Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit hernia atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah kondisi yang
terjadi ketika organ dalam tubuh menekan dan mencuat melalui jaringan otot atau
jaringan ikat disekitarnya yang lemah.jaringan ikat tubuh seharusnya cukup kuat untuk
menahan organ tubuh didalamnya agar tetap berada di posisinyamasing masing. Namun
beberapa hal menyebabkan jaringan ikat melemah, sehingga tidak dapat menahan organ
didalamnya dan mengakibatkan hernia. Penderita hernia, memang kebanyakan lelaki
dewasa dan anak – anak. Kebanyakan penderita, akan merasakan nyeri, jika terjadi
infeksi di dalamnya, misalnya jika anank – anak penderita terlalu aktif.

Berasal dari bahasa latin, hernia yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan
ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk
suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut
dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus.

Penyakit hernia banyak diderita oleh orang yang tinggal didaerah pedesaan yang
notabene penuh dengan aktivitas maupun kesibukan, dimana aktivitas tersebut
membutuhkan stamina yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus dipaksakan
maka penyakit hernia akan segera menghinggapi. Penjelasan mengenai penyakit hernia
dan proses keperawatannya dibahas pada bab selanjutnya.

1.2 Batasan dan Perumusan Masalah

Pada penyusunan karya tulis ini penulis hanya melakukan asuhan keperawatan

pada suatu klien dengan kasus hernia khususnya post operasi hernioraphy di ruang

Flamboyan RSUD Dr. Soeroto Ngawi.

Dari permasalahan yang ada penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada klien hernia khususnya post operasi

hernioraphy.

1
1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan keperawatan klien post

hernioraphy secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien post hernioraphy.

b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien

post hernioraphy.

c. Dapat membuat perencanaan pada klien post hernioraphy.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien post hernioraphy.

e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien post

hernioraphy.

1.4 Manfaat

1. Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah

keperawatan pada klien post hernioraphy.

2. Asuhan keperawatan akan memberi wawasan kepada perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan yang benar tentang masalah klien post hernioraphy

1.5 Sistematika

Untuk memberi gambaran pada pembaca mengenai keseluruhan isi maka penulis

menyusun proposal ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut yaitu :

Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan, dan sistematika penulisan.

2
Bab II : Tinjauan pustaka, terdiri dari definisi, anatomi, patofisiologi, dampak

masalah dan asuhan keperawatan.

Bab III : Tinjauan kasus merupakan uraian yang menampilkan asuhan

keperawatan terhadap penderita secara nyata yang sistematikanya

disusun sesuai bab II

Bab IV : Mengupas kesenjangan antara teori dan fakta yang ada untuk mencari

jawaban atas tujuan penulisan

Bab V : Penutup mengutarakan kesimpulan dari uraian, pembahasan, jawaban

terhadap tujuan penulisan dan beberapa penyampaian saran, ada dua sub

bab kesimpulan dan saran yaitu kesimpulan dan saran dari bagian akhir

penulisan ini dicantumkan daftar pustaka

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi

Hernia merupakan penonjolan sebagian atau seluruh viskus dari posisi normalnya

melalui suatu celah dimana viskus tersebut berada (Marijata, 2006).

Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah

dari dinding rongga bersangkutan (Syamsuhidayat dan Jong, 2005).

2.2. Klasifikasi

Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam, sifat dan
proses terjadinya, berikut ini penjelasannya :
Macam – macam hernia :
a. Macam – macam hernia didasarkan menurut letaknya, seperti :
1. Inguinal
Hernia inguinal dibagi lagi menjadi :
 Indirek/ lateralis
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria dan
wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat
menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotun. Umumnya pasien
mengatakan turun berok, burut, atau kelingsir atau mengatakan adanya
benjolan di selangkangan/ kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau
menghilang pada saat tidur dan bila menangis, mengejan, atau mengangkat
benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.
 Direk/ medialis
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih
umum pada lansia, hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area
yang lemah ini karena defisiensi kengenital. Hernia ini disebut derekta
karena langsung menuju annulus inguinalis eksterna sehingga meskipun
annulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap
4
akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan
sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus
dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa
bundar pada annulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien
tidur. Karena besarnya efek dari dinding posterior maka hernia ini jarang
sekali menjadi ireponibilis.
2. Femoral
hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita
daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hamper tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Ada pasien yang tinggi dari
inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
3. Umbilikal
hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan arena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan
wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya
yang telah sembuh secara tidak adekuat karena maslah pascaoperasi seperti
infeksi, nutrisi tidak adekuat, disteasi ekstrem atau kegemukan.
4. Incisional
batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.

b. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :


1. Hernia bawaan atau congenital
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis ( indireks ) ; kanalis
inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan
menarik peritoneum ke daerah dalam skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesu vaginalis peritonei. Pada bayi yang
sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalaui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa
hal, kanalis ini tidak menutup, karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan kebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bilas prosesus terbuka terus
( karena tidak mengalami obliterasi ) akan timbul hernia inguinalis lateralis
congenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan

5
tekanan intra- abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kambali dan
timbul hernia inguinalis lateralis akuista.

2. Hernia dapatan atau akuisita ( acquisitus = didapat )

c. Menurut stadiumnya , hernia dibedakan menjadi :


1. Hernia reponibel/ reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk. Tidak ada keluhan atau gejala obstruksi usus.
Hernia reponible tanda dan gejalanya :
 Pasien meras tidak enak ditempat penonjolan.
 Ada penonjolan di salah satu lokasi abdomen misalnya inguinal,
femoralis dan lain – lain. Penonjolan timbul saat mengejan BAB,
mengangkat beban berat ataupun saat aktivitas berat dan hilang pada
waktu istirahat baring.
 Kadang – kadang perut kembung
 Apabila terjadi perlengkapan pada kantung hernia dan isi hernia maka
tidak dapat dimasukkan lagi ( ireponible ).
2. Hernia ireponnible, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga. Ini biasaanya disebabkan oleh perletakkan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta ( accretes =
pelekatan karena fibrosis ). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda
sumbatan usus.
3. Hernia inkaserata, ( incarceration = terperangkap, cancer = penjara ), yaitu bila
isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidah dapat kembali kedalam rongga perut disertai akibatnya
yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia
inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponible dengan gangguan
pasase. Hernia inkaserata mempunyai tanda dan gejala :
 Adanya gambaran obstruksi usus dimana pasien mengalami obstipasi,
muntah, tidak flatus, perut kembung dan dehidrasi.
 Terjadi gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
 Bila lelah terjadi strangulasi, pasien mengalami nyeri hebat di daerah
hernia, dimana nyeri menetap karena rangsangan peritoneum . pada
pemeriksaan local dimukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan lagi
disertai nyeri tekan dan tergantung kejadian hernia.

6
 Dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses local, keadaan ini
merupakan keadaan gawat darurat dan memerlukan pertolongan
segera.
4. Hernia strangulate, tingkatan hernia yang paling parah karena pembuli darah
sudah terjepit. Gangguan vaskularisasi disebut juga sebagai hernia stragulata.
Selain benjolan dan gejala klinis pada tingkatan incarcerate, gejala lain juga
muncul, seperti demam dan dehidrasi. Hernia strangulate mengkibatkan
nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapatkan darah akibat
pembuluh darah yang memasok darahnya terjepit. Bila terus didiamkan lama –
lama pembulu darah di daerah tersebut akan mati dan akan terjadi penimbunan
racun yang kemudian akan menyebar ke pembulu darah. Sebagi akibatnya,
akan terjadi sepsis yaitu beredarnya kuman dan toxin di dalam darah yang
dapat mengancam jiwa. Sangat mungkin pasien tidak bisa tenang karena
merasakan nyeri yang luar biasa. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat
darurat karena perlu mendapatkan pertolongan segera.
2.3 Etiologi
 Proses vaginalis yang terbuka
 Peningkatan tekanan di dalam rongga perut
 Kehamilan
 Batuk kronis
 Pekerjaan mengangkat benda berat
 Mengejan pada saat defekasi
 Kelemahan otot dinding perut karena usia

2.4. Patofisiologi

PATHWAY HERNIA

7
2.5. Penatalaksanaan medis

1. Terapi konservatif/ non bedah : penggunaan alat

penyangga bersifat sementara seperti pemakaian sabuk/ korset pada hernia ventralis.

Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan hernia inkarserata yang tidak

menunjukkan gejala operatif

2. Terapi umum dalah terapi operatif

8
3. Jika usaha reposisi berhasil dapat dilakukan operasi

herniografi efektif

4. Jika suatu operasi hernia diragukan, diberikan kompres

hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali

5. Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat

sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat

6. Pengobatan dengan pemberian obat anti nyeri, misalnya

asetoninofen, antibotik untuk membasmi infeksi dan obat pelunak tinja

7. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi

lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat

sembelit dan mengejan selama BAB. Hindari kopi –kopi , the, coklat, cola, minuman

berakohol

8. Hindari aktivitas – aktivitas yang berat

2.6 Komplikasi

1. Hernia berulang

2. Kerusakan pada pasokan darah,

testis atau syaraf jika pasien laki – laki

3. Perdarahan yang berlebihan/

infeksi luka bedah

4. Setelah herniografi dapat terjadi

hematoma

5. Fostes urin dan feses

6. Residip

9
7. Komplikasi lama merupakan

atropi testis karena lesi

2.6 Asuhan keperawatan

Dengan memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan pendekatan proses

keperawatan dengan melalui beberapa tahap yaitu :

2.6.1 Pengkajian

a. Pengumpulan data

1. Anamnesa

a. Identitas

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk

rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur

pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.

b. Riwayat penyakit sekarang

Klien dengan post hernioraphy mempunyai keluhan utama nyeri yang

disebabkan insisi abdomen.

c. Riwayat penyakit dahulu

Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi,

operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-

abatan yang pernah digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan

imunisasi apa yang pernah diderita.

d. Riwayat penyakit keluarga

10
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus,

hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya yang

dilakukan dan bagaimana genogramnya .

e. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan

kebiasaan olah raga (lama frekwensinya), bagaimana status ekonomi

keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi lamanya

penyembuhan luka.

2. Pola Tidur dan Istirahat

Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga

dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.

3. Pola aktifitas

Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa

nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest

berapa waktu lamanya setelah pembedahan.

4. Pola hubungan dan peran

Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa

melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.

penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

5. Pola sensorik dan kognitif

Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, pearaan serta

pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi

terhadap orang tua, waktu dan tempat.

6. Pola penanggulangan stress

11
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.

7. Pola tata nilai dan kepercayaan

Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien

mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.

2.6.2 Pemeriksaan

b. Pemeriksaan Fisik.

1. Status Kesehatan umum

Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa sakit

ada tidaknya kelemahan.

2. Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan.
3. Kepala dan Leher

Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna pucat.

4. Torax dan Paru

Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan

cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi pernafasan biasanya normal

(16 – 20 kali permenit). Apakah ada ronchi, whezing, stridor.

5. Abdomen

Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada usus

ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing

spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine

cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau hematuri jika dipasang kateter

periksa apakah mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan

baik.

6. Ekstremitas

12
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat, juga

apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.

b.Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium.

a. URINE : protein, darah, uro/bilirubin yang mereduksi ( DM ), analisa

asam ( Penyebab metabolic ), kultur ( ISK).

b. Darah : darah rutin, BUN, Kreatinin, ( Kelainan ginjal ), elektrolit

( komplikasi muntah ), status asam basa ( komplikasi muntah ), uji

fungsi hati ( Penyakit Hepar)

2. Pemeriksaan Radiologi.

a. Foto abdomen ( terlentang dan tegak ) obstruksi.

b. Foto abdomen kontras : stenosis pilorik, hepertropi, invaginasi

c. USG : stenosis pilorik, hipertrofi, invaginasi

d. Foto thorax

c. Analisa data.

Dari urarai diatas pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan menjadi

data subyektif dan data obyektif lalu dianalisa sehingga dapat ditarik

kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan

diagnosa keperawatan (lismidar, 1990).

d. Diagnosa Keperawatan.

Tahap akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan. Diagnosa

keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa data yang diperoleh dari pengkajian

data. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita post

appendiktomy :

13
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan.

( Ingnatavicius; 1991).

2. Potensial terjadi infeksi dengan invasi kuman pada luka operasi .

( Doenges; 1989 ).

3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari team kesehatan

akan penyembuhan penyakit ( Ingnatavicius; 1991 ).

2.6.3 Perencanaan

Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana perawatan sesuai

dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan.

Tujuan :

Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.

Kriteria Hasil :

Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi, klien dapat

istirahat dengan cukup.

Skala nyeri sedang

Rencana Tindakan :

a. Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.

b. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.

c. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.

d. Rawat luka secara teratur daan aseptik.

Rasional :

14
a. Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat diajak bekerja

sama.

b. Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian klien agar dapat

mengurangi rasa nyeri.

c. Penderita sendiri yamg merasakan posisi yang lebih menyenangkan sehingga

mengurangi rasa nyeri.

d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin

invasi kuman pada luka operasi.

e. Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.

2. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan invasi kuman pada luka operasi.

Tujuan :

Infeksi pada luka operasi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Tidak ada tanda – tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.

Rencana tindakan :

a. Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya perawatan luka dan tanda - tanda

atau gejala infeksi.

b. Rawat luka secara teratur dan aseptik.

c. Jaga luka agar tetap bersih dan kering.

d. Jaga kebersihan klien dan lingkungannya.

e. Observasi tanda – tanda vital.

f. Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik yang sesuai.

Rasional :

a. Penderita akan mengerti pentingnya perawatan luka dan segera melapor bila ada

tanda – tanda infeksi.

15
b. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin

invasi kuman pada luka operasi.

c. Media yang lembab dan basah merupakan media yang baik untuk pertumbuhan

kuman.

d. Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda infeksi pada luka operasi.

e. Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda infeksi secepatnya mengatasi.

3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari Antibiotik menghambat

proses infeksi dalam tubuh.

Tujuan :

Rasa cemas berkurang.

Kriteria hasil :

Klien dapat mengekspresikan kecemasan secara konstruktif, klien dapat tidur

dengan tenang dan berkomunikasi dengan teman sekamarnya.

Rencana Tindakan :

a. Jelaskan keadaan proses penyebab dan penyakitnya

b. Jelaskan pengaruh psikologis terhadap fisiknya (Penyembuhan penyakit).

c. Jelaskan tindakan perawatan yang akan diberikan.

Rasional :

a. Dengan penjelasan diharapkan klien dapat mengerti sehingga klien menerima

dan beradaptasi dengan baik.

b. Pengertian dan pemahamannya yang benar membantu klien berfikir secara

konstruktif.

c. Dengan penjelasan benar akan menambah keyakinan atau kepercayaan diri

klien. (FK UI; 1990)

16
2.6.4 Pelaksanaan

Merupakan realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang telah diberikan

pada klien.

2.6.5 Evaluasi

Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah :

Untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan

pengkajian ulang. Untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau

tidak tercapai dapat dibuktikan dari prilaku penderita.

Dalam hal ini juga sebagai langkah koreksi terhadap rencana keperawatan

semula. Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya yang lebih relevan.

17
BAB III
LAPORAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Petugas : Didik Sugianto, Amd.Kep


Ruangan : Flamboyan RSUD Dr. Soeroto Ngawi
Tanggal Pengkajian : 15 November 2018 Jam: 08.00 WIB

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Su No. Reg. : 363237
Umur : 63 tahun Tgl. MRS : 13 november 2018
Jenis Kelamin : laki laki Diagnosa : Hernia Inguinalis Lateralis sinistra /

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia post op Hernioraphy

Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Alamat :
Penanggung : Sendiri

II. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


II.1 Riwayat Sebelum Sakit:
Penyakit berat yang penah diderita : --
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : --
Kebiasaan berobat : Puskesmas
Alergi : --
Kebiasaan merokok/alcohol : --
II.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama MRS : Benjolan pada buah zakar 1 hari SMRS (12/11/18), benjolan
tidak bisa hilang, mual (+), muntah (+).
Keluhan utama saat ini : Nyeri pada luka operasi.
Riwayat keluhan : Klien menjalani operasi herniporaphy pada tanggal 14/11/18,
saat ini luka tertutup kasa steril, pasien mengeluh nyeri pada

18
luka operasi, skala nyeri 4 (0-10), flatus (-), mual (+), muntah
(-), BAB (-)

II.3 Riwayat Kesehatan Keluarga


Genogram:

II.4 Riwayat Kesehatan Lingkungan : --

II.5 Riwayat Kesehatan Lainnya:


Alat bantu yang dipakai:
-Gigi palsu : tidak
-Kaca mata : tidak
-Pendengaran : tidak
-Lainnya (sebutkan) : --

III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


III.1 Keadaan umum : Kesadaran baik, sakit sedang, tampak lemah, tirah baring.

III.2 Tanda-tanda vital, TB dan BB:


S : 36,9 0C (axilla)
N : 108 x/mnt, teratur, lemah.
TD : 120/80 mmH, lengan kanan, berbaring
RR : 24 x/mnt, normal
TB : 156 cm
BB : 57 kg.

19
III.3 Body Systems
III.3.1 Pernapasan (B1: Breathing)
Hidung : anosmia (-), deviasi septum (-) rhinorhea (-)
Trachea : tak ada kelainan.
Suara tambahan : wheezing (-), ronchi (-), rales (-), crackles (-)
Bentuk dada : simetris

III.3.2 Cardiovaskuler (B2: Bleeding)


Keluhan : pusing (-), sakit kepala (-), palpitasi (-), nyeri dada (-), kram kaki (-)
Suara jantung : S1/S2 normal/murni

III.3.3 Persyarafan (B3: Brain)


Kesadaran : Composmentis GCS: E = 4, V = 5, M = 6
Pupil : isokor, reaksi cahaya (+)/normal
Refleks tendon : normal
Persepsi sensori : tak ada kelainan

III.3.4 Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)


Produksi urine : ± 1500-2000 ml/24 jam;
Frekuensi : > 5/hari
Warna : kekuningan
Bau : khas amoniak
Keluhan : tidak ada masalah

III.3.5 Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)


Mulut dan tenggorok : fungsi mengunyah baik, fungsi menelan baik, kebersihan
mulut baik, terpasang NGT, produksi 200cc, warna kehijauan.
Abdomen : bising usus 4x/menit, distensi (-), nyeri tekan (+), luka (+)
post operasi hernioraphy.
Rectum : tidak ada benjolan
BAB : pasien belum BAB.
Diet : bubur saring (vloy barr)

III.3.6 Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)

20
Kemampuan pergerakan sendi : normal/bebas
Extremitas : tak ada kelainan
Tulang belakang : tak ada kelainan
Kulit
- Warna kulit : pigmentasi normal
- Akral : hangat
- Turgor : cukup

III.3.7 Sistem Endokrin


Terapi hormon : --
Karakteristik sex sekunder: normal
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik: tidak ada kelainan

III.3.8 Sistem Reproduksi


Perempuan:
-Kelamin : bentuk normal, kebersihan baik.

IV. PSIKOSOSIAL
Sosial/Interaksi:
Dukungan keluarga : aktif
Dukungan kelompok/teman/masyarakat : aktif
Reaksi saat interaksi : cukup koperatif

Spiritual:
Konsep tentang penguasa kehidupan : Allah
Sumber kekuatan/harapan saat sakit : Allah
Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini : Sholat
Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang
diharapkan saat ini: ibadah
Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama: tidak ada
Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi situasi sakit
saat ini: Ya
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: Ya

21
Persepsi terhadap penyebab penyakit: Cobaan/peringatan

Kebutuhan Pembelajaran:
- Klien menyatakan takut makan untuk menghindari nyeri perut, porsi yang disediakan
tidak dihabiskan.
- Klien menyatakan takut bergerak (tidur miring ke kiri-kanan, duduk) karena luka di
perutnya.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : (13/11/18)

JENIS HASIL NILAI RUJUKAN


FAAL HATI

 SGOT 139 1-37

 SGPT 97 1-42
DARAH LENGKAP

 Lekosit 5,59 10^3 /μL 04.50 – 11.50

 Eritrosit 3,32 10^6 /μL 4.00 – 5.40

 Hemoglobin 9 g/dl 12,0- 15,0

 MCV 92,8 fL 80.0 – 94.0

 MCH 27,2 pg 26.0 – 32.0

 Trombosit 292 x10^3/ μL 150 – 450

 Hematokrit 27,2 % 35,0-49,0


Elektrolit

 Kalium 4,96 3.50-5.30

 Natrium 128,6 135-148

 Chlorida 107,4 98,0-107,0


Fungsi Ginjal

 Creatinin 1,29 0,6-1,0

 Ureum 72 10-50

VI. TERAPI
Tgl 14/11/18:

22
- Diet Puasa
- Infus RL : D5 = 2 : 2
- Inj. Ketorolac 3x1 Ampul
- Inj. Asam tranexamat 3x1 Ampul

Tanda Tangan Petugas

ANALISA DATA
Nama : Ny. Pa Umur : 58 tahun

Data Penyebab Masalah

DS: Hernia Ireponible Risiko kekurangan


- Klien mengeluh belum ↓ volume cairan. b/d
bisa flatus, mual (+) Usus tidak dapat kembali ke rongga pembatasan intake
peritonium
DO: ↓
- Bising usus 4x/menit Gangguan vaskularisasi usus
- Terpasang NGT ↓
produksi 200 cc Fungsi usus menurun
- Diet masih puasa ↓
Pembatasan pemasukan cairan secara oral

Kekurangan volume cairan
DS: Hernia Nyeri (akut) b/d Agen
- Klien mengeluh nyeri ↓ cidera fisik (post
pada luka operasi, nyeri Hernioraphy appendektomi).
seperti ditusuk, nyeri ↓
bertambah ssat Kontinuitas jaringan terputus
bergerak dengan skala Pelepasan neurotransmitter penyebab nyeri
4 (0-10) (bradikinin, histamin, enzim proteolitik, dll)

DO: Peningkatan eksitabilitas reseptor nyeri
- Luka post operasi ↓
hernioraphy (+) hari 1, Respon nyeri periper + viseral
suppurasi (-), pera-
dangan luka insisi (-)
- Klien tampak lemah,
raut muka meringis,
tirang baring, miring
kiri/kanan (-), duduk (-)

23
DS: Hernia Resiko terjadi infeksi
- Klien mengeluh nyeri ↓ b/d discontinuitas
pada luka operasi Hernioraphy jaringan
DO: ↓
- Luka post operasi Kontinuitas jaringan terputus
hernioraphy (+) hari 1, ↓
suppurasi (-), pera- Resiko terjadi infeksi
dangan luka insisi (-)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri (akut) b/d Agen cidera fisik (post hernioraphy).

2. Risiko kekurangan volume cairan. b/d pembatasan intake

3. Resiko terjadi infeksi b/d discontinuitas jaringan.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : Tn. Su Umur : 63 tahun

24
No & Dx.Keperawatan &
Rencana Tindakan Rasional
Tanggal Kriteria Hasil
14/11/2018 Nyeri (akut) b/d luka 1. Pertahankan istirahat dengan Menurunkan tegangan
1. insisi post appendek- variasi posisi semi Fowler, abdomen.
tomi. miring kiri-kanan, supinasi
dengan lulut ditekuk.
Kriteria hasil:
Klien akan: 2. Dorong ambulasi dini Meningkatkan
1. melaporkan nyeri normalisasi fungsi organ
hilang atau terkon- (merangsang peristaltic)
trol Dapat memberikan efek
2. tampak rileks 3. Berikan aktivitas hiburan ketenangan psikologis
dapat tidur malam terapeutik. walaupun mekanisme
selama 6-8 jam. penurunan suhu antara
kompres dingin dan
kompres hangat masih
diperdebatkan.

4. Berikan obat analgetik dan Analgetika mengurangi


antibiotika sesuai program nyeri
terapi.
5. Pantau perkembangan keluhan
nyeri (skala, lokasi, frekuensi, proses infeksi yang
durasi dan faktor pencetus) menimbulkan nyeri.

6. Pantau keadaan luka insisi Menilai perkembangan


pasca bedah: masalah klien

7. Pantau dampak nyeri terhadap Menilai dampak nyeri


aktivitas dan istirahat klien terhadap kemungkinan
timbulnya masalah baru

14/11/2018 Risiko kekurangan 1. Observasi pemberian cairan Asupan cairan yang


2. volume cairan b/d per infuse adekuat dibutuhkan untuk
pembatasan intake. mengganti pembatasan
cairan per oral
Kriteria hasil:
Klien akan memperta- 2. Kaji tanda-tanda dehidrasi, Menilai perkembangan
hankan keseimbangan volume dan karakteristik
masalah klien
cairan dengan tanda: urine
1. mukosa lembab,

25
2. turgor kulit baik,
3. tanda vital dalam
batas normal,
haluaran urine ade-
kuat (1500-2000 ml/
24 jam
14/11/2018 Resiko terjadi infeksi 1. Beri penjelasan pada klien Penderita akan mengerti
3. b/d discontinuitas tentang pentingnya perawatan pentingnya perawatan
jaringan luka dan tanda - tanda atau luka dan segera melapor
gejala infeksi bila ada tanda – tanda
Kriteria hasil:
infeksi
- tidak ada tanda
tanda infeksi :
rubor, kalor, dolor, Perawatan luka yang
tumor 2. Rawat luka secara teratur dan
teratur dan aseptik dapat
aseptic
menghindari sekecil
mungkin invasi kuman
pada luka operasi

3. Jaga luka agar tetap bersih dan Media yang lembab dan
kering basah merupakan media
yang baik untuk
pertumbuhan kuman
4. Jaga kebersihan klien dan Media yang lembab dan
lingkungannya basah merupakan media
yang baik untuk
pertumbuhan kuman
5. Observasi tanda – tanda Mengetahui sedini
infeksi mungkin tanda – tanda
infeksi pada luka operasi

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. Su Umur : 63 tahun

26
Tgl Jam Tindakan Keperawatan Nama Perawat

14/11/18 Dx.1 Nyeri … didik

1. Membantu klien melakukan perubahan posisi


09.30 baring (semi Fowler, miring kiri-kanan,
supinasi dengan lulut ditekuk)

2. Menjelaskan pentingnya ambulasi dini dan


09.45 mendorong klien melakukannya.

3. Mendampingi klien saat serangan nyeri,


10.00 melaukan masase ringan pada permukaan
abdomen, mengajarkan latihan napas dalam.

4. Memberikan obat-obatan:
11.00 - ketorolac 1 amp

5. Memantau perkembangan keluhan nyeri


- skala: sedang (4-6)
- lokasi: abdomen kiri bawah
11.30 - fqualitasi: seperti ditusuk
- durasi: menetap
- faktor pencetus: luka insisi pasca bedah

6. Memantau keadaan luka insisi pasca bedah:


- Tanda-tanda peradangan (-)
12.30 - Suppurasi (-)

7. Memantau dampak nyeri terhadap aktivitas


12.55 dan istirahat klien:
- Ambulasi: terbatas, takut bergerak
- Istirahat/tidur: tidak terkaji

14/11/18 Diagnosa 2 resiko kekurangan volume cairan didik

10.11 1. Mengbservasi pemberian cairan per infuse


- Cairan terpasang RL 28x/menit, netes
lancar
2. mengkaji tanda-tanda dehidrasi, volume dan
karakteristik urine
- Mukosa mulut lembab, turgor cukup,
tanda-tanda dehidrasi (-)
- Volume urine 200 cc (55 cc/jam)
- Tensi 130/80
- Nadi 88x/menit

27
- Suhu 36,2 celcius
- Respirasi 20x/menit
14/11/18 Diagnosa 3 resiko infeksi didik
1. Memberi penjelasan pada klien tentang
pentingnya perawatan luka dan tanda - tanda atau
gejala infeksi
- Pasien dan keluarga mengerti akan
penjelasan perawat
2. Melakukan rawat luka secara teratur dan
aseptic
- Luka dirawat ditutup dengan kasa steril
3. Menjaga aga luka agar tetap bersih dan kering
- Luka ditutup dengan kasa steril
4. Menjaga kebersihan klien dan lingkungannya
- Memberikan alas underpad pada pinggang
pasien
- Mengganti sprei
6. Observasi tanda – tanda infeksi
- Rubor (-), kalor(-), oedema (-)

EVALUASI

Nama : Tn. Su Umur: 63 tahun


Nama
Tgl & No. Diagnosa Evaluasi Perawat

15/11/18 Dx.1 Nyeri… S: Klien mengatakan keluhan nyeri (+), lebih didik
Jam 08.00 mendingan dari kemarin, skala 3-4 (ringan), tidur
nyenyak (± 6-7 jam)

O: - Ekspresi wajah rileks


- Tanda-tanda peradangan luka insisi bedah (-)
- Tensi 130/80
- Nadi 88x/menit
- Suhu 36,2 celcius
- Respirasi 20x/menit
A: Masalah teratasi sebagian.

P: - Lanjutkan intervensi no. 4 dan 5


- Tekankan bahwa nyeri akan berkurang seiring
dengan proses penyembuhan luka bedah

15/11/18 Dx.2 Risiko keku- S: pasien mengatakan sudah bisa flatus, sudah Didik
Jam 08.00 rangan volume cairan boleh minumsedikit2

28
O: Tanda-tanda dehidrasi (-), mukosa mulut lem-
bab, turgor kulit baik, tanda vital (lihat Dx.1),
diet cair, klem NGT saat minum, produksi urine
300 (56 cc/jam)

A: Masalah teratasi

P: lanjutkan intervensi no.1 dan 2

15/11/18 Dx.2 Risiko infeksi S : Pasien mengatakan lukanya baik Didik


Jam 08.00
O : tanda tanda infeksi (-), rubor(-) kalor(-) pus (-)

A: masalah teratasi

P: lanjutkan intervensi no.2 dan 6

BAB IV

29
PEMBAHASAN

Hernia merupakan penonjolan sebagian atau seluruh viskus dari posisi normalnya

melalui suatu celah dimana viskus tersebut berada (Marijata, 2006). Penyebab utama hernia

adalah melemahnya lapisan otot dinding perut.

Prinsip asuhan keperawatan pasien post operasi hernia adalah pengontrolan nyeri,

pencegahan infeksi,pemenuhan cairan/nutrisi yang adekuat, dan bimbingan kecemasan

keluarga.

Asuhan keperawatan tidak hanya diberikan kepada pasien tetapi juga dicharge planning

clien dan keluarga untuk proses penyembuhannya. Pada kasus ini didapatkan tiga diagnosa

keperawatan meliputi :

1. Nyeri (akut) b/d Agen cidera fisik (post hernioraphy).

2. Risiko kekurangan volume cairan. b/d pembatasan intake

3. Resiko terjadi infeksi b/d discontinuitas jaringan

Pada kasus ini terdapat dua diagnosa keperawatan yang dapat di atasi dan satu diagnosa

keperawatan teratasi sebagian.

Hasil evaluasi yang di dapatkan pada kasus ini meliputi :

1. Nyeri teratasi sebagian.

2. Resiko kekurangan volume cairan teratasi.

3. Resiko terjadi infeksi teratasi.

BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP

30
5.1 Kesimpulan

Hernia merupakan suatu penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian

lemah dari dinding rongga bersangkutan, dalam hal ini usus keluar dari rongga

peritonium. Penanganan hernia pada umumnya dilakukan adalah pembedahan atau

hernioraphy. hernioraphy adalah membuang kantong hernia disertai tindakan bedah

untuk memperkuat didnding perut bagian bawah dibelakang kanalis inguinalis.

Perawatan pasien hernia ini membutuhkan peran perawat untuk mengaplikasikan ilmu

yang sudah diperolehnya. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan

apendiksitis kronik yang menjalani pembedahan meliputi : mengatasi nyeri,

mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah infeksi dan memberikan

pendidikan kesehatan pada klien.

Masalah keperawatan yang ditemukan pada kasus adalah : nyeri, resiko infeksi dan

resiko kekurangan volume cairan. Tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi

masalah resiko infeksi adalah : menjaga kebersihan diri, mengkaji tanda-tanda infeksi,

menganjurkan pasien agar jangan menyentuh lukanya dan menjaga agar luka tetap kering

serta mengkomsumsi makanan tinggi protein dan kalori. Untuk mengatasi masalah nyeri

tindakan yang telah dilakukan adalah : mengajarkan pasien tehnik relaksasi. Untuk

masalah resiko kekurangan cairan adalah melalukan observasi pemberian cairan per infus

dan mengobservasi produksi urine.

Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.

Setelah 3 hari perawatan evaluasi akhir yang diperoleh adalah : pasien bebas dari rasa

nyeri, tidak terjadi infeksi dan tidak terjadi kekurangan cairan atau dehidrasi. Selanjutnya

pasien dipulangkan.

5.2 Saran

31
1. Untuk perawat : selama fase pre operasi hendaknya mempersiapkan pasien untuk

menghadapi pembedahan secara histolik menyangkut aspek biopsikososial dan

spiritual secara mandiri tanpa menunggu instruksi dari dokter. Bagi perawat di ruang

operasi : sebelum mengirim pasien kembali ke ruang rawat inap agar memperhatikan

keadaan pasien sestabil mungkin sehingga tidak menimbulkan masalah baru di ruang

rawat inap. Perlu adanya kerjasama yang baik antara perawat ruangan dan perawat

ruang operasi. Pendidikan pasien tentang mobilisasi post operasi perlu diberikan

sebelum dan setelah operasi agar pasien tidak takut untuk melakukannya.

d. Bagi pasien : Mengikuti semua anjuran yang deberikan oleh petugas

kesehatan, khususnya perawat dan perlu didukung oleh keluarga.

e. Bagi rumah sakit : Memberikan pelatihan pada para perawat tentang

penanganan pasien post operasi, khususnya post operasi apendiksitis.

DAFTAR PUSTAKA

32
Baratajaya, Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1990

Dona P. Ignatavicus, Medical surgical Nursing A Nursing Aproach , edisi I; 1991.

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Digestive Surgency, Surabaya.

Lismidar, Proses keperawatan FKUI; 1990.

Marlyn E. Doenges, Nursing care Plans, F. A. Davis Company, Philadelphia; 1989.

M.A. Henderson, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Penerbit Yayasan essentia media, 1989.

Purnama Junaidi, Atiek S. Soemasto, Husna Amels,Kapita selecta kedokteran edisi II Media
Aeskulis, FKUI ; 1982.

Puruhito Dr, Soetanto Wibowo Dr, Soetomo Basuki Dr, Pedoman Tehnik Operasi “OPTEK”
UNAIR Press; 1993.

Soeparman Sarwono, Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI; 1990.

Win Dejong, R, Syamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC; 1997.

33

Anda mungkin juga menyukai