PENDAHULUAN
Penyakit hernia atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah kondisi yang
terjadi ketika organ dalam tubuh menekan dan mencuat melalui jaringan otot atau
jaringan ikat disekitarnya yang lemah.jaringan ikat tubuh seharusnya cukup kuat untuk
menahan organ tubuh didalamnya agar tetap berada di posisinyamasing masing. Namun
beberapa hal menyebabkan jaringan ikat melemah, sehingga tidak dapat menahan organ
didalamnya dan mengakibatkan hernia. Penderita hernia, memang kebanyakan lelaki
dewasa dan anak – anak. Kebanyakan penderita, akan merasakan nyeri, jika terjadi
infeksi di dalamnya, misalnya jika anank – anak penderita terlalu aktif.
Berasal dari bahasa latin, hernia yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan
ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk
suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut
dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus.
Penyakit hernia banyak diderita oleh orang yang tinggal didaerah pedesaan yang
notabene penuh dengan aktivitas maupun kesibukan, dimana aktivitas tersebut
membutuhkan stamina yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus dipaksakan
maka penyakit hernia akan segera menghinggapi. Penjelasan mengenai penyakit hernia
dan proses keperawatannya dibahas pada bab selanjutnya.
Pada penyusunan karya tulis ini penulis hanya melakukan asuhan keperawatan
pada suatu klien dengan kasus hernia khususnya post operasi hernioraphy di ruang
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada klien hernia khususnya post operasi
hernioraphy.
1
1.3 Tujuan
post hernioraphy.
hernioraphy.
1.4 Manfaat
1.5 Sistematika
Untuk memberi gambaran pada pembaca mengenai keseluruhan isi maka penulis
2
Bab II : Tinjauan pustaka, terdiri dari definisi, anatomi, patofisiologi, dampak
Bab IV : Mengupas kesenjangan antara teori dan fakta yang ada untuk mencari
terhadap tujuan penulisan dan beberapa penyampaian saran, ada dua sub
bab kesimpulan dan saran yaitu kesimpulan dan saran dari bagian akhir
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi
Hernia merupakan penonjolan sebagian atau seluruh viskus dari posisi normalnya
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
2.2. Klasifikasi
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam, sifat dan
proses terjadinya, berikut ini penjelasannya :
Macam – macam hernia :
a. Macam – macam hernia didasarkan menurut letaknya, seperti :
1. Inguinal
Hernia inguinal dibagi lagi menjadi :
Indirek/ lateralis
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria dan
wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat
menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotun. Umumnya pasien
mengatakan turun berok, burut, atau kelingsir atau mengatakan adanya
benjolan di selangkangan/ kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau
menghilang pada saat tidur dan bila menangis, mengejan, atau mengangkat
benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.
Direk/ medialis
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih
umum pada lansia, hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area
yang lemah ini karena defisiensi kengenital. Hernia ini disebut derekta
karena langsung menuju annulus inguinalis eksterna sehingga meskipun
annulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap
4
akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan
sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus
dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa
bundar pada annulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien
tidur. Karena besarnya efek dari dinding posterior maka hernia ini jarang
sekali menjadi ireponibilis.
2. Femoral
hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita
daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hamper tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Ada pasien yang tinggi dari
inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
3. Umbilikal
hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan arena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan
wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya
yang telah sembuh secara tidak adekuat karena maslah pascaoperasi seperti
infeksi, nutrisi tidak adekuat, disteasi ekstrem atau kegemukan.
4. Incisional
batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
5
tekanan intra- abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kambali dan
timbul hernia inguinalis lateralis akuista.
6
Dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses local, keadaan ini
merupakan keadaan gawat darurat dan memerlukan pertolongan
segera.
4. Hernia strangulate, tingkatan hernia yang paling parah karena pembuli darah
sudah terjepit. Gangguan vaskularisasi disebut juga sebagai hernia stragulata.
Selain benjolan dan gejala klinis pada tingkatan incarcerate, gejala lain juga
muncul, seperti demam dan dehidrasi. Hernia strangulate mengkibatkan
nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapatkan darah akibat
pembuluh darah yang memasok darahnya terjepit. Bila terus didiamkan lama –
lama pembulu darah di daerah tersebut akan mati dan akan terjadi penimbunan
racun yang kemudian akan menyebar ke pembulu darah. Sebagi akibatnya,
akan terjadi sepsis yaitu beredarnya kuman dan toxin di dalam darah yang
dapat mengancam jiwa. Sangat mungkin pasien tidak bisa tenang karena
merasakan nyeri yang luar biasa. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat
darurat karena perlu mendapatkan pertolongan segera.
2.3 Etiologi
Proses vaginalis yang terbuka
Peningkatan tekanan di dalam rongga perut
Kehamilan
Batuk kronis
Pekerjaan mengangkat benda berat
Mengejan pada saat defekasi
Kelemahan otot dinding perut karena usia
2.4. Patofisiologi
PATHWAY HERNIA
7
2.5. Penatalaksanaan medis
penyangga bersifat sementara seperti pemakaian sabuk/ korset pada hernia ventralis.
Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan hernia inkarserata yang tidak
8
3. Jika usaha reposisi berhasil dapat dilakukan operasi
herniografi efektif
lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengejan selama BAB. Hindari kopi –kopi , the, coklat, cola, minuman
berakohol
2.6 Komplikasi
1. Hernia berulang
hematoma
6. Residip
9
7. Komplikasi lama merupakan
2.6.1 Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Anamnesa
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk
rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi,
operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-
10
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus,
penyembuhan luka.
3. Pola aktifitas
11
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
2.6.2 Pemeriksaan
b. Pemeriksaan Fisik.
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa sakit
2. Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan.
3. Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna pucat.
cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi pernafasan biasanya normal
5. Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada usus
ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing
spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine
cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau hematuri jika dipasang kateter
periksa apakah mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan
baik.
6. Ekstremitas
12
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat, juga
b.Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium.
2. Pemeriksaan Radiologi.
d. Foto thorax
c. Analisa data.
data subyektif dan data obyektif lalu dianalisa sehingga dapat ditarik
d. Diagnosa Keperawatan.
appendiktomy :
13
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan.
( Ingnatavicius; 1991).
( Doenges; 1989 ).
2.6.3 Perencanaan
Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana perawatan sesuai
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi, klien dapat
Rencana Tindakan :
Rasional :
14
a. Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat diajak bekerja
sama.
d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin
2. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan invasi kuman pada luka operasi.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda – tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.
Rencana tindakan :
a. Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya perawatan luka dan tanda - tanda
Rasional :
a. Penderita akan mengerti pentingnya perawatan luka dan segera melapor bila ada
15
b. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin
c. Media yang lembab dan basah merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
kuman.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Rencana Tindakan :
Rasional :
konstruktif.
16
2.6.4 Pelaksanaan
pada klien.
2.6.5 Evaluasi
Untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan
pengkajian ulang. Untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau
Dalam hal ini juga sebagai langkah koreksi terhadap rencana keperawatan
17
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Su No. Reg. : 363237
Umur : 63 tahun Tgl. MRS : 13 november 2018
Jenis Kelamin : laki laki Diagnosa : Hernia Inguinalis Lateralis sinistra /
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Alamat :
Penanggung : Sendiri
18
luka operasi, skala nyeri 4 (0-10), flatus (-), mual (+), muntah
(-), BAB (-)
19
III.3 Body Systems
III.3.1 Pernapasan (B1: Breathing)
Hidung : anosmia (-), deviasi septum (-) rhinorhea (-)
Trachea : tak ada kelainan.
Suara tambahan : wheezing (-), ronchi (-), rales (-), crackles (-)
Bentuk dada : simetris
20
Kemampuan pergerakan sendi : normal/bebas
Extremitas : tak ada kelainan
Tulang belakang : tak ada kelainan
Kulit
- Warna kulit : pigmentasi normal
- Akral : hangat
- Turgor : cukup
IV. PSIKOSOSIAL
Sosial/Interaksi:
Dukungan keluarga : aktif
Dukungan kelompok/teman/masyarakat : aktif
Reaksi saat interaksi : cukup koperatif
Spiritual:
Konsep tentang penguasa kehidupan : Allah
Sumber kekuatan/harapan saat sakit : Allah
Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini : Sholat
Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang
diharapkan saat ini: ibadah
Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama: tidak ada
Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi situasi sakit
saat ini: Ya
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: Ya
21
Persepsi terhadap penyebab penyakit: Cobaan/peringatan
Kebutuhan Pembelajaran:
- Klien menyatakan takut makan untuk menghindari nyeri perut, porsi yang disediakan
tidak dihabiskan.
- Klien menyatakan takut bergerak (tidur miring ke kiri-kanan, duduk) karena luka di
perutnya.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : (13/11/18)
SGPT 97 1-42
DARAH LENGKAP
Ureum 72 10-50
VI. TERAPI
Tgl 14/11/18:
22
- Diet Puasa
- Infus RL : D5 = 2 : 2
- Inj. Ketorolac 3x1 Ampul
- Inj. Asam tranexamat 3x1 Ampul
ANALISA DATA
Nama : Ny. Pa Umur : 58 tahun
23
DS: Hernia Resiko terjadi infeksi
- Klien mengeluh nyeri ↓ b/d discontinuitas
pada luka operasi Hernioraphy jaringan
DO: ↓
- Luka post operasi Kontinuitas jaringan terputus
hernioraphy (+) hari 1, ↓
suppurasi (-), pera- Resiko terjadi infeksi
dangan luka insisi (-)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
24
No & Dx.Keperawatan &
Rencana Tindakan Rasional
Tanggal Kriteria Hasil
14/11/2018 Nyeri (akut) b/d luka 1. Pertahankan istirahat dengan Menurunkan tegangan
1. insisi post appendek- variasi posisi semi Fowler, abdomen.
tomi. miring kiri-kanan, supinasi
dengan lulut ditekuk.
Kriteria hasil:
Klien akan: 2. Dorong ambulasi dini Meningkatkan
1. melaporkan nyeri normalisasi fungsi organ
hilang atau terkon- (merangsang peristaltic)
trol Dapat memberikan efek
2. tampak rileks 3. Berikan aktivitas hiburan ketenangan psikologis
dapat tidur malam terapeutik. walaupun mekanisme
selama 6-8 jam. penurunan suhu antara
kompres dingin dan
kompres hangat masih
diperdebatkan.
25
2. turgor kulit baik,
3. tanda vital dalam
batas normal,
haluaran urine ade-
kuat (1500-2000 ml/
24 jam
14/11/2018 Resiko terjadi infeksi 1. Beri penjelasan pada klien Penderita akan mengerti
3. b/d discontinuitas tentang pentingnya perawatan pentingnya perawatan
jaringan luka dan tanda - tanda atau luka dan segera melapor
gejala infeksi bila ada tanda – tanda
Kriteria hasil:
infeksi
- tidak ada tanda
tanda infeksi :
rubor, kalor, dolor, Perawatan luka yang
tumor 2. Rawat luka secara teratur dan
teratur dan aseptik dapat
aseptic
menghindari sekecil
mungkin invasi kuman
pada luka operasi
3. Jaga luka agar tetap bersih dan Media yang lembab dan
kering basah merupakan media
yang baik untuk
pertumbuhan kuman
4. Jaga kebersihan klien dan Media yang lembab dan
lingkungannya basah merupakan media
yang baik untuk
pertumbuhan kuman
5. Observasi tanda – tanda Mengetahui sedini
infeksi mungkin tanda – tanda
infeksi pada luka operasi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
26
Tgl Jam Tindakan Keperawatan Nama Perawat
4. Memberikan obat-obatan:
11.00 - ketorolac 1 amp
27
- Suhu 36,2 celcius
- Respirasi 20x/menit
14/11/18 Diagnosa 3 resiko infeksi didik
1. Memberi penjelasan pada klien tentang
pentingnya perawatan luka dan tanda - tanda atau
gejala infeksi
- Pasien dan keluarga mengerti akan
penjelasan perawat
2. Melakukan rawat luka secara teratur dan
aseptic
- Luka dirawat ditutup dengan kasa steril
3. Menjaga aga luka agar tetap bersih dan kering
- Luka ditutup dengan kasa steril
4. Menjaga kebersihan klien dan lingkungannya
- Memberikan alas underpad pada pinggang
pasien
- Mengganti sprei
6. Observasi tanda – tanda infeksi
- Rubor (-), kalor(-), oedema (-)
EVALUASI
15/11/18 Dx.1 Nyeri… S: Klien mengatakan keluhan nyeri (+), lebih didik
Jam 08.00 mendingan dari kemarin, skala 3-4 (ringan), tidur
nyenyak (± 6-7 jam)
15/11/18 Dx.2 Risiko keku- S: pasien mengatakan sudah bisa flatus, sudah Didik
Jam 08.00 rangan volume cairan boleh minumsedikit2
28
O: Tanda-tanda dehidrasi (-), mukosa mulut lem-
bab, turgor kulit baik, tanda vital (lihat Dx.1),
diet cair, klem NGT saat minum, produksi urine
300 (56 cc/jam)
A: Masalah teratasi
A: masalah teratasi
BAB IV
29
PEMBAHASAN
Hernia merupakan penonjolan sebagian atau seluruh viskus dari posisi normalnya
melalui suatu celah dimana viskus tersebut berada (Marijata, 2006). Penyebab utama hernia
Prinsip asuhan keperawatan pasien post operasi hernia adalah pengontrolan nyeri,
keluarga.
Asuhan keperawatan tidak hanya diberikan kepada pasien tetapi juga dicharge planning
clien dan keluarga untuk proses penyembuhannya. Pada kasus ini didapatkan tiga diagnosa
keperawatan meliputi :
Pada kasus ini terdapat dua diagnosa keperawatan yang dapat di atasi dan satu diagnosa
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
30
5.1 Kesimpulan
Hernia merupakan suatu penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan, dalam hal ini usus keluar dari rongga
Perawatan pasien hernia ini membutuhkan peran perawat untuk mengaplikasikan ilmu
Masalah keperawatan yang ditemukan pada kasus adalah : nyeri, resiko infeksi dan
resiko kekurangan volume cairan. Tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi
masalah resiko infeksi adalah : menjaga kebersihan diri, mengkaji tanda-tanda infeksi,
menganjurkan pasien agar jangan menyentuh lukanya dan menjaga agar luka tetap kering
serta mengkomsumsi makanan tinggi protein dan kalori. Untuk mengatasi masalah nyeri
tindakan yang telah dilakukan adalah : mengajarkan pasien tehnik relaksasi. Untuk
masalah resiko kekurangan cairan adalah melalukan observasi pemberian cairan per infus
Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.
Setelah 3 hari perawatan evaluasi akhir yang diperoleh adalah : pasien bebas dari rasa
nyeri, tidak terjadi infeksi dan tidak terjadi kekurangan cairan atau dehidrasi. Selanjutnya
pasien dipulangkan.
5.2 Saran
31
1. Untuk perawat : selama fase pre operasi hendaknya mempersiapkan pasien untuk
spiritual secara mandiri tanpa menunggu instruksi dari dokter. Bagi perawat di ruang
operasi : sebelum mengirim pasien kembali ke ruang rawat inap agar memperhatikan
keadaan pasien sestabil mungkin sehingga tidak menimbulkan masalah baru di ruang
rawat inap. Perlu adanya kerjasama yang baik antara perawat ruangan dan perawat
ruang operasi. Pendidikan pasien tentang mobilisasi post operasi perlu diberikan
sebelum dan setelah operasi agar pasien tidak takut untuk melakukannya.
DAFTAR PUSTAKA
32
Baratajaya, Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1990
M.A. Henderson, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Penerbit Yayasan essentia media, 1989.
Purnama Junaidi, Atiek S. Soemasto, Husna Amels,Kapita selecta kedokteran edisi II Media
Aeskulis, FKUI ; 1982.
Puruhito Dr, Soetanto Wibowo Dr, Soetomo Basuki Dr, Pedoman Tehnik Operasi “OPTEK”
UNAIR Press; 1993.
Soeparman Sarwono, Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI; 1990.
33