hanya digunakan jika pilihan obat kelompok 1-3 tidak dapat
mengatasi konstipasi
 Pastikan mengonsumsi makanan berserat dan cairan yang cukup
 Obat ini sebaiknya diminum saat malam hari
 Jangan menggunakan minyak jarak (castor oil) selama kehamilan karena dapat
memicu kelahiran prematur.
5. Pencahar minyak mineral (lubricant laxatives)

Cara kerja obat kelompok pencahar minyak mineral adalah dengan melapisi tinja
sehingga lebih lunak dan lebih mudah untuk dikeluarkan karena bagian luar dari tinja
terlapisi oleh lapisan pelumas berupa minyak mineral. Contoh obatnya adalah minyak
mineral dan paraffin, tetapi obat kelompok ini umumnya tidak digunakan selama
kehamilan karena dapat mengakibatkan gangguan penyerapan nutrisi terutama
vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). Gangguan pada
penyerapan vitamin K dapat memicu terjadinya kekurangan protrombin darah
(hypoprotrombinemia) dan perdarahan (hemorrhage).

(Christie dan Rose, 2011; Rungsiprakarn et al., 2015; Sembiring, 2015).

Bentuk-bentuk Obat Pencahar

1. Bentuk Tablet

Tablet digunakan dengan cara diminum setelah makan dengan segelas air putih. Obat
memerlukan waktu lama untuk menimbulkan rangsangan BAB dan mengatasi
konstipasi. Kelebihannya: cara penggunaan mudah dan sederhana, kemasan mudah
dibawa dan disimpan.
2. Bentuk Enema dan Supositoria

Enema dan supositoria digunakan dengan cara memasukkan obat ke lubang anus.
Enema adalah obat yang berbentuk cairan, sedangkan supositoria adalah obat yang
berbentuk padat tetapi dapat meleleh setelah dimasukkan ke dalam anus. Penggunaan
obat bentuk ini memerlukan pemahaman, dapat mengakibatkan terjadi iritasi di
sekitar anus, dan cenderung tidak nyaman dalam penggunaannya. Kelebihan obat
bentuk enema dan supositoria adalah secara umum memerlukan waktu singkat untuk
menimbulkan rangsang BAB dan sebaiknya digunakan apabila penggunaan obat
tablet tidak mampu mengatasi konstipasi (Rungsiprakarn et al., 2015).
Hal Lain Yang Perlu Perhatian Dalam Penggunaan Obat Pencahar

Pencahar yang dapat digunakan selama masa kehamilan harus efektif, tidak
menimbulkan efek teratogenik (kecacatan pada janin) yang dapat diketahui
berdasarkan kategori kehamilan suatu obat, tidak diekskresikan melalui susu dan
dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Kategori kehamilan obat yang baik adalah
A dan B, Jika kategori obat adalah C, maka obat tetap dapat digunakan selama
kehamilan, namun sangat perlu diperhatikan risiko efek lain yang dapat terjadi. Obat
dengan kategori C umumnya digunakan apabila keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan obat lebih besar dibandingkan efek merugikan yang akan ditimbulkan.
Hentikan penggunaan obat jika frekuensi BAB telah kembali normal, karena
penggunaan pencahar berkepanjangan dapat memperlambat gerakan saluran cerna
dan mengakibatkan kerja saluran cerna tergantung dengan adanya obat
(Blenkinsopp et al., 2014; Rungsiprakarn et al., 2015).

Daftar Obat Pencahar yang dapat dipilih jika penanganan konstipasi dengan mengatur
pola makan, dan aktivitas tidak memberikan hasil yang diharapkan ditampilkan pada
Table 2.
Kapan Perlu Rujuk ke dokter ?
Jika setelah 2 minggu dilakukan pengaturan pola makan dan aktivitas, namun
konstipasi tidak teratasi dan gejala yang dialami semakin mengakibatkan
ketidaknyamanan selama hamil, maka Anda dapat segera memeriksakan diri ke
dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

Pemeriksaan ke dokter juga perlu Anda lakukan apabila terjadi hal-hal dibawah ini:

1. Pasien sulit buang air besar yang disertai penurunan berat badan dan feses
bercampur darah.
2. Penggunaan obat laksatif yang aman untuk ibu hamil tidak mampu mengurangi
gejala konstipasi.
3. Terjadi nyeri perut yang hebat.

(Hadi, 2001; Blenkinsopp et al.,2014).

Anda mungkin juga menyukai