Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

HIPERTENSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas


Dosen Pengampu H. Hariyadi, S.Kp., M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

1. AMALIA RENI SUPRAPTO


2. DIDIK SUGIANTO
3. GALIH NURANI RISQI
4. HERU BURHAN AMANU
5. KRISTIN TRI NURIYANTI
6. LANGGENG ARI WIBOWO
7. MAYA FEBRIANTIKA PUTRI
8. SULIS MURDIANI
9. TRIA ERI SETIANINGTIAS
10. TOMY EKO WAHYUDI
11. YAHYAN FATKUROHMAD

STIKES BHAKTI HUSADA MULYA MADIUN


PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi”. Makalah ini disusun sebagai salah
satu persyaratan untuk memenui tugas mata pelajaran Keperawatan Komunitas.
Dalam penyusunan, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak H.Hariyadi, S.Kp., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
keperawatan komunitas
2. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan spiritual dan
materiil serta dorongan do’a dalam penyusunan makalah ini.
3. Teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Alih Jenjang S1
Keperawatan Stikes Bakti Husada Mulia Maadiun yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi tercapainya mutu yang lebih baik. Besar harapan penulis, makalah
ini berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Madiun, 14 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .........................................................................................................i


Kata Pengantar ..........................................................................................................ii
Daftar Isi ...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hipertensi ...................................................................................4
B. Klasifikasi Hipertensi...................................................................................4
C. Etiologi.........................................................................................................5
D. Manifestasi klinik ........................................................................................6
E. Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................6
F. Penatalaksanaan ...........................................................................................7
G. Komplikasi ...................................................................................................8
H. Patofisiologi .................................................................................................8
I. Pathway........................................................................................................10
J. Fokus Pengkajian .........................................................................................11
K. Fokus Diagnosa Keperawatan Keluarga ......................................................13
L. Fokus Intervensi Diagnosa Keperawatan Keluarga .....................................14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................17
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................32

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari
jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara
terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hipertensi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup tenang/istirahat (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi
sering kali disebut silent killer karena termasuk yang mematikan tanpa
disertai dengan gejala-gejalanya terlebih dahulu sebagai peringatan bagi
korbannya. Gejala-gejala hipertensi yaitu adalah sakit kepala atau rasa berat
di tengkuk, vertigo, jantung berdebar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga
berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes RI, 2013).
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk
Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus
meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini
salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak,
kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup
sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan
terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup
modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi
(Anindya,2009).
Tingginya angka kejadian hipertensi yang terus meningkat dan akan
menyebabkan komplikasi. Penatalaksanaan hipertensi yang tidak dilakukan
dengan baik dapat menyebabkan komplikasi (Riskesdas,2013). Apabila
hipertensi tidak ditangani dengan tepat maka akan menimbulkan komplikasi
yaitu stroke, infark miokard, gagal jantung, gagal ginjal kronik dan retinopati
(Nuraini, 2015).
Data Worlh Health Organization (WHO), di seluruh dunia sekitar 972 juta
orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini

1
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta
pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di
negara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Hipertensi juga
menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan
di rumah sakit di Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita (30%) dan pria
(29%) sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama dinegara
berkembang (Triyanto, 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 yang
didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %. Prevelensi
hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga
kesehatan sebesar 9,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang
minum obat sebesar 9.5 %, jadi ada 0,1 % yang minum obat sendiri. Penyakit
terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
adalah hipertensi dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6%
pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75 tahun.
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan dan adopsi dalam suatu rumah tangga yang berinteraksi
satu dengan yang lainnya dalam peran serta menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya. (Ali, 2010). Keluarga sebagai unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Keluarga yang sehat sangat berperan penting untuk kelangsungan hidup yang
sejahtera. Dengan memiliki keluarga yang sehat tanpa memiliki penyakit
akan menjamin kesejahteraan keluarga yang harmonis dan bahagia. Beberapa
ahli berpendapat bahwa bertambah umur, merupakan faktor terjadinya
Hipertensi.
Oleh sebab itu pengawasan dan pengelolaan keluarga terhadap faktor
pencetus dari peningkatan tekanan darah sangat disarankan agar terhindar dari
keadaan yang lebih parah (Harmoko, 2012). Keluarga mempunyai tugas di
bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan, ada 5 tugas keluarga
dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam Dion & Betan,
(2013) yaitu :mengenal masalah dalam kesehatan keluarga, membuat

2
keputusan tindakanyang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga
yang sakit,mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang
sehat,menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
Tugas keluarga tersebut harus selalu dijalankan. Apabila salah satu atau
beberapa diantara tugas tersebut tidak dijalankan justru akan menimbulkan
masalah kesehatan dalam keluarga.
B. Rumusan Masalah
“ Bagaimanakah asuhan keperawatan pada keluarga dengan hipertensi”?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menganalisi asuhan keperawatan yang diberikan pada keluarga dengan
penyakit hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi proses terjadinya hipertensi pada keluarga
b. Mengetahui definisi, tanda dan gejala, komplikasi, penatalaksaan dan
asuhan keperawatan pada keluarga dengan hipertensi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hipertensi
Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit
dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang
naik diatas tekanan darah normal. Tekanan darah sistolik adalah tekanan
puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah
keluar melalui arteri. Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik
terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari
jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara
terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila
arteriol–arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir
dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah
beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan
kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010). Hipertensi sering
juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari
120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).
B. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat
kalasifikasi (Smeltzer, 2012), yaitu :
Tabel 2.1 Kalsifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan
Diastolik

4
Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang
dewasa menurut Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang
Dewasa.

C. Etiologi
1) Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin
penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil
(intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap
“ menetap “ pada suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan berat,
perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkan kondisi
pasien memburuk dengan cepat. Penyebab hipertensi primer atau esensial
adalah gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi,
obat – obatan, faktor keturunan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan
menurut Robbins (2007), beberapa faktor yang berperan dalam hipertensi
primer atau esensial mencakup pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan
seperti:stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan
konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen
dalam hipertensi.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart,
2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab hipertensi
sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,

5
kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti
obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan
seperti kontasepsi oral dan kartikosteroid.
D. Manifestasi Klinik
Menurut Rokhaeni (2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun. Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan
gejala sampai bertahun-tahun .. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. penyakit
arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons
peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan
tekanan sisternik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu Jagi
menahan peningkatan beban kerja maka terjadi gaga! jantung kiri.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azoternia (peningkatan nitrogen
urea darah dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskernik trasien yang termanifestasi
sebagai paralysis sementara pada satu sisi (herniplegia) atau
gangguan ketajaman penglihatan.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko
seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.

6
e. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek
kardiofaskuler)
f. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
g. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
h. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
i. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi. (Anonim, 2013
F. Penatalaksanaan
a. Terapi nonfamakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non
farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara
modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu
mempertahankan berat badan ideal, kurangi asupan natrium, batasi
konsumsi alkohol, diet yang mengandung kalium dan kalsium,
menghindari merokok, penurunan stres dan terapi pijat.
b. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013)
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain : diuretik,
penghambatan simpatetik, betabloker (Metoprolol, propanolol dan
atenolol), vasodilator (Prasosin, Hidralisin), Angiotensin Converting
Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril), Penghambat angiotensin II
(Valsartan), Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
G. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat

7
suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada
organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut :
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit
jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan
meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya,
yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu
memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun
jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema.
Kondisi ini disebut gagal jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila
tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat
laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh
yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan
dapat menimbulkan kebutaan.
H. Patofisiologi
Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan
tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi
ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang
bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi lebih
lama. Sistem yang cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui
baroreseptor, reflek kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan
reflek yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain
yang kurang cepat merespon perubahan tekanan darah melibatkan respon

8
ginjal dengan perngaturan hormon angiotensin dan vasopresor. Kejadian
hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang merupakan bentuk
dari arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosis ditandai oleh
penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri sehingga mengurangi
volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot arteri tertimbun lemak
kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan pada arteri dan
penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah
kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran
darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan
dalam bentuk hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik
karena gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan darah dalam sistem sirkulasi. (Hull, 1996; dalam Bustan 2007).
Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan bahwa
hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak terdapat pada
dinding arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume cairan darah ke
jantung. Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian terjadi
penyempitan dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah tidak
dapat diatur yang artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi gangguan
diastolik yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

9
I. Pathway

10
10
J. Fokus Pengkajian
Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan
ke kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :
a. Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin,umur,
pekerjaan dan pendidikan.
2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah
yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
3) Status sosial ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap
pencegaha penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang
biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri.

11
c. Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah, jumlah ruangan,
jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan, tanda catyang sudah mengelupas, serta dilengkapi dengan
denah rumah (Friedman, 2010).
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling mendukung,
hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap
perasaan (Friedman, 2010).
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta memberi dan menerima
cinta (Friedman, 2010).
3) Fungsi keperawatan
a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang dianut
keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan dan tujuan kesehatan
keluarga (Friedman, 2010).
b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yang dirasa : keluarga
mengkaji status kesehatan, masalah kesehatan yang membuat kelurga rentan
terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan (Friedman, 2010).
c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan yang dikonsumsi,
cara menyiapkan makanan, banyak makanan yang dikonsumsi perhari dan
kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan (Friedman, 2010).
d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yang dilakukan dalam
memperbaiki status kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan keluarga dirumah
dan keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah (Friedman, 2010).
e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi
setelah makan, dan pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan (Friedman,
2010).

12
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : berapa jumlah
anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, metode
yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga
(Padila, 2012).
5) Fungsi ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam memenuhi sandang,
pangan, papan, menabung, kemampuan peningkatan status kesehatan.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang
digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.
K. Fokus Diagnosa Keperawatan Keluarga
a. Diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke system
keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan.
Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial
dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi
untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman ( Friedman, 2010).
Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah:
1) Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan).
2) Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah ada
data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3) Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu kedaan
dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga
dengan masalah hipertensi berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI) yaitu:
1) Penurunan curah jantung
2) Nyeri (sakit kepala)
3) Defisit Pengetahuan
4) Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif

13
b. Skala Prioritas Masalah

Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012)


Keterangan :
Total Skor didapatkan dengan: Skor (total nilai kriteria) x Bobot =Nilai Angka
tertinggi dalam skor Cara melakukan Skoring adalah :
1) Tentukan skor untuk setiap criteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
3) Jumlah skor untuk semua criteria
4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa
keperawatan keluarga.
L. Fokus Intervensi Keperawatan Keluarga
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan
sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau
standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat
keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).

14
1) Diagnosa keperawatan nyeri akut (kepala) b.d agen cedera fisiologis
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali pertemuan
klien dapat mengatasi rasa nyeri yang dialami.
Kriteria hasil: klien mampu mendomonstrasikan manajemen nyeri, klien
tampak rileks, skala nyeri berkurang
Intervensi:
1. Latih manajemen nyeri
R/: membantu klien dalam beradaptasi dengan nyeri yang dialami
2. Latih tarik nafas dalam
R/: untuk mengurangi rasa nyeri dengan relaksasi
3. Latih teknik distraksi
R/: untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara mengalihkan perhatian
klien terhadap nyeri yang dirasakan
4. Kolaborasi dengan tim medis/dokter dalam pemberian obat
R/: untuk mengurangi rasa nyeri dengan farmakologi
2) Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d konfilk pengambilan
keputusan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali pertemuan
diharapkan klien dan keluarga mampu mengambil keputusan dengan tepat
dalam pemeliharaan kesehatan
Kriteria hasil: klien dan keluarga mengetahui tentang penyakit yang
dialami, mampu mengambil keputusan dengan tepat dalam pemeliharaan
kesehatan
Intervensi:
1. Berikan dukungan keluarga dalam merencanakan perawatan
R/: dengan memberikan dukungan diharapkan keluarga termotivasi
dalam merencanakan perawatan terhadap anggota keluarganya yang
sakit
2. Berikan edukasi kesehatan
R/: dengan memberikan edukasi kesehatan diharapkan keluarga
mampu meningkatkan perilaku hidup sehat

15
3. Berikan edukasi penyakit
R/: keluarga dan klien dapat mengetahui tentang penyakit yang
dialaminya
4. Berikan edukasi program pengobatan
R/: keluarga dan klien dapat mengetahui pengobatan yang harus
dijalankan oleh klien

16
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Umum
a. Nama kk : Tn.M
b. Pekerjaan KK : Petani
c. Pendidikan KK : SD
d. Agama : Islam
e. Alamat : Ds.Nekudu
f. Tanggal pengkajian : 12 Januari 2020
g. Komposisi anggota keluarga

h. Riwayat kesehatan sekarang


1) Keluhan utama keluarga :
Ny.A diantar oleh keluarga ke Puskesmas Asinua pada tanggal 12 Januari
2020 sekitar pukul 09.00 dengan keluhan utama sakit kepala.Saat
dilakukan pengkajian Ny.A mengeluh kepala terasa sakit.
Riwayat keluhan :
P: Ny.A mengatakan timbulnya keluhan karena tekanan darahnya yang
kembali naik.
Q: Ny.A mengatakan keluhan yang dirasakan seperti tertekan benda berat
R: Ny.A mengatakan keluhan dirasakan pada daerah kepala dan leher
S: Skala nyeri 6 (sedang)
T: Ny.A mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba, sakit kepala yang
dirasakan hilang timbul

17
2) Keluhan yang menyertai : Ny.A mengatakan kepala terasa sakit disertai
pusing, nyeri pada leher dan terasa berat.
Hasil pemeriksaan : Ny.A tampak meringis, Ny.A tampak gelisah.
i. Genogram

j. Tipe keluarga
Keluarga besar terdiri dari ayah, ibu, anak dan nenek
k. Suku bangsa
Semua anggota keluarga Tn.M bersuku tolaki.
l. Agama
Semua anggota keluarga beragama islam
m. Status sosial ekonomi
Tn. M bekerja sebagai petani, Ny.U sebagai ibu rumah tangga dan Ny.A berjualan
(warung sembako). Penghasilan keluarga dalam sebulan ± 2.000.000.
n. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga Tn.M hanya sekali setahun untuk pergi rekreasi, dan keluarga
mendapatkan sarana hiburan dari menonton TV.
2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah anak sekolah (families with shool
children)

18
b. Tugas perkembangan keluarga
1) Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi :
Mendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih mandiri serta
menciptakan lingkungan yang sehat.
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Semua tugas
perkembangan keluarga sudah terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti
Keluarga mengatakan tidak anggota keluarga inti yang menderita penyakit
keturunan atau mengidap penyakit tertentu.
d. Riwayat keluarga sebelumya
Tn.M mengatakan hanya Ny.A yang menderita penyakit hipertensi, keluarga
sebelumnya baik dari pihak suami maupun istri belum pernah ada yang
mengalami keluhan/masalah kesehatan yang sama seperti Ny.A
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Jenis rumah yaitu semi permanen, status kepemilikin rumah adalah milik pribadi
Tn.M dengan jumlah kamar 4, kamar mandi 1, dapur 1, atap seng lantai ruang
tamu dan tengah dari keramik. Rumah mempunyai ventilasi yang cukup dan
sirlukasi udara yang bagus serta pencahayaan yang baik. Sumber air keluarga
yaitu sumur, dengan kondisi bersih dan tidak berbau. Jarak kamar mandi dengan
sumur ± 10 meter.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RT/RW
Tidak ada karakteristik khusus tetangga atau komunitas, hubungan bertetangga
dan komunitas berjalan rukun, tidak ada aturan khusus yang mengikat individu
dalam bermasyarakat selama tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat
lainnya.
c. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas keluarga menggunakan sepeda motor. Ny.A jika ingin ke Puskesmas di
antar oleh anak yaitu Tn.M. Keluarga tidak memiliki kebiasaan berpindah tempat
tinggal.

19
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tidak ada perkumpulan yang diikuti keluarga, interaksi keluarga dengan
masyarakat terjalin baik, interaksi antar warga banyak dilakukan pada saat selesai
sholat bersama di masjid dan sore hari di teras warung.
e. Sistem pendukung keluarga
Jika ada masalah maka keluarga akan menyelesaikan dengan musyawarah.
Keluarga memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia di Desa yaitu Puskesmas
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Tn.M selalu berkomunikasi dengan baik dan selalu berkomunikasi
dengan keluarga yang lainnya, bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa
daerah tolaki dan bahasa indonesia. Komunikasi dilakukan dengan cara terbuka,
jika ada masalah maka keluarga akan menyelesaikan dengan musyawarah.
b. Struktur kekuatan keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan dengan cara musyawarah
seluruh anggota keluarga. Tn.M selaku kepala keluarga memiliki kekuatan untuk
mengendalikan dan mempengaruhi anggota keluarga untuk merubah prilaku.
c. Struktur peran
Peran formal : Tn.M berperan sebagai kepala keluarga dan Ny.U sebagai wakil
kepala keluarga.
Peran informal: Tn.M memiliki tanggungjawab untuk mencari nafkah, Ny.U
sebagai ibu rumah tangga dan Ny.A memiliki akdil yang cukup berpengaruh
dalam keluarga, dan Anak-anak Tn.M.
d. Nilai dan norma
Di dalam keluarga Tn.M tidak ada nilai dan norma khusus yang mengikat anggota
keluarga, untuk masalah kesehatan keluarga juga tidak memiliki praktik yang
harus dilakukan. Sistem nilai yang dianut dipengaruhi oleh adat dan agama.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Hubungan Tn.M dengan istri, ibu beserta anaknya terjalin dengan baik, angota
keluarga saling menghormati, memperhatikan, menyayangi dan menyemangati.

20
b. Fungsi sosialisasi
Interaksi dalam keluarga terjalin dengan akrab dan disiplin, saling mengenal
dengan masyarakat lainnya.
c. Fungsi reproduksi
Tn.M memiliki 2 anak, keluarga mengendalikan jumlah anak dengan mengikuti
program keluarga berencana (KB).
d. Fungsi ekonomi
Tn. M bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan. Ny.A juga turut serta membantuh ekonomi keluarga dengan berjualan
(warung sembako). Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada,
keluarga menggunakan kartu KIS untuk berobat.
e. Fungsi perawatan kesehatan keluarga
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah
a) Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi
b) Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi garam yang berlebih
c) Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi yang bersantan, ikan asin.
Hasil pengkajian :
a) Ny.A dan keluarga kurang dapat mengingat
b) Ny.A dan keluarga tampak bingung dan tidak mengerti ketika ditanya
mengenai penyakit hipertensi.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat :
Keluarga belum mampu mengambil keputusan yang tepat. Jika sakit hanya
diberikan obat warung.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit : Keluarga
mengatakan tidak tahu cara merawat anggota keluarga yang sakit dengan
hipertensi
4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan : Keluarga tidak mampu
memodifikasi lingkungan yang baik untuk perawatan hipertensi.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Keluarga belum mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada yaitu
Puskesmas.

21
6. Stres Dan Koping Keluarga
a. Stresor jangka pendek dan jangka panjang
1) Jangka pendek (<6 bulan)
Keluarga mengatakan sementara tidak mempunyai masalah berat, hanya saja
Ny.A mengalami keluhan sakit kepala.
2) Jangka panjang (>6 bulan)
Keluarga mengatakan stressor jangka panjang yaitu memikirkan masalah biaya
untuk hidup dan tetap menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin serta
meningkatkan taraf hidup keluarganya.
b. Respon keluarga terhadap stresor dan mekanisme koping yang digunakan
1) Respon keluarga terhadap stresor
Keluarga menganggap masalah kesehatan yang dialami Ny.A harus mendapatkan
penanganan segera agar tidak terjadi kondisi lebih buruk lagi.
2) Strategi koping yang digunakan
Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk mengatasi keluhan
Ny.A
c. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga Tn.M tidak pernah melakukan perilaku kasar atau kejam terhadap
anggota keluarganya dan tidak pernah melakukan ancaman dalam menjelaskan
masalah.
7. Harapan Keluarga
Keluarga berharap terhadap petugas kesehatan agar memberikan pengobatan
untuk kesembuhan kepada Ny.A
8. Pemeriksaan Fisik
Tabel 3.2 Pemeriksaan Fisik Keluarga
Data Tn.M Ny.U An. M An.M Ny.A
TTV TD: 130/90 TD: 130/90 TD: - TD: - TD:
N: 76X/m N: 78X/m N: 84X/m N: 94X/m 180/110
RR: 20x/m RR: 20x/m RR: 20x/m RR: 20x/m N:88X/m
S: 36,5°C S: 36,5°C S: 36,5°C S: 36,5°C RR: 20x/m
S: 36,5°C
Kepala Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,
bersih, rambtu bersih, rambtu bersih, rambtu bersih, rambtu bersih,
warna hitam warna hitam warna hitam warna hitam rambtu
warna hitam
dengan

22
sedikit uban
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar getah kelenjar getah kelenjar getah kelenjar getah kelenjar
bening bening bening bening getah
bening
Aksila Tidak ada lesi Tidak ada lesi Tidak ada lesi Tidak ada lesi Tidak ada
dan dan dan dan lesi dan
pembengkakan pembengkakan pembengkakan pembengkakan pembengkak
pada aksila pada aksila pada aksila pada aksila an pada
aksila
Dada Dada tampak Dada tampak Dada tampak Dada tampak Dada
simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak tampak
ada lesi, tidak ada lesi, tidak ada lesi, tidak ada lesi, tidak simetris,
terdengar terdengar terdengar terdengar tidak ada
suara nafas suara nafas suara nafas suara nafas lesi, tidak
tambahan tambahan tambahan tambahan terdengar
suara nafas
tambahan
Abdomen Tidakada Tidakada Tidakada Tidakada Tidakada
asites, tidak asites, tidak asites, tidak asites, tidak asites, tidak
ada nyeri ada nyeri ada nyeri ada nyeri ada nyeri
tekan tekan tekan tekan tekan
Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
atas dan edema, edema, edema, edema, edema,
bawah pergerakan pergerakan pergerakan pergerakan pergerakan
baik baik baik baik baik

B. Analisa Data
Kepala Keluarga : Tn.M
Anggota Keluarga Sakit : Ny.A
Tabel 3.3 Data Fokus Hasil Pengkajian Keperawatan Keluarga
No. Data Penyebab Masalah
1. DS: Agen cedera Nyeri akut
Ny.A mengeluh kepala terasa sakit. fisiologis
P: Ny.A mengatakan timbulnya
keluhan karena tekanan darahnya
yang kembali naik.
O: Ny.A mengatakan keluhan yang
dirasakan seperti tertekan benda
berat
R: Ny.A mengatakan keluhan
dirasakan pada daerah kepala dan
leher
S: Skala nyeri 6 (sedang)
T: Ny. A mengatakan keluhan timbul
secara tiba-tiba, sakit kepala yang
dirasakan hilang timbul

23
DO:
1. Ny.A tampak meringis menahan
sakit
2. Ny.A tampak gelisah
3. TTV:
TD: 180/110
N: 88x/m
RR: 20x/m
S: 36,5°C
2. DS: Konflik Manajemen
1. Keluarga mengatakan tidak pengambilan kesehatan keluarga
mengetahui tentang penyakit keputusan tidak efektif
hipertensi
2. Keluarga mengatakan tidak tahu cara
merawat anggota keluarga yang sakit
dengan hipertensi
3. Ny.A mengatakan sering
mengonsumsi garam yang berlebih
dan tidak minum obat secara rutin
DO:
1. TD: 180/110 mmHg
2. Ny.A dan keluarga tampak bingung
dan tidak mengerti ketika ditanya
mengenai penyakit hipertensi

C. Diagnosa Keperawatan Keluarga


1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis
2) Manajemen keluarga tidak efektif berhubungan dengan konflik pengambilan
keputusan
Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga
a. Nyeri Akut b/d agen cedera fisiologis
Tabel 3.5 Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga Nyeri Akut
No. Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah: 3x1/3 1 Masalah nyeri akut pada
Aktual: 3 Ny.A dirasakan dan perlu
tindakan perawatan
2. Kemungkinan masalah 1x2/2 1 Pengetahuan sumber daya
dapat dirubah: sebagian: 1 dan fasilitas kesehatan
tersedia dan dapat
dijangkau/dimanfaatkan
3 Potensial masalah untuk 2x1/3 0,6 Nyeri dapat dicegah bila
dicegah: cukup: 2 keluarga mengetahui cara
perawatan yang benar

24
4 Menonjol masalah: 2x1/2 1 Masalah dirasakan oleh
Masalah dirasakan dan Ny.A dan bisa menjadi
perlu segera ditangani: 2 lebih serius bila tidak
segera ditangani
Total skore 3,6
b. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d konflik pengambilan
keputusan
Tabel 3.6 Skoring diagnosa keperawatan manajemen kesehatan keluarga tidak
efektif
No. Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah: 3x1/3 1 Keluarga tidak mengetahui
Aktual: 3 tentang penyakit hipertensi
2. Kemungkinan masalah 1x2/2 1 Dengan informasi yang
dapat dirubah: sebagian: 1 cukup, akan menambah
wawasan dan pengetahuan
keluarga mengenai
hiperteansi
3 Potensial masalah untuk 3x1/3 1 Hipertensi adalah penyakit
dicegah: cukup: 3 yang dapat dikendalikan
apabila keluarga
mengetahui
4 Menonjol masalah: 0x1/2 0 Masalah tidak dirasakan
Masalah dirasakan dan oleh Ny.A dan keluarga
perlu segera ditangani: 0
Total skore 3

D. Intervensi Keperawatan
1) Diagnosa keperawatan nyeri akut (kepala) b.d agen cedera fisiologis
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali pertemuan
klien dapat mengatasi rasa nyeri yang dialami.
Kriteria hasil: klien mampu mendomonstrasikan manajemen nyeri, klien
tampak rileks, skala nyeri berkurang
Intervensi:
1. Latih manajemen nyeri
R/: membantu klien dalam beradaptasi dengan nyeri yang dialami
2. Latih tarik nafas dalam
R/: untuk mengurangi rasa nyeri dengan relaksasi
3. Latih teknik distraksi
R/: untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara mengalihkan perhatian
klien terhadap nyeri yang dirasakan

25
4. Kolaborasi dengan tim medis/dokter dalam pemberian obat
R/: untuk mengurangi rasa nyeri dengan farmakologi
2) Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d konfilk pengambilan
keputusan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali pertemuan
diharapkan klien dan keluarga mampu mengambil keputusan dengan tepat
dalam pemeliharaan kesehatan
Kriteria hasil: klien dan keluarga mengetahui tentang penyakit yang
dialami, mampu mengambil keputusan dengan tepat dalam pemeliharaan
kesehatan
Intervensi:
1. Berikan dukungan keluarga dalam merencanakan perawatan
R/: dengan memberikan dukungan diharapkan keluarga termotivasi
dalam merencanakan perawatan terhadap anggota keluarganya yang
sakit
2. Berikan edukasi kesehatan
R/: dengan memberikan edukasi kesehatan diharapkan keluarga
mampu meningkatkan perilaku hidup sehat
3. Berikan edukasi penyakit
R/: keluarga dan klien dapat mengetahui tentang penyakit yang
dialaminya
4. Berikan edukasi program pengobatan
R/: keluarga dan klien dapat mengetahui pengobatan yang harus
dijalankan oleh klien

26
E. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 3.8 Implementasi dan evaluasi keperawatan keluarga
Hari Hari
Diagnosa Evaluasi
Tanggal Implementasi Paraf Tanggal Paraf
keperawatan SOAP
Jam Jam
Nyeri akut b.d agen 12 1. Mengobservasi tanda-tanda 12 Januari S:
cedera fisiologis Januari vital 2020 pukul 1. Klien mengatakan nyeri masih
2020 R: TD: 180/110, N: 88x/m, 14.30 dirasakan namun sudah sedikit
pukul RR: 20x/m, S: 36,5°C berkurang (skala nyeri 4)
14.00 2. Mengajarkan teknik 2. Klien mengatakan mampu mengontrol
manajemen nyeri relaksasi nyeri dengan teknik relaksasi dan
R: klien mampu mengikuti distraksi
teknik relaksasi yang O:
diajarkan 1. Klien mampu mendemonstrasikan
3. Mengajarkan teknik teknik relaksasi, distraksi untuk
manajemen nyeri distraksi mengurangi nyeri
R: klien mampu mengkuti 2. Ny. A tidak lagi terlihat gelisah dan
teknik distraksi yang meringis.
diajarkan 3. Tanda-tanda vital:
4. Menganjurkan klien untuk TD: 180/100
istirahat N: 86x/m
R: klien menyimak dengan RR: 18x/m
baik instruksi yang S: 36°C
disampaikan A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Lakukan manajemen nyeri
2. Edukasi teknik relaksasi
3. Edukasi teknik distraksi
27
Manajemen 12 1. Mengkaji pengetahun klien 12 Januari S:
keluarga tidak Januari dan keluarga tentang 2020 pukul 1. Klien dan keluarga mengatakan sudah
efektif b.d konflik 2020 penyakit hipertensi 14.40 paham mengenai penyakit hipertensi
pengambilan pukul R: klien dan keluarga tidak 2. Klien dan keluarga mengatakan akan
keputusan 14.00 mengetahui tentang melaksanakan program pengobatan
penyakit hipertensi sesuai dengan yang disarankan oleh
2. Memberikan edukasi perawat
kepada klien dan keluarga O:
tentang penyakit hipertensi 1. Klien dan keluarga sudah mampu
dan hidup yang sehat menjelaskan kembali tentang
R: klien dan keluarga pengertian penyakit hipertensi, tanda
kooperatif dan mampu dan gejala, pengobatan, komplikasi,
memahami dengan dsb
penjelasan yang diberikan 2. Keluarga dan klien sudah tidak
3. Memberikan dukungan tampak bingung lagi
kepada keluarga dalam A: Masalah teratasi sebagian
perawatan serta edukasi P: Lanjutkan intervensi
program pengobatan 1. Berikan dukungan keluarga dalam
R: klien dan keluarga merencanakan perawatan
kooperatif 2. Berikan edukasi kesehatan
3. Berikan edukasi penyakit
4. Berikan edukasi program
pengobatan
Nyeri akut b.d agen 13 1. Mengukur tanda-tanda 13 Januari S:
cedera fisiologis Januari vital 2020 pukul 1. Klien mengatakan nyeri masih
2020 R: TD: 140/90, N: 88x/m, 15.00 dirasakan namun sudah sedikit
pukul RR: 20x/m, S: 36,5°C berkurang (skala nyeri 3)
14.30 2. Menganjurkan klien untuk 2. Klien mengatakan mampu mengontrol
melakukan teknik relaksasi nyeri dengan teknik relaksasi dan
R: klien mampu mampu distraksi
melakukan teknik relaksasi
28
3. Menganjurkan klien untuk O:
latihan teknik distraksi 1. Klien mampu mendemonstrasikan
R: klien sudah mampu teknik relaksasi, distraksi untuk
melakukan teknik distraksi mengurangi nyeri
dengan membaca al-quran 2. Ny. A tidak lagi terlihat gelisah dan
4. Menganjurkan klien untuk meringis.
istirahat 3. Tanda-tanda vital:
R: klien menyimak dengan TD: 140/90
baik instruksi yang N: 86x/m
disampaikan RR: 18x/m
5. Mengingatkan klien untuk S: 36°C
rutin minum obat A: Masalah teratasi sebagian
R: klien mengerti dengan P: Lanjutkan intervensi
apa yang disampaikan 1. Lakukan manajemen nyeri
2. Edukasi teknik relaksasi
3. Edukasi teknik distraksi
Manajemen 13 1. Mengkaji ulang 13 Januari S:
keluarga tidak Januari pengetahun klien dan 2020 pukul 1. Klien dan keluarga mengatakan
efektif b.d konflik 2020 keluarga tentang penyakit 15.10 senang karena sudah diberikan
pengambilan pukul hipertensi penjelasan tentang penyakit yang
keputusan 14.30 R: klien dan keluarga dialami oleh Ny. A
sudah mengetahui tentang 2. Klien dan keluarga mengatakan sudah
penyakit hipertensi paham mengenai penyakit hipertensi
2. Memberikan dukungan O:
kepada keluarga dalam 1. Klien dan keluarga sudah mampu
merawat anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit
yang sakit hipertensi yang meliputi pengertian,
R: keluarga sudah tanda dan gejala, komplikasi,
membawa klien untuk pengobatan, diet, dsb.
pergi ke puskesmas 2. Klien dan keluarga sudah mampu
3. Mengingatkan klien dan merawat anggota keluarga yang sakit
29
keluarga untuk rutin dalam dengan membawa ke pelayanan
pengobatan kesehatan
R: klien dan keluarga A: Tujuan tercapai masalah teratasi
kooperatif P: Hentikan intervensi
Nyeri akut b.d agen 14 1. Mengukur tanda-tanda 13 Januari
cedera fisiologis Januari vital 2020 pukul S:
2020 R: TD: 130/90, N: 88x/m, 15.15 1. Klien mengatakan nyeri berkurang
pukul RR: 20x/m, S: 36,5°C (skala nyeri 2)
15.00 2. Menganjurkan klien untuk 2. Klien mengatakan mampu mengontrol
melakukan teknik relaksasi nyeri dengan teknik relaksasi dan
R: klien mampu mampu distraksi
melakukan teknik relaksasi O:
3. Menganjurkan klien untuk 1. Klien mampu mendemonstrasikan
latihan teknik distraksi teknik relaksasi, distraksi untuk
R: klien sudah mampu mengurangi nyeri
melakukan teknik distraksi 2. Ny. A tidak lagi terlihat gelisah dan
dengan membaca al-quran meringis.
4. Menganjurkan klien untuk 3. Tanda-tanda vital:
istirahat TD: 130/90
R: klien menyimak dengan N: 86x/m
baik instruksi yang RR: 18x/m
disampaikan S: 36°C
5. Mengingatkan klien untuk A: Tujuan tercapai masalah teratasi
rutin minum obat P: Hentikan intervensi
R: klien mengerti dengan
apa yang disampaikan
30
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah
sistolik maupun diastolik yang naik diatas tekanan darah normal.
Hipertensi jika tidak ditangani atau diobati dapat mengakibatkan berbagai
macam komplikasi. Masalah keperawatan yang sering muncul pada
keluarga dengan hipertensi yaitu nyeri (pusing) dan manajemen keluarga
yang tidak efektif. Hal ini dikarenakan keluarga biasanya tidak memahami
mengenai penyakit dan bagaimana perawatan terhadap anggota keluarga
yang sakit.
B. Saran
Sebagai seorang perawat khususnya dalam melakukan asuhan keperawatan
terhadap keluarga yang mengalami hipertensi diharapkan tidak hanya
mampu memberikan pengobatan tetapi juga memberikan dukungan,
motivasi, arahan dan pendidikan kepada anggota keluarga yang lain ketika
salah satu anggota keluargnya sakit. Diharapkan peran perawat disini
mampu untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan keluarga serta
keluarga mampu memahami dan menjalankan fungsi perawatan keluarga
yang baik.

31
DAFTAR PUSTAKA

Koes Irianto. 2014. Epideminologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan
Klinis. Bandung: IKAPI

Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta
: Kemenkes RI; 2014.

Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes


RI
Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dion,Y & Betan,Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik.
Yogyakarta: Nuha Medika

Mubarrak, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas 2; Konsep Dan Aplikasi.


Jakarta: Salemba Medika

Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transtruktual. Jakarta : EGC

Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori
&Praktik. Jakarta : EGC

Setiadi. 2008. Konsep dan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Masriadi . 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : TIM
Muttaqin. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Udjiati, W. J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.


Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction
Robbins. 2007. Buku ajar : Patologi. Jakarta : EGC
Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta : Nuha Medika

Anonim. 2013. Penyakit Hipertensi Dan Cara Penanganannya. Diakses januari


2019 Dari https://health.detik.com/berita

32
detikhealth.ac/3503396/penanganahipertensi6789sebut-kasus-hipertensi-
di-indonesia-terus-089/unfiles/sehat.html

Tarwoto et al. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.


Cetakan Pertama. Trans Info Media: Jakarta

Black & Hawk. 2014. Medikal Surgical Nursing Clinical Management for
Positive outcomes (Ed. 7). St. Louis : Missouri Elsevier Saunders.
Yusuf, I. 2008. Hipertensi Sekunder. Jurnal Medicines.
Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Sudart Edisi 8. Jakarta: EGC
Wijaya, Andra S &Putri, Yesi M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Nuha Medika

Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Bustan, M.N. 2007. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta:
Rineka Cipta

33

Anda mungkin juga menyukai