KOLELITIASIS
Dosen Pengampu :
KELOMPOK 8
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Kolelitiasis”sehingga kami dapat membuat serta menyelesaikan makalah ini. Pada
makalah ini kami tampilkan hasil diskusi kami, kami juga mengambil beberapa
kesimpulan dari hasil diskusi yang kami lakukan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan laporan ini, diantaranya:
1. Yang terhormat Ns. Leni Mirdawati, M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….....
I. Latar Belakang…………………………………………………………...1
II. Rumusan Masalah………………………………………………………..1
III. Tujuan Penulisan Makalah……………………………………………….2
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………40
3.2 Saran……………………………………………………………………..40
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………41
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan yang paling umum dalam sistem biliary adalah kolelitiasis (batu dalam
kantong empedu). Kolesistitis (inflamasi kandung empedu) biasanya berkaitan dengan
kolelitiasis. Batu bisa bersarang di leher kantong empedu atau di saluran kistik.
Kolesistisis bisa akut atau kronis. Kondisi ini biasanya terjadi bersamaan.
3
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dan diagnostic kolelitiasis ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan kolelitiasis ?
7. Apa komplikasi kolelitiasis ?
8. Bagaimana Web Of Causation (WOC) kolelitiasis ?
9. Bagimana landasan teoritis asuhan keperawatan kolelitiasis?
4
BAB II
PEMBAHASAN
Empedu
Empedu terdiri atas garam empedu, pigmen empedu, dan zat lain yang Iarut
dalam larutan elektrolit alkalis yang mirip dengan getah pancreas. Sekitar 500 mL
empedu disekresikan setiap hari. Sebagian komponen empedu direabsorpsi di usus
halus kemudian disekresikan kembali oleh hati (sirkulasi enterohepatik). Komposisi
empedu duktus hepatikus manusia:
5
Glukuronida dalam pigmen empedu, yaitu bilirubin dan biliverdin, membuat
empedu menjadi berwarna kuning keemasan dan ekskresinya dibahas kemudian.
Garam empedu adalah garam natrium dan kalium asam empedu, dan semua
yang disekresikan ke dalam empedu dikonjugasiknn dengan glisin atau taurin, yakni
suatu turunan sistein. Asam empedu disintesis dari kolesterol. Empat asam empedu
yang ditemukan pada manusia tercantum pada Gambar 26-22. Bersama dengan vitamin
D, kolesterol, berbagai hormon steroid, dan glikosida digitalis, asam empedu
mengandung inti siklopentanoperhidrofenantren. Dua asam empedu utama (primer)
yang terbentuk di hati adalah asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Di kolon, bakteri
mengubah asam kolat menjadi asam deoksikolat dan asam kenodeoksikolat menjadi
asam litokolat. Karena terbentuk akibat kerja bakteri, asam deoksikolat dan asam
litokolat disebut sebagai asam empedu sekunder.
6
diperlihatkan, dan dari samping diperlihatkan di Gambar 26-23. Bagian hidrofiliknya
menghadap ke luar dan permukaan hidrofobiknya menghadap ke dalam. Di atas
konsentrasi tertentu yang disebut konsentrasi kritis misel, semua garam empedu yang
ditambahkan ke dalam Iarutan membentuk misel. Lemak berkumpul di dalam misel,
dengan kolesterol di pusat hidrofobik dan fosfolipid amfipatik serta monogliserida
yang berjajar dengan ujung hidrofilik di bagian luar dan ekor hidrofobiknya di bagian
tengah. Misel berperan penting untuk mempertahan- kan lemak dalam larutan dan
membawanya ke brush border sel epitel usus, tempat lemak tersebut diserap.
Sembilan puluh sampai 95 % garam empedu diserap dari usus halus. Sebagian
diserap melalui difusi nonionik, tetapi sebagian besar garam empedu diserap dari ileum
terminal (Gambar 26-24) oleh suatu sistem kotranspor Nat+-garam empedu yang
sangat efisien dan dijalankan oleh Na+-K+-ATPase basolateral. Salah satu
kotransporter garam yang berperan pada sistem transpor aktif sekunder ini telah
berhasil diklon, dan terdapat bukti bahwa setidaknya terdapat satu kotransporter lain.
Sisa garam empedu sebesar 5-10 % masuk ke dalam kolon dan diubah menjadi
garam asam deoksikolat dan asam litokolat. Litokolat relatif tifak larut dan sebagian
besar diekskresikan dalam tinja; hanya 1 % yang diserap, namun deoksikolat diserap.
7
Garam empedu yang diserap disalurkan kembali ke hati dalam vena porta dan
diekskresikan kenmbali dalam empedu (sirkulasi enterohepatik). Garam yang keluar
melalui tinja diganti melalui sintesis zat di hati; kecepatan normal sintesis garam adalah
0,2-0,4 g/hari. Jumlah total garam empedu yang mengalami siklus berulang-ulang
melalui sirkulasi enterohepatik adalah sekitar 3,5 g; telah diperhitungkan bahwa jumlah
total tersebut bersirkulasi dua kali per waktu makan dan enam sampai delapan kali per
hari. Bila empedu tidak ada dalam usus, hampir 50 % lemak yang dimakan akan keluar
melalui feses dan akan terjadi malabsorpsi berat vitamin larut-lemak. Jika reabsorpsi
garam empedu terhalang akibat reseksi ileum terminal suatu penyakit di bagian usus
halus ini, jumlah lemak dalam tinja juga akan meningkat jika sirkulasi enterohepatik
terputus, sedangkan hati tidak mampu meningkatkan kecepatan pembentukan garam
empedu untuk dapat mengompensasi kehilangan yang terjadi. Pengaruh reseksi ileum
terminal lainnya dibahas kemudian.
8
terkonjugasi. Sebagian besar bilirubin glukuronida disalurkan meIalui duktus biliaris
ke dalam usus.
Ikterus
Apabila bilirubin bebas atau terkonjugasi menumpuk dalam darah, warna kulit,
sklera, dan membran mukosa menjadi kuning. Warna kuning ini dikenal sebagai ikterus
dan biasanya dapat terdeteksi bila bilirubin plasma total lebih besar dari 2 mg/dL. (34
umol/L). Hiperbilirubinemia dapat dosebabkan oleh (1) pembentukan bilirubin
berlebihan (anemia hemolitik): (2) penurunan ambilan bilirubin oleh sel-sel hati: (3)
gangguan konjugasi atau pengikatan protein intrasel: (4) gangguan sekresi bilirubin
terkonjugasi ke dalam kanalikulus biliaris: dan (5) sumbatan duktus biliaris intra- atau
ekstrahepatik. Apabila disebabkan oleh salah dari 3 proses pertama, bilirubin bebas
akan meningkat. Apabila disebabkan oleh gangguan sekresi bilirubin terkonjugasi atau
sumbatan duktus biliaris, regurgitasi bilirubin glukuronida ke dalam darah akan terjadi,
dan bilirubin yang terutama meningkat di dalam plasma adalah bilirubin terkonjugasi.
9
antikonvulsan, dan senyawa lain menyebabknn proliferasi mencolok retikulum
endoplasma halus di sel-sel hati sehingga aktivitas glukuronil transferase hati
meningkat secara bersamaan. Fenobarbital digunakan untuk pengobatan kelainan
kongenital defisiensi glukuronil transferase (defisiensi UDP glukuronil transferase tipe
2) dengan hasil yang memuaskan.
10
Table perbandingan empedu duktus hepatikus dan empedu kantung empedu manusia
Bila makanan masuk ke dalam mulut, resistensi sfingter Oddi menurun. Asam
lemak dan asam amino dalam duodenum akan menyebabkan pelepasan CCK, yang
menyebabkan kandung empedu berkontraksi, Zat yang menimbulkan kontraksi
kandung empedu disebut cholagogue.
Efek Kolesistektomi
11
Visualisasi Kandung Empedu
Batu Empedu
12
empedu pasien kolelitiasis membentuk batu dalam 2-3 hari, sedangkan waktu yang
diperlukan oleh empedu orang normal untuk membentuk batu adalah lebih dari 2
minggu. Sifat pasti faktor nukleasi masih belum diketahui, walaupun melibatkan
glikoprotein dalam mukus kandung empedu. Selain itu, masih belum dapat dipastikan
apakah batu terbentuk akibat pembentukan berlebihan komponen yang memudahkan
nuklensi atau akibat berkurangnya pembentukan komponen antinukleasi yang
mencegah pembentukn batu pada orang normal.
2.2.1 Defenisi
Kolelitiasis adalah terdapatnya batu dalam kandung empedu atau saluran empedu.
Kolesistitis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya
berhubungan dengam batu kandung empedu yang tersangkut pada duktus kistik dan
menyebabkan distensi kandung empedu.
Kolesistitis paling sering dikaitkan dengan obstruksi yang disebabkan oleh batu
empedu atau lumpur empedu. Ketika kolesistitis terjadi tanpa adanya penyumbatan
13
(kolesistitis akalkulus) paling sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua dan pada
pasien yang mengalami trauma, luka bakar yang luas, atau operasi terbaru. Acalculous
cholelystitis juga dapat terjadi sebagai akibat dari imobilitas dan puasa yang
berkepanjangan, nutrisi parenteral yang berkepanjangan, dan diabetes melitus. Bakteri
yang mencapai kantong empedu melalui rute vaskular atau limfatik, atau iritasi kimia
dalam empedu, juga dapat menghasilkan yang terlibat. streptococi dan salmonella juga
merupakan bakteri penyebab umum. Faktor etiologi lainnya termasuk perlengketan,
neoplasma, anestesi, dan narkotika.
Komponen lain dari empedu yang mengendap menjadi batu adalah garam
empedu, bilirubin, kalsium, dan protein. Batu kolesterol campuran, yang sebagian
besar adalah kolesterol, adalah batu empedu yang paling umum.
14
dapat menyebabkan pengosongan empedu yang tertunda, yang menyebabkan stasis
empedu.
Batu dapat tetap berada di kantong empedu atau bermigrasi ke saluran kistik
atau ke saluran empedu yang umum. Menyebabkan rasa sakit ketika mereka melewati
saluran, dan mereka dapat tinggal di saluran dan menghasilkan obstruksi. Batu-batu
kecil lebih cenderung bergerak ke dalam saluran dan menyebabkan obstruksi. Tabel
44-22 menggambarkan perubahan dan manifestasi yang terjadi ketika batu
15
menghalangi saluran empedu. jika penyumbatan terjadi pada saluran kistik, empedu
dapat terus mengalir ke duodenum langsung dari hati. Namun, ketika empedu di
kantong empedu tidak dapat keluar, status empedu ini dapat menyebabkan kolesititis
Kolelitiasis dapat menghasilkan gejala yang parah atau tidak sama sekali,
banyak pasien memiliki "batu diam". Keparahan gejala tergantung pada apakah batu
itu diam atau bergerak dan apakah ada penghalang. Ketika sebuah batu bersarang di
saluran atau ketika batu bergerak melalui saluran, spasme dapat terjadi. Kejang
kandung empedu terjadi sebagai respons terhadap batu. Kadang-kadang ini
menghasilkan rasa sakit yang hebat, yang merupakan kolik disebut empedu walaupun
rasa sakitnya sangat kolik, itu lebih sering stabil. Rasa sakitnya dapat meringankan dan
disertai oleh takikardia, diaforesis, dan sujud. Rasa sakit yang parah bisa bertahan
hingga satu jam, dan ketika reda, ada nyeri tekan residual di kuadran kanan atas.
Serangan rasa sakit sering terjadi 3 sampai 6 jam setelah makan makanan tinggi lemak
atau ketika pasien berbaring. Ketika penghalang total terjadi, gejala yang berhubungan
dengan penyumbatan empedu dimanifestasikan.
16
2.2.4 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Perawatan Konservatif
Terapi Konservatif.
17
yang tersumbat. NSAID (mis., Ketorolac [Toradol]) diberikan untuk manajemen nyeri.
Antikolinergik untuk mengurangi sekresi dan menetralkan kejang otot halus dapat
diberikan.
18
TABEL 44-23 PERAWATAN KOLABORATIF
Terapi Kolaboratif
Terapi Konservatif
Cairan IV.
NPO adalah tabung NG, kemudian berkembang menjadi diet rendah lemak.
Antiemetik.
Analgesik.
Vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K).
Antibiotik (untuk infeksi sekunder).
ERCP dengan sphincterotomy (papillotomy).
Lithotripsy gelombang kejut ekstracorporeal.
Terapi Pembubaran
ursodeoxycholic acid (ursodiol [Actigall])
chenodeoxycholic acid (chenodiol),
Terapi Bedah
Kolesistektomi laparoskopi,
Kolesistektomi insisional (terbuka)
19
Sumber: Clinical Companion to Medical-Surgical Nursing (Lewis, Clinical Companion to Medical-
Surgical Nursing: Assessment and Management of C) 8th Edition, Kindle Edition
20
Terapi Bedah. Kolesistektomi laparoskopi adalah pengobatan pilihan untuk
kolelitiasis simptomatik. (Intervensi bedah untuk koliasisasis tercantum pada Tabel 44-
24). Sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi. Pada prosedur ini
kandung empedu diangkat melalui satu atau empat tusukan kecil di perut. Laparoskop,
yang memiliki kamera terpasang, dimasukkan ke dalam perut. (Situs sayatan dapat
bervariasi.) Tusukan ini digunakan untuk memasukkan laparoskop dan tang penjepit.
Menggunakan monitor sirkuit tertutup untuk melihat rongga perut, ahli bedah menarik
dan membedah kantong empedu dan mengangkatnya dengan penjepit tang. Ini
prosedur yang aman dengan morbiditas minimal.
Sebagian besar pasien memiliki rasa sakit pasca operasi minimal dan
dipulangkan pada hari operasi atau lusa. Mereka biasanya dapat melanjutkan aktivitas
normal dan kembali bekerja dalam 1 minggu. Komplikasi utama adalah cedera pada
saluran empedu. Beberapa kontraindikasi untuk kolesistektomi laparoskopi termasuk
perionitis, kolangitis, gangren atau perforasi gallbladder, hipertensi portal, dan
gangguan perdarahan serius.
21
perkutan dan memungkinkan dekompresi saluran empedu ekstrahepatik yang
terhambat sehingga empedu dapat mengalir dengan bebas. Setelah dimasukkan, kateter
dihubungkan ke kantong drainase. Kerabat di sekitar lokasi pemasangan kateter harus
dibersihkan setiap hari dengan antiseptik. Penting untuk mengamati kebocoran empedu
di situs penyisipan. Bergantung pada alasan kateter dimasukkan, pasien dapat
dipulangkan dengan kateter.
Terapi obat. Obat yang paling umum digunakan dalam pengobatan penyakit
kandung empedu adalah analgesik, antikolinergik (antispasmodik). vitamin yang larut
dalam lemak, dan garam empedu. Morphine maye awalnya digunakan untuk
manajemen nyeri. nsaids (e. g., ketorolac) juga telah terbukti membantu dalam
manajemen paun. Anti kolinergik seperti atropin dan antispasmodik lainnya dapat
digunakan untuk mengendurkan otot polos dan mengurangi tonus duktus.
Jika pasien memiliki penyakit kandung empedu kronis atau obstruksi saluran
empedu, vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, dan K) mungkin akan diberikan,
garam empedu dapat diberikan untuk memfasilitasi pencernaan dan penyerapan
vitamin. Untuk pengobatan pruritus, cholestyramine dapat memberikan bantuan. Ini
adalah resin yang mengikat garam empedu di usus, meningkatkan ekskresi mereka
dalam tinja. Cholestyramine diberikan dalam bentuk bubuk dan harus dicampur dengan
22
susu atau jus. Efek samping termasuk mual, muntah, diare atau konstipasi, dan reaksi
kulit.
Terapi Gizi. Banyak pasien memiliki masalah demam jika mereka makan
makanan kecil, lebih sering dengan sedikit lemak pada setiap makan untuk
mempromosikan pengosongan kandung empedu. Jika obesitas merupakan masalah diet
rendah kalori diindikasikan. Diet harus rendah lemak jenuh (mis. Mentega, mentega,
lemak babi) dan tinggi serat dan kalsium. Penurunan berat badan yang cepat harus
dihindari karena dapat mempromosikan pertanian batu empedu.
2.2.6 Komplikasi
Banyak dari komplikasi yang sama dapat terjadi dari kolelitiasis, termasuk
kolangitis, sirosis bilier, karsinoma, dan peritonitis. Choledocholithiasis (batu di
saluran empedu) dapat terjadi, menghasilkan gejala obstruksi.
23
2.2.7 Web Of Causation (WOC) Kolelitiasis
Prespitasi/pengen
dapan Peningkatan sintesis kolesterol
Peradangan
Pengendapan kolesterol
Batu empedu
muntah
Identitas Pasien
Nama
Jenis kelamin
Usia
Agama
Suku/bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Data subyektif dan obyektif yang harus diperoleh dari seseorang dengan
penyakit kandung empedu disajikan pada Tabel 44-25.
TABLE 44-25 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Kolesistitis atau Kolelitiasis
Data Subjektif
Informasi Penting Kesehatan
Riwayat kesehatan masa lalu: Obesitas, multiparitas, infeksi, kanker, ekstensif
puasa, kehamilan
Obat: Penggunaan kontrasepsi estrogen atau oral
Pembedahan atau perawatan lainnya: Sebelumnya bedah perut
Pola kesehatan fungsional
Kesehatan persepsi-kesehatan manajemen: Riwayat keluarga yang positif; gaya
hidup menetap
26
Nutrisi-metabolik: Berat badan, anorexia, gangguan pencernaan, intoleransi lemak,
mual dan muntah, dispepsin; menggigil.
Penghapusan: Tinja berwarna tanah liat, steatorrhea, perut kembung, urin gelap
Persepsi kognitif: Sedang mengalami nyeri yang hebat di kuadran kanan atas yang
mungkin memancar ke punggung atau scapula; gatal
Data Objektif
Umum
Demam, kegelisahan
Integumen
Ikterus, sklera ikterik; diaforesis
Pernapasan
Takipnea, belat saat bernafas
Kardiovaskular
Takikardia
Saluran pencernaan
Kantong empedu teraba, pelindung perut dan distensi
Kemungkinan temuan diagnostik
1 enzim hati serum, alkali fosfatase, dan bilirubin: tidak adanya urobilinogen dalam
urin, saya bilirubin kemih, leukositosis, ultrasonografi kandung empedu abnormal
27
Diagnosis keperawatan untuk pasien dengan penyakit kandung empedu yang dirawat
dengan pembedahan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, yang berikut:
28
- Menunjukan kemajuan mencapai berat badan individu yang tepat.
- Makan habis 1 porsi.
NOC untuk pasien dengan penyakit kandung empedu yang dirawat dengan
pembedahan
29
2.3.4 Perumusan Intervensi Keperawatan (NIC)
Aktivitas :
1. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap,
hilang timbul, kolik)
2. Catat renspons terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri tidak hilang.
3. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.
4. Gunakan sprei halus atau katun; cairan kelamin; minyak mandi (Alphakeri)
5. Kontrol suhu lingkungan
6. Dorong menggunakan teknik relaksasi, contoh bimbingan imajinasi,
visualisasi, latihan nafas dalam, berikan aktivitas senggang
7. Sediakan waktu untuk mendengar atau mempertahankan kontak dengan pasien
8. Pertahankan status puasa, masukkan atau pertahankan penghisan NG sesuai
indikasi
9. Berikan obat: antikolinergik, contoh: atropin, propantelin(pro-ban-thine),
sesuai indikasi
10. Berikan terapi sedatif contoh: fenobardital
11. Berikan obat narkotik contoh: meperedin hidoklrorida (demerol): morfin
sulfat.
30
12. Berikan terapi rileksan otot halus, contoh: papa verin (pavabid): nitrokliserin,
amil nitrat
13. Berikan terapi asam senodeoksikolik (chenix): asam ursodeoksikolik
(USCDA, actigall)
14. Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi
15. Siapkan klien untuk shock gelombang exracorporeal litrotipsi (extracoporal
shock wafe lithotripsyi (ESWL))
16. Siapkan klien untuk endoskopi spingterotomi.
17. Siapkan klien untuk intervensi bedah kolesistekstomi
Aktivitas :
1. Monitor masukkan dan pengeluaran cairan, perhatikan pengeluaran kurang
dari masukkan, peningkatan berat jenis urine. kaji membran mukosa atau kulit,
nadi perifer, dan pengisian kapiler < 3 menit.
2. Awasi peningkatan atau berlanjutnya mual atau muntah, kram abdomen,
kelemahan, kejang ringan, kecepatan jantung tidak teratur, parestesia, hipoaktif
atau tak adanya bising usus, depresi pernafasan.
3. Hindarkan dari lingkungan yang berbau.
4. Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut.
31
5. Gunakan jarum kecil untuk injeksi dan melakukan tekanan pada bekas suntikan
lebih lama dari biasanya.
6. Kaji pendarahan yang tidak biasanya, contoh pendarahan terus menerus pada
sisi injeksi, mimisan, pendarahan, gusi, ekimosis, petekie, hematemesis/melena.
7. Pertahankan pasien puasa sesuai keperluan.
8. Masukkan slang NG, hubungkan ke penghisap dan pertahankan patensi sesuai
indikasi.
9. Berikan antiemetik, contoh proklorperazin (compazine).
10. Kaji ulang pemeriksaan laboratorium, contoh Ht/Hb; elektrolit; GDA (Ph);
waktu pembekuan.
11. Berikan cairan IV, elektrolit, dan vitamin K.
Aktivitas :
1. Kaji distensi abdomen, sering bertahak, berhati-hati, menolak bergerak.
2. Timbang BB setiap hari.
3. Diskusikan dengan pasien makanan kesukaan/ketidaksukaan, dan jadwal
makan yang disukai.
4. Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan
berbau.
32
5. Jaga kebersihan oral sebelum makan.
6. Tawarkan minum saat makan, bila toleran
7. Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.
8. Konsul dengan ahli diet/tim pendukung nutrisi sesuai indikasi.
9. Mulai diet cair rendah lemak setelah slang NG dilepas.
10. Berikan diet sesuai toleransi, biasanya rendah lemak, tinggi serat, batasi
makanan penghasil gas (contoh bawang, kol, jagung) dan makanan / minuman
tinggi lemak (contoh mentega, kacang).
Pasca operasi
Aktivitas :
1. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap,
hilang timbul, kolik)
2. Catat renspons terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri tidak hilang.
3. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.
33
4. Gunakan sprei halus atau katun; cairan kelamin; minyak mandi (Alphakeri)
5. Kontrol suhu lingkungan
6. Dorong menggunakan teknik relaksasi, contoh bimbingan imajinasi, visualisasi,
latihan nafas dalam, berikan aktivitas senggang
7. Berikan obat: antikolinergik, contoh: atropin, propantelin(pro-ban-thine), sesuai
indikasi
8. Berikan terapi sedatif contoh: fenobardital
9. Berikan obat narkotik contoh: meperedin hidoklrorida (demerol): morfin sulfat.
10. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
11. Beri tahu dokter untuk jika tidak berhasil atau jika keluhan pasien ini berubah
signifikan dari pengalaman nyeri sebelumnya
34
4. Informasikan pada pasien mengenai bagaimana caranya terlibat aktif dalam proses
penyembuhan
5. Arahkan pasien jika ada harapan yang tidak realistis
6. Arahkan pasien untuk menggunakan teknik koping yang positif dlam menghadapi
masalahnya (misalnya, guided imagery/imajinasi terbimbing, atau relaksasi)
7. Dokumentasikan Pendidikan kesehatan dan respon pasien terkait Pendidikan
kesehatan tersebut
8. Dukung informasi yang diberikan tenaga kesehatan lain, jika diperlukan.
Promosi Kesehatan. Anda harus memikul tanggung jawab untuk pengenalan faktor
predisposisi penyakit kandung empedu dalam skrining kesehatan secara umum.
Kelompok etnis di mana penyakit ini lebih umum, seperti penduduk asli Amerika,
harus diajarkan manifestasi awal terjadi dan diperintahkan untuk melihat penyedia
layanan kesehatan mereka jika manifestasi ini terjadi. Pasien dengan kolesistitis kronis
tidak memiliki gejala akut dan mungkin tidak mencari bantuan sampai terjadi ikterus
dan obstruksi bilier. Deteksi dini pada pasien ini bermanfaat sehingga mereka dapat
dikelola dengan diet rendah lemak dan dipantau lebih dekat
Pasien dengan kolesistitis akut atau kolelitiasis sering mengalami rasa sakit
yang parah. Obat-obatan yang diperintahkan untuk menghilangkan rasa sakit harus
diberikan sesuai kebutuhan oleh pasien dan sebelum rasa sakit menjadi lebih parah.
Kaji obat apa yang menghilangkan rasa sakit dan berapa banyak obat yang diperlukan.
35
untuk efek samping dari obat sebagai bagian dari penilaian lanjutan. Memelihara posisi
yang nyaman, dan perawatan mulut, adalah tepat.
Beberapa pasien memiliki mual dan muntah yang lebih parah daripada yang
lain. Untuk pasien ini mungkin diperlukan untuk memasukkan tabung NG dan
menggunakan dekompresi lambung. Penghapusan asupan makanan dan cairan juga
mencegah stimulasi lebih lanjut dari kandung empedu. Kebersihan mulut, perawatan
ini pasien. Untuk pasien dengan mual dan muntah yang kurang parah, antiemetik
biasanya memadai. Ketika pasien muntah, berikan langkah-langkah kenyamanan
seperti sering berkumur. Segera keluarkan setiap muntah segera dari pandangan pasien.
Jika pruritus terjadi dengan ikterus. Diperlukan tindakan untuk meredakan rasa
gatal. Langkah-langkah untuk meredakan pruritus dibahas sebelumnya dalam bab ini.
Sebagian besar dari rencana asuhan keperawatan untuk pasien ini berpusat pada
penilaian akurat dari perkembangan gejala dan perkembangan komplikasi. Perhatikan
tanda-tanda obstruksi duktus dengan batu. Termasuk penyakit kuning; tinja berwarna
tanah liat; gelap, urin berbusa: steartorrhea; demam; dan peningkatan jumlah WBC.
Ketika gejala obstruksi hadir (lihat tabel 44-22), perdarahan dapat terjadi akibat
penurunan produksi protrombin. Tempat umum untuk terobosan untuk perdarahan
adalah selaput lendir mulut, hidung, gingivae, dan tempat suntikan. Jika injeksi sudah
diberikan, use a small-gauge needle and apply gentle pressure after the injection.
Mengetahui waktu protrombin pasien dan menggunakannya sebagai panduan dalam
proses penilaian.
36
mengindikasikan pankreatitis. Pasien harus diistirahatkan selama beberapa jam dan
harus berupa NPO hingga refleks muntah kembali.
37
3. Anda dapat secara bertahap melanjutkan aktivitas normal
4. Kembali bekerja dalam 1 minggu setelah operasi
5. Anda dapat melanjutkan diet biasa Anda, tapi diet rendah lemak biasanya lebih
baik ditoleransi selama beberapa minggu setelah operasi.
Jika pasien memiliki tabung T (lihat gbr.44-19), bagian dari rencana asuhan
keperawatan terkait dengan mempertahankan drainase empedu dan pengamatan tabung
T terhubung ke sistem drainase gravitasi tertutup. Jika drainase penrose atau jackson
pratt atau tabung T menguras jumlah besar, akan sangat membantu jika menggunakan
sistem kantung steril untuk melindungi kulit.
38
Kadang-kadang pasien diharuskan untuk tetap pada diet rendah lemak selama
4 sampai 6 minggu. Jika demikian, rencana pengajaran diet individual diperlukan.
Program pengurangan berat badan dapat membantu jika pasien kelebihan berat badan.
Sebagian besar pasien mentoleransi diet teratur tanpa kesulitan tetapi harus
menghindari lemak berlebihan.
Hasil yang diharapkan secara keseluruhan adalah bahwa pasien dengan penyakit
kandung empedu akan
39
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Makalah ini dibuat agar pembaca bisa mengetahui apa itu kolelitiasis atau batu
empedu. Bisa berubah menjadi lebih baik dalam menjaga kesehatan. Lebih mengatur
pola hidup untuk mengurangi penyakit batu empedu karena merupakan salah satu
penyakit pencernaan yang sangat berbahaya.
40
DAFTAR PUSTAKA
41